Disusun Oleh :
Muh. Sulkarnain
Tsulus Afdholuddin
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanyalah milik Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena
dengan rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang sangat sederhana ini. Sholawat
serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad Saw kepada
Dalam makalah ini kami ingin menyampaikan tentang Dasar-dasar Penerjemahan Al-Qur’an
yang berjudul Jumlah Ismiyyah & Praktek Menerjemahkan QS. Ar-Rum Ayat 11 & QS. Fathir
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah.…............................…........................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui malaikat Jibril secara mutawatir yang ditulis dalam mushaf diawali QS. Al-Fatihah dan
diakhiri QS. An-Naas dan membacanya ialah ibadah. Al-Qur’an berisi banyak pesan untuk
menata kehidupan manusia, oleh karenanya Al-Qur’an merupakan pedoman bagi manusia. Pesan
Al-Qur’an tidak terbatas pada pewarnaan kehidupan orang-orang tertentu, untuk lingkungan
serta kurun waktu tertentu, akan tetapi diperuntukkan kepada seluruh umat manusia tanpa
batasan tertentu.
Al-Qur’an perlu diterjemahkan dalam berbagai bahasa agar mudah dimengerti kaum
muslimin. Setiap kaum muslimin mengetahui maksud secara arti Al-Qur’an dalam bahasa yang
dimengerti oleh setiap kaum muslimin, sehingga meminimalisir terjadi kesalahan dalam
menyikapi sebuah ayat dari Al-Qur’an. Memudahkan bagi kaum muslimin untuk mengetahui arti
secara terjemah khusus dalam bahasa Indonesia. Yang dalam hal ini kami menulis makalah
untuk memenuhu tugas dari dosen pengampu Bapak Abdul Kholiq, MA. Pada mata kuliah
Dasar-dasar Penerjemahan Al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Jumlah Ismiyyah?
2. Apa-apa saja pola mubtada khabar?
3. Apa itu mubtada muakhar dan khabar muqaddam?
4. Apa itu khabar jumlah dan khabar syibhul jumlah?
5. Bagaimana menerjemahkan jumlah ismiyyah dalam Al-Qur’an?
C. Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian jumlah ismiyyah.
2. Untuk mengetahui pola mubtada khabar.
3. Untuk mengetahui mubtada muakhar dan khabar muqaddam.
4. Untuk mengetahui khabar jumlah dan khabar syibhul jumlah.
5. Mampu menerjemahkan jumlah ismiyyah dalam Al-Qur’an.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jumlah Ismiyyah
Jumlah ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda), kalimat
ini terdiri dari susunan mubtada dan khabar. Mubtada merupakan subyek dalam bahasa Arab,
karena menjadi subyek maka mubtada mempunyai beberapa sifat yaitu: Pertama, harus berupa
ma'rifat (kata khusus/tertentu/spesifik, bukan umum. contoh: nama orang, kemasukan huruf
alif+lam). Kedua, tanda i'robnya adalah rofa'. Sedangkan khabar merupakan predikat, yaitu
bertugas menjelaskan atau menerangkan keadaan mubtada (subyek), khabar bisa berupa kata
atau anak kalimat. sifat khabar yaitu : Satu, harus nakiroh (kata umum). Kedua, khabar juga
mempunyai tanda i'rob rofa'. Mubdata dan khabar harus mempunyai sifat yang sama, ketika
mubdatanya mudzakar maka khabar juga harus mudzakar, antara mubtada dan khabar juga harus
sama-sama mufrad, tatsniyah, atau jamak.
Contoh jumlah ismiyah:
Segala puji hanya milik Allah tuhan semesta َاﻟﺤَﻤْﺪُ ِّ رَبِّ اﻟﻌَﺎﻟَﻤِﯿْﻦ
alam
Penjelasan:
Contoh pertama, kata 'zaidun' sebagai mubdata' dan kata 'qooimun' sebagai khabar sama-
sama isim mufrad (kata benda tunggal) dan mudzakar (kata benda berjenis kelamin laki-
laki).
Contoh kedua, kata 'al-hamdu' sebagai mubtada (subyek), sedangkan khabarnya
(predikatnya) adalah berupa susunan anak kalimat yaitu 'lillahi robbil 'aalamiina'. yang
jelas adalah, jumlah (kalimat) ini termasuk jumlah ismiyah karena diawali dengan isim
5
(kata benda) yaitu 'al-hamdu' (bagaimana bisa tahu 'al-hamdu' adalah isim? karena ia
kemasukan alif lam).
Contoh ketiga, kata 'muslimaani' sebagai mubtada' (subyek) dan kata 'qooimaani' sebagai
khabar sama-sama isim tatsniyah (kata benda yang menunjukan arti dua).
Nah, dari ketiga contoh di atas, semuanya adalah jumlah ismiyah karena diawali dengan
kata benda (isim).
6
Pintu Terbuka ٌﻣَﻔْﺘُﻮْح ُاﻟْﺒَﺎب
Air Itu Tawar ٌﻋَﺬْب ُاﻟْﻤَﺎء
Mufrad Muaannats
Tatsniyah Muannats
Arti Kalimat Khabar Mubtada
Ini Dua Buku Tulis ِﻛُﺮﱠﺳَﺘَﺎن ِھَﺎﺗَﺎن
Mereka Dua Siswi ِدَارِﺳَﺘَﺎن ھُﻤَﺎ
Anda Berdua Rajin ِﻧَﺸِﯿﻄَﺘَﺎن اَﻧْﺘُﻤَﺎ
Dua Buah Itu Enak ِﻟَﺬِﯾْﺬَﺗَﺎن ِاﻟْﻔَﺎﻛِﮭَﺘَﺎن
7
Contoh Mubtada dan Khabar yang terdiri dari Jama’ :
Jama’ Mudzakkar Salim
Jama’ mudzakkar salim merupakan jama’ yang beraturan dan berpola. Cara membentuk
jama’ mudzakkar salim dari isim mufrad mudzakkar dengan menambahkan huruf waw dan nun
atau ya dan nun.
Arti Kalimat Khabar Mubtada
Mereka Sungguh-sungguh َﻣُﺠْﺘَﮭِﺪُوْن ِھَﺆُﻻَء
Mereka Cerdas ُأَذْﻛِﯿَﺎء ْھُﻢ
Kalian Pandai َﻣَﺎھِﺮُوْن ْأَﻧْﺘُﻢ
Orang-orang Alim Itu Taat َﻣُﻄِﯿْﻌُﻮْن َاﻟْﻌَﺎﻟِﻤُﻮْن
8
ِاَﻟْﻤِﺼْﺒَﺎحُ ﻓَﻮْقَ اﻟﺴﱠﻘْﻒ - ُﻓَﻮْقَ اﻟﺴﱠﻘْﻒِ اَﻟْﻤِﺼْﺒَﺎح
Lampu ada diatas langit-langit – Diatas langit-langit ada lampu
ِاَﻟْﻜِﺘَﺎبُ ﻓِﻰ اﻟْﺤَﻘِﯿْﺒَﺔ Atau ُﻓِﻰ اﻟْﺤَﻘِﯿْﺒَﺔِ اَﻟْﻜِﺘَﺎب
Kitab ada didalam tas – Didalam tas ada kitab
9
Muhammad keluar dari rumah = ِﻣُﺤَﻤﱠﺪٌ ﺧَﺮَجَ ﻣِﻦَ اﻟﺒَﯿْﺖ
Mubtada = ٌ– ﻣُﺤَﻤﱠﺪ
Khabar = ِ– ﺧَﺮَجَ ﻣِﻦَ اﻟﺒَﯿْﺖ
Jumlah Fi’liyyah = ِ– ﺧَﺮَجَ ﻣِﻦَ اﻟﺒَﯿْﺖ
10
Quraish Shihab : “Allah menciptakan manusia sejak permulaan, kemudian mengembalikan
penciptaan itu setelah mereka mati, lalu hanya kepada-Nya mereka kembali untuk dihitung dan
diberi balasan”.
Tafsir Jalalayn : “(Allah menciptakan dari permulaan) Dia menciptakan manusia dari
permulaan (kemudian mengembalikannya kembali) Dia menghidupkan mereka kembali sesudah
mereka mati (kemudian kepada-Nyalah kalian dikembalikan)”.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia : “Allah telah menciptakan makhluk
tanpa ada permisalan sebelumnya kemudian Dia mematikannya, lalu mengembalikannya, lalu
hanya kepada-Nya lah kalian dikembalikan untuk menghadapi perhitungan dan pembalasan
pada hari Kiamat”.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih
bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) : “Allah menyampaikan bahwa hanya Dia
yang memulai penciptaan seluruh makhluk, dan hanya Dia yang mampu mengulangi menciptaan
mereka kembali setelah kematian. Seluruh makhluk akan kembali kepada-Nya pada hari kiamat
untuk menjalankan hisab; pada hari itu orang-orang kafir akan merana dan merasa yakin tidak
akan selamat dari azab. Mereka tidak memiliki alasan untuk membela diri, dan berhala-berhala
yang mereka sembah tidak dapat memberi syafaat untuk menyelamatkan mereka dari azab,
ketika itu mereka akan kafir dari tuhan-tuhan mereka yang tidak mampu menolong mereka dari
azab”.
ٌ( ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﻛَﻔَﺮُوا۟ ﻟَﮭُﻢْ ﻋَﺬَاب٦) ِإِنﱠ ٱﻟﺸﱠﯿْﻄَٰﻦَ ﻟَﻜُﻢْ ﻋَﺪُوﱞ ﻓَﭑﺗﱠﺨِﺬُوهُ ﻋَﺪُوا إِﻧﱠﻤَﺎ ﯾَﺪْﻋُﻮا۟ ﺣِﺰْﺑَﮫُۥ ﻟِﯿَﻜُﻮﻧُﻮا۟ ﻣِﻦْ أَﺻْﺤَٰﺐِ ٱﻟﺴﱠﻌِﯿﺮ
(٧) ٌﺷَﺪِﯾﺪٌ وَٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَاﻣَﻨُﻮا۟ وَﻋَﻤِﻠُﻮا۟ ٱﻟﺼﱠٰﻠِﺤَٰﺖِ ﻟَﮭُﻢ ﻣﱠﻐْﻔِﺮَةٌ وَأَﺟْﺮٌ ﻛَﺒِﯿﺮ
Terjemahan Kemenag : (6)”Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah
ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. (7)”Orang-orang yang kafir bagi
mereka azab yang keras. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bagi
mereka ampunan dan pahala yang besar”.
Quraish Shihab : (6)“Sesungguhnya setan adalah musuh besar kalian. Maka janganlah kalian
terpedaya oleh bujuk rayunya. Tetapi, jadikanlah setan itu sebagai musuh kalian karena ia ingin
11
menjajak para pengikutnya untuk menjadi penghuni neraka yang nyala apinya berkobar-kobar,
bukan untuk sesuatu yang lain”. (7)”Orang-orang yang mengingkari Allah dan para rasul-Nya
akan mendapatkan azab yang pedih. Sebaliknya, orang-orang yang beriman kepada Allah dan
para rasul-Nnya, serta melakukan amal saleh, mereka berhak mendapatkan ampunan dosa-dosa
dan pahala yang besar dari sisi Allah sebagai ganjaran dari perbuatan mereka”.
Tafsir Jalalayn : (6)”(Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi kalian, maka anggaplah ia
musuh) taat kepada Allah dan tidak menaati setan (karena sesungguhnya setan-setan itu hanya
mengajak golongannya) yakni pengikut-pengikutnya yang sama-sama kafir dengannya (supaya
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala) yakni neraka yang keras siksaannya”.
(7)”(Orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang keras. Dan orang-orang yang beriman
serta mengerjakan amal saleh bagi mereka ampunan dan pahala yang besar) ini penjelasan
tentang nasib orang-orang yang menuruti kemauan setan dan orang-orang yang menentangnya,
kelak di akhirat”.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia : (6)”Sesungguhnya setan bagi
kalian wahai manusia adalah musuh abadi, maka jadikanlah ia sebagai musuh kalian dengan
terus-menerus melawannya, karena setan itu hanya mengajak para pengikutnya pada kekufuran
kepada Allah agar mereka masuk api Neraka yang menyala-nyala pada hari Kiamat”.
(7)”Orang-orang yang kafir kepada Allah karena mengikuti setan, bagi mereka azab yang berat.
Sedangkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dari Allah atas
dosa-dosa mereka, bagi mereka juga pahala besar yaitu Surga”.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih
bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) : (6)”Sungguh setan adalah musuh kalian,
maka musuhilah dia sebagaimana mereka memusuhi kalian, yaitu dengan menyelisihi dan tidak
menuruti godaannya, serta berhati-hati dari tipu dayanya agar kalian tidak terjerumus ke dalam
tipuannya. Dia tidak memiliki tujuan lain selain menggiring pengikutnya agar menjadi penghuni
neraka selama-lamanya”. (7)”Orang-orang yang mengingkari Allah dan para rasul akan
mendapat azab yang berat dan kekal. Sedangkan orang-orang beriman kepada Allah dan para
rasul-Nya, dan mengerjakan amal shalih, maka mereka akan mendapat ampunan dari Allah dan
pahala yang besar sebagai balasan atas kebaikan amalannya”.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jumlah ismiyah adalah jumlah yang diawali dengan isim, kalimat ini terdiri atas susunan
mubtada dan khabar. Mubtada ialah subyek, karena menjadi subyek maka mubtada mempunyai
beberapa sifat yaitu: Pertama, harus berupa ma'rifat. Kedua, tanda i'robnya adalah rofa'.
Sedangkan khabar ialah predikat, yaitu menjelaskan atau menerangkan keadaan mubtada, khabar
bisa berupa kata atau anak kalimat. sifat khobar yaitu : Satu, harus nakiroh. Kedua, khabar juga
mempunyai tanda i'rob rofa'. Mubdata dan khabar harus mempunyai sifat yang sama, ketika
mubdatanya mudzakar maka khabar juga harus mudzakar, antara mubtada dan khabar juga harus
sama-sama mufrad, tatsniyah, atau jamak.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://hanasama.com/penjelasan-tentang-mubtada-dan-khabar-beserta-contoh-contohnya/
http://ssyarof.blogspot.com/2013/03/khabar-muqaddam-dan-mubtada-muakhor.html?m=1
https://belajarbahasaarabdasar.blogspot.com/2016/12/jenis-khobar-dan-contohnya.html?m=1
https://tafsirweb.com/7375-quran-surat-ar-rum-ayat-11.html
https://www.islamicfinder.org/quran/surah-ar-room/11/?translation=indonesian-muhammad-
quraish-shihab-et-al&language=ms
https://www.islamicfinder.org/quran/surah-ar-room/11/?translation=indonesian-jalal-ad-din-al-
mahalli-and-jalal-ad-din-as-suyuti&language=ms
https://tafsirweb.com/37169-quran-surat-fathir.html
https://www.islamicfinder.org/quran/surah-faatir/?translation=indonesian-muhammad-quraish-
shihab-et-al&language=ms#
https://www.islamicfinder.org/quran/surah-faatir/?translation=indonesian-jalal-ad-din-al-
mahalli-and-jalal-ad-din-as-suyuti&language=ms
14