Anda di halaman 1dari 21

SIKAP PROFESIONAL DAN PENGEMBANGAN SIKAP

PROFESIONAL KEPERAWATAN (KAJIAN QS. AL-


MUJADALAH AYAT 11)

Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah : Kajian Islam Profesi

Dosen pengampu : Drs.H.Munaseh, M.pd.

Disusun Oleh :

DITTA AYUDIEFA 190711049

DEVI FEBIOLA 190711051

APRILIA INDAH DEWI 190711052

SEMESTER 5

Kelas : R2/B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu guna memenuhi tugas mata kuliah
Kajian Islam Profesi yang berjudul “Sikap Profesional dan Pengembangan Sikap Profesional
Keperawatan (Kajian Qs. Al-Mujadalah ayat 11)”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
mengumpulkan data dan keterangan yang diperoleh dalam penulisan makalah ini. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta kelemahan dalam
menyusun makalah ini.

Semoga dengan makalah yang dibuat ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman kita semua. Kami sadar dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
kekurangan. Akan tetapi kami yakin makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Cirebon, Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Sikap Profesional Perawat ........................................................................................... 3

2.2 Etika Keperawatan ...................................................................................................... 4

2.3 Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan ............................................................................. 7

2.4 Pengembangan Sikap Profesional Keperawatan ....................................................... 11

2.5 Kajian QS Al-Mujadalah ayat 11 .............................................................................. 13

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 16

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 16

3.2 Saran .......................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasien pada saat sekarang semakin memahami hak-hak mereka untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga tidak jarang keluhan, harapan,
laporan atau bahkan tuntutan mereka sampaikan sebagai bagian dari upaya untuk
mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan. Perawat
sebagai pemberi layanan kesehatan di rumah sakit diharapkan selalu ramah, betabiat
lembut, dapat dipercaya, terampil, cakap, dan memiliki tanggung jawab moral yang baik.
Kritikan terhadap kurang professionalnya sikap perawat dalam memberikan pelayanan
sering dikeluhkan telah sering dimuat dalam media massa.

Kesehatan merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan, islam pun


memberikan penjelasan-penjelasan lewat Al-Qur’an maupun hadist yang berkaitan
tentang pentingnya kesehatan. Firman Allah berkaitan tentang menjaga kesehatan :
Artinya : ‘’Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri” (QS. Al-Baqarah:222)
Keperawatan islami, bertujuan memberikan pelayanan keperawatan melebihi
harapan klien dengan menggunakan kaidah Islam berdasar Al-Qur’an dan Hadist salam
menerapkan akhlak pribadi muslim, landasan kerja dan perilaku muslim serta penampilan
dan ciri khas seorang perawat muslim (Martono, 2007)
Profesionalisme merupakan tanggung jawab ntuk bertindak lebih dari sekedar
memenuhi tanggung jawab diri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat
(Arens et al.,2008). Sedangkan definisi profesionalisme menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2001) adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu
profesi atau orang yang professional.
Profesionalisme harus diupayakan dengan menumbuhkan nilai dan keyakinan
terhadap profesi keperawatan, agar pada saat memberikan pelayanan keperawatan tidak
terjadi pertentangan dengan apa yang sudah menjadi standar bagi profesi keperawatan.
Nilai merupakan suatu keyakinan yang dipelihara dan dipegang teguh karena
dianggap berharga, objektif, dan benar yang memungkinkan lahirnya perilaku baik. Nilai

1
dan keyakinan terhadap profesi akan melahirkan komitmen personal dari perawat.
Komitmen personal perawat dimaksud adalah dengan menampilkan nilai-nilai
professional keperawatan, senantiasa berkontribusi untuk memajukan profesi dan secara
terus menerus mengupayakan pelayanan keperawatan yang berkualitas dan terbaik bagi
klien (Gerard, Linton, Besner, 2004).
Profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang demikian pesat.
Perkembangan tersebut memberi dampak berupa perubahan sifat pelayanan keperawatan
dari pelayanan vokasional menjadi professional yang berpijak pada penguasaan IPTEK
(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) keperawatan termasuk dalam pelayanan keperawatan.
Perubahan ini tidak serta diterima oleh masyarakat. Fenomena ini tentunya harus
menumbuhkan sikap optimis pada diri perawat yang diikuti dengan pembuktian
eksistensi profesi keperawatan (Kusnanto, 2004)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja sikap yang dimiliki seorang perawat profesional?
2. Apa saja etika yang dimiliki seorang perawat profesional?
3. Apa saja prinsip-prinsip etika keperawatan yang dimiliki seorang perawat
profesional?
4. Bagaimana mengembangkan sikap profesional keperawatan?

1.3 Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui sikap yang dimiliki
oleh seorang perawat profesional, etika seorang perawat profesional, prinsip-prinsip
setika keperawatn dan juga pengembangan sikap profesional keperawatan. Selain itu
dibuatnyaa makalah ini untuk memenuhi tugas Kajian Islam Profesi dan menambah
wawasan bagi mahasiswa atau pembaca.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sikap Profesional Perawat

Istilah profesional menggarisbawahi perlunya (1) kepandaian dan keahlian


tertentu untuk menjalankannya; (2) mengejar mutu/kualitas dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi; serta (3) usaha kerja keras yang merupakan perwujudan dari
panggilan terhadap profesion (pernytaan janji yang di ucapkan dimuka bumi) untuk ikut
berkhidmat guna merealisasi terwujudnya nilai-nilai mulia yang diamanatkan oleh Tuhan

Profesi merupakan bidang pekerjaan yang dijalani setiap orang sesuai dengan
keahliannya yang menuntut kesetiaan (komitmen), kecakapan (skill), dan tanggungjawab
yang sepadan sehingga bukan semata-mata urusan mencari nafkah berupa materi belaka.
Dalam hal ini setiap anggota muhammadiyah dalam memilih dan menjalani profesinya di
bidang masing-masing hendaknya senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kehalalan
(Halalan) dan kebaikan (thayyibah), amanah, kemanfaatan dan kemaslahatan yang
membawa pada keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Selain itu sdalam menjalani
profesi bagi setiap warga muhammadiyah dilakukan dnegan sepenuh hati dan kejujuran
sebagai wujud menunaikan ibadah dan kekhalifahan dimuka bumi.

Sedangkan Sikap adalah penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau


tindakan yang akan diambil. Sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung situasi
saat itu. Misalnya, seorang ibu yang anaknya sakit, segera ingin membawanya ke
puskesmas, tetapi pada saat itu tidak mempunyai uang sepersen pun sehingga ia gagal
membawa anaknya ke puskesmas.

Perawat merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan yang dituntut untuk
memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu, sehingga perawat dituntut
memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan yang baik dalam bidang keperawatan. Salah
satu hak penting yang perlu dipahami oleh perawat adalah pentingnya memahami etika
keperawatan sebagai penunjang sikap professional perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mendefiniskan keperawatan

3
adalah suatu ilmu yang berbeda aei ilmu profesi kesehatan lain serya kesesuaian
penerapan ilmu tersebut dalam bidang keperawatan.

Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan professional bersifat humanistis,


menggunakan pendekatan holistis, dilakukan berdsarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berorientasi pada kebutuhan objektof pasien, mengacu pada stndar professional
keperawatan dan menggunakan etika keperawatan senagai tuntutan utama. Demikianlah
kira-kira secara umum tentang keperawatan professional yang merupakan tanggung
jawab seorang perawat professional yang selalu mengabdi kepada manusia dna
kemanusiaan. Perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan
benar atau rasional dan baik atau etis. Apabila ditinjau dari perkembangan iptek
keperawatan serta dari etika keprofesian dan sosial, terdapat empat faktor yang terkait
dengan proses profesionalisasi, yaitu :

1. Pengembangan pendidikan tinggi keperawatan;


2. Pengembangan pusat riset keperawatan;
3. Penataan standar praktik keperawatan professional melalui undang-undang praktik
keperawatan;
4. Penyandayagunaan organisasi keperawatan-pokja-keperawatan

Profesional keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi keperawatan


yang telah terbentuk (1983) mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik
sesuai dengan ytntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Profesionalisme merupakan
proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai, dan diterima secara spontan
oleh masyarakat.

2.2 Etika Keperawatan

A. Definisi

Etik profesi merupakan prinsip moral atau asas yang harus diterapkan oleh
eprawat dalam hubungannya dnrgan apsien, teman sejawat, dan masyarakat umum.
Etik ini mengatur tentang perilaku profeisonal pada perawat dalam menjalankan
pekerjaannya, sebagaimana tercantum dalam lafal sumpah dan kode etik yang di
susun organiasi professional bersama pemerintah. Untuk menghindari pelanggaran
etik dalam praktik keperawatan professional, maka perawat harus menerapkan

4
prinsip/asas etik dank ode etik serta mematuhi aspek legal keperawatan yang diatur
dalam KepMenkes 148/2010 dan UU Kes 36/2009.

Sedangkan etika keperawatan adalah perilaku etik seorang perawat dalam


tindakan keperawatan professional. Dua perilaku etik yang harus dimiliki seorang
perawat professional yaitu :

a. Etik yang berorientasi pada kewajiban


Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus di wajib dilakukan
dan kewajibannya dalam bertindak.
b. Etik yang Berorientasi pada Larangan
Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh
dilakukan oleh perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.
B. Penyebab masalah etik :
a. Kurangnya pendidikan formal
b. Kurangnya tim etik yang menyelesaikan masalah etik.
c. Kurangnya dukungan dari kelompok
d. Kurangnya kewenangan dalam pengambilan keputusan.
C. Tantangan Etik Keperawatan
a. Dasar-dasar moral makin memudar
b. Dasar dan sendi agama main menipis
c. Perkembangan iptek yang meningkat
d. Globalisai yang menyebabkan persaingan bebas (orientasi pelayanan dari sosial-
bisnis)
e. Kemajuan dan perkembangan masyarakat sebagai pengguna jasa : (Kesadaran
hak; tekanan ekonomi yang meningkat; kesenjangan si kaya dan si miskin; iptek
meningkat).
f. Perubahan dalam masyarakat perawat (kurangnya kemampuan-etik; masuknya
tenaga LN)
D. Perawat yang baik adalah seseorang yang (A Good Nurse is One Who) :
a. Kepribadian yang baik (personal characteristic)
b. Profesional (Professional chachteristic)
c. Berpusat pada pasien (Patient centeredness)
d. Pembela (advocacy)
e. Kompeten (Competen)

5
f. Berpikiran kritis (critical thinking)
g. Asuhan Keperawatan (Patient care)

E. Tujuan Etika Keperawatan

Tujuan dari etika keperawatan pada dasarnya adalah agar oara perawat dalam
menjalankan tugas dan fungsinya dapat menghargai dan menghormati martabat
manusia. Secara umum tujuan etika keperawatan yaitu menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan antara perawat dank lien, perawat dengan perawat,
perawat dengan profesi lain , juga perawat dengan masyarakat (Utami dkk, 2016).

Amelia (2013), adapun tujuan dari etika keperawatan, yaitu :

a. Merekatkan hubungan yang harmonis antara perawat dan pasien. Bahwa etik
keperawatan merupakan dasar yang mengatur hubungan antara perawat, klien atau
pasien, teman sebaya, masyarakat dan unsur profesi baik dalam profesi
keperawatan maupun dengan profesi lainnya.
b. Menyelesaikan segala persoalan yang dialami oleh klien atau pasien ketika
menerima pelayanan seorang perawat. Etika keperawatan merupakan standar
acuan untuk mengatasi segala macam masalah yang dilakukan oleh praktisi
keperawatan terhadap pasien yang tindak mengindahkan dedikasi moral dalam
pelaksanaan tugasnya sebagai seorang perawat.
c. Melindungi perawat yang diperlakukan secara tidak adil oleh institusi yang
menaunginya baik ketidakadilan dalam hal moral maupun material.
d. Mensinergikan intitusi pendidikan yang menekuni keperawatan dengan produk
lulusan yang dihasilkan.
e. Memebrikan pemahan kepada masyarakat sebagai pengguna layanan tenaga
keperawatan tentang pentingnya sikap professional seorang perawat dalam
melaksanakan tugas praktik keperawatan.
f. Menegaskan kewajiban-kewajiban yang secara sukarela harsu diemban oleh
perawat dan mencari informasi mengenai dampak dari keputusan-keputusan yang
diambil perawat.
g. Meningkatkan pengertian tentang hubungan profesi kesehatan dengan profesi lain
serta mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan lain.

6
h. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan tentang baik dan buruk oleh
seorang perawat yang nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
dan Tuhan, sehingga odak ada seorangpun anggota masyarakat yang merasa
dirugikan oleh profesi dan pelayanan keperawatan.
i. Mengembankan sifat pribadi dan sikap professional seorang perawat, bukan hanya
ketika berada di intitusi maupun di luar intitusi kesehatan.
j. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan penting bagi perawat untuk dasar
praktik keperawatan secara profesinal dan memberi kesempatan bagi perawat
untuk menerapkan ilmu pengetahuannya dengan menggunakan prinsip etik dalam
praktik sesuai dengan situasi yang nyata.

2.3 Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan

a. Respek
Respek diartkan sebagai perilaku perawat yang menghormati klien dan
keluarganya. Perawat harus menghargai hak-hak klien seperti hal untuk mencegah
bahaya dan mendapat penjelasan secara benar. Dalam prinsip ini terkandung arti
bahwa kehidupan merupakan hak milik yang paling berharga dan mendasar pada
manusia. Oleh karena itu manusai berkewajiban untuk dapat memelihara dan
menjaganya. Dengan demikian perawat sebagai petugas kesehatan juga harus
melakukan sesutau yang diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan
kehidupan manusia, dimana terdapat harapan sembuh atau ketika seseorang
memeproleh keuntungan dar tindalan memperpanjang hidup.
b. Otonomi
Menurut Potter dan Perry dalam Sumijatun (2011), otonomi berararti setiap
individu harus memiliki kebebasan untuk memilih rencana kehidupannya sendiri dan
cara penerapan moral yang dilakukan. Sebagai manusia yang bersifat unik, maka
penerapan moral yang dilakukan juga tidak sama, oleh karena itu perawat harus
berhati-hati dalam melayani klien sehingga tidak berbenturan dengan nilai-nilai yang
dianut klien tersebut. Perawat perlu melibatkan keluarga danteman dekat klien dalam
pengambilan kepetusan perawatan klien.
c. Benefience (Kemurahan hati/maslahat)
Kemurahan hati atau maslahat merupakan kewajiban untuk melakukan hal
yang baik dan tidak membahayakan oranglain. Apabila prinsip kemurahan hati
mengalahkan prinsip otonomi, maka hasilnya adalah paternalism. Paternalism

7
merupakan perlakuan yang berdasarkan pada apa yang dipercayai oleh professional
kesehatan untuk kebaikan klien, kadang-kadang tidak melibatkan keputusan dari
klien. Para professional percaya bahwa mereka apa yang tahu aoa yang terbaik
mengenai apa yang mereka akan lakukan pada klien, tetapi mereka tidak menyadarai
bahwa yang mereka lakukan dan dampak dari tindakan tersebut hanya akan dirasakan
oleh klien sendiri. Perkembangan selanjutnya adalah munculnya keinginan klien
untuk ikut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan kemudian berperan
sebagai rekanan aktif untuk penangannan kesehatannya sendiri.
d. Non-Maleficence

Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan


kerugian atau cedera pada klien. Prinsip maleficence dan kemaslahatan dilihat pada
rentang kontinum dari bahaya yang tidak berarti (maleficence) sampai
menguntungkan oranglain dengan melakukan yang baik (kemaslahatan). Kontinum
tersebut mengandung tiga tindakan maslahat penting, yaitu :

1. Membuang bahaya
2. Mencegah bahaya, dan
3. Melakukan langkah positif untuk kepentingan orang lain.

Contoh pelaksanaan kontinum dalam praktik klinik misalnya perawat


melakukan imunisasi pada anak sehat, dimana perawat melakukan tindakan yang
dapat menimbulkan nyeri, tindakan tersebut termasuk dalam kategori maslahat
(beneficence), karena tindakan tersebut mencegah bahaya serius dari penyakit anak-
anak.

e. Veracity (Kejujuran)
Thomas Jefferson mengemukakan, jujur adalah bab-bab pertama dari setiap
buku tentang kebijaksanaan (honesty isteh first chapter in the book of wisdom). Jujur
berfungsi sebagai pilar utama terbentuknya peradaban islam.
Jujur atau kejujuran (honest, honesty) kerap diartikan sebagai sikap dan
perilaku tidak pernah menipu, berbohong, dan melawan hukum (never cheating, lying,
and breaking the law).
Rasul SAW mengingatkan kita senantiasa jujur dan menjauhi dusta. Sabdanya,
“Jauhi dusta, karena ia akan membawamu kepada dosa dan dpsa membawamu ke

8
neraka. Biasakanlah berkata jujur, karena ia akan membawamu kepada kebajikan
dan mengantar-mu ke surga.”
Stephen Cover (1990) pernah membahas tema kejujuran dengan integritas. Dia
mengemukakan, “kejujuran berarti mengatakan kebenaran, yakni mengkonfirmasikan
ucapan-ucapan kita dengan realitas, sedangkan integritas berarti mengkonfirmasikan
realitas dengan ucapan-ucapan kita dalam bentuk menepati janji dan memenuhi
harapan” (Honesty is telling the truth, in other world , conforming our words to realy.
Integrity is cconforming to our words, in other world, keeping promises and fulfilling
expectations).
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu
kebenaran dan tidak berbohong atau menipu orang lain. Prinsip ini mempunyai
implikasi yang cukup berat bagi perawat, karena terkadang perawat harus melakukan
suatu kebohongan yang tidak di kehendakinya.
Contoh : seorang perawat membetikan placebo, placebo adalah medikasi pengganti
dari obat yang klien piker ia dapatkan, biasanya tanpa bahan kimia. Placebo
diberikan dengan maksud agar hasil yang diharapkan tercapai, misalnya penurunan
ketergantungan zat adiktif seperti morfin, sementara placebo dapat dikatakan menipu
klien dengan memberikan zat non adiktif. Pertanyaan ialah apakah perawat telah
melanggar prinsip kejujuran, walaupun ditunjukan untuk kebaikan klien.
f. Confidensialitas (Kerahasiaan)
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan peawat untuk merahasiakan semua
informasi tentang klien yang dirawatnya. Perawat hanya memebrikan informasi pada
pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Perawat
menghindari pembicaraan mengenai kondisi klien denhan siapapun yang tidak secara
langsung terlibat dalam perawat klien.
g. Fidelity (kesetiaan)
Prinsip kesetiaan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk selalu setia pada
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Perawat harus memegang janji
yang dibuatnya pada klien, kejujuran dan kesetiaan merupakan modal dalam
memupuk rasa percaya klien pada perawat. Apabila klien dan keluarganya sudah
tidak percaya lagi pada perawat yang menanganinya, maka tujuan dari asuhan
keperawatan tidak akan berhasil.
h. Justice (keadilan)

9
Menurut Aristoteles, yang dimaksud dengan adil ialah “keseimbangan dalam
tindakan manusia (fairness in human action).” Apa yang dimaksud dengan
‘keseimbangan’ adalah sebagai titik tengah di antara dua ujung yang ekstrem. Apa
yang dikemukakan oleh Aristoteles ini ternyata irip dengan apa yang juga
dikemukakan oleh Rasulullah saw yang menyatakan bahwa ‘sebaik-baik perkara
adalah yang ada di tengah (antara dua ujung yang ekstrem), “khairul umuri
ausathuha”

Masalah keadilan dalam agama islam sangat ditekankan untuk dijadikan


pegangan hidup beragama. Dengan demikian sikap adil adalah sikap yang sudah pasti,
atas dasa pertimbangan akal yang sehat, yang telah menempatkan persoalan pada
tempat yang semestonya.

Prinsip keadilan berkaitan dnegan kewajiban perawat untuk dapat berlaku adil
pada semua orang. Tidak memihak atau berat sebelah. Persepsi keadilan bagi perawat
dank lien sering berebda, terutama yang berkaitan dengan pemberian asuhan
keperawatan. Perawat akan mendahulukan klien yang sutuasi dan kondisinya
memerlukan penanganan segera dan menunda melayani klien lain yang kebutuhannya
termasuk dibawah prioritas. Tidak seluruh klien dapat memahami situasi ini, sehingga
akan menimbulkan rasa kurang nyaman bagi klien yang merasa dirinya kurang
diperhatikan oleh perawat..

23 ATRIBUT SOFT SKILL (Dibutuhkan dalam Dunia kerja Profesional)

1. Inisiatif
2. Etika/integritas
3. Berpikir Kritis
4. Kemauan Belajar
5. Komitmen
6. Motivasi
7. Bersemangat
8. Dapat diandalkan
9. Komunikasi lisan
10. Kreatif
11. Kemampuan analitis
12. Dapat mengatasi stress

10
13. Manajemen diri
14. Menyelesaikan persoalan
15. Dapat meringkas
16. Berkooperasi
17. Fleksibel
18. Kerja dalam tim
19. Mandiri
20. Mendengarkan
21. Tangguh
22. Berargumen logis
23. Manajemen waktu

Selain itu disiplin di tempat kerja berbentuk sikap dan perilaku menjaga dan
meningkatkan mutu kinerja kerja (ahsanu ‘amala), menjaga lidah untuk senantiasa
tidak berkata sia-sia yang menimbulkan dosa (La yasma’una fiha lagwaw wala
ta’siman, illa kilan salaman salaman; QS. 56: 25-26), arif dan tepat waktu
memepertahankan diri pada maqam motivasi intristil tingkat tinggi (motivasi
ilahiyah), senang melayani, dan bergairah memebrikan kemulyaan-kemulyaan
professional.

2.4 Pengembangan Sikap Profesional Keperawatan

Perkembangan keperawatan sebagai pelayanan professional didukung oleh ilu


pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang terarah
dan terencana. Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat
bremakna bahkan merupkan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula dari
dicapainya kesepakatan bersama pada lokakarya nasional keperawatan pada bulan
Januari 1983 yang menerima keperawatan sebgaai pelayanan proesional (professional
Srvice) dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (Professional
education).

Tenaga keperawatan yang merupakan jumlah tenaga kesehatan terbesar


seyogyanya dapat memberikan kontribusi essesial dalam keberhasilan pembangunan
kesehatan.

11
Untuk itu tenaga keperawatan di tuntut untuk dapat meningkatkan kemampuan
profesionalnya agar mampu berperan aktif dalam pembangunan kesehatan khususnya
dalam pelayanan keperawatan professional.

Pengembangan pelayanan keperawatan professional tidak dapat dipishkan


dengan pendidikan professional keperawatan. Pendidikan kperawatan bukan lagi
merupakan pendidikan vokasional atau kejuruan akan tetapi bertujuan untuk
menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasi ilmu keperawatan yang siap dan
mampu melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan professional kepada
masyarkat.

Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan di masa datang maka langkah konkret


yang harus dilakukan antara lain adalah :

1. Penataan standar praktik dan standar pelayanan asuhan keperawatan sebagai


landasan pengendalian mutu pelayanan keperawatan secara professional.
2. Pentaan sistem pemberdayagunaan tenaga keperawatan sesuai dengan
kepakarannya.
3. Pengolaan sistem pendidikan keperawatan yang mampu menghasilkan keperawatan
professional.
4.
Penataan sistem legislasi keperawatan untuk mengatur hak dan batas kewenangan,
kewajiban, tanggung jawab tenaga keperawatan dalam melakukan praktik
keperawatan.

Tenaga keperawatan hendaknya mempersiapkan era global secara benar dan


menyeluruh, mencakup seluruh aspek keadaan dan kejadian atau peristiwa yang telah,
sedang, dan akan berlangsung pada era tersebut.

Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan terus-menerus berkembang, baik


disebabkan adanya tekanan eksternal maupun tekanan internal keperawatan. Masalah-
maasalah yang dihadapi oleh masyarakat menuntut dikebangkannya pendekatan dan
pelaksanaan asuhan keperawatan yang berbeda.

Ada empat scenario masa depan yang diprediksi akan terjadi dan harus
diantisipasi dengan baik oleh profesi keperawatan Indonesia (Ma’arif, 1999), yaitu :

12
a. Masyarakat berkembang-ditunjukkan dnegan tingkat pendidikan-sehingga membuat
mereka memiliki kesadaram yang lebih tinggi akan hak dan huku, menuntut berbagai
bentuk dan jenjang pelaynan kesehatan yang professional, ditambah pula rentang
kehidupan daya ekonomi masyarakat ikut semakin melebar;
b. Rentang masalah kesehatan meluas, sehingga berdampak pada sistem pemberian
pelayanan kesehatan, mulai dari teknologi yang sederhana sampai pada teknologo
yang canggih.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang dan harus domanfaatkan secara
tepat guna;
d. Tuntutan profesi meningkat karena didorong oleh perkembangan iptek medis,
permasalahan internal pada profesi keperawatan, dan era global.

2.5 Kajian QS Al-Mujadalah ayat 11

ََّ ‫َللاُ لَكُمََۖ َوإِذَا قِي َلَ انشُزُوا َفانشُزُوا يَر َف َِع‬
ََ‫َللاُ الَّذِين‬ ََّ ‫ح‬َِ ‫س‬ َ ‫ِس َفاف‬
َ ‫س ُحوا يَف‬ َّ َ‫يَا َأ َيُّ َهاَ الَّذِينََ آ َمنُوا إِذَا قِي ََل لَكُمَ تَف‬
َ ِ ‫س ُحوا فِي ال َمجَال‬
ََّ ‫آ َمنُوا مِ نكُمَ َوالَّذِينََ أُوت ُوا العِل ََم د ََرجَاتََۚ َو‬
َ‫َللاُ بِ َما تَع َمَلُونََ َخبِير‬
Artinya :

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam


majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al
Mujadalah: 11)

Intisari Tafsir Surat Al Mujadalah Ayat 11

Surat Al Mujadalah ayat 11 menjelaskan adab menghadiri majelis. Yakni


hendaklah setiap orang berlapang-lapang dalam majlis. Jangan sampai seorang muslim
mengambil tempat duduk yang tidak perlu. Hendaklah ia mempersilakan orang lain agar
bisa turut duduk di majelis tersebut. Ayat ini turun berkenaan dengan majelis Rasulullah
di serambi masjid Nabawi pada hari Jumat. Waktu itu datang sejumlah sahabat ahli badar
yang biasanya diberi tempat khusus oleh Rasulullah. Saat ahli badar ini datang dan
mengucap salam, mereka menjawab salam tapi tidak memberi tempat duduk. Maka
Rasulullah pun memerintahkan sahabat lainnya untuk bangkit dan memberi tempat duduk

13
bagi ahli badar tersebut. Orang-orang munafik yang mengetahui peristiwa ini kemudian
menuduh Rasulullah tidak adil. Rasulullah lantas menjelaskan bahwa mereka yang
berlapang-lapang dalam majlis dan bangkit untuk memberi tempat duduk ahli badar, akan
diberkahi Allah. Allah pun menurunkan Surat Al Mujadilah ayat 11 ini. Ayat ini
menjelaskan keutamaan orang-orang yang berlapang-lapang dalam majlis. Bahwa Allah
akan memberikan kelapangan untuk mereka. Ayat ini juga menunjukkan keutamaan ahli
ilmu. Bahwa orang-orang yang beriman dan berilmu akan ditinggikan derajatnya oleh
Allah.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, tingginya derajat


itu akan didapatkan oleh orang-orang yang berilmu baik di dunia maupun di akhirat. Para
sahabat sangat memahami hal ini. Sehingga Umar yang awalnya mempertanyakan
mengapa Nafi’ memilih Ibnu Abza sebagai penggantinya menjadi amil Makkah. Padahal
Ibnu Abza adalah mantan budak. Ketika Nafi’ menjelaskan bahwa Ibnu Abza adalah
orang yang alim dan hafal Quran, Umar sebagai khalifah waktu itu pun menyetujuinya.

Isi Kandungan Surat Al Mujadalah Ayat 11:

Berikut ini isi kandungan Surat Al Mujadalah ayat 11 yang kami sarikan dari
sejumlah tafsir. Yakni Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim karya Ibnu Katsir, Tafsir Al Munir
karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Tafsir Fi Zilalil Quran karya Sayyid Qutb dan Tafsir
Al Azhar karya Buya Hamka.

1. Surat Al Mujadalah ayat 11 menjelaskan adab menghadiri majelis (termasuk majelis


ilmu dan majelis dzikir). Yakni berlapang-lapang dan memberikan kelapangan kepada
orang lain agar bisa duduk di majlis itu.
2. Di antara adab menghadiri majelis Rasulullah adalah mentaati beliau, termasuk ketika
beliau memerintahkan untuk berdiri atau pindah tempat duduk.
3. Pemimpin majelis boleh meminta seseorang untuk pindah guna memberikan tempat
kepada orang yang dimuliakan.
4. Orang yang berlapang-lapang di majelis, Allah akan memberikan kelapangan
untuknya.
5. Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat,
baik di dunia maupun di akhirat.
6. Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakan hamba-hambaNya dan motivasi di balik
perbuatan itu.

14
7. Allah memberikan balasan atas perbuatan seseorang berdasarkan hakikat dan motivasi
perbuatan itu.
8. Ayat ini memotivasi orang-orang beriman untuk menuntut ilmu dan menjadi orang-
orang yang berilmu.

Implikasi Ilmu Pengetahuan Dalam Dunia Pendidikan

Pemahaman terhadap ayat al-Qur’an dalam hubungannya dengan pengembangan


ilmu pengetahuan tersebut amat erat kaitannya dengan kegiatan pendidikan. Keterkaitan
ini dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut :

a. Pertama, sungguhpun tujuan akhir dari pendidikan adalah mengubah sikap mental dan
perilaku tertentu yang dalam konteks Islam adalah agar menjadi seorang muslim yang
terbina seluruh potensi dirinya sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai
khalifah dalam rangka beribadah kepada Allah, namun dalam proses menuju kearah
tersebut diperlukan adanya upaya pengajaran. Dengan kata lain pengajaran adalah satu
sarana untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Kedua, bahwa dalam kegiatan pengajaran tersebut, seorang guru mau tidak mau
mengajarkan ilmu pengetahuan, karena dalam ilmu pengetahuan itulah akan dijumpai
berbagai informasi, teori, rumus, konsep-konsep dan sebagainya yang diperlukan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Dari proses pengajaran yang demikian itu akan
terciptalah pemahaman, penghayatan dan pengamalan.
c. Ketiga, bahwa melalui pendidikan diharapkan pula lahir manusia yang kreatif,
sanggup berfikir sendiri, walaupun kesimpulannya lain dari yang lain, sanggup
mengadakan penelitian, penemuan dan seterusnya. Sikap yang demikian itu amat
dianjurkan dalam a-Qur’an.
d. Keempat, pengajaran berbagai ilmu pengetahuan dalam proses pendidikan yang sesuai
dengan al-Qur’an, akan menjauhkan manusia dari sikap takabur, sekuler dan ateistik,
sebagaimana yang pada umumnya dijumpai pada pengembangan ilmu pengetahuan
Barat dan Eropa.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Profesi merupakan bidang pekerjaan yang dijalani setiap orang sesuai dengan
keahliannya yang menuntut kesetiaan (komitmen), kecakapan (skill), dan tanggungjawab
yang sepadan sehingga bukan semata-mata urusan mencari nafkah berupa materi belaka.
Dalam hal ini setiap anggota muhammadiyah dalam memilih dan menjalani profesinya di
bidang masing-masing hendaknya senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kehalalan
(Halalan) dan kebaikan (thayyibah), amanah, kemanfaatan dan kemaslahatan yang
membawa pada keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Selain itu sdalam menjalani
profesi bagi setiap warga muhammadiyah dilakukan dnegan sepenuh hati dan kejujuran
sebagai wujud menunaikan ibadah dan kekhalifahan dimuka bumi.

Etika keperawatan adalah perilaku etik seorang perawat dalam tindakan


keperawatan professional. Dua perilaku etik yang harus dimiliki seorang perawat
professional yaitu :

a. Etik yang berorientasi pada kewajiban


Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus di wajib dilakukan dan
kewajibannya dalam bertindak.
b. Etik yang Berorientasi pada Larangan
Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh dilakukan
oleh perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.

Tujuan dari etika keperawatan pada dasarnya adalah agar oara perawat dalam
menjalankan tugas dan fungsinya dapat menghargai dan menghormati martabat manusia.
Secara umum tujuan etika keperawatan yaitu menciptakan dan mempertahankan
kepercayaan antara perawat dank lien, perawat dengan perawat, perawat dengan profesi
lain , juga perawat dengan masyarakat (Utami dkk, 2016).

Adapun beberpa etika yang harus dimiliki seorang perawat professional


diantaranya seperti memiliki rasa respek, otonomi beneficience (kemueahan hati), non

16
malaficience, veracity (kejujuran), Confidensialitas (Kerahasiaan), Fidelity (Kesetiaan),
dan justice (keadilan).

Dalam hal ini perawat yaang profesionaal adalah perawat yang mampu berkomunikasi
dengan pasien atau menjadi komuinikator yang baik. Seorang perawat profesional
haruslah mampu mejalankan peran dan fungsinya dengan baik, yang sudah terkandung
dalam Surat Al Mujadalah ayat 11 yang artinya :

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam


majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al
Mujadalah: 11)

3.2 Saran

Telah menjadi sebuah kewajiban bagi kita sebagai umat muslim dan calon tenaga
kesehatan untuk bisa bersikap professional dalam melakukan suatu pekerjaan. Perlu di
ketahui bahwa dalam menjalani profesi di suatu bidang hendaknya kita selalu menjunjung
tinggi nilai-nilai kehalalan (Halalan) dan kebaikan (Thayyibah), amanah, kemanfaatan
dan kemaslahatan yang nantinya akan membawa keselamatan hidup di dunia maupun di
akhirat.

Demikian makalah yang kami buat. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna, kedepannya kami akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah diatas tentunya dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat
dipertanggung jawabkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bakri, Maria H. 2017. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Fahrudin, Rudi., dan Tomy Indra. 2014. Ilmu Keperawatan. Jakarta : Pilar Utama Mandiri

Helmy, Masdar. (2012). Keteladanan Akhlak Rasulullah Saw : Tuntutan Moral Untuk
Muslim. Bandung : Pustaka Hidayah

Massa, Kartini. 2018. Etika Keperawatan peraturan Kebijakan dan Perundang-Undangan


Praktik Keperawatan. Jakarta : Cv Trans Info Media

Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Pt Rineka Cipta

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawtaan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional (Edisi 5). Jakarta : Salemba Medika

Syakrani. 2010. Re-Spiritualizing Governance. Yogyakarta : Pustaka pelajar

Sudarto. (2015). Nilai Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan di Tinjau dari Surat Al-Mujadalah

Ayat 11. Jurnal Al-Lubab: 1 (1), 6-7.

“Isi Kandungan Surat Al-Mujadalah Ayat 11 dan Terjemahan”. Webmuslimah.com. 22


September 2020. 16 Oktober 2021. https://webmuslimah.com/isi-kandungan-surat-al-
mujadalah-ayat-11/?amp

18

Anda mungkin juga menyukai