Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB MI


‘’Strategi dan Metode Pembelajaran Tarokib Al-Arabiyah”
Dosen :
Maria Ulfa, M.Pd.I

DISUSUN OLEH
Achmad Khanafi (1838126005)
Rully khoirul hidayat (1838126006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM JEMBER


2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya. Sehingga kita bisa menjalankan aktifitas
sebagai mana biasanya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
nabi Muhammad SAW. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Strategi dan Metode Pembelajran Tarokib Al-Arabiyah ” makalah ini
dibuat sebagai tugas pribadi yang akan dikumpulkan dan dipresentasikan.
Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang konsep
aqidah islam,kami penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat
bagi kita semua.

Jember, 22 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3. Tujuan Pembahasan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tarokib............................................................................................2
2.2 Metode – Metode Pengajaran Nahwu (Tarkib).................................................4
2.3 Macam-macam Media dalam Pembelajaran Tarkib..........................................5
2.4 Struktur Kalimat dan Konteks Tarkib...............................................................6
2.5 Prinsip-Prinsip Umum.......................................................................................8
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
2.6 Strategi-Strategi Pembelajaran Tarkib...............................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11
3.2 Saran..................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

iii
iv
BAB
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan hadis. Umat islam tidak dapat
menggali, memahami dan mempelajari ajaran agama Islam yang terdapat pada al-
Quran dan hadis tanpa memiliki kemampuan menggali, memahami dan
menguasai bahasa Arab dengan baik. Dalam upaya mengembangkan wawasan
berbahasa Arab, amat diperlukan adanya sebuah kajian kebahasaan, kemampuan
menguasai bahas Arab merupakan kunci dan syarat mutlak yang harus di miliki
setiap orang yang hendak mengkaji ajaran islam secara luas dan mendalam.
Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari tentang kaidah-kaidah yang
digunakan dalam berbahasa Arab untuk mengetahui hukum kalimat dalam bahasa
arab. Maka dari itu di dalam makalah ini akan di jelaskan seputar bagaimana
pentingnya ilmu nahwu dalam belajar bahasa arab beserta metode dalam
pengajaran ilmu nahwu atau bisa juga di sebut Tarakib/Qawa’id

B.     Rumusan Masalah


1. Apa itu strategi dan metode pembelajaran tarokib arabiyah?
2. bagaimana strategi dan metode pembealajaran tarokib arabiyah?
C.    Tujuan
1. memahami apa itu strategi dan metode pembelajaran tarokib arabiyah
2. memahami apa strategi dan metode pembelajaran tarokib arabiyah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarokib

Tarkib adalah aturan-aturan yang mengatur penggunaan bahasa arab yang


digunakan sebagai media untuk memahami kalimat. Adapun sharf membicarakan
perubahan bentuk suatu kata kerja dari bentuk masa lalu (past), masa sekarang
dan masa yang akan datang (present), bentuk perintah, perubahan bentuk kata
kerja ke kata benda turunan, dan juga perubahan bentuk kata kerja sesuai pelaku
dari perbuatan tersebut.

Lafal murakkab ada enam macam, yaitu: isnadi, idlafi, bayani, ‘athfi,
mazji dan ‘adadi.

Murakkab Isnadi atau Jumlah

Isnad adalah menghukumi sesuatu dengan sesuatu yang lain, seperti


menghukumi Zuhair dengan bersungguh-sungguh pada ucapan kita, (‫ ٌد‬D‫) ُزهَ ْي ٌر ُمجْ تَ ِه‬
(“Zuhair orang yang bersungguh-sungguh”).[1]

Dan mahkum bih yang digunakan untuk meng-hukumi) disebut dengan


Musnad, sedangkan mahkum ‘alaih yang dihukumi) disebut dengan Musnad
‘ilaih.

Jadi, musnad adalah lafal yang kita gunakan untuk menghukumi sesuatu,
dan musnad ‘ilaih adalah lafal yang kita hukumi dengan sesuatu.

Murakkab Idlafi

Murakkab idlafi adalah lafal yang tersusun dari mudlaf dan mudlaf ‘ilaih,
seperti (‫) ِكتَابُ التِّ ْل ِم ْي ِذ‬, (‫ض ٍة‬ ِ َ‫صو ُم النَّه‬
َّ ِ‫ )خَاتَ ُم ف‬dan (‫ار‬ َ ). Hukum juz kedua dari murakkab idlafi
yaitu mudlaf ‘ilaih) adalah selamanya dibaca jer seperti yang telah kalian lihat.

Murakkab Bayani

2
Murakkab bayani adalah semua dua kalimat yang kalimat keduanya
memperjelas pada makna kalimah yang pertama.

Murakkab bayani ada tiga macam, yaitu:[6]

1. Murakkab washfi, yaitu murakkab yang tersusun dari sifat dan maushuf,
seperti (‫)فَا َز التِّ ْل ِم ْي ُذ ال ُمجْ تَ ِه ُد‬, (‫ت التِّ ْل ِم ْي َذ ال ُمجْ تَ ِه َد‬
ُ ‫ )اَ ْك َر ْم‬dan (‫ق التِّ ْل ِم ْي ِذ ال ُمجْ تَ ِه ِد‬
ُ َ‫ت اَ ْخال‬
ْ َ‫)طَاب‬.

2. Murakkab taukidi, yaitu murakkab yang tersusun dari mu’akkid dan


m’akkad, seperti (‫) َجا َء القَو ُم ُكلُّهُم‬, (‫ت القَو َم ُكلَّهُ ْم‬
ُ ‫ )ا ْك َر ْم‬dan (‫وم ُكلِّ ِه ْم‬ ُ ‫)اَحْ َس ْن‬.
ِ َ‫ت الَى الق‬

3. Murakkab badali, yaitu murakkab yang tersusun dari badal dan mubdal
minhu, seperti (‫) َجا َء َخلِ ْي ٌل اَ ُخو َك‬, (‫ْت َخلِ ْيالً اَخَا َك‬
ُ ‫ )رأي‬dan ( َ‫ت ِبخَ لِ ْي ٍل اَ ِخ ْيك‬
ُ ْ‫) َم َرر‬.

Murakkab ‘Athfi

Murakkab ‘athfi adalah murakkab yang tersusun dari ma’thuf dan ma’thuf
‘alaih dengan ditengah-tengahi huruf ‘athaf diantara keduanya, seperti, ( ‫يَنَا ُل التِّ ْل ِم ْي ُذ َو‬
‫ )التِّ ْل ِم ْي َذةُ ال َح ْم َد َو الثَّنَا َء‬dan (‫س َو اإلجْ تِهَا ِد‬
ِ ْ‫)ثَابِرًا َعلَى الدَّر‬.

Hukum lafal setelah huruf ‘athaf adalah mengikuti lafal sebelum huruf
‘athaf dari segi i’rab, seperti yang telah kalian lihat.

Murakkab Mazji

Murakkab mazji adalah setiap dua kalimah yang disusun dan dijadikan
menjadi satu kalimah, kalimah keduanya berada pada manzilah ta' taknis.
Contonya (‫)بَ ْعلَبَ َّك‬, (‫ْت لَحْ ٍم‬
ُ ‫)بَي‬, (‫) َحضْ َر َموْ ت‬, (‫) ِس ْيبَ َو ْي ِه‬, (‫صبَا َح َم َسا َء‬
َ ) dan (‫) َش َذ َر َم َذ َر‬.

Murakkab ‘Adadi

Murakkab ‘adadi termasuk dalam murakkab mazji, yaitu setiap dua ‘adad
(bilangan) yang diantara keduanya terdapat huruf ‘athaf yang dikira-kirakan.1

B. Metode – Metode Pengajaran Nahwu (Tarkib)


1
Hanomi, 2009.Qawa’id Dan Qiraah.Padang: Hayfa Press.

3
Dalam pengajaran nahwu dititikberatkan pada salah satu sarana untuk
memperbaiki susunan uslub-uslub bahasa Arab yang merupakan satuan pelajaran
yang terdiri dari kaidah-kaidah yang harus diajarkan dan diwajibkan bagi siswa
untuk mengetahui dan memahaminya.Demikian pula pelajaran nahwu ini,
ditekankan pula penghafalan kaidah-kaidah, dari sini muncul ide-ide untuk
mencari metode yang tepat dan handal untuk mengajarkan ilmu nahwu pada anak
didik.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami akan mengetengahkan metode-metode
yang berkaitan dengan pengajaran nahwu.
1.    ‫(الطريقة القياسية‬Metode Deduktif = Analogi)
Metode al-Qiyas (deduktif) adalah cara mengajarkan nahwu yang terlebih
dahulu guru memaparkan kaidah-kaidah kepada anak didiknya kemudian disusul
dengan pemberian contoh-contoh dalam bentuk pola kalimat yang diambil dari
bahan bacaan. Metode ini termasuk metode yang tertua dalam pengajaran ilmu
nahwu. Meskipun metode ini sudah lama tetapi masih dipergunakan dalam
pengajaran bahasa Arab dan Departemen Pendidikan di negara Arab. Teknik
penyajian metode al-qiyas (deduktif) ada 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a.     Pemaparan kaidah-kaidah, yaitu guru menuliskan di papan tulis dengan
terang dan jelas kemudian guru membacanya dan diikuti oleh para siswa
dan secara berulang-ulang dan akhirnya para siswa dapat menghafalnya dan
memahaminya.
b. Pemaparan contoh-contoh, yakni guru menjelaskan posisi kaidah-kaidah
yang terdapat contoh-contoh sehingga siswa dapat memahaminya,
kemudian guru mengadakan tanya jawab dengan para siswa, setelah jam
pelajaran akan berakhir guru memberikan tugas-tugas kepada para siswa
untuk diselesaikan di rumah di luar jam pelajaran yang telah ditentukan,
baik dalam bentuk tugas mandiri maupun kelompok.
2. ‫( الطريقة االستنباطية‬Metode induktif)
Metode istinbathiyah disebut juga metode induktif. Metode istinbathiyah
adalah metode yang dimulai dengan pemaparan contoh-contoh dengan
memperbanyak latihan-latihan, kemudian dilanjutkan sampai kepada generalisasi

4
atau pemaparan kaidah-kaidah yang umum. Metode ini sesuai digunakan kepada
tingkat mutaqadimin (tinggi). Adapun pada tingkat mutawasit ataupun pemula,
mereka belajar nahwu dengan nash sempurna, membaca dan memperbanyak
latihan kemudian diikuti dengan pemahaman kaidah nahwu. (Ali Ahmad madhur,
1991 : 338).2[3]
Metode penyajian metode Istinbath (induktif) adalah:
a.  Teknik penyajian I: yakni dengan pemaparan contoh-contoh sederhana
kemudian kaidah-kaidah.
b. Teknik II: yaitu metode pemaparan teks (nash) kemudian contoh-contoh
disusul dengan kaidah-kaidah nahwu.
Penerapan metode induktif ( ‫ ) الطريقة االستنباطية‬dalam pembelajaran di kelas antara
lain sebagai berikut:
1) Guru menerangkan dan menjelaskan teks-teks bacaan tersebut dan
mengeluarkan contoh-contoh yang difokuskan pada materi nahwu dan
menjelaskan kaidah-kaidah yang terdapat dalam bacaan tersebut.
2) Hendaknya para siswa banyak mengajukan pertanyaan pada guru agar
dapat menyelesaikan teks-teks bacaan yang ada.
3. ‫( الطريقة القواعد و الثرجمة‬Metode kaidah dan terjemah)
Metode kaidah dan terjemah ini ditekankan pada penghafalan dan pemahaman
kaidah nahwu dan juga penrjemahan. Metode ini bersifat umum karena bisa
digunakan untuk mengajarkan bahasa yang lain bukan hanya bahasa Arab. Dalam
metode ini, siswa diharapkan mampu memahami suatu teks atau wacana dengan
menelaah isi dan kaidah yang terkandung dalam wacana tersebut. Untuk
mengaplikasikan metode kaidah dan terjemah dalam pengajaran bahasa asing,
dalam hal ini bahasa Arab, kita perlu melihat konsep dasar metode ini.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya ada dua aspek penting dalam metode
kaidah dan terjemah : pertama, kemampuan menguasai kaidah tata bahasa; dan
kedua, kemampuan menerjemahkan. Dua kemampuan ini adalah modal dasar
untuk mentrabsder ide atau pikiran ke dalam tulisan dalam bahasa asing

5
(mengarang), dan modal dasar untuk memahami ide atau pikiran yang dikandung
tulisan dalam bahasa asing yang dipelajari (membaca pemahaman).
Contoh penerapan metode ini dalam pengajaran nahwu adalah sebagai
berikut :
1.    Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan
disajikan baik berupa appersepsi, atau tes tentang materi, atau yang lainnya.
2.    Guru memberikan pengenalan dan definisi kaidah-kaidah tertentu dalam
bahasa arab yang harus dihafalkan sesuai dengan materi yang akan disajikan,
berikut terjemahannya dalam bahasa pelajar. Contoh : jika materi yang akan
disajikan mengandung kaidah mubtada-khabar, maka langkah yang mungkin
dilakukan adalah :
a. Mengenalkan konsep mubtada-khabar berikut definisi keduanya dan
terjemahannya ke dalam bahasa pelajar.
b.      Memberikan contoh-contoh tentang materi mubtada-khabar
c.      Setelah itu guru menjelaskan contoh-contoh tersebut seperlunya
d.  Setelah itu, guru membimbing siswa untuk menghafalkan definisinya
dengan baik dan benar.
e. Setelah siswa mampu memahami kaidah nahwu (mubtada dan khabar),
guru memberikan sebuah materi teks bahasa Arab, kemudian siswa
mengidentifikasi isi teks bahasa Arab tersebut dengan menganalisis
mubtada dan khabar dalam wacana tersebut.
f. Kegiatan akhir adalah guru melakukan evaluasi terhadap pemahaman
siswa.3
C.    Macam-macam Media dalam Pembelajaran Tarkib
1.      Kubus Struktur
Kubus struktur adalah sebuah kotak yang berbentuk kubus yang ke semua
sisinya ukurannya sama, kubus ini terbuat dari kertas yang kuat atau triplek, yang
didalamnya memuat unsur-unsur kalimah yang telah diajarkan oleh guru.
Pada setiap sisi kubus ditulis kalimah dengan tujuan sebagai media untuk
mempelajari susunan kalimah. Misalkan saja pada kubus pertama dibuat kalimah

3
Al-Khuli, Muhammad Ali. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, baSan Publishing, Yogyakarta.

6
yang mempunyai kedudukan sebagai mubtada atau pada kubus kedua sebagai fi’il
pada kubus ketiga sebagai maf’ul bih pada kubus ke empat sebagai hal. Kalimah
itu diletakan pada kertas dan ditempelkan pada kubus. Kubus struktur ini cocok
untuk mempelajari kedudukan kalimah.
2.      Papan Selip

Papan selip merupakan media yamg berupa papan yang memiliki saku.
Papan ini ditempelkan pada papan tulis yang diletakan dari ujung kiri ke ujung
kanan papan ini dibuat dari kartoon ukurannya 100 cm x 70 cm. papan selip
sangat membantu siswa dalam mempelajari tarkib dan mengurutkan kalimah,
menyempurnakan jumlah dengan mengganti gambar sebagai kalimah. Lebih
bagusnya untuk pembaca, membaca dulu.
3.      Proyektor Transparansi
Transparansi yang di proyeksikan adalah visual baik berupa huruf,
gambar, grafik atau gabungannya pada lembaran tembus pandang atau plastik
yang dipersiapkan untuk diproyeksikan kesebuah layar atau dinding melalui
sebuah proyektor. Kemampuan proyektor membesar gambar membuat media ini
berguna untuk menyajikan informasi kelompok yang besar dan pada semua
jenjang.
4.      Peta
Peta baik untuk dibuat sebagai media pembelajaran tarkib nahwu. Contoh
penggunaan peta penggunaan peta sebagai media pembelajaran tarkib.

Guru menunjukan peta Negara sambil berkata‫ ماهذه‬kemudian menjawab

‫هذه مصر‬ kemudian menunjukan kenegara yang lain.


5.      Media Kartu

Contoh: kartu‫ فعل‬dan ‫ ض مير‬Siswa pertama mengangkat kartu yang

bertuliskan kata-kata D‫ فعل ماضى‬atau ‫ فعل مضارع‬sedangkan siswa kedua dengan

kartu yang bertuliskan D‫ ضمير‬hingga kartu yang dipegang oleh siswa pertama
habis dengan kartu yang dipegang oleh siswa kedua.
D.    Struktur Kalimat dan Konteks Tarkib

7
Ketika mengajarkan struktur atau pola kalimat baru, sebaiknya guru
mengaitkannya dengan konteks dan kondisi riil kehidupan siswa. Hal ini akan
sangat membantu penjelasan makna dan penggunaan struktur baru itu. Langkah-
langkah yang bisa ditempuh adalah sebagai berikut:

1.      Contoh konkret. Sebaiknya guru memberikan contoh-contoh konkret dan


menghindari contoh-contoh fiktif.
2.      Nama konkret. Lebih baik guru menggunakan nama-nama siswa yang ada di
kelas sebagai contoh penerapan struktur bahasa yang baru diajarkan.
3.      Kalimat riil. Kalimat-kalimat yang dijadikan contoh juga harus sesuai dengan
kenyataan.
4.      Kata kerja riil. Dalam memilih kata kerja yang akan dijadikan contoh penggunaan
struktur yang diajarkan, guru sebaiknya memilih kata kerja-kata kerja yang bisa
dilakukan oleh guru atau siswa di kelas.4
E.     Prinsip-Prinsip Umum
Dalam pembelajaran struktur kalimat, sebaiknya guru memperhatikan
beberapa prinsip umum, yaitu:
1.      Guru boleh saja menerangkan kaidah-kaidah yang berkaitan dengan struktur yang
diajarkan dengan syarat harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa.
2.      Untuk mengajar dikelas pemula sebaiknya guru menghindari penggunaan istilah-
istilah nahwu seperti Fa’il, Maf’ul, Mubtada’ khabar dan sebagainya. Namun jika
tingkat kemampuan siswa telah meningkat, guru bisa memperkenalkan istilah-
istilah tersebut secara bertahap.
3.     Guru bisa membandingkan antara satu struktur kalimat dengan struktur kalimat
lain jika siswa telah benar-benar menguasai struktur yang diajarkan.
4.     Ketika menyajikan struktur baru, guru perlu memperhatikan masalah pola dan
maknanya secara proposional.
5.     Dalam mengajarkan struktur bahasa, guru bisa menggunakan dua jenis drill, yaitu
dimulai dengan drill secara lisan kemudian diikuti dengan drill secara tertulis.
6.     Dalam pengajaran struktur kalimat, guru harus mampu mengklasifikasikan jenis
drill yang cocok dilakukan secara lisan dan tertulis. Beberapa jenis drill yang
4
Chakim Lukman, 2009. Bahasa Arab untuk MI Kelas VI. Semarang: Aneka Ilmu.

8
cocok diberikan secara lisan bisa saja tidak cocok kalau diberikan secara tertulis.
Begitu juga sebaliknya.
7.     Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan untuk menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan guru harus mampu melakukan variasi metode mengajar.
8.     Guru harus melakukan review terhadap materi pelajaran struktur kalimat yang
sudah diajarkan.
9.     Untuk mengajar kelas besar (jumlah siswanya banyak), guru bisa melakukan
latihan menirukan secara klasikal atau kelompok. Untuk mengajar di kelas kecil
(jumlah siswanya sedikit), guru bisa melakukan latihan menirukan secara
individual.
10. Dalam mengajarkan struktur bahasa yang baru sebaiknya guru menuliskannya di
papan tulis dan dalam menyajikannya hendaknya menggunakan berbagai alat
bantu baik berupa audio maupul visual.
11.  Kosakata yang mudah dan sudah dikenal siswa. Karena jika dalam mengajarkan
struktur bahasa baru guru menggunkan kosakata yang baru juga, hal ini
bertentangan dengan prinsip ilmu pendidikan atau tidak edukatif. Demikian juga
dalam mengajarkan kosakata, guru sebaiknya menghindari penggunaan struktur
bahasa yang baru dan belum diketahui oleh siswa.5
F.     Strategi-Strategi Pembelajaran Tarkib
1. Strategi Pembelajaran Tarkib pada tingkat dasar (Mubtadi’) Menggunakan
pendekatan kerja antara dua orang yang biasa disebut dengan The Power of two.
a.       Siapkan kertas latihan, model yang digunakan dapat berupa bacaan yang
didalamnya terdapat kata-kata yang ingin dipelajari
b. Mintalah masing-masing siswa untuk mengerjakan kalimat tersebut
c. Mintalah siswa untuk berkelempok dua-dua dan mendiskusikan hasil kerja
masing-masing
d. Mintalah pada masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil kerja
mereka.
e. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan komentar atau
pertanyaan

5
Ali Ahmad Madhur. Tadris Fonuun al Lughah al Arabiyah. Riyadh: Darul Shawaf, 1991.

9
f. Berikan klarifikasi terhadap hasil kerja kelompok tersebut agar tidak terjadi
kesalahan
2.      Strategi pembelajaran Tarkib pada tingkat menengah (Mutawassit) Pada tingkat
menengah ini dapat menggunakan Small Group presentation.
a. Siapkan kertas yang berisi potongan(potongan kata)
b.      Bagilah siswa pada kelompok-kelompok kecil (2-3 orang)
c.       Mintalah masing-masing kelompok untuk menuliskan kalimat yang disusun
dari kata-kata tersebut
d.      Mintalah masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasilnya di depan
kelas
e.       Berikan kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan komentar atau
pertanyaan
f. Berikan klarifikasi terhadap kerja kelompok tesebut dengan memberikan
tambahan penjelasan tentang struktur kalimat yang telah mereka pelajari.
3. Strategi pembelajaran Tarkib pada tingkat lanjut (Mutaqaddim) Strategi
pembelajaran tarkib pada tingkat lanjut dapat menggunakan strategi yang disebut
dengan Chart Short.
a. Siapkan kertas yang telah dituliskan dengan kalimat dengan struktur yang
berbeda-beda
b.      Bagikan kartu tersebut kepada para siswa secara acak
c.       Mintalah masing-masing siswa berkelompok sesuai dengan kategori kalimat
yang ada dalam kartu masing-masing
d. Mintalah masing-masing siswa kelompok menuliskan kalimat-kalimat yang
serupa tersebut dalam kertas maupun dalam bentuk file
e.       Mintalah masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya (presentasi) di
depan kelas
f.       Berikan kesempatan kelompok lain untuk memberikan komentar atau
pertanyaan
g.      Berikan klarifikasi secara menyeluruh dari hasil kerja kelompok tersebut.
BAB III

PENUTUP

10
Kesimpulan

Pembelajaran tarkib merupakan suatu kemestian, karena dengan


memahami tarkib seseorang mampu memahami bahasa Arab dengan tepat dan
benar. Selain itu yang dimaksud qawaid/tarkib dalam bahasa Arab yaitu susunan
yang ditinjau dari ilmunahwu dan ilmu shorof. Pengertian dari ilmu nahwu sendiri
adalah ilmu yang membahas kedudukan kalimah dalam bahasa arab ditinjau dari
segi I’rob.

Macam-macam tarkib meliputi: Murakkab Isnadi atau Jumlah, Murakkab


Idlafi, Murakkab Bayani, Murakkab ‘Athfi, Murakkab Mazji, Murakkab ‘Adadi.
Metode pembelajaran Metode Deduktif dan Metode induktif.

Strategi pembelajaran tarkib adalah sebagai berikut: Strategi Pembelajaran


Tarkib pada tingkat dasar (Mubtadi’), Strategi pembelajaran Tarkib pada tingkat
menengah (Mutawassit) Pada tingkat menengah ini dapat menggunakan Small
Group presentation, dan Strategi pembelajaran Tarkib pada tingkat lanjut
(Mutaqaddim) Strategi pembelajaran tarkib pada tingkat lanjut dapat
menggunakan strategi yang disebut dengan Chart Short

DAFTAR PUSTAKA

Ali Ahmad Madhur. Tadris Fonuun al Lughah al Arabiyah. Riyadh: Darul Shawaf, 1991.

11
Al-Khuli, Muhammad Ali. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, baSan Publishing,
Yogyakarta.

Chakim Lukman, 2009. Bahasa Arab untuk MI Kelas VI. Semarang: Aneka Ilmu.

Hanomi, 2009.Qawa’id Dan Qiraah.Padang: Hayfa Press.

Husain. Mushkilat al-I’râb, Majallah Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah. Cairo: al-Hay’ah


al-Âmmah, 1959.

12

Anda mungkin juga menyukai