Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pendidik dalam
Perspektif Pendidikan Islam ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai bagaimana seorang pendidik dalam perspektif pendidikan islam, dan
juga mengetahui bagaimana kedudukan guru, ciri-ciri dan karakteristik pendidik, syarat menjadi
pendidik dalam perspektif pendidikan islam. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................. 3

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 4

A. Latar Belakang ................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 5

BAB II : ISI .................................................................................................... 6

A. Pengertian dan Hakikat Pendidik ....................................................... 6

B. Kedudukan Pendidik dalam Pendidikan Islam .................................. 9

C. Peran Pendidik dalam Pembinann Akhlaq ........................................ 11

D. Tugas, Tanggung Jawab, dan Hak Pendidik ..................................... 12

E. Kode Etik Pendidik dalam Pendidikan Islam ................................... 14

BAB III : PENUTUP .................................................................................... 17

A. Kesimpulan ....................................................................................... 17

B. Kritik dan Saran ................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam mempunyai tujuan akhir yaitu agar terciptanya insan kamil, dan untuk
mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam pendidikan Islam, seorang pendidik mempunyai
tanggung jawab dalam mengantarkan peserta didik ke arah yang dimaksud, sehingga keberadaan
pendidik dalam dunia pendidikan sangatlah penting, sebab kewajibannya tidak hanya
memberikan atau memasukkan ilmu pengetahuan tetapi juga dituntut untuk menginternalisasikan
nilai-nilai pada peserta didik, dan sebagai pendidik juga bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensinya, baik potensi
afektif, kognitif maupun psikomotorik, ataupun sering disebut potensi rasa, cipta, dan karsa. Nah,
maka dari itu, pembahasan yang terdapat dalam makalah ini, akan memberkan informasi atau
gambaran tentang hakikat pendidik dalam perspektif pendidikan Islam, siapa sajakah pendidik
dalam pendidikan Islam, Peran pendidik dalam pembinaan akhlak, Sifat guru dalam pendidikan
Islam, dan yang terakhir tugas pendidik dalam pendidikan Islam.

Makalah ini bertujuan agar setelah mengetahui bagaimana pendidik dalam perspektif pendidikan
Islam, akan membantu pembaca dalam mengaktualisasikan perannya terhadap perkembangan
generasi agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi bangsa dan agama. Khususnya mahasiswa
dan mahasiswi UNISNU Jepara yang memang berada dalam instansi pendidikan yaitu fakultas
ilmu keguruan dan tarbiyah.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dan hakikat pendidik?

2. Bagaimana kedudukan pendidik dalam pendidikan islam?

3. Bagaimana peran pendidik dalam pembinann akhlaq?

4. Apakah tugas, tanggung jawab, dan hak pendidik dalam pendidikan islam

5. Bagaimana kode etik pendidik dalam pendidikan islam

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah
Ilmu Pendidikan Islam, selain itu penulisan makalah ini juga bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengertian dan hakikat pendidik

2. Untuk mengetahui kedudukan pendidik dalam pendidikan islam

3. Untuk mengetahui peran pendidik dalam pembinann akhlaq

4. Untuk mengetahui tugas, tanggung jawab, dan hak pendidik dalam pendidikan islam

5. Untuk mengetahui kode etik pendidik dalam pendidikan islam


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hakikat Pendidik

1. Pengertian Pendidik

Secara etimologi dalam konteks pendidikan islam, pendidik disebut juga dengan murabbi,
muallim, dan muaddib.[1]

Kata atau istilah “murabbi” misalnya sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih
mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani. Pemeliharaan seperti ini
terlihat pada proses orang tua membesarkan anaknya. Mereka tentu berusaha memberikan
pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan kepribadian serta
akhlak yang terpuji.

Sedangkan untuk istilah “mu’allim”, pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas
yang lebih berfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan dari seorang yang tahu
kepada seorang yang tidak tahu. Adapun istilah “muaddib” menurut al-Attas, lebih luas dari
istilah muallim dan lebih relevan dengan konsep pendidikan islam.[2]

Secara terminologi Muhaimin menggunakan istilah-istilah di bawah ini, untuk lebih jelasnya
dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Ustadz adalah orang yang berkomitmen dengan profesionalitas, yang melekat pada dirinya
sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu prosese hasil kerja, serta sikap continous improvement.

b. Mua’llim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkan srta
menjalankan fungsinya dalam kehidupan, menjalankan dimensi teoritis praktisnya, sekaligus
melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi, serta implementasi.

c. Muraddib adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta agar mampu berkreasi seta
maampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan mala petaka bagi
dirinya, masyarakat dan alalm sekitar.

d. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi dari atau
menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didik.

e. Mudarris adalah orang yang memilki kepekaan intelektual dan informasi serta
memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan dan berusaha mencerdaskan
peserta didik, memberantas kebodohan mereka, serta meletih keterampilan sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuan.

f. Muaddib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik un tuk tanggung jawab
dalam membangun peradaban yang berkualitras di masa depan.[3]

2. Hakikat Pendidik

Hakekat pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
pekembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung
jawab memberi pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan, maupun berdiri sendiri memenuhi tingkat kedewasaannya,
mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT dan mampu
sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk individu yang mandiri. Marimba mengartikan
pendidik sebagai orang yang memikul pertanggung jawaban sebagai pendidik, yaitu manusia
dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta
didik. Pendidik juga diartikan sebagai orang yang betanggung jawab dalam menginternalisasikan
nilai -nilai religious dan berupaya menciptakan individu yang memiliki pola pikir ilmiah dan
pribadi yang sempurna.[4]

Jika kita lihat dari hakikat pendidik diatas, jelas bahwa kehadiran seorang pendidik itu sangat
diharapkan untuk perkembangan peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan yang
diharapkan mampu untuk menjadi makhluk sosial mampu untuk memenuhi berdiri sendiri
memenuhi tingkat kedewasaan sehingga menjadi hamba yang selalu bertaqwa kepada Allah
SWT, dan memilikiakhlaktul karimah.

Pendidik dalam islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak
didik. Dalam islam, orang yang paling bertanggung jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan
ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal: pertama,
karena kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan kerena itu ia di
takdirkan pula bertanggung jawab mendidik anaknya; kedua, karena kepentingan kedua orang
tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya
adalah sukses orang tuanya juga. Pada awalnya tugas itu adalah murni tugas kedua orang tua ;
jadi tidak perlu orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah. Akan tetapi, karena perkembangan
pengetahuan, keterampilan, sikap, serta kebutuhan hidup sudah sedemikian luas, dalam, dan
rumit. Maka orang tua tidak mampu lagi melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya.
Coba bayangkan, seandainya orang tua mendidik anaknya sejak tingkat dasar sampai perguruan
tinggi dirumah, oleh dirinya sendiri, sekalipun katakanlah orang tua mampu menyelenggarakan
itu, apa yang terjadi ? mahal, tidak efisien, dan mungkin juga tidak akan efektif. Pada zaman
yang telah maju ini semakin banyak tugas orang tua sebagai pendidik yang diserahkan kepada
sekolah. Itu lebih murah lebih efisien, dan juga lebih efektif.[5]

Jika kita lihat dari konteks pendidik diatas yang menyatakan bahwa memang orang tua sangat
berperan penting dalam perkembangan anak, bisa juga dibilang orang tua adalah yang paling
berperan. Terdapat dua alasan mengapa orang tua sangat berperan penting dalam pendidikan
anak, yang pertama karena kodrat, dan kedua adalah kepentingan orang tua terhadap anak.
Walaupun demikian tidak bisa sepenuhnya pendidikan anak itu dibebankan kepada orang tua,
karena jika hal pendidikan anak itu hanya dibebankan kepada orang tua maka tidak efisien dan
tidak efektif. Pada zaman sekarang ini banyak tugas mendidik dari orang tua itu diserahkan
kepada sekolah. Maka itu akan lebih efisien dan efektif.

B. Kedudukan Pendidik dalam Pendidikan Islam

Dalam islam orang yang beriman dan berilmu pengetahuan sangat luhur kedudukannya di sisi
Alloh SWT. sebab guru memiliki beberapa fungsi mulia, diantaranya :

1. Fungsi penyucian : sebagai pemelihara diri, pengembang serta pemelihara fitroh manusia.

2. Fungsi pengajaran : sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan.

Selanjutnya, jika kita mencoba mengikuti petunjuk Al-Qur’an, akan dijumpai informasi bahwa
yang menjadi pendidik itu secara garis besar ada 4, yaitu[6] :

a. Sebagai pendidik pertama adalah Allah

b. Sebagai pendidik kedua adalah Nabi Muhammad SAW

c. Sebagai pendidik ketiga adalah orang tua

d. Sebagai pendidik ke empat adalah orang lain. Orang lain inilah yang nantinya disebut guru.
Seorang pendidik yang melakukan kegiatan dan memberikan pengetahuan, ketrampilan,
pendidikan, pengalaman, dan sebagainya. Orang yang melakukan kegiatan ini bisa siapa saja dan
dimana saja. Di rumah, orang yang melakukan tugas tersebut adalah kedua orang tua, karena
secara moral dan teologis merekalah yang diserahi tanggungjawab mendidik anaknya.
Selanjutnya disekolah tugas tersebut dilakukan oleh guru, dan di masyarakat dilakukan oleh
organissasi-organisasi kependidikan dan sebagainya. Atas dasar ini, maka yang termasuk dalam
pendidikan itu bisa kedua orang tua, guru, tokoh masyarakat dan sebagainya.

Istilah pendidik dalam beberapa literatur kependidikan sering diwakili oleh istilah guru. Guru
sebagai orang yang kerjanya mengajar/memberikan pengajaran di sekolah/kelas. Artinya, guru
bekerja dalam pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak–
anak mencapai kedewasaan masing–masing. Guru tidak hanya menyampaikan materi
pengetahuan tertentu, tetapi ikut aktif serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak
didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa. Dari sini, kita bisa pahami
bahwa kedudukan seorang guru sangat penting dalam proses pendidikan karena dia
bertanggungjawab dan menentukan arah pendidikan dalam rangka mencetak generasi bangsa
yang unggul disegala bidang.

Hasan Fahmi mengutip salah satu ucapan seorang penyair zaman modern, yang berkenaan
dengan kedudukan guru. Syair tersebut artinya “Berdirilah kamu seorang guru dan hormatilah
dia”. Seorang guru itu hampir mendekati kedudukan seorang rasul, yaitu menempati urutan
kedua sesudah martabat Rasul.[7]

Sejalan dengan itu, Athiyah Al Abrasy mengatakan, seseorang yang berilmu kemudian
mengamalkan ilmunya maka orang itulah yang berjasa besar di kolong langit ini.

Penghormatan terhadap guru yang demikian tinggi dapat dilihat dari jasanya yang demikian
besar dalam mempersiapkan kehidupan bangsa di masa yang akan datang.

C. Peran Pendidik dalam Pembinann Akhlaq

Jujun Suryasumantri berkata, “ kalau kita kaji lebih dalam maka sesungguhnya pendidikan
keilmuan juga merupakan sumber pendidikan etika”. Pendidikan di Negara kita belum
memanfaatkan pendidikan keilmuan sebagai salah satu wahana pendidikan moral. Seperti sudah
di singgung kedepan bahwa pendidikan akhlak atau moral hanya bisa dilakukan sungguh-
sungguh bila dilakukan secara formal melalui pembelajaran budi pekerti atau pendidikan agama.
Sikap-sikap ilmiah yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia antara lain:

3. Sikap cinta akan kebenaran yang akan memberikan dorongan untuk terus-menerus dengan
segala ketelitian, ketekunan, keterbukaan, kerendahan hati, dan kejujuran mau mencari jawaban
yang lebih memuaskan dan sesuai dengan kenyataan.

4. Sikap objektif yang berusaha menghindarkan diri dari pamrih, sikap apriori, dan
kecondongn-kecondongan subjektif (bisa) yang mengakibatkan distorsi atas hasil penelitian.

5. Sikap bertanggung jawab atas ilmunya baik pada komunitas ilmuwan maupun pada
masyarakat luas yang langsung atau tidak langsung cepat atau lambat, akan terkena oleh buah
pemikiran dan penelitiannya.

6. Sikap logis dan kritis yang tidak begitu saja menerima anggapan yang berlaku dalam
masyarakat, melainkan berusaha untuk mencari dan menemukan dasar penalaran di balik
anggapan tersebut, yang secara keseluruhan merupakan sikap-sikap yang relevan bagi
pembentukan pribadi yang beakhlak mulia.[8]

Didalam pembinaan terhadap akhlak, seorang pendidik harus memiliki sikap ilmiah yang
mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia, seperti sikap cinta, objektif,
bertanggung jawab, logis dan kritis. Keempat sifat ini sangat penting dimiliki. Karena sudah jelas
jika membuat peserta didik senang dengan pendidik harus dengan sikap cinta, seorang pendidik
harus memiliki sikap objektif dalam arti harus mendidik dengan menghilangkan rasa keinginan
mendapat imbalan atau pamrih, sikap bertanggung jawab juga harus dimiliki seorang pendidik
baik itu kepada ilmu yang dimiliki, kepada sesama ilmuan, kepada masyarakat dan kepada
peserta didiknya, sikap kritis dan logis juga sangat berperan penting bagaimana seorang pendidik
tidak boleh begitu saja menerima anggapan dari masyarakat, namun harus melalui pikirian yang
kritis dan logis.

D. Tugas, Tanggung Jawab, dan Hak Pendidik dalam Pendidikan Islam

1. Tugas Pendidik

Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,


menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada
ALLAH SWT. Hal tersebut karena tujuan pendidikan islam yang utama adalah upaya untuk
mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik belum mampu membiasakan diri dalam peribadatan
pada peserta didiknya, maka ia mengalami kegagalan dan tugasnya, sekalipun peserta didiknya
memiliki prestasi akademis yang luar biasa.[9]

Tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan


melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhir dengan pelaksanaan penilaian setelah
program dilakukan

b. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan
berkepribadian kami seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.

c. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri,


peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya
pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidik
yang dilakukan.

2. Tanggung Jawab Pendidik

Tangung jawab pendidik yaitu:

a. Mendidik individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syariatnya.

b. Mendidik diri supaya beramal saleh.

c. Mendidik masyarakat untuk saling menasehati dalam melaksan akan kebenaran.

d. Saling menasehati agar tabah dalam menghadapi kesusahan beribadah kepada Allah serta
menegakkan kebenaran.

3. Hak Pendidik

Pendidik adalah mereka yang terlibat langsung dalam membina, mengarahkan dan mendidi
peserta didik, waktu dan kesempatannya dicurahkan dalam rangka mentransformasikan ilmu dan
menginternalisasikan nilai termasuk pembinaan nilai termasuk pembinaan akhlak mulia dalam
kehidupan peserta didik.
Pendidik berhak untuk mendapatkan:

a. Gaji, alasan guru menerima gaji karena pendidik telah menjadi jabatan profesi, tentu
mereka berhak untuk mendapatkan kesejahteraan dalam kehidupan ekonomi, berupa gaji ataupun
honorarium. Seperti dinegara kita, pendidik merupakan bagian aparat Negara yang mengabdi
untuk kepentingan Negara melalui sector pendidikan, diangkat menjadi pegawai negeri sipil,
diberi gaji tunjangan tenaga kependidikan. Namun kalau dibandingkan dengan Negara maju,
penghasilannya belum memuaskan. Akan tetapi karena tugas itu mulia, tidak menjadi halangan
bagi pendidik dalam mendidik peserta didiknya. Bagi pendidik yang statusnya non PNS maka
mereka ada yang digaji oleh yayasan bahkan tidak sedikit mereka tidak mendapatkannya akan
tetapi mereka tetap mengabdi dalam rangka mencari ridha Allah SWT.[10]

b. Mendapatkan penghargaan, menghormati guru berarti penghormatan terhadap anak-anak


kita. Bangsa yang ingin maju peradabannya adalah bangsa yang mampu memberikan
penghargaan dan penghormatan kepada para pendidik. Inilah salah satu rahasia keberasilan
bangsa Jepang yang mengutamakan dan memproritaskan guru. Setelah hancurnya Hiroshima dan
Nagasaki, pertama sekali yang dicari Kaisar Hirohito adalah para guru. Dalam waktu yang
relative singkat bangsa Jepang kembali bangkit dari kehancuran sehingga menjadi Negara
modern pada masa sekarang.[11]

E. Kode Etik Pendidik dalam Pendidikan Islam

Kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (hubungan
relationship) antara pendidik dan peserta didik., orang tua peserta didik. Bentuk kode etik suatu
lembaga pendidikan tidak harus sama, tetapi secara intrinsik mempunyai kesamaan konten yamg
berlaku umum. Pelanggaran terhadap kode etik akan mengurangi nilai dan kewibawaan identitas
pendidik.[12]

1. Kode etik pendidik di Indonesia

Pengertian kode Etik menurut undang-undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok
kepegawaian dinyatakan bahwa kode etik adalah sebagai pedoman sikap tingkah laku dan
perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.

Berdasarkan kode etik diatas jelas bahwa kode etik guru adlah norma yang harus di indahkan
guru dalam melaksanakan tugasnya didalam masyarakat.

Dengan sikap seperti itu, maka implikasi paedagogisnya menghendaki agar seluruh situasi
pendidikan yang terselenggara di rumah tangga, di sekolah, dirumah-rumah ibadah dan di dalam
pergaulan hidup di tengah tengah masyarakat atau lembaga manapun, seogianya dapat
memberikan jaminan bagi terciptanya interaksi positif yang dapat memprasarani pertumbuhan
seluruh potensi peserta didik menjadi actual, yang secara normatif lebih baik dari semula.

2. Kode etik pendidik dalam pendidikan islam

Sebenarnya banyak sekali kode etik pendidik yang dikemukakan oleh pakar pendidikan islam
baik pakar pendidikan islam didunia islam maupun di Indonesia. Dari sekian banyak pendapat
tersebut penulis mengemukakan kode etik yang paling lengkap yang pernah disusun oleh para
pakar pendidikan islam, yaitu seperti yang dikemukakan oleh Al-Kanani,

Syarat-syarat guru berhubungan dengan dirinya, yaitu:

a) Hendaknya guru senantiasa insyaf akan pengawasan Allah terhadapnya dalam segala
perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat ilmiah yang diberikan Allah kepadanya.
b) Hendaknya guru memelihara kemuliaan ilmu. Salah satu bentuk pemeliharaannya ialah tidak
mengajarkannya kepada orang yang tidak berhak menermanya, yaitu orang-orang yang menuntut
ilmu untuk kepentingan dunia semata.

c) Hendaknya guru bersifat zuhud

d) Hendaknya guru tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya sebagai alat untuk
mencapai kedudukan, harta, prestise, atau kebanggaan atas orang lain.

e) Hendaknya guru menjauhi mata pencaharian yang hina dalam pandangan syara’, dan
menjauhi situasi yang bisa mendatangkan fitnah dan tidak melakukan sesuatu yang dapat
menjatukan harga dirinya dimata orang banyak.

f) Hendaknya guru memelihara syiar-syiar islam, seperti melaksanakan salat berjamaah di


masjid, mengucapkan salam, serta menjalankan amar ma’ruf nahi munkar.

g) Guru hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunatkan oleh agama, baik dengan lisan
maupun perbuatan,.

h) Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya dengan orang yang
banyak dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk

i) Guru hendaknya selalu mengisi waktu-waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat,
seperti beribadah, membaca dan mengarang.

j) Guru hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima lmu dari orang yang
lebih rendah daripadanya, baik secara kedudukan ataupun usianya. Artinya seorang

k) Guru hendaknya rajin meneliti, menyusun, dan mengarang dengan memperhatikan


keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk itu.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam Islam, pendidikan sangatlah dihargai baik itu pendidik, peserta didik, dan orang-orang
yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan. Istilah pendidik didalam islam disebut dengan
istilah seperti mu’addid, murabbi, dan mu’allim. Walaupun ketiga istilah itu masih terbedakan,
karena masing-masing memiliki konotasi dan penekanan makna yang agak berbeda, namun
dalam sejarah pendidikan islam ketiganya selalu digunakan secara bergantian. Pendidik dalam
islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pekembangan peserta didik dengan
mengupayakan seluruh potensi anak didik baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik.
Yang paling ditekankan dalam Islam terhadap pendidik adalah bagaimana seorang pendidik
dalam mengarahkan peserta didik munuju kepada akhlatul karimah.

Menurut pendidikan Islam, macam-macam pendidik yaitu diawali oleh sang pencipta yang Maha
mengetahui yaitu Allah SWT, kemudian Nabi Muhammad SAW selaku utusan Allah dengan
mukjizat terbesarnya yaitu Al-Qur’an sebagai pedoman seluruh manusia untuk menjalani
kehidupan agar bahagia di dunia dan akhirat. Kemudian pendidik dalam lingkungan keluarga
yaitu orang tua, karena orang tua adalah orang yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pendidikan anaknya dan itu memang sudah kewajiban bagi orang tua yang diberikan oleh Allah.
Pendidik berikutnya adalah Guru, orang yang mengarahkan, mendidik, mengajar, dan memimpin
peserta didik di lembaga pendidikan seperti sekolah.

Didalam pembinaan terhadap akhlak, seorang pendidik harus memiliki sikap ilmiah yang
mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia, seperti sikap cinta, objektif,
bertanggung jawab, logis dan kritis. Seorang pendidik juga harus memiliki sifat-sifat yang
mendukung keprofesionalannya dalam mendidik, karena kedudukan pendidik dalam Islam
sangat penting dan tugas yang harus diemban sebagai seorang pendidik adalah sebagai pengajar,
pendidik, dan pemimpin, pendidikan akan lebih berkembang jika dilakukan dalam instansi atau
lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi.

B. Kritik dan Saran

Demikian tulisan ini saya buat. Penulis sadar akan banyaknya kekurangan dan jauh dari hal
sempurna. Masih banyak kesalahan dari makalah ini. Penulis juga membutuhkan kritik dan saran
agar bisa menjadikan motivasi bagi penulis agar kedepan bisa lebih baik lagi. Terima kasih juga
saya ucapkan kepada segala pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapat saya
selesaikan.

.
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara. 2004. Jakarta

Bukhori Umar. Ilmu Pendidikan Islam. Amzah. 2010. Jakarta

Syafaruddin dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Hijri Pustaka Utama. 2009. Jakarta

Abudin Nata. filsafat pendidikan islam. Logos Wacan Ilmu. 1997. Jakarta

Asma Hasan Fahmi. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Bulan Bintang. 1979. Jakarta

Siddik Dja’far. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam. Cita Pustaka Media Perintis. 2011.
Bandung

Roestiyah NK. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Bina Aksara. 2010 Jakarta

Tafsir Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Remaja Rosdakarya. 2000. Bandung

http://gustriani36.blogspot.com/2013/06/makalah-konsep-pendidik-dalam.html

file:///I:/makalah%20IPI/Nisha%20Qurratu%27aini%20%20Pengertian%20dan%20Hakekat
%20Guru%20serta%20Murid.htm

[1] Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h.169.

[2] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.56-57.

[3] Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h.87.

[4] Syafaruddin dkk, Ilmu Pendidikan Islam,(Hijri Pustaka Utama, Jakarta , 2009).Hlm. 53

[5] Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,(PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung,2000),Hlm.74.

[6] Abudin nata, filsafat pendidikan islam (Jakarta : logos wacana ilmu, 1997) hlm. 65

[7] Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam ( terjemahan tentang “Al –
Tarbiyah al – Islamiyah” (Jakarta: Bulan Bintang,1979), 25.

[8] Prof.Dr. Dja’far siddik MA, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Cita Pustaka Media
Perintis, Bandung, 2011),Hlm.80

[9] Roestiyah NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), hal. 86

[10] A. Bustami, A. Gani, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang), hal.
130-131

[11] A. Piet Sahertian, Profil Pendidikan Prefesional. (Yogyakarta: Andi Ofset, 1994), hal. 20

[12] Westy Soemanto dan Hendyat Soetopo, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1982), hal. 147

Anda mungkin juga menyukai