Disusun Oleh
2023
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H Abuddin, M.A.
selaku dosen pengampu mata kuliah Islam Dan Ilmu Pengetahuan ucapan terima kasih
juga kepada rekan-rekan kelas 1C. Kami menyadari keterbatasan ilmu kami, oleh
karena itu makalah ini jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran insya Allah akan
membuat makalah ini lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat dan memberi
pengetahuan tambahan kepada pembaca.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan...................................................................................3
B. Ciri-ciri dan Tujuan Ilmu Pengetahuan.....................................................................6
C. Persamaan dan Perbedaannya...................................................................................8
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan.............................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan tersusun dari kata ilmu dan pengetahuan. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian (baik
tentang segala yang masuk jenis kebatinan mau- pun yang berkenaan dengan keadaan
alam dan sebagainya).’ Adapun dalam Oxford English Dictionary terdapat tiga arti dari
ilmu, yaitu: (1) informasi dan kecakapan yang diperoleh melalui pengalaman dan
pendidikan; (2) keseluruhan dari apa yang diketahui; dan (3) kesadaran atau kebiasaan
yang didapat melalui pengalaman akan suatu fakta atau keadaan. Dalam elati Arab, kata
ilmu jamaknya ulum diartikan ilmu pengetahuan.
Sedangkan Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang
membahas berbagai macam hal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Sebagai
filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha membahas ilmu pengetahuan sebagai
obyeknya secara rasional (kritis, logis, dan sistematis), menyeluruh dan mendasar.
Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan
secara jeas, benar dan lengkap, serta mendasar untuk dapat menemukan kerangka pokok
serta unsur-unsur hakiki yang kiranya menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan yang
sebenarnya. Sehinga kita dapat menentukan identitas ilmu pengetahuan dengan benar,
dapat menentukan mana yang termasuk ilmu pengetahuan, dan mana yang tidak
termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan.
Filsafat yang didasari semangat mencari kejelasan, kebenaran serta
kebijaksanaan, tentu saja tidak puas terhadap kebiasaan-kebiasaan serta pendapat-
pendapat yang dikemukakan begitu saja tanpa adanya landasan pemikiran rasional dan
obyektif yang dapat dipertanggungjawabkan. Filsafatlah merupakan pelopor yang
pertama-tama berani mendobrak dan membongkar pandangan-pandangan tradisional
dan mitis yang sejak lama hanya diterima begitu saja tanpa adanya penjelasan rasional.
Filsafat dengan pertanyaan-pertanyaannya yang rasional (kritis, logis, sistematis),
obyektif, menyeluruh dan radikal berusaha membongkar pandangan-pandangan yang
dikemukan begitu saja tanpa adanya penjelasan rasional, serta membongkar kebiasaan-
kebiasaan yang tidak memiliki orientasi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
iv
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini sebagai berikut;
1. Apa pengertian ilmu?
2. Apa Ciri-ciri dan tujuan Ilmu?
3. Apa persamaan dan perbedaannya dengan agama dan filasafat?
C. Tujuan
v
BAB II
PEMBAHASAN
1
W.J.S. Poerwadarmnta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Cet. XII, hlm.
373.
2
John M. Echoll dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1980), Cet. VII, hlm.
504.
3
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1972), hlm. 278.
4
Hans Weher, A Dictionary of Modern Written Arabic, (ed) by. J. Milton Cowan, (Beirut: Librarie Du
Liban, and London: Macdonald & Evans, Ltd, 1974), Third Printing, hlm. 635.
5
Abuddin Nata, Islam dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Prenadamedia, 2018), Cet. I, hlm. 22
vi
Ilmu pengetahuan secara operasional dapat dikemukakan sebagai berikut:
Apa yang dilakukan seseorang ilmuwan itu bukan sesuatu yang sederhana. Ia
melakukan eksperimen dan mencatat hasilnya, mengamati fenomena alam dan sosial,
duduk di kamar kerjanya dan memecahkan persamaan-persamaan, berpikir serius untuk
jangka waktu yang lama, atau membiarkan sesuatu masalah mengndap dalam otaknya
tanpa ia pikirkan lagi selama berminggu-minggu sampai pada suatu hari ia
mempertanggungjawabkan secara ilmiah dalam bentuk sebuah hipotesis baru atau suatu
metode baru yang menerjang pikirannya bagaikan gambaran cahaya kilat.6
Terdapat pula istilah kebenaran ilmiah, yaitu kebenaran yang diperoleh melalui
proses: Proposi-proposi yang dideduksikan sebagai konsekuensi-konsekuensi logis
dari asumsi dasar tertentu, dan kesahihannya memerlukan verifikasi empiris langsung,
atau konfirmasi tidak langsung melalui ramalan-ramalan yang didasarkan pada apa
yang ternyata benar. Dengan demikian, teori ilmiah mempunyai bentuk premis dan
konklusi. Inilah yang dimaksudkan dengan teori ilmiah yang memiliki bentuk rasional.
Karena kebenaran ilmiahnya rasional, hal itu bisa dicapai oleh setiap orang yang dapat
berpikir dengan jernih dan mempunyai kemampuan secukupnya untuk menguasai
bahasanya. Dengan kata lain, kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang sifatnya umum.
Berbeda dengan visi seniman atau mistikus, ia merupakan sesuatu yang esoteric atau
memiliki sifat yang pada pokoknya pribadi.7
Al-Ghazali membagi ilmu ke-dalam dua bagian yaitu ilmu fardu ain yang terdiri
dari ilmu-ilmu agama; dan ilmu fardhu kifayah yang terdiri dari ilmu-ilmu umum.
Sesungguhnya kedua macam ilmu tersebut haruslah dinilai dengan sejajar karena
sama-sam dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat. Ajaran islam merupakan ajaran yang seimbang, tidak boleh mengutakan yang
satu dan meninggalkan yang lain. Sebagaimana dalam Al-Quran menyatakan:
َ ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َواَحْ ِس ْن َك َمٓا اَحْ َسنَ هّٰللا ُ اِلَ ْي
ك َواَل تَب ِْغ ِ َس ن
َ َص ْيب َ ك ُ ال َّدا َر ااْل ٰ ِخ َرةَ َواَل تَ ْن
وا ْبتَغ ف ْيمٓا ٰا ٰتى َ هّٰللا
َ ِ ِ َ
َض ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِد ْين
ِ ْْالفَ َسا َد فِى ااْل َر
Artinya: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah
6
A.B. Shah, Metodologi Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986), Edisi I, hlm. 24.
7
A.B. Shah, Metodologi Ilmu Pengetahuan, Ibid., hlm. 24.
vii
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi. (QS. Al-Qashash [28]: 77)
Berdasarkan ayat tersebut Allah SWT mengingatkan manusia tentang tiga hal
penting; (1) bersikap seimbang dalam memajukan kehidupan yakni dunia sekuler dan
spiritual, (2) perintah agar berbuat baik, yakni dengan memanfaatkan segenap potensi
yang dimilikinya guna mewujudkan rahmat bagi seluruh alam, (3) tidak membuat
kerusakan dimuka bumi.
Setiap ilmu hendaknya tidak hanya bersifat teknis akan tetapi juga bersifat
moral dan operasional. Untuk itu problematika keilmuwan harus diatasi. Ilmu yang
dipandu dengan ke-imanan lah yang dapat mengangkat harkat dan martabat manusia.
Sebagaimana firman Allah SWT:
ح هّٰللا ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِي َْل ا ْن ُش ُزوْ ا فَا ْن ُش ُزوْ ا ِ ِٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوْ ا فِى ْال َم ٰجل
ِ س فَا ْف َسحُوْ ا يَ ْف َس
ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ خَ بِ ْي ٌر
ٍ ۗ يَرْ فَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم د ََر ٰج
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa
yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah [58]: 11)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa inti dari ilmu
pengetahuan merupakan suatu hasil pemikiran, observasi, penelitian, ide, dan teori
yang dihasilkan oleh proses kerja sama antara pancaindra dan akal dalam memahami
berbagai kajian yang teruji sebagai pemahaman manusia tentang alam semesta dan
dunianya, yakni wahyu menghaslkan ilmu agama, alam jagat raya menghasilkan ilmu
alam (sains), fenomena sosial menghasilkan ilmu sosial, segala hakikat yang
menghasilkan filsafat, dan cahaya Allah yang menghasilkan ilmu laduni. Menurut
pandangan dalam islam meskipun sifat dan karakternya berbeda namun segalanya
berasal dari Tuhan dan ciptaan Tuhan. Dengan memiliki ilmu pengetahuan maka hidup
akan terasa jauh lebih mudah dan cerdas serta dengan agama hidup menjadi lurus dan
baik.
viii
B. Ciri-ciri dan Tujuan Ilmu Pengetahuan
Para ahli menjelaskan tentang sifat dari ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah
(scientific) dengan ciri-ciri, sebagi berikut:
1. Memiliki objek yang jelas berupa fenomena alam ataupun sosial.
2. Menggunakan metode yang jelas berupa observasi dan eksperimen.
3. Telah disusun secara sistematik dan komprehensif.
4. Rasional, yakni mengandung premis, postulas, preposisi yang masuk akal.
5. Sudah dapat diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya di laboratorium.
6. Bersifat universal, yakni bahwa yang ditetapkan dalam teori tersebut dapat
digunakan untuk menjelaskan semua fenomena yang sama, dan diterima semua
ahli.
7. Memiliki time response yang jelas.
8. Terikat pada hukum-hukum yang serba pasti.8
Dalam pandangan masyarakat Barat, bahwa yang dimaksud dengan ilmu adalah
pengetahuan yang bersifat alamiah (scientific knowledge) dengan ciri-ciri antara lain:
1. Sistemik
Yaitu teori dan konsep yang terdapat dalam ilmu tersebut sudah tersusun rapih yang
didasarkan pada alasan-alasan tertentu yang bersifat logis.
8
A.B. Shah, Metodologi Ilmu Pengetahuan, Ibid., hlm. 24-56.
ix
4. Verifikatif
Yaitu bahwa ilmu pengetahuan tersebut dapat diuji dan divalidasi kebenarannya oleh
siapapun, dan hasilnya tetap sama, ajek atau konstan. Mislanya, hasil observasi dari
tiga orang dokter terhadap penyakit yang sama, baru dapat dikatakan ilmiah dan
menjadi pengetahuan yang scientific, jika hasilnya sama.
5. Objektif
Yaitu dapat dinyatakan dalam teori sesuai dengan fakta dan data yang ada di lapangan,
misalnya dikatakan bahwa umat islam adalah mayoritas di Indonesia. Pernyataan ini
dibuktikan dengan data dan fakta yang dikeluakan badan resmi yang terpercaya atau
dibuktikan dengan melihat langsung keadaan penduduk masyarakat.
7. Dialektif
Yaitu selalu berkomunikasi dan berinteraksi dengan fenomena alam, fenomena sosial,
fakta dan data.
x
berbeda dengan time response berlaku ajaran agama dimana apa yang dijanjikan Tuhan
di dalam Al-Quran sudah pasti benar.
9. Koheren
Yaitu Pandangan Barat terhadap ilmu pengetahuan ada yang sejalan dengan islam,
namun ada pula yang tidak sejalan.9
Ilmu berfungsi menjelaskan sebuah gejala atau fenomena yang dapat diamanati
dan masuk akal. Misalnya Ketika manusia melihat kendaraan berjalan, maka ilmu
menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan kendaraan tersebut berjalan. Buah jatuh
dari pohon, maka ilmu menjelaskan alasannya mengapa buah jatuh dari pohon.
Dengan ilmu segala sesuatu dapat dijelaskan, ilmu tak ubahnya seperti cahaya,
ilmu tidak bisa disembunyikan. Ilmu alam berfungsi sebagai dasar lahirnya teknologi;
ilmu sosial berfungsi mendasari sebuah konsep tentang pembangunan atau
perencanaan sosial untuk masa depan misalnya; ilmu agama berfungsi sebagai
landasan spiritual, etika, moral, dan perilaku; ilmu filsafat berfungsi sebagai dasar-
dasar pengembangan berbagai ilmu; dan ilmu intuisi berfungsi melakukan integrasi
batiniah dan pencerahan spiritual.10
xi
Adapun perbedaannya yaitu, ilmunya bersifat khusus, sedangkan filsafat
bersifat menyeluruh. Misalnya ilmu hanya membahas bagian tertentu dari manusia,
misalnya bahas khusus mengenasi fisik seperti biologi, misalnya ada yang membahas
tentang kulit, telinga, mata, tenggorokan, leher, ginjal, dan liver. Adapun filsafat
membahas semua aspek manusia dari segi aspek manusia dari segi luarnya yang dapat
diamati. Dari hasil kajian secara menyeluruh tentang manusia tersebut. Maka lahir
kesimpulan, bahwa manusia adalah al-hayawan al-naathiq: binatang yang berpikir.
Kedua, ilmu menjangkau hal-hal yang bersifat empiris melalui observasi dan
pengamatan, sedangkan filsafat menjangkau hal-hal yang bersifat abstrak, seperti
tentang emanasi , jiwa/roh, akal, teori kenabian, kebaikan dan kejahatan, ruang, dan
waktu. Ketiga, ilmu adalah hasil atau bagian dari filsafat, sedangkan filsafat bukan
hasil dari ilmu. Dengan kata lain, filsafat adalah induknya ilmu pengetahuan, karena
metode induksi melalui observasi dan pengamatan yang digunakan oleh ilmu
pengetahuan yaitu bagian dari metode filsafat, walaupun belakangan ini, filsafat hanya
menggunakan metode deduksi yang bertolak dari yang umum kepada bagian yang
khusus.
xii
sebagainya. Dalam rangka memelihara harta, perlu dibangun berbagai unit usaha,
perdagangan, industri, pertanian, jasa, dan sebagainya. Dan dalam rangka memelihara
keturunan perlu dibentuk tata cara upacara perkawinan, hubungan suami istri,
pemberian nafkah, dan sebagainya. Dengan dilaksanakannya berbagai kegiatan
tersebut, maka akan lahirlah kebudayaan dan peradaban.
Adapun perbedaannya adalah ilmu dan filsafat mengandalkan pancaindra dan
akal manusia, sedangkan agama mengandalkan wahyu dan intuisi dari tuhan, walaupun
dalam memahami dan mengamalkannya butuh bantuan akal. Kedua, kebenaran ilmu
dan filsafat relative, sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak dan abadi, kecuali
pemahamannya juga bersifat relatif. Ketiga, agama mengarahkan penggunaan ilmu dan
filsafat agar tidak menyimpang atau tidak digunakan untuk ingkar kepada tuhan atau
membahayakan manusia, sedangkan ilmu dan filsafat akan membantu mempercepat
tercapainya tujuan agama.11
11
Abuddin Nata, op.cit., hal 47
xiii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian (baik tentang
segala yang teramsuk jenis kebatinian maupun keadaan alam dan sebagainya). Para
ilmuwan menyepakati tentang ilmu pengetahuan adalah pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge), yaitu pengetahuan yang memiliki ciri-ciri:
Kemudian dapat dikemukakan bahwa ilmu, filsafat, dan agama adalah realistis atau
kenyataan. Keberadaan ilmu, filsfat, dan agama memiliki dampak positif dan juga
negatif dalam kehidupan. Oleh karena itu, keberadaan ilmu, filsafat, dan agama akan
tetap tumbuh dan berkembang satu sama lain yang memiliki peran dalam kehidupan
masyarakat.
B. Saran
Di era modernisasi saat ini yang mana kehidupan sudah semakin mudah dengan adanya
teknologi-teknologi yang canggih sehingga banyak dari sebagian manusia yang
bermalas-malasan dengan mengesampingkan ilmu pengetahuan, maka sebagai umat
manusia kita harus terus menggali ilmu pengetahuan yang berguna bagi umat bangsa
dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan menjadikan Al-Quran
dan Al-Sunnah sebagai sumber pegangan hidup karena keduanya merupakan sumber
ilmu yang paling utama.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
John M. Echoll dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1980), Cet. VII.
Weher Hans, A Dictionary of Modern Written Arabic, (ed) by. J. Milton Cowan,
(Beirut: Librarie Du Liban, and London: Macdonald & Evans, Ltd, 1974), Third
Printing.
Nata Abuddin, Islam dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Prenadamedia, 2018), Cet. I.
Shah, A.B., Metodologi Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986),
Edisi I.
xv