Dosen Pengampu :
FAKULTAS TEKNIK
iii
yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini,
sehingga dapat diselesaikan
dengan baik. Harapan kami
semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah,
rahmat, dan inayah-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah selalu kepada Nabi Muhammad
SAW. Sebagai utusan Yang Maha Kuasa untuk mengabarkan kebenaran yang hakiki di dunia ini.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat menempuh mata kuliah Etika Profesi.
Dengan makalah ini kami berharap dapat menambah wawasan pembaca, sehingga dapat
bermanfaat menambah pengetahuan dan pemahaman bagi siapa saja yang membutuhkan, untuk
mengetahui tentang Profesionalisme Kerja.
iv
sangat jauh dari kata
sempurna, serta mohon
maaf apabila masih ada
banyak
kesalahan dalam tulisan.
Oleh karena itu segala
kritik dan saran yang
bersifat
membangun sangat kami
harapkan guna memperbaiki
cara penulisan dan isi
makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan sangat
jauh dari kata sempurna, serta mohon maaf apabila masih ada banyak kesalahan dalam tulisan.
Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna
memperbaiki cara penulisan dan isi makalah ini
.Ucapan terima kasih juga tak lupa ucapkan kepada bantuan teman-teman yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Harapan
kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
v
Bengkulu, 07 Mei 2023
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan penulisa....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2
2.1 Pengertian etika profesi .......................................................................................2
a) Etika deskriptif. .......................................................................................3
b) Etika normative........................................................................................4
2.2 Sasaran etika profesi keguruan............................................................................5
1. Kompentensi kepribadian........................................................................7
2. Kompetensi professional..........................................................................8
3. Kompentensi sosial..................................................................................8
2.3 Sasaran sikap professional...................................................................................9
1. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan.......................................9
2. Sikap terhadap organisasi dan profesi......................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................17
3.2 Saran...........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAAN
Etika Profesi (professional ethics) adalah sikap hidup berupa keadilan untuk
dapat/bisa memberikan suatu pelayanan professional terhadap masyarakat itudengan
penuh ketertiban serta juga keahlian yakni sebagai pelayanan dalam rangka melakukan
tugas yang merupakan kewajiban terhadap masyarakat.
Secara umum, pengertian etika profesi ini merupakan suatu sikap etis yang
dimiliki seorang profesional yakni sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
mengembang tugasnya dan juga menerapkan normanorma etis umum pada bidang-bidang
khusus (profesi) didalam kehidupan manusia. Etika profesi atau juga kode etik profesi ini
sangat berhubungan dengan bidang tertentu yang berhubungan dengan masyarakat atau
juga konsumen dengan secara langsung. Konsep etika profesi itu harus disepakati
bersama oleh pihak yang berada di ruang lingkup kerja, contohnya dokter, jurnalistik
serta lain sebagainya.
Etika profesi ini berperan ialah sebagai sistem norma, nilai, serta aturan
profesional dengan secara tertulis yang dengan tegas menyatakan apa yang benar/baik
serta apa yang tidak benar/tidak baik bagi seorang profesional. Dengan kata lain, tujuan
dari etika profesi ini ialah supaya seorang profesional tersebut bertindak sesuai dengan
aturan serta juga menghindari tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik profesi.
Prinsip Dasar Etika Profesi Dibawah ini merupakan prinsip-prinsip dasar yang
melandasi pelaksanaan etika profesi diantaranya sebagai berikut :
2
2. Prinsip Keadilan Tiap-tiap profesional itu dituntut untuk mengedepankan
keadilan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam hal tersebut, keadilan itu harus
diberikan kepada siapa saja yang berhak.
4. Prinsip Integritas Moral Integritas moral ini merupakan kualitas kejujuran serta
prinsip moral dalam diri seseorang yang dilakukan dengan secara konsisten dalam
menjalankan profesinya. Artinya, seorang profesional tersebut harus memiliki komitmen
pribadi untuk dapat menjaga kepentingan profesi, dirinya, serta juga masyarakat.
Menurut Darmastuti (2007), terdapat tiga prinsip yang harus dipegang dalam etika
profesi, diantaranya sebagai berikut :
a. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa
yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika
deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.
Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam
3
suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat
bertindak secara etis.
b. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh
manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam
hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia
bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma
yang disepakati dan berlaku di masyarakat.Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika
tersebut di atas dapat
1. Jenis pertama
Etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan
buruk dari perilaku manusia.
2. Jenis kedua
Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku
manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada
keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi
ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
3. Jenis ketiga
Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang
hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu
menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi
etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif
4
B. Sasaran Etika Profesi Keguruan
Pada dasarnya sasaran etika profesi keguruan terletak pada sikap keprofesionalan
seorang guru. Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, “Sikap” adalah
gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran
terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Sedangkan Berkowitz, dalam Azwar (2000:5)
menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah Perasaan atau emosi, dan faktor kedua
adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi ( kokasi, 2011: 84).
Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang
(like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/ menghindari
sesuatu. “Profesional” adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, atau kecakapan yang
memiliki standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
“Pekerjaan yang bersifat profesional” adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan
oleh mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka
karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Nana Sudjana, 1988 dalam usman,
2005). Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu
pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997)
mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan
manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang
teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku
yang dipersyaratkan ( kokasi, 2011: 85).
Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru, Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalan pendidikan
5
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya dijelaskan menurut Arifin
(2000), bahwa guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan mempunyai:
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki multi fungsi yaitu
sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator, change agent,
inovator, konselor, evaluator, dan administrator (Soewondo, 1972 dalam Arifin
2000). Berdasarkan beberapa pengertian diatas ditambah dengan pendapat para ahli,
dapat ditarik kesimpulan bahwa, Sikap Guru Profesional adalah Suatu Kepribadian atau
respon yang menggambarkan kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang guru yang
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran yang ahli dalam menyampaikannya.
6
Kompetensi di sini meliputi kompetensi yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa “Kompetensi
guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.
7
Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian
meliputi :
a) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma
sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai
dengan norma
b) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etod kerja sebagai guru.
c) Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemamfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d) Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif
terhadappeserta didik dan memiliki perilaku yangh disegani.
e) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak sesuai dengan
norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik.
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya.
a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
pelajaran yang dimampu
b) Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang dimampu.
c) Mengembangkan materi pembelajaran yang dimampu secara kreatif.
d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
e) Memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangakan diri.
3. Kompetensi Sosial
8
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
a) Bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, raskondisifisik, latar belakang keluarga, dan
status sosial keluarga.
b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
c) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki keragaman
social budaya.
d) Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan (http://Kompetensi.info)
A. Sasaran Sikap Profesional
Sikap dan Pola tingkah laku seorang guru yang berhubungan dengan
profesionalisme haruslah sesuai dengan sasarannya, Sasaran Sikap Profesional Guru
diantaranya:
1) Sikap Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Pada butir sembilan kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: “guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”.
(PGRI, 1973). Kebijaksanaan pendidikan dinegara kita dipegang oleh pemerintah,
dalam hal departemen pendidikan dan kebudayaan. Dalam rangka pembangunan
dibidang pendidikan di Indonesia, departemen pendidikan dan kebudayaan
mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan
kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain :
Pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara
lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan
generasi muda dengan menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-
lain(Hermawan, 1979: 110).
Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru mutlak
perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan,
sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan
kebijasanaan. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala peraturan-
9
peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, di pusat maupun di daerah, maupun departemen lainnya dalam rangka
pembinaan pendidikan di negara.
Dasar ini juga menunjukkan bahwa guru indonesia harus tunduk dan taat kepada
pemerintah indonesia dalam menjalankan tugas pengabdiannya, sehingga guru indonesia
tidak mendapat pengaruh yang negatif dari pihak luar, yang ingin memeksakan idenya
melalui dunia pendidikan. Dengan demikian, setiap guru indonesia wajib tunduk dan taat
kepada segala ketentuan-ketentuan pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia harus taat
kepada kebijakan dan peraturan, baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan maupun departemen lain yang berwenang mengatur pendidikan, di pusat
dan di daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan-kebijakan pendidikan di
Indonesia(Hermawan, 1979: 111).
10
dengan organisasi adalah semua anggota dengan seluruh pengurus dan segala perangkat
dan alat-alat perlengkapannya. Setiap anggota harus memberikan sebagian waktunya
untuk kepentingan pembinaan profesinya, dan semua waktu dan tenaga yang diberikan
oeh para anggota ini dikoordinasikan oleh para pejabat organisasi tersebut, sehingga
permanfaatanya menjadi efektif dan efisien.
Dalam dasar keenam kode etik itu dengan gamblang juga dituliskan, bahwa guru
secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya. Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan, dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran, lokakarya,
pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, study perbandingan, dan berbagai bidang
akademik lainya. Peningkatan mutu profesi keguruan dapat telah direncanakan dan
dilakukan secara bersamaan atau berkelompok ( Hermawan, 1979: 112).
Kalau sekararang kita lihat kebanyakan dari usaha peningkatan mutu profesi
diprakarsai dan dilakukan oleh yang dilakukan oleh pemerintah, maka diwaktu
mendatang diharapkan organisasi profesionallah yang seharusnya merencanakan dan
melaksanakanya, sesuai dengan fungsi dan peran organisasi itu sendiri.
11
Agar setiap personel sekolah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, mutlak adanya
hubungan yang baik dan harmonis diantara sesama personal yaitu hubungan baik anatara
kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, dan kepala sekolah ataupun guru dengan
semua personal sekolah lainya. Semua personal sekolah ini harus dapat menciptakan
hubungan baik dengan anak didik disekolah tersebut. Sikap profesional lain yang perlu
ditumbuhkan oleh guru adalah sikap ingin bekerja sama, saling harga menghargai, saling
pengertian, dan rasa tanggung jawab.
Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan serta
menyadari akan kepentingan bersama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri
dengan mengorbanakan kepentingan orang lain (Hermawan,1979: 113).
Dalam hal ini kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan
masih memerlukan pembinaan yang sungguh-sungguh. Rasa persaudaraan seperti
tersebut, bagi kita masih perlu di tumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita lihat bahwa
hubungan guru dengan teman sejawatnya berlangsung seperti halnya dengan profesi
kedokteran.
Dalam kode etik guru indonesia dengan jelas dituliskan bahwa : Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa
pancasila, dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang
guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni : Tujuan pendidikan nasional,
prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam (UU No. 2/1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional), yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar,
atau mendidik saja. Pengertian seperti yang dikekmukakan oleh Ki Hajar Dewantara
dalam sistem amongnya. Tiga kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah “ing
angarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani”.
Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh,
harus dapat memberikan pengaruh dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Dalam
12
tut wuri terkundung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya dan
guru memperhatikannya. Dalam handayani berati guru mempengaruhi peserta didik,
dalam arti membimbing atau mengajarnya( Ma’mur, 2010: 130). Dengan demikian
membimbing mengandung arti bersikap menentukan kearah pembentukan manusia yang
seutuhnya yang berjiwa pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi
memaksanya menurut kehendak sang pendidik.
Motto tut wuri handayani sekarang telah diambil menjadi motto dari departemen
pendidikan dan kebudayaan RI. Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini
memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani
tidak hanya berilu tinggi tetapi juga bermoral tinggi pula. Oleh Karenanya, Guru dalam
mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan
intelektual saja.
Tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik
jasmani, rohani dan sosial sesuai dengan dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya
akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan tantangan dalam
kehidupannya sebagi insan dewasa. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek
semata yang harus patuh kepada kehendak dan kemauan guru.
Sudah menjadi perkembangan umum bahwa suasana yang baik ditempat kerja
akan meningkatkan produktifitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap
guru, dan guru berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dalam lingkungannya.
Untuk menciptakan suasana kerja yang bauk ini ada dua hal yang harus diperhatikan,
yaitu: Guru sendiri dan hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat
sekeliling Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu butir dari
kode etik yang berbunyi : “Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar”.
Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan
berbagai cara, baik dengan penggunaan metode mengajar sesuai, maupun dengan
13
penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap,
ataupun pendektan lainnya yang diperlukan( Ma’mur, 2010: 131).
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi
yang lebih besar, guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak
atasan. Dari organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai dari pegurus cabang, daerah,
sampai kepusat. Begitu juga sebagai anggota keluarga besar DEPDIKBUD (Departement
Pendidikan dan Kebudayaan), ada pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah dan
seterusnya sampai kementri pendidikan dan kebudayaan.
Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai
persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan
kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik
yang masih kecil. Barang kali tidak semua orang dikarunia sifat seperti itu, namun bila
seseorang telah memilih untuk memasuki profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan
berlaku seperti itu. Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat
melakukannya secara formal maupun informal.
Secara formal, artinya guru mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang
sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemmapuannya, Secara informal guru
dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya melalui media masa seperti
televisi, radio, majalah ilmiah, Koran, dan sebagainya. Didalam Kode Etik Guru
Indonesia butir keenam ditujukan kepada guru, baik secara pribadi maupun secara
kelompok, untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
Guru sebagaimana juga dengan profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan
mutu dan martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan atau menambah
pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi
itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman( Ma’mur, 2010: 132).
14
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, baik
mutu professional, maupun mutu layanan, guru harus pula meningkatkan sikap
professionalnya. Ini jelas berarti bahwa ketujuh sasaran penyikapan yang telah
dibicarakan harus selalu dipupuk dan dikembangakan ( Achmad, 1991:
90). Pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan baik selagi dalam pendidikan
prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
Dalam pendidikan prajabatan seorang guru harus dididik dalam segala hal (ilmu,
pengetahuan, sikap dan keterampilan) karena tugasya bersifat unik, guru selalu menjadi
panutan sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan
jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat. Pembentukan sifat yang baik
tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai
pendidikannya dilembaga pendidikan perguruan tinggi. Berbagai usaha dan latihan,
contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap profesional di
rancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan
prajabatan ( Achmad, 1991: 90).
Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai hasil sampingan (by-product)
dari pengetahuan yang di peroleh calon guru. Sikap teliti dan disiplin, misalnya dapat
terbentuk sebagai hasil sampingan dari hasil belajar matematika yang benar, karena
belajar matematika selalu menuntut ketelitian dan kedisiplinan penggunaan aturan dan
prosedur yang telah di tentukan. Sementara itu tentu saja pembentukan sikap dpat di
berikan dengan memberikan pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus yang di
rencanakan, sebagaimana halnya mempelajari pedoman pengahayatan dan pengalaman
pancasila (P4) yang diberikan kepada seluruh siswa sejak dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi.
15
Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai
mendapatkan pendidikan prajabatan. Akan tetapi peningkatan harus terus dilakukan
dengan cara formal seperti mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah
lainnya ( Achmad, 1991: 91). Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang jauh
berbeda dengan dengan guru-guru yang ada di Amerika Serikat atau Inggris. Di Amerika
Serikat pengembangan profesional guru harus memenuhi standar sebagaimana yang
dikemukakan Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996) bahwa ada empat
standar pengembangan profesi guru yaitu:
16
Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru sebagaimana yang
berlaku di Amerika Serikat maka kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia semakin baik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya sasaran etika profesi keguruan terletak pada sikap keprofesionalan seorang
guru. Sikap Guru Profesional adalah suatu kepribadian atau respon yang menggambarkan
kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang guru yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran yang ahli dalam
menyampaikannya, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial.
Sikap dan Pola tingkah laku seorang guru yang berhubungan dengan profesionalisme haruslah
sesuai dengan sasarannya, Sasaran Sikap Profesional Guru diantaranya:
17
f. Sikap terhadap tempat kerja
g. Sikap terhadap pemimpin
h. Sikap terhadap pekerjaan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Asmani Jamal Ma’mur. 2010. Tips Menjadi Guru. Yogyakarta : Diva Press.
Hermawan S,R. 1979. Etika Keguruan Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik
Guru Indonesia. Jakarta : PT.Margi Wahyu.
http://kompetensi.info. diunduh pada tanggal 1 April 2017, pada pukul 08.15 WIB.
Sanusi, Achmad, et al. 1991. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga
Kependidikan. Bandung : IKIP Bandung Departemen P dan K.
Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2011. Profesi Keguruan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
18
19