Anda di halaman 1dari 12

UPAYA PROFESIONALISASI KONSELOR

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Konseling

Dosen Pengampu: Dr. Vivi rahmawati, M.Psi.

Disusun oleh :

1. Tresya Dela Adelia (2114010039)


2. Seha Ananda (2114010047)
3. Magareta Adelyya Pratiwi (2114010048)
4. Vima Arlani Iftirosy (2114010049)
5. Indah Ayu Nasfatul Romadoni (2114010054)
6. Dhea Febrianti (2114010059)

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “UNSUR-UNSUR KONSELING"

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna


dalam proses perkuliahan. Dari lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan.

Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami juga
berterima kasih kepada para penulis yang tulisannya kami kutip sebagai bahan
rujukan.

Kediri, 26 September 2021

Ketua Kelompok

II
DAFTAR ISI

Upaya Profesionalisasi Konselor


KATA PENGANTAR....................................................................................................................................... II
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... III
BAB I................................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN............................................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................................. 4
BAB II............................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN................................................................................................................................................ 5
A. Pengertian Profesionalisasi.................................................................................................................... 5
B. Status Profesi Bimbingan dan Konseling............................................................................................... 5
C. Kriteria Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling...............................................................................6
D. Usaha- Usaha Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling.....................................................................8
E. Peningkatan Mutu Konselor................................................................................................................... 9
BAB III............................................................................................................................................................ 11
KESIMPULAN................................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................... 12

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konseling sudah dikenal banyak orang terutama dalam dunia psikologi. Saat
ini, konsultasi banyak digunakan oleh konsultan profesional untuk membantu
orang memecahkan masalah mereka. Selain itu, pihak sekolah juga
mengaplikasikan sistem konseling. Hal ini dikarenakan konseling dianggap sebagai
cara yang penting untuk membantu siswa menjadi manusia yang dewasa dan
matang .

Konseling tersebut didasarkan pada banyak teori yang berbeda. Ada banyak
teori yang digunakan dalam konteks layanan konseling. Jika selama proses
konsultasi klien tidak sepenuhnya atau sepenuhnya mengkomunikasikan suatu
masalah dengan menjelaskannya kepada konsultan. Hal ini menimbulkan masalah
yang tidak dapat diselesaikan dan dapat menghambat kelancaran proses konsultasi.
Oleh karena itu, klien harus dapat mengungkapkan keprihatinan mereka secara
terbuka selama konsultasi. Sehingga konsultan dapat membantu klien memecahkan
masalah tersebut. Jadi, dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai unsur
konseling secara lebih rinci.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Apa pengertian Profesionalisasi?

2. Bagaimana Status Profesi Bimbingan dan Konseling?

3. Bagaimana Kriteria Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling?

4. Bagaimana Usaha- Usaha Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling?

5. Bagaimana Peningkatan Mutu Konselor?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesionalisasi
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para
petugasnya. profesional menunjukan pada proses peningkatan kualifikasi maupun
kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria standar dalam
penampilannya sebagai anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada dasarnya
merupakan serangkaian proses pengembangan keprofesianalan, baik dilakukan
melalui pendidikan latian prajabatan maupun pendidikan dalam jabatan. Maka dari
itu profesionalisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat dan tanpa
henti.

B. Status Profesi Bimbingan dan Konseling


Menurut pendapat para ahli antara lain Liberman, 1956; Goode, 1960;
Mccully dan Miller, 1969; dan Pavolko, 1971 yang dikutip Munandir (2000) dapat
dirangkumkan secara garis besar ciri atau kriteria profesi, yaitu:

1. Pekerjaan yang disebut profesi bersifat sebagai layanan kepada masyarakat


umum.

2. Pekerjaan yang disebut profesi adalah khas dan jelas batas- batasnya,
dilaksanakan dengan cara- cara ilmiah, dan dilaksanakan oleh petugas khusus yang
memiliki kewenangan yang diakui oleh badan resmi pemberi pengakuan.

3. Ada sistem ilmu dan pengetahuan yang mendasari pelaksanaa tugas sebagai
hasil pengembangan melalui proses ilmiah. Ilmu dan pengetahuan itu dipelajari
pada jenjang pendidikan tinggi.

5
4. Untuk memperoleh kewenangan menjalankan tugas profesi dipersyaratkan
pendidikan keahlian khusus tingkat tinggi yang memakan waktu panjang.

5. Anggota suatu profesi dituntut memiliki kecakapan minimum yang ditetapkan


dengan menerapkan patokan seleksi, pendidikan dan perizinan untuk menjalankan
paraktek.

6. Dalam menjalankan tugas layanan kemasyarakatan anggota profesi lebih


mengutamakan kepentingan umum, atau pihak yang memerlukan layanan bantuan,
daripada kepentingan pribadi (memperoleh keuntungan material atau mencari
popularitas pribadi), dan selalu memperhatikan dan mematuhi ketentuan- ketentuan
tentang aturan sopan santun bertingkah laku (kode etik) ketika menjalankan tugas
profesinya.

7. Para anggota profesi bergabung di dalam suatu himpunan dan berperan aktif di
dalamnya. Himpunan ini merupakan wadah para anggota untuk saling bertukar
pikiran dan berbagai pengalaman dengan tujuan memajukan kemampuan dan
keterampilan menjalankan tugas.

8. Para anggota profesi terus menerus memajukan diri dengan melakukan bacaan
teknis ilmiah (jurnal), kegiatan penelitian dan keikutsertaan di dalam pertemuan-
pertemuan ilmiah profesional seperti konvensi, seminar, simposium yang
diselenggarakan oleh organisasi. Semua itu dilakukan agar anggota profesi dapat
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir bidang profesinya, yang
akan berdampak meluaskan wawasan serta meningkatkan kemampuan dan
keterampilan profesionalnya.

C. Kriteria Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling


Profesionalisasi diri konselor merupakan proses konselor dalam berupaya
dalam meningkatkan diri. Peningkatan diri konselor dibutuhkan untuk membantu
konselor dalam memberikan layanan BK secara profesional. Profesional dalam
berkerja dibutuhkan untuk memberikan usaha sebaik-baiknya untuk menuju tujuan
dari profesi itu sendiri. Kriteria profesionalisasi bimbingan dan konseling yaitu :

6
1. Bersifat layanan kemasyarakatan

Bimbingan dan konseling dijalankan selaku usaha pendidikan, khususnya


pendidikan di sekolah. Di sekolah, kehadiran bimbingan dikukuhkan sejak
berlakunya kurikulum 1975. Tujuan bimbingan dan tujuan pendidikan mempunyai
nilai kemasyarakatan. Bimbingan dan konseling selaku bagian dari program
pendidikan sekolah mengembanamanat khususnya di bidang pengembangan
kepribadian dan usaha- usaha memajukan taraf kesejahteraan jiwa anak.

2. Khas dan jelasnya tugas

Bidang tugas layanan suatu profesi harus jelas bedanya dengan bidang tugas
profesi yang lain. Sifat inilah yang rupanya tidak begitu nyata. Konseling sebagai
suatu bentuk layanan bimbingan, juga dilakuakan oleh profesi- profesi yang
lainnya seperti psikolog klinik, psikoterapi, psikiater, dokter dan guru. Dalam
praktek di sekolah, realitanya konselor juga diberikan tugas seperti mengajar dan
menangani urusan tata tertib di sekolah. Banyak konselor merangkap tugas
pengajaran, sebaliknya guru melakukan semacam konseling juga terhadap siswa-
siswa yang mengalami masalah.

3. Penggunaan cara- cara ilmiah

Pengamatan di lapangan menunjukan bahwa kinerja para petugas BK dalam


melaksanakan bimbingan di sekolah- sekolah belum memiliki ciri- ciri yang ilmiah
secara universal. Alasannya antara lain adalah kurangnya pengetahuan para
petugas BK di sekolah dewasa ini tidak mempunyai latar belakang pendidikan
khusus BK. Masalahnya diperparah kareana miskonsepsi ini umum terdapat di
kalangan staf sekolah umumnya, bahkan tidak jarang termasuk kepala sekolah
sendiri. Semua itu disebabkan kurangnya pengetahuan dan pengertian mereka
tentang bimbingan dan konseling.

4. Petugas yang berwenang dan standar seleksi

Bimbingan sekolah dijalankan oleh petugas yang umumnya tidak berlatar


belakang pendidikan khusus. Ini membuahkan kurangnya kewenangan petugas.
Masalah ini berkaitan erat dengan kurangnya jumlah tenaga khusus bimbingan dan

7
konseling. Sebagian besar dari petugas bimbingan adalah guru yang dialihtugaskan
menangani program bimbingan karena desakan kebutuhan. Kurangnya tenaga
bimbingan dan konseling berpendidikan khusus di sekolah sebetulnya pada tahun
1980-an sudah diatasi melalui usaha- usaha pembaharuan oleh LPTK, diantaranya
lulusannya harus tamatan S1 dan S2 program Bimbingan dan konseling.

D. Usaha- Usaha Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling


Dimasa sekarang ini pertumbunhan dan perkembagan bimbingan dan konseling
disekolah-sekolah telah mencapai kemajuan yang signifikan. Namun masih banyak
yang harus dikerjakan untuk menjadi bimbingan dan konseling profesi yang
sebenar-benarnya.Di Indonesia, usaha-usaha memajukan profesi ini tidak bisa
diharapkan akan dilakukan oleh organisasi profesi

sepenuhnya. Campur tangan dari pihak birokrasi pemerintahan, jalur structural


terasa sekali dan kelihatan lebih menonjol.

Usaha-usaha kearah pelibatan organissai profesi bimbingan dan konseling telah


dimulai nampak dalam implementasinya. Diantara usaha-usaha itu ada tiga macam
yang mempunyai nilai dan arti profesionalisasi bimbingan, diantaranya:

1) Keterlibatannya dalam kegiatan-kegiatan penyusunan kurikulum pendidikan


konselor.

2) Pengembangan pekerjaan konselor (membimbing dan mengkonseling) sebagai


jabatan fungsional.

3) Perantara pelatihan guru pembimbing tingkat nasional bekerjasama dengan


pihak resmi, (Depdikbudi, 1999).

Kode etik merupakan tanggung jawab setiap individu konselor yang menuntut
disiplin diri yang tinggi untuk menaati dan menegakkannya. Tetapi secara sistem,
ini semua tanggung jawab organisasi IPBI dan divisi-diviasinya. Usaha-usaha
professionalisasi bimbingan dan konseling menjadi tanggung jawab para warga
professional selaku pribadi dan juga tanggung jawab IPBI selaku organisasi.

8
E. Peningkatan Mutu Konselor
Kualitas konselor merupakan salah satu syarat pengembangan profesionalisasi
bimbingan dan konseling. Implementasi bimbingan dan konseling untuk menuju
profesional masih membutuhkan waktu dan kemampuan di segala bidang.
Diantaranya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka peningkatan
mutu konselor, (Munandir, 2000) yaitu :

1) Perbaikan mutu masukan mahasiswa. Mutu lulusan pendidikan sangat


bergantung pada mutu masukan mahasiswa. Konseling adalah pekerjaan yang
menuntuk tenaga pelaksana yang cerdas, menguasai pengetahuan dasar, banyak
pengetahuan umum dan luas wawasannya, dan berkepribadian. Dalam konteks
keadaan dewasa ini dipertanyakan apakah LPTK bisa berharap mendapatkan bibit
unggul untuk masukannya.

2) Penyempurnaan kurikulum dan perkuliahan. Pendidikan prajabatan konselor


sekolah perlu dilakukan berkenaan dengan adanya kecaman atas kinerja konselor
lulusan perguruan tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah peningkatan mutu
praktikum dengan bimbingan intensif dan penilaian yang dipertinggi standar
kelulusannya.

3) Peningkatan kewenanagan dosen. Peningkatan ini sangat mutlak dan bisa


dicapai melalui penerapan standar yang tinggi untuk seleksi penerimaan dosen
baru pada bidang dan profesinya. Untuk masukan, standar yang dituju hendaknya
mereka yang sudah mempunyai pengalaman mengajar atau berbasis pengajaran
yang cukup.

4) Pemberlakuan standar kewenangan minimum. Mengenai kewenangan, itu


termasuk kewenangan memberikan tes dan instrumentasi bimbingan lainya dan
penggunaan pendekatan bantuan yang ditentukan. Karena adanya bidang-bidang
singgung dengan kewenangan profesi lain seperti psikologi, dan sosiologi, maka
perlu kerja sama dengan pihak yang bersangkutan.

Pengembangan profesi merupakan proses yang terus menerus. Ini sejalan dengan
pengembangan ilmu yang juga merupakan kegiatan yang tiada hentinya.Konselor

9
selaku pekerja yang sadar profesi merasa terpanggil dan ada kebutuhan untuk terus
meningkatkan mutu layanan bantuannya.

Demikian pun para pakar profesi bantuan dan ilmu-ilmu perilaku yang diberikan,
khususnya di perguruan tinggi program pendidikan konselor, yaitu dosen dan
peneliti, melihat bahwa merekalah pihak yang diharapkan paling berperan dalam
usaha-usaha berkelanjutan pengembangan dan pemutakhitran profesi bimbingan
dan ilmu-ilmu pendukungnya.

10
BAB III
KESIMPULAN
1. Profesionalisasi menunjukan pada proses peningkatan kualifikasi maupun
kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang standar
dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.

2. Dalam menjalankan tugas layanan kemasyarakatan anggota profesi (a) lebih


mengutamakan kepentingan umum, atau pihak yang memerlukan layanan bantuan,
daripada kepentingan pribadi (memperoleh keuntungan material atau mencari
popularitas pribadi), dan (b) selalu memperhatikan dan mematuhi ketentuan-
ketentuan tentang aturan sopan santun bertingkah laku (kode etik) ketika
menjalankan tugas profesinya.

3. Kriteria Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling, yaitu; bersifat layanan


kemasyarakatan, khas dan jelasnya tugas, penggunaan cara- cara ilmiah dan
petugas yang berwenang dan standar seleksi

4. Tiga macam yang mempunyai nilai dan arti profesionalisasi bimbingan,


diantaranya:

a. Keterlibatannya dalam kegiatan-kegiatan penyusunan kurikulum pendidikan


konselor.

b. Pengembangan pekerjaan konselor (membimbing dan mengkonseling) sebagai


jabatan fungsional.

c. Perantara pelatihan guru pembimbing tingkat nasional bekerjasama dengan


pihak resmi.

5. Peningkatan mutu konselor menurut Munandir yaitu; Perbaikan mutu masukan


mahasiswa, penyempurnaan kurikulum dan perkuliahan, peningkatan
kewenanagan dosen dan pemberlakuan standar kewenangan minimum.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Dra. Masdudi, M.Pd. Bimbingan dan Konseling ( Persepektif Sekolah).


2010. Cirebon: At- Tarbiyah Press

2. Prayitno, dan Amti, Erman. Dasar- Dasar Bimbingan dan Konseling. 2004.
Jakarta : Rineka Cipta

3. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/9146/46.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

4. http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318571/pengabdian/Microsoft+Word+-
+MENJADI+KONSELOR+PROFESIONAL_TRAINING+HIMA+PPB_.pd
f

5. http://nanafitriyana.blogspot.com/2013/10/makalah-profesionalisasi-
bimbingan-dan.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai