Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Disusun guna memenuhi tugas kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Abuddin, M.A

Disusun Oleh

1. Deni Sahroni 11220182000064


2. Rafi Mohammad 11220182000070
3. Syabillah Azzahra 11220182000071

PROGRAM STUDI MANAJAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’Ala


yang telah mecncurahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kelompok kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Islam dan Ilmu Pengtahuan” dengan waktu
yang tepat. Tujuan makalah ini dibuat untuk penyelesaian tugas Islam Dan Ilmu
Pengetahuan selain itu makalah ini juga memiliki tujuan untuk mengetahui pengertian
ilmu pengetahuan ciri-cirinya tujuannya persamaan dan perbedaan dengan agama dan
filasafat kepada para pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H Abuddin, M.A.
selaku dosen pengampu mata kuliah Islam Dan Ilmu Pengetahuan ucapan terima kasih
juga kepada rekan-rekan kelas 1C. Kami menyadari keterbatasan ilmu kami, oleh
karena itu makalah ini jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran insya Allah akan
membuat makalah ini lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat dan memberi
pengetahuan tambahan kepada pembaca.

Jakarta, 4 Maret 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan...................................................................................3
B. Ciri-ciri dan Tujuan Ilmu Pengetahuan.....................................................................6
C. Persamaan dan Perbedaannya...................................................................................8
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan.............................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan tersusun dari kata ilmu dan pengetahuan. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian (baik
tentang segala yang masuk jenis kebatinan mau- pun yang berkenaan dengan keadaan
alam dan sebagainya).’ Adapun dalam Oxford English Dictionary terdapat tiga arti dari
ilmu, yaitu: (1) informasi dan kecakapan yang diperoleh melalui pengalaman dan
pendidikan; (2) keseluruhan dari apa yang diketahui; dan (3) kesadaran atau kebiasaan
yang didapat melalui pengalaman akan suatu fakta atau keadaan. Dalam elati Arab, kata
ilmu jamaknya ulum diartikan ilmu pengetahuan.
Sedangkan Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang
membahas berbagai macam hal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Sebagai
filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha membahas ilmu pengetahuan sebagai
obyeknya secara rasional (kritis, logis, dan sistematis), menyeluruh dan mendasar.
Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan
secara jeas, benar dan lengkap, serta mendasar untuk dapat menemukan kerangka pokok
serta unsur-unsur hakiki yang kiranya menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan yang
sebenarnya. Sehinga kita dapat menentukan identitas ilmu pengetahuan dengan benar,
dapat menentukan mana yang termasuk ilmu pengetahuan, dan mana yang tidak
termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan.
Filsafat yang didasari semangat mencari kejelasan, kebenaran serta
kebijaksanaan, tentu saja tidak puas terhadap kebiasaan-kebiasaan serta pendapat-
pendapat yang dikemukakan begitu saja tanpa adanya landasan pemikiran rasional dan
obyektif yang dapat dipertanggungjawabkan. Filsafatlah merupakan pelopor yang
pertama-tama berani mendobrak dan membongkar pandangan-pandangan tradisional
dan mitis yang sejak lama hanya diterima begitu saja tanpa adanya penjelasan rasional.
Filsafat dengan pertanyaan-pertanyaannya yang rasional (kritis, logis, sistematis),
obyektif, menyeluruh dan radikal berusaha membongkar pandangan-pandangan yang
dikemukan begitu saja tanpa adanya penjelasan rasional, serta membongkar kebiasaan-
kebiasaan yang tidak memiliki orientasi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

iv
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini sebagai berikut;
1. Apa pengertian ilmu?
2. Apa Ciri-ciri dan tujuan Ilmu?
3. Apa persamaan dan perbedaannya dengan agama dan filasafat?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Ilmu


2. Megetahui ciri-ciri dan tujuan ilmu
3. Mengetahui persamaan dan perbedaan dengan agama dan filasafat

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai pengetahuan


atau kepandaian, baik itu segala yang masuk jenis kebatinan maupun yang berkenaan
dengan keadaan alam akhirat, pengetauan mengenai segala sesuatu sesudah hidup di
dunia ini; ilmu akhlak misalnya, berbicara pengetahuan tentang tabiat manusia….1
Dalam Bahasa Inggris, ilmu pengetahuan adalah terjemahan dari kata science; science
of language misalnya diartikan ilmu pengetahuan bahasa; science of fiction, arti cerita
khayal yagbersifat ilmiah.2 Dalam bahasa Arab, kata ilmu jamaknya ‘ulum diartikan
ilmu pengetahuan.3
Dalam A Dictionary of Modern Written Arabic, ilmu diartikan bermacam-
macam: knowledge (pengetahuan), learning (pembelajaran), lore (adat dan
pengetahuan), cognizance (pengetahuan, tanggung jawab); information (informasi),
cognition (pengakuan), intellectualitation (pemikiran akal), perception (tanggapan),
knowledge (pengetahuan), science (natural science).4
Definisi tersebut mengandung beberapa pengertian. Pertama, ilmu mencakup
semua jenis atau macam pengetahuan, baik pengetahuan yang bersifat eksakta, bahasa,
fenomena alam, fenomena sosial, sejarah, pengetahuan agama, pengetahuan tentang
kehidupan di dunia, dan pengetahuan tentang kehidupan di akhirat. Kedua, karena
pengetahuan diperoleh melalui observasi, penelitian, perenungan dan percobaan yang
menggunakan segenap pemikiran manusia, maka ilmu itu merupakan hasil usaha
manusia, kecuali ilmu yang diberikan oleh Tuhan melalui wahyu atau kitab sucinya.
Ketiga, ilmu dapat berfungsi sebagai informasi, pengakuan, argumentasi, dan
tanggapan.5

1
W.J.S. Poerwadarmnta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Cet. XII, hlm.
373.
2
John M. Echoll dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1980), Cet. VII, hlm.
504.
3
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1972), hlm. 278.
4
Hans Weher, A Dictionary of Modern Written Arabic, (ed) by. J. Milton Cowan, (Beirut: Librarie Du
Liban, and London: Macdonald & Evans, Ltd, 1974), Third Printing, hlm. 635.
5
Abuddin Nata, Islam dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Prenadamedia, 2018), Cet. I, hlm. 22

vi
Ilmu pengetahuan secara operasional dapat dikemukakan sebagai berikut:
Apa yang dilakukan seseorang ilmuwan itu bukan sesuatu yang sederhana. Ia
melakukan eksperimen dan mencatat hasilnya, mengamati fenomena alam dan sosial,
duduk di kamar kerjanya dan memecahkan persamaan-persamaan, berpikir serius untuk
jangka waktu yang lama, atau membiarkan sesuatu masalah mengndap dalam otaknya
tanpa ia pikirkan lagi selama berminggu-minggu sampai pada suatu hari ia
mempertanggungjawabkan secara ilmiah dalam bentuk sebuah hipotesis baru atau suatu
metode baru yang menerjang pikirannya bagaikan gambaran cahaya kilat.6
Terdapat pula istilah kebenaran ilmiah, yaitu kebenaran yang diperoleh melalui
proses: Proposi-proposi yang dideduksikan sebagai konsekuensi-konsekuensi logis
dari asumsi dasar tertentu, dan kesahihannya memerlukan verifikasi empiris langsung,
atau konfirmasi tidak langsung melalui ramalan-ramalan yang didasarkan pada apa
yang ternyata benar. Dengan demikian, teori ilmiah mempunyai bentuk premis dan
konklusi. Inilah yang dimaksudkan dengan teori ilmiah yang memiliki bentuk rasional.
Karena kebenaran ilmiahnya rasional, hal itu bisa dicapai oleh setiap orang yang dapat
berpikir dengan jernih dan mempunyai kemampuan secukupnya untuk menguasai
bahasanya. Dengan kata lain, kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang sifatnya umum.
Berbeda dengan visi seniman atau mistikus, ia merupakan sesuatu yang esoteric atau
memiliki sifat yang pada pokoknya pribadi.7
Al-Ghazali membagi ilmu ke-dalam dua bagian yaitu ilmu fardu ain yang terdiri
dari ilmu-ilmu agama; dan ilmu fardhu kifayah yang terdiri dari ilmu-ilmu umum.
Sesungguhnya kedua macam ilmu tersebut haruslah dinilai dengan sejajar karena
sama-sam dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat. Ajaran islam merupakan ajaran yang seimbang, tidak boleh mengutakan yang
satu dan meninggalkan yang lain. Sebagaimana dalam Al-Quran menyatakan:
َ ‫ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َواَحْ ِس ْن َك َمٓا اَحْ َسنَ هّٰللا ُ اِلَ ْي‬
‫ك َواَل تَب ِْغ‬ ِ َ‫س ن‬
َ َ‫ص ْيب‬ َ ‫ك ُ ال َّدا َر ااْل ٰ ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬
‫وا ْبتَغ ف ْيمٓا ٰا ٰتى َ هّٰللا‬
َ ِ ِ َ
َ‫ض ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِد ْين‬
ِ ْ‫ْالفَ َسا َد فِى ااْل َر‬
Artinya: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah
6
A.B. Shah, Metodologi Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986), Edisi I, hlm. 24.
7
A.B. Shah, Metodologi Ilmu Pengetahuan, Ibid., hlm. 24.

vii
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi. (QS. Al-Qashash [28]: 77)
Berdasarkan ayat tersebut Allah SWT mengingatkan manusia tentang tiga hal
penting; (1) bersikap seimbang dalam memajukan kehidupan yakni dunia sekuler dan
spiritual, (2) perintah agar berbuat baik, yakni dengan memanfaatkan segenap potensi
yang dimilikinya guna mewujudkan rahmat bagi seluruh alam, (3) tidak membuat
kerusakan dimuka bumi.
Setiap ilmu hendaknya tidak hanya bersifat teknis akan tetapi juga bersifat
moral dan operasional. Untuk itu problematika keilmuwan harus diatasi. Ilmu yang
dipandu dengan ke-imanan lah yang dapat mengangkat harkat dan martabat manusia.
Sebagaimana firman Allah SWT:
‫ح هّٰللا ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِي َْل ا ْن ُش ُزوْ ا فَا ْن ُش ُزوْ ا‬ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوْ ا فِى ْال َم ٰجل‬
ِ ‫س فَا ْف َسحُوْ ا يَ ْف َس‬
‫ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ خَ بِ ْي ٌر‬
ٍ ۗ ‫يَرْ فَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم د ََر ٰج‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa
yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah [58]: 11)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa inti dari ilmu
pengetahuan merupakan suatu hasil pemikiran, observasi, penelitian, ide, dan teori
yang dihasilkan oleh proses kerja sama antara pancaindra dan akal dalam memahami
berbagai kajian yang teruji sebagai pemahaman manusia tentang alam semesta dan
dunianya, yakni wahyu menghaslkan ilmu agama, alam jagat raya menghasilkan ilmu
alam (sains), fenomena sosial menghasilkan ilmu sosial, segala hakikat yang
menghasilkan filsafat, dan cahaya Allah yang menghasilkan ilmu laduni. Menurut
pandangan dalam islam meskipun sifat dan karakternya berbeda namun segalanya
berasal dari Tuhan dan ciptaan Tuhan. Dengan memiliki ilmu pengetahuan maka hidup
akan terasa jauh lebih mudah dan cerdas serta dengan agama hidup menjadi lurus dan
baik.

viii
B. Ciri-ciri dan Tujuan Ilmu Pengetahuan

Para ahli menjelaskan tentang sifat dari ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah
(scientific) dengan ciri-ciri, sebagi berikut:
1. Memiliki objek yang jelas berupa fenomena alam ataupun sosial.
2. Menggunakan metode yang jelas berupa observasi dan eksperimen.
3. Telah disusun secara sistematik dan komprehensif.
4. Rasional, yakni mengandung premis, postulas, preposisi yang masuk akal.
5. Sudah dapat diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya di laboratorium.
6. Bersifat universal, yakni bahwa yang ditetapkan dalam teori tersebut dapat
digunakan untuk menjelaskan semua fenomena yang sama, dan diterima semua
ahli.
7. Memiliki time response yang jelas.
8. Terikat pada hukum-hukum yang serba pasti.8

Dalam pandangan masyarakat Barat, bahwa yang dimaksud dengan ilmu adalah
pengetahuan yang bersifat alamiah (scientific knowledge) dengan ciri-ciri antara lain:
1. Sistemik
Yaitu teori dan konsep yang terdapat dalam ilmu tersebut sudah tersusun rapih yang
didasarkan pada alasan-alasan tertentu yang bersifat logis.

2. Empiristik, positivistic, dan rasional


Yang dimaksud dengan empiristik ialah isi dari ilmu pengetahuan merupakan hal-hal
yang tampak, yakni dapat dilihat, diraba, difoto, diukur, dihitung, direkam, dan
sebagainya melalui pancaindra. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan harus merupakan
hasil penelitian dengan menggunakan pbservasi dan eksperimen.

3. Terikat hukum sebab akibat (kualitas)


Yaitu adanya dua variable yang memiliki hubungan sebab akibat, misalnya karena
tanaman tersebut dirawat, dipupuk, disirami, dan ditanam di tanah yang subur dalam
cuaca yang sesuai, maka tanaman tersebut tumbuh dengan subur.

8
A.B. Shah, Metodologi Ilmu Pengetahuan, Ibid., hlm. 24-56.

ix
4. Verifikatif
Yaitu bahwa ilmu pengetahuan tersebut dapat diuji dan divalidasi kebenarannya oleh
siapapun, dan hasilnya tetap sama, ajek atau konstan. Mislanya, hasil observasi dari
tiga orang dokter terhadap penyakit yang sama, baru dapat dikatakan ilmiah dan
menjadi pengetahuan yang scientific, jika hasilnya sama.

5. Objektif
Yaitu dapat dinyatakan dalam teori sesuai dengan fakta dan data yang ada di lapangan,
misalnya dikatakan bahwa umat islam adalah mayoritas di Indonesia. Pernyataan ini
dibuktikan dengan data dan fakta yang dikeluakan badan resmi yang terpercaya atau
dibuktikan dengan melihat langsung keadaan penduduk masyarakat.

6. Relatif dan Nisbi


Yaitu suatu keadaan yang tidak mutlak atau tidak benar selamanya,melainkan
kebenaran yang terbatas masa berlakunya, terutama ilmu yang pengetahuan sosial.
Misalnya teori tentang islam di Jawa yang terdiri dari kelompok abangan, santri, dan
priayi.

7. Dialektif
Yaitu selalu berkomunikasi dan berinteraksi dengan fenomena alam, fenomena sosial,
fakta dan data.

8. Time Response yang tetap


Yaitu reaksi yang ditimbulkan dari sebuah percobaan atas teori ilmu pengetahuan yang
dapat diperkirakan dan dihitung waktu yang digunakan atas respon tersebut. Misalnya,
jika air dipanaskan dari sejak dimasukkan ke dalam bejana dan diletakkan di atas
kompor, maka mulai dari diletakkannya di dalam bejana hingga mendidih dapat
dihitung waktu yang digunakannya. Atas dasar ini, maka seorang juru masak di
restoran sudah dapat memastikan kepada para pelanggannya, bahwa dalam waktu
sekian menit makanan tersebut siap disajikan. Keadaan ini dapat dipercepat time
response-nya jika menambahkan jumlah sumbuh kompor atau tekanan api. Hal ini

x
berbeda dengan time response berlaku ajaran agama dimana apa yang dijanjikan Tuhan
di dalam Al-Quran sudah pasti benar.

9. Koheren
Yaitu Pandangan Barat terhadap ilmu pengetahuan ada yang sejalan dengan islam,
namun ada pula yang tidak sejalan.9

Ilmu berfungsi menjelaskan sebuah gejala atau fenomena yang dapat diamanati
dan masuk akal. Misalnya Ketika manusia melihat kendaraan berjalan, maka ilmu
menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan kendaraan tersebut berjalan. Buah jatuh
dari pohon, maka ilmu menjelaskan alasannya mengapa buah jatuh dari pohon.
Dengan ilmu segala sesuatu dapat dijelaskan, ilmu tak ubahnya seperti cahaya,
ilmu tidak bisa disembunyikan. Ilmu alam berfungsi sebagai dasar lahirnya teknologi;
ilmu sosial berfungsi mendasari sebuah konsep tentang pembangunan atau
perencanaan sosial untuk masa depan misalnya; ilmu agama berfungsi sebagai
landasan spiritual, etika, moral, dan perilaku; ilmu filsafat berfungsi sebagai dasar-
dasar pengembangan berbagai ilmu; dan ilmu intuisi berfungsi melakukan integrasi
batiniah dan pencerahan spiritual.10

C. Persamaan dan Perbedaannya

1. Ilmu dan Filsafat


Filsafat dan ilmu merupakan bagian dari filsafat. Pembahasan filsafat ilmu
berkisar pada ontologi, yaitu hakekat ilmu pengetahuan, epistemology, yaitu
pencarian/penemuan ilmu pengetahuan, dan aksiologi, yaitu manfaat ilmu
pengetahuan.
Persamaan ilmu dan filsafat diantaranya terjadi pada tujuannya, ilmu dan
filsafat mempunyai kesamaan yaitu mencari kebenaran, yakni sesuatu yang dapat
diterima oleh akal. Kedua, ilmu dan filsafat merupakan produk dari manusia. Ketiga,
ilmu dan filsafat bersifat dapat diubah. Keempat, ilmu dan filsafat bersifat terbatas
jangkauannya yakni wilayah yang bisa dijangkau oleh akal dan pancaindra.
9
Abuddin Nata, Op.Cit., hlm 34-39.
10
Ibid., hlm. 26.

xi
Adapun perbedaannya yaitu, ilmunya bersifat khusus, sedangkan filsafat
bersifat menyeluruh. Misalnya ilmu hanya membahas bagian tertentu dari manusia,
misalnya bahas khusus mengenasi fisik seperti biologi, misalnya ada yang membahas
tentang kulit, telinga, mata, tenggorokan, leher, ginjal, dan liver. Adapun filsafat
membahas semua aspek manusia dari segi aspek manusia dari segi luarnya yang dapat
diamati. Dari hasil kajian secara menyeluruh tentang manusia tersebut. Maka lahir
kesimpulan, bahwa manusia adalah al-hayawan al-naathiq: binatang yang berpikir.
Kedua, ilmu menjangkau hal-hal yang bersifat empiris melalui observasi dan
pengamatan, sedangkan filsafat menjangkau hal-hal yang bersifat abstrak, seperti
tentang emanasi , jiwa/roh, akal, teori kenabian, kebaikan dan kejahatan, ruang, dan
waktu. Ketiga, ilmu adalah hasil atau bagian dari filsafat, sedangkan filsafat bukan
hasil dari ilmu. Dengan kata lain, filsafat adalah induknya ilmu pengetahuan, karena
metode induksi melalui observasi dan pengamatan yang digunakan oleh ilmu
pengetahuan yaitu bagian dari metode filsafat, walaupun belakangan ini, filsafat hanya
menggunakan metode deduksi yang bertolak dari yang umum kepada bagian yang
khusus.

2. Ilmu, Filsafat, dan Agama


Persamaan antara ilmu, filsafat, dan agama adalah sama-sama membawa
kebenaran, walaupun sifatnya berbeda. Kebenaran ilmu dan filsafat relative, dan nisbi,
sedangkan kebenaran agama mutlak dan abadi. Karena itu, jika kebenaran ilmu dan
filsafat dengan kebenaran agama berbeda, maka yang dimenangkan adalah kebenaran
agama. Kedua, sama-sama membawa kebaikan bagi umat manusia. Ilmu menghasilkan
teknologi yang memberi kemudahan pada manusia, filsafat menunjukkan hakikat atau
kebenaran tentang sesuatu agama membimbing manusia agar hidup yang lurus,
beriman dan bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia terhadap sesama manusia.
Ketiga, ilmu filsafat dan agama sama-sama membawa kemajuan. Dalam rangka
melaksanakan atau mencapai tujuan agama yang terkait dengan memelihara jiwa perlu
peraturan yang menjaga keamanan manusia, mendirikan rumah sakit, memproduksi
obat, menyiapkan aparat keamanan dan sebagainya. Dalam rangka memelihara akal
perlu Lembaga Pendidikan, menyiapkan buku bacaan, guru, kementerian Pendidikan,
dan larangan minuman keras, dan sebagainya. Dalam rangka memelihara agama, perlu
dibangun sarana dan prasarana ibadah, buku-buku agama, khatib, imam, pesantren, dan

xii
sebagainya. Dalam rangka memelihara harta, perlu dibangun berbagai unit usaha,
perdagangan, industri, pertanian, jasa, dan sebagainya. Dan dalam rangka memelihara
keturunan perlu dibentuk tata cara upacara perkawinan, hubungan suami istri,
pemberian nafkah, dan sebagainya. Dengan dilaksanakannya berbagai kegiatan
tersebut, maka akan lahirlah kebudayaan dan peradaban.
Adapun perbedaannya adalah ilmu dan filsafat mengandalkan pancaindra dan
akal manusia, sedangkan agama mengandalkan wahyu dan intuisi dari tuhan, walaupun
dalam memahami dan mengamalkannya butuh bantuan akal. Kedua, kebenaran ilmu
dan filsafat relative, sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak dan abadi, kecuali
pemahamannya juga bersifat relatif. Ketiga, agama mengarahkan penggunaan ilmu dan
filsafat agar tidak menyimpang atau tidak digunakan untuk ingkar kepada tuhan atau
membahayakan manusia, sedangkan ilmu dan filsafat akan membantu mempercepat
tercapainya tujuan agama.11

11
Abuddin Nata, op.cit., hal 47

xiii
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian (baik tentang
segala yang teramsuk jenis kebatinian maupun keadaan alam dan sebagainya). Para
ilmuwan menyepakati tentang ilmu pengetahuan adalah pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge), yaitu pengetahuan yang memiliki ciri-ciri:

1. Memiliki objek yang jelas berupa fenomena alam ataupun sosial.


2. Menggunakan metode yang jelas berupa observasi dan eksperimen.
3. Telah disusun secara sistematik dan komprehensif.
4. Rasional, yakni mengandung premis, postulas, preposisi yang masuk akal.
5. Sudah dapat diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya di laboratorium.
6. Bersifat universal, yakni bahwa yang ditetapkan dalam teori tersebut dapat
digunakan untuk menjelaskan semua fenomena yang sama, dan diterima semua
ahli.
7. Memiliki time response yang jelas.
8. Terikat pada hukum-hukum yang serba pasti.

Kemudian dapat dikemukakan bahwa ilmu, filsafat, dan agama adalah realistis atau
kenyataan. Keberadaan ilmu, filsfat, dan agama memiliki dampak positif dan juga
negatif dalam kehidupan. Oleh karena itu, keberadaan ilmu, filsafat, dan agama akan
tetap tumbuh dan berkembang satu sama lain yang memiliki peran dalam kehidupan
masyarakat.

B. Saran

Di era modernisasi saat ini yang mana kehidupan sudah semakin mudah dengan adanya
teknologi-teknologi yang canggih sehingga banyak dari sebagian manusia yang
bermalas-malasan dengan mengesampingkan ilmu pengetahuan, maka sebagai umat
manusia kita harus terus menggali ilmu pengetahuan yang berguna bagi umat bangsa
dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan menjadikan Al-Quran
dan Al-Sunnah sebagai sumber pegangan hidup karena keduanya merupakan sumber
ilmu yang paling utama.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Poerwadarmnta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,


1991), Cet. XII.

John M. Echoll dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1980), Cet. VII.

Yunus Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1972).

Weher Hans, A Dictionary of Modern Written Arabic, (ed) by. J. Milton Cowan,
(Beirut: Librarie Du Liban, and London: Macdonald & Evans, Ltd, 1974), Third
Printing.

Nata Abuddin, Islam dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Prenadamedia, 2018), Cet. I.

Shah, A.B., Metodologi Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986),
Edisi I.

xv

Anda mungkin juga menyukai