Anda di halaman 1dari 196

1|N A H W U S H A RA F QU R A N I

PENGANTAR PENYUSUN
Sesuai dengan judulnya, buku ini menyajikan ilmu nahwu sharaf
dengan menggunakan ayat Alquran sebagai sebagian besar contoh. Namun
tidaklah seluruh pembahasan disajikan ayat Alqurannya sebab berkaitan
dengan tema yang sangat mendasar atau berulang-ulangnya ayat yang
serupa atau dalam pembahasan tertentu penyusun tidak menemukan ayat
yang berkaitan. Selain itu, beberapa ayat kami terjemah dan sebagian lain
kami hanya menuliskan ayatnya saja tanpa terjemah, demikian agar yang
diperhatikan adalah huruf, kata atau irob yang ada pada pembahasan.
Lain dari itu, untuk menggunakan ayat sebagai panduan untuk
memahami isi buku ini sangat diperlukan adanya pembimbing / guru yang
menerangkan maudhu atau letak kata yang dimaksud. Demikian sebab di
banyak tempat penyusun hanya menyebutkan nomor urut surat dan ayat
untuk merujuk langsung ke Alquran.
Demikian kiranya untuk menjadi acuan memahami isi buku ini
dan tentunya penyusun sangat berharap agar pendidikan Alquran di
masyarakat tidak hanya sebatas membaca saja tetapi berkelanjutan
memahami isinya yang nahwu sharaf merupakan kunci utama hingga
Alquran dapat tertanam dalam hati generasi kita dan tampak dalam
perilaku mereka. Amin

Penyusun

2|N A H W U S H A RA F QU R A N I
KENAPA HARUS BELAJAR NAHWU SHARAF
-

Setelah selesai belajar membaca Alquran cukupkah kita dalam


belajar agama?
Seberapa besar rasa cinta kita terhadap Alquran hingga kita
membutuhkan ilmu untuk memahaminya?
Apakah hanya yang dipesantren yang belajar nahwu sharaf, lalu
yang tidak ke pesantren cukup dengan bisa membaca Alquran?

3|N A H W U S H A RA F QU R A N I
PENGANTAR MEMAHAMI NAHWU SHARAF
BAB I
Tahukah kamu, ada berapa huruf hijaiyyah? Kemudian tahukah kamu
bahwa Alquran Alkarim, Hadits Nabi SAW dan seluruh kitab yang
berberbahasa Arab merupakan rangkaian dari huruf-huruf hijaiyyah?
Perhatikan kalimat di bawah ini:




Bila kalimat di atas dilepaskan perhuruf maka akan berbentuk seperti di
bawah ini:



Coba baca kalimat di atas!
Kemudian, kenapa huruf-huruf tersebut bisa dibaca seperti itu?
Jawabannya adalah karena huruf-huruf tersebut memiliki tanda baca
yaitu tanda yang berada di atas dan di bawah huruf. Tanda baca
ini dinamakan harkat.
Bila kalimat diatas dihilangkan tanda bacanya akan berbentuk demikian:

Nahwu adalah suatu ilmu yang menentukan harkat akhir kata. Dan
Sharaf adalah ilmu untuk menentukan harkat huruf awal, kedua dan huruf
sebelum akhir pada tiap kata.
Perhatikan contoh berikut:

:tidak berharakat
:huruf akhir tidak berharakat
:hanya huruf akhir yang berharakat

4|N A H W U S H A RA F QU R A N I

Nahwu Sharaf merupakan dua ilmu untuk menetukan harkat kalimat


Arab yang dengan ini makna dan tujuan kalimat tersebut dapat
dipahami. Dengan demikian, kalimat Arab walaupun tanpa adanya
tanda baca atau harkat bisa dibaca dan dipahami dengan benar.
Kesimpulannya, nahwu dan sharaf adalah dua ilmu seperti bapak dan
ibu yang tidak bisa dipisahkan. Dengan kedua ilmu ini, ilmu-ilmu
yang lain akan mudah didapatkan. Harkat dan tanda baca setelah
memahami kedua ilmu ini tidak lagi diperlukan. Mungkinkah seorang
anak akan lahir tanpa adanya bapak dan ibu? Begitu pula ilmu agama,
tanpa Nahwu sebagai Bapak dan Sharaf sebagai Ibu tidak mungkin bisa
dipahami dengan benar.

5|N A H W U S H A RA F QU R A N I
BAB II
Alquran Alkarim, Hadits Nabi, Ilmu Fiqh, Ilmu Akhlak, Ilmu Tashawuf,
Ilmu Hadits, kitab kuning yang merupakan sumber ajaran Islam dan
karya ulama salaf yang dekat dengan masa sahabat dan Nabi
Muhammad SAW semuanya menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itu,
kita sebagai generasi Islam harus bisa langsung mempelajarinya tanpa
menggunakan tarjamah yang banyak kemungkinan adanya kesalahan
pemahaman atau tulisan dalam tarjamah tersebut.
Maka marilah kita mulahi untuk mempelajari alat untuk memamahi
seluruh tulisan yang menggunakan bahasa Arab tersebut.
Satu contoh, perhatikan kalimat di bawah ini:

Perhatikan lafadz jalalah ( )

kenapa di atas berharakat dhammah

sedangkan di bawah berharakat kasrah? Ataukah tidak seharusnya seperti


itu dan boleh saja menggunakan harakat lain?
Jawabannya adalah, posisi kata dalam kalimat adalah penentu harkat.
Setiap kata posisinya selalu berubah, terkadang terletak di depan, di
tengah dan terkadang di belakang. Hal yang demikian ini ini dinamakan
irob (perubahan posisi kata dalam kalimat yang ditandai dengan
perubahan tanda baca atau harakat huruf akhir). Dan hal yang demikian
ini masuk di dalam Ilmu Nahwu.

Perhatikan:


bila kita lihat tulisan ini maka

Perhatikan tulisan ini/

kita tahu bahwa ini ada di dalam Alquran, yaitu ayat 1 surat
Alwaqiah. Dan bila kita pisahkan satu persatu kalimatnya maka akan
berbentuk demikian:

6|N A H W U S H A RA F QU R A N I

: kata ini memiliki arti telah terjadi.

: kataini adalah tanda.


: kata ini adalah tanda.
: kata ini memiliki arti sesuatu yang terjadi.

Dari contoh ini, adakah pertanyaan yang ada dalam diri kita? Antara


adakah kesamaan? Jawabannya adalah ya. Yakni

kata dan

,,. Perbedaannya adalah selain ada


tanda, tanpa adanya tambahan dan


ditambahkan huruf alif
sama-sama memuat huruf

dan ta marbuthah.
Perhatikan:



/Kata ini memiliki arti pekerjaan yang berupa bersujud.

/Kata ini memiliki arti tempat bersujud/masjid

/kata ini memiliki arti orang yang bersujud.


Empat kata diatas masing-masing memiliki kesamaan dengan yang
lainnya yaitu memuat huruf

,, dan juga memiliki perbedaan.

Perhatikan perbedaan satu kata dengan yang lainnya kemudian


lihatlah artinya. Perubahan yang demikian ini, yaitu dari satu bentuk
kata ke bentuk lainnya hingga makna dan artinya beragam dinamakan
Tashrif. Dan Tashrif adalah bagian dari Ilmu Sharaf.
Pada dasarnya, seluruh kata yang ada di dalam Bahasa Arab terbagi
menjadi dua bentuk, yaitu:
1. Kata Mutasharrif: Yaitu kata yang memiliki akar (huruf asli) yang dari
akar ini berkembang menjadi berbagai macam bentuk dan makna
yang berbeda. Hal ini seperti contoh di atas. Dan akar kata selalu
tidak kurang dari tiga huruf dan tidak lebih dari empat huruf.
2. Kata Ghairu Mutasharrif: yakni kata yang tidak memiliki huruf dasar
dan tidak bisa berubah ke bentuk lainnya seperti

, ,

7|N A H W U S H A RA F QU R A N I
PENGERTIAN DASAR
BAGIAN I
Kata mutasharrif, memiliki standar. Standar dinamakan wazan, dan
wazan adalah pola kata yang berbentuk huruf FA AIN LAM ),,


( yang kemudian bila digandengkan berbentuk . Selanjutnya

ditambahkan harkat dan huruf tertentu untuk menghasilkan


berbagai makna.
Sedangkan kata yang diikutkan kepada wazan dinamakan mauzun.
Lihatlah Tabel di bawah ini:
HURUF
Makna
DASAR
Dasar

TAMBAHAN
-

&&

) ,,(

Berbuat

&
&

BENTUK

MAKNA/ARTI
Telah berbuat
Sedang/akan
berbuat
Berbuat
Berbuat
Orang yang
berbuat
Barang yang
dibuat
Berbuatlah
Janganlah berbuat
Tempat/waktu
berbuat
Alat berbuat

Bila ditulis berurutan akan berbentuk seperti di bawah ini:

Kepada kata inilah kemudian seluruh kata (mauzun) diikutkan dan


disamakan dalam harkat dan tambahan yang ada pada wazan. Huruf
pertama yang kata dinamakan FA FIIL huruf kedua dinamakan AIN
FIIL dan huruf ketiga dinamakan LAM FIIL.

8|N A H W U S H A RA F QU R A N I
Perhatikan:

FA FIIL

AIN FIIL

LAM FIIL


Demikian pula seturusnya, seluruh kata mengikuti wazan dalam harakat
dan tambahan hurufnya. Dan Tashrif yang demikian dinamakan Tashrif
Istilahi.

9|N A H W U S H A RA F QU R A N I
Coba isi tabel di bawah ini sesuai dengan akar yang telah ada:
HURUF
DASAR

Makna
Dasar

),,(

HURUF
DASAR

WAZAN TAMBAHAN BENTUK


&&


Pertolongan

&

&

Makna
Dasar


),,(
Pertolongan

WAZAN

MAKNA/ARTI

............. Telah
............. ..................
Sedang/akan
............. ..........
...............
............. ...............
............. Orang yang
............. .............
Barang yang
............. ............
...............
............. Janganlah
...............
............. Tempat/waktu
Alat ...............
............. ........

TAMBAHAN

BENTUK

MAKNA/ARTI

- .............

Telah
..................
Sedang/akan

.............
.............

..........
...............

&&............. ...............
.............

&.............
.............

Orang yang
.............yang
Barang
............
...............

&............. Janganlah
...............
............. Tempat/wakt
u ........
............. Alat ...............

10 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

AL QURAN AL KARIM

BAGIAN II
Perhatikan gambar berikut:

SURAT
AYAT
LAFADZ

KALIMAT

)MANDIRI (TIDAK MENEMPEL PADA KALIMAT LAIN


SELALU MENEMPEL PADA
KALIMAT LAIN
)SELALU DI AWAL (AWALAN

CONTOH




BENTUK

)SELALU DI AKHIR (AKHIRAN

CONTOH

BENTUK

...

...

...
...

...

...

...

...

...
...
...








CONTOH

BENTUK

...
...

...

...

...

...


...
...

...

...

...

...

11 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
SHARAF

Ilmu tentang bahasa Arab adalah sarana untuk menjaga lidah


dan tulisan dari kesalahan. Cabang keilmuan ini terbagi
menjadi tigabelas jenis ilmu, sharaf, nahwu, rasm (teori
menulis) maani, bayan, badi (sastra) arudh, qawafi, qardhu
asyir, inysa (teori pembuatan kalimat syair dll), khithabah,
(teori mengungkap kepahaman terhadap teks lewat lisan),
tarikhul adab (sejarah keilmuan) dan matnullughah (kosa kata).
Sedangkan yang terpenting dari seluruh jenis ilmu ini adalah
Sharaf dan Nahwu (Musthafa Alghalayani, Jamiuddurus Al
Arobiyyah).

12 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
PENDAHULUAN

MENGENAL KATA DAN AKARNYA


Bahasa Arab merupakan bahasa yang sederhana dan mudah
1
dipahami karena bentuk katanya memiliki kata dasar yang tidak lebih
dari empat huruf dan tidak kurang dari tiga huruf mati yang huruf mati
tersebut dihidupkan dengan harakat A, I atau U (Fathah, Kasrah,
dhammah) atau ditambahkan satu, dua, tiga atau empat huruf hingga
berbagai makna yang berasal dari makna kata dasarnya didapatkan
dengan tidak merubah huruf dasarnya.
Dalam Bahasa Arab membentuk kata kerja, kata nominal dalam
berbagai bentuknya tidak memerlukan kata lain seperti dalam bahasa
Indonesia tetapi cukup dengan menambahkan huruf yang tidak lebih dari
empat huruf dalam kata dasarnya atau hanya mengubah harakatnya saja.
Contoh yang pertama seperti kata yang memiliki akar huruf N, SH, R

(__)bila ditambahkan alif ) ( setelah N/nun


berarti

penolongdiharakati
maka berarti pertolongan, dan bila
maka berarti seorang laki-laki telah menolong. Akan
berharakat

tetapi kata yang memiliki akar ini adalah kata pokok dan bukan kata
sandang seperti huruf dan kata penghubung. Mengenai kata sandang dan
kata penghubung akan dibahas selanjutnya. Dalam pembahasan ini,
hanya perlu memahami beberapa hal, yaitu:

1. AKAR: akar adalah huruf asal yang memiliki makna dasar kemudian
makna tersebut berkembang dengan perubahan harakat atau
ditambahkan beberapa huruf seperti contoh di atas. Huruf akar kata
2
tidak lebih dari empat huruf dan tidak kurang dari tiga huruf .
2. POLA: pola adalah ukuran standar untuk mengembangkan makna
akar kebeberapa bentuk kata dengan perubahan harakat atau
tambahan huruf. Pola tersebut adalah tiga huruf yang terdiri dari

. Kecuali nama Bangsa, Negara, nama orang yang tidak berasal dari bahasa Arab
namun diungkapkan dengan bahasa Arab dan juga kata sandang atau kata yang
Jamid (tidak memiliki akar) yang akan dibahas dalam pembahasan selanjutnya.
2
. Jalalu Addien Assuyuthi, Bahjatu Almardhiyyah, hal. 190.

13 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
fa, ain dan lam atau F, , L

( dengan tanpa harakat

kemudian diharakati dan ditambahkan huruf tambahan yang


kemudian diikuti oleh akar kata tertentu. Dan akar yang polanya
diikutkan dengan pola huruf pertamanya dinamakan fa fiil, huruf
ke dua dinamakan ain fiil dan huruf ketiga dinamakan lam fiil.
Bila lebih dari tiga huruf maka huruf ke empat dan ke lima
dinamakan lam fiil ke dua atau ke tiga. Contohnya:
-

: mengikuti pola


( , dinamakan fa fiil, ,

dinamakan ain fiil dan , dinamakan lam fiil).

3. HURUF TAMBAHAN: huruf yang berpotensi untuk menjadi


tambahan yang ditambahkan dari akar melalui polanya. Dan huruf
tersebut hanya ada 10 (sepuluh) yaitu/
(,,

,,, ,,,, ).

4. TEORI MENGHIDUPKAN AKAR DENGAN POLA:


Teori yang dimaksud disini adalah cara dan praktek
menghidupkan akar dengan polanya yaitu tiga atau empat huruf
tanpa harakat kemudian harakatnya mengikuti pola hingga bila
polanya ditambahkan huruf baik satu atau dua maka akar kata
tersebut juga mengikutinya:
Akar mengikuti pola dalam harakat seperti contoh di atas.
Perhatikan contoh di bawah ini:


.......

.......

.......

14 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Akar mengikuti pola dalam harakat dan tambahan hurufnya,


yang demikian ada beberapa bentuk seperti dalam tabel
berkut:
Pola 3
huruf

Pola 4
huruf

No

Akar 3
huruf

Akar 4
huruf

3
4

Sisipan
Satu huruf
tambahan di
depan
Satu huruf
tambahan di
tengah
Satu huruf
tambahan di
belakang
Dua huruf
tambahan di
depan
Dua huruf
tambahan di
depan dan di
tengah
Dua huruf
tambahan di
depan dan di
belakang
Tiga huruf

Contoh
Akar 3
huruf

Contoh
akar 4
huruf

15 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
BAGIAN I
SIFAT BAWAAN AKAR
Kata yang berakar selalu memiliki sifat bawaan yang tidak lepas darinya
dalam berbagai bentuk harakat dan perubahan dalam pola yang
diikutinya. Dan sifat bawaan tersebut ada lima hal yang harus diketahui
karena berpengaruh pada bentuk kata dan katanya. Sifat bawaan
tersebut adalah:
A. SEHAT: akar kata yang sehat adalah akar yang hurufnya tidak
berbentuk huruf ilat yaitu wawu, atau ya ( )&seperti
orang/hal yang ditolong dari akar
B.

,,. Lihat: QS: 2: 214, 126,

192.
BERPENYAKIT/MUTAL: yaitu akar kata yang salah satu bentuk
hurufnya berupa huruf ilat seperti

jadilah! Maka

jadilah apa yang dikehendakiNya dari akar ,,. Lihat: QS: (6) ayat
73, (60) ayat 2. Bentuk akar berpenyakit ini terbagi dalam 4 (empat)
bagian:

1.

Mitsal: yaitu akar yang fa fiilnya berupa huruf ilatseperti

2.

:Lihat: QS: (4) ayat 95


Ajwaf: yaitu akar yang ain fiilnya berupa huruf ilat seperti

3.

Naqish: yaitu akar yang lam fiilnya berupa huruf ilat seperti

. Lihat: QS: (20) ayat 121, (53) ayat 2

4.

Lafif: yaitu akar yang fa fiil dan lam fiilnya atau ain fiil dan
lam fiilnya berupa huruf ilat:
- Mafruq: fa fiil dan lam fiilnyaberupa huruf ilat seperti

. Lihat: QS: (4) ayat 18, (6) ayat 61

. Lihat: QS: (13) ayat 34

Maqrun: ain fiil dan lam fiilnya berupa huruf ilat


seperti

5.

. Lihat: QS: (4) ayat 42

MAHMUZ: yaitu akar yang memuat huruf hamzah ( ) seperti

. Lihat QS: (2) ayat 186

16 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
6.

MUDHAAF/ yaitu akar yang bentuk huruf akhir dan sebelum


akhir berbentuk huruf yang sama seperti

Lihat QS: (49) ayat 7

Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah.


Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benarbenarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan
kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu
indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orangorang yang mengikuti jalan yang lurus
C.

TRANSITIF: yaitu akar yang bila berpola kata kerja selalu


membutuhkan objek seperti kata

membuka kata ini

membutuhkan kata yang menjadi objek yaitu hal yang dibuka. Lihat
QS: (35) ayat 2
D. INTRANSITIF: yaitu kata yang bila berpola kata kerja tidak

bergembira. Lihat

membutuhkan objek seperti kata



QS: (3) ayat 120.

17 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
BAGIAN II
AKAR KATA BERPENYAKIT DAN OPERASINYA (MUTAL DAN ILAL)
A. BENTUK AKAR BERPENYAKIT
1. Mitsal:
a) Huruf pertama akar dibuang bila disisipkan ya, ta, atau na

dari

. Lihat:
akar dengan pola seharusnya berbentuk

di awal dan setelahnya berupa kasrah seperti kata

QS: (8) ayat 7, (35) ayat 40, (46) ayat 35(51) ayat 60.
b) Huruf pertama diganti dengan ya bila sebelumnya disipkan
huruf yang berharakat kasrah dan huruf pertama dari akar



dari akar dengan


pola seharusnya berbentuk . . Lihat QS: (3) ayat 9,
tersebut (wawu) mati seperti kata
(3) ayat 194.

c) Terkadang huruf pertama diganti dengan ta ( )pada saat


mengikuti pola
berbentuk
2. Ajwaf:

seperti dari akar seharusnya

. Lihat QS: (17) ayat 5, (9) ayat 114

a) Huruf tengah diganti dengan alif ( )


Bila berharakat dan huruf sebelumnya berharakatkan



dari akar dengan pola

seharusnya berbentuk
. Demikian bila huruf setelah
huruf tengah tidak mati seperti
dari akar atau

dari akar . Lihat QS: (3) ayat 138

Bila disisipkan hamzah ( ) di awal kata dan berpola




seperti kata dari akar . Seharusnya berbentuk .
fathah seperti kata

Demikian bila pola tersebut tidak digunakan untuk


menunjukkan makna lebih pada makna yang telah ada
dalam akarnya seperti

lebih mudahdari akar

18 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
jelas atau kata yang bermakna warna seperti
gelap/hitam dari akar

. Lihat QS: (17) ayat 9

Bila mengikuti pola


seperti kata
dengan akar

, seharusnya berbentuk
. Lihat QS: (81) ayat 21


Bila mengikuti pola seperti kata dari akar
seharusnya berbentuk

. Lihat QS: (2) ayat 249.

Demikian tidak semua ajwaf yang mengikuti pola ini


huruf tengah akarnya diganti dengan alif seperti
dari akar . Lihat QS: (30) ayat 15

b) Huruf tengah harakatnya dipindah ke huruf sebelumnya bila

dari akar dengan pola


seharusnya berbentuk
.
ia berharakat dan huruf sebelumnya mati seperti kata

Demikan bila tidak berbentuk kata:


Huruf setelah huruf tengah tidak ditasydid seperti kata

dari akar

. Lihat QS: (3) ayat 106

Menyebebabkan dua penggantian huruf dalam satu kata


seperti kata

dari akar

berpola


. Huruf ya

diganti dengan ( alif dengan bentuk ya dengan tanpa

dua titik). Maka bila harakat pada dipindah ke huruf


sebelumnya akan menyebabkan huruf disukun dan akan

bertemu dua huruf yang sama tidak berharakat, tidak


satu jenis yang menyebabkan salah satunya dibuang.
Dengan demikian, kasus huruf tengah pada ajwaf tidak
dipindah harakatnya pada kasus ini karena menyebabkan
kasus lain. Lihat QS: (2) ayat 87
c) Huruf tengah diganti hamzah ( ) bila huruf tengah terletak
setelah sisipan ( ) pada pola

seperti kata dari akar

seharusnya berbentuk . Lihat QS: (3) ayat 18.

19 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
d) Huruf tengah dibuang bila huruf terakhir pada polanya
disukun dan huruf tengah tersebut juga tidak berharakat

dari akar dengan pola seharusnya


huruf harakatnya dipindah ke
berbentuk . Kata

karena pada kata ajwaf dan huruf tengahnya berharakat


seperti kata

dan sebelumnya mati/disukun, kemudian sisipan

( )pada

awal kata dibuang karena keberadaanya hanya untuk


menolong huruf

yang mati di awal kata pada saat harakat

huruf belum dipindah. Lihat QS: (2) ayat 117

e) Huruf tengah terkadang diganti dengan ya bila berbentuk


wawu pada saat huruf sebelumnya dikasrah seperti kata

dari akar dengan pola seharusnya berbentuk

3. Naqish:
a) Huruf terakhir akar diganti dengan alif bila berharakat dan

dari akar

dengan pola
seharusnya berbentuk . Lihat QS: (2)
huruf setelahnya tidak mati seperti kata

ayat 213
b) Huruf terakhir

akar

diganti

dengan

alif

kemudian


dibuangseperti kata dari akar dengan pola

seharusnya berbentuk . Lihat QS: (5) ayat 93
dari akar
c) Huruf terakhir akar disukun seperti kata

dan pola
seharusnya berbentuk , demikian bila tidak
ditasydid atau difathah. Lihat QS: (2) ayat 109
d) Huruf terakhir akar disukun kemudian dibuang bila
didhammah seperti kata

dari akar


dan pola

seharusnya berbentuk . Lihat QS: (13) ayat 34

e) Huruf terakhir akarnya diganti dengan ya:

20 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
-

Bila huruf terakhir kata terletak sebelum wawu atau

dari

dan pola seharusnya berbentuk
.

ya yang huruf pertamanya mati seperti kata


akar
-

Lihat QS: (19) ayat 61


Bila huruf terakhir akar terletak pada huruf ke empat atau
lebih dalam pola yang diikutinya, seperti kata
akar

dari


.
dan pola
seharusnya berbentuk

Lihat QS: (20) ayat 50


f) Huruf terakhir akarnya dibuang bila disukun seperti kata:



dari akar dengan mengikuti pola

seharusnya berbentuk atau mengikuti pola yang

menunjukan makna perintah, seperti kata dari akar


dengan pola
dan seharusnya berbentuk . Lihat QS:

(36) ayat 77, (67) ayat 8


4. Lafif:
- Mafruq: bentuk ain fiil nya mengikuti bentuk ajwaf dan fa
fiilnya mengikuti mitsal.
- Maqrun: ain fiil nya mengikuti bentuk ajwaf dan lam
fiilnya mengikuti naqish.
B.

BENTUK AKAR MUDHAAF: tiap akar yang bentuk hurufnya ada yang
satu jenis seperti

atau dianggap satu jenis dalam bentuk kata

pada saat mengikuti polanya tampak tidak sama dikarenakan


diidhgamkan (huruf yang pertama dimasukkan ke huruf kedua
dengan ditandai tasydid). Dan bentuk idgham ini adalah:
1. Dalam dua huruf yang satu jenis:
- Bila dua huruf yang sama berkumpul tanpa dipisah dalam
satu kata seperti:



(menggigit) asalnya
.

Lihat QS: (25) ayat 27

21 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
-

Bila dua huruf yang sama berkumpul tanpa dipisah dalam dua
kata tetapi bentuknya dalam hukum satu kata seperti:

(aku diam) asalnya


Hal ini dikecualikan dalam beberapa bentuk kata di bawah


ini:
yaitu berbentuk sama dengan idgham di atas, tetapi bila
diidghamkan menyebabkan samar atau hilangnya makna.
Lihat QS: (18) ayat 109
Bila dua huruf yang sama terletak dalam permulaan kata

seperti
( permainan).

Bila dua huruf yang sama terletak pada kata nominal


dengan menggunakan wazan/pola


/jenis rumah).

jamak dari


seperti ( kata

Bila dua huruf yang sama terletak pada kata nominal


dengan menggunakan wazan/pola


seperti ( kata

/ranjang). Lihat QS: (15) ayat 47,(43) ayat

jamak dari

34, (52) ayat 20, (56) ayat 15, (88) ayat 13.
Bila dua huruf yang sama terletak pada kata nominal
dengan menggunakan wazan/pola

seperti ( kata

jamak dari /jenis selambu untuk menahan nyamuk).

Bila dua huruf yang sama terletak pada kata nominal


dengan menggunakan wazan/pola

seperti

(Sesuatu yang diikatkan pada punggung hewan yang


dijadikan kendaraan).
Bila dua huruf yang sama berbentuk huruf untuk mulhaq
(disamakan dengan sebuah wazan/standar golongan
pola ) seperti
4

( Rubai Manhut).

. Kalimat terdiri dari dua kata, yang pertama kata kerja " "dan yang kedua kata
" "dhamir subjek.
4
. Dibahas selanjutnya.
3

22 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Bila dua huruf yang sama diawali huruf yang telah

diidhgamkan seperti

Bila dua huruf yang sama terletak pada pola/wazan


yang

berfungsi untuk taajjub seperti:


mulia ilmu).

( sungguh!

Bila salah satu dari dua huruf yang sama disukun karena

yang

berfungsi sebagai kata ganti seperti aku
bertemu (digandeng) dengan dengan sisipan

memanjangkan.
Dan bila tidak demikian, maka bentuknya terkadang
diidghamkan dan terkadang tidak seperti:
-

,,,,,,, terletak pada fa fiil




dari pola
, atau maka huruf ta pada
Bila huruf

wazan boleh diganti dengan huruf yang sama dengan


fa fiilnya kemudian disukun dan diidghamkan dengan
menambahkan hamzah washal di awal kata.
Contohnya adalah/



:
berasal dari .


2. Dalam pola
: berasal dari . Lihat QS:
1. Dalam pola
(74) ayat 1

3. Dalam pola



:
berasal dari

- Bila huruf awal dari dua huruf yang sama


berharakat sementara yang kedua disukun
karena pengaruh irab (jazm) seperti dalam
firmanNya:
QS: (24) ayat 35
- Bila dua huruf tersebut berbentuk ya dan
terletak di ain dan lam fiil seperti

- Bila dua huruf yang sama terletak dalam fiil


madhi tsulatsi mujarrad yang dikasrah ain fiilnya
pada saat bertemu dhamir rafa yang berharakat.

23 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Bahkan boleh dibuang ain fiilnya. kata yang
demikian terletak dalam firmanNya:

Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami


jadikan Dia hancur dan kering, Maka jadilah
kamu heran dan tercengang. QS: (56) ayat 65

Kata yang bergaris bawah berasal dari kata

- Bila dua huruf tersebut berbentuk ta, yakni


ta yang terletak pada fiil madhi yang diawali
huruf ta. Seperti kata

yang mengikuti pola

berbentuk . Huruf ta pertama boleh


disukun kemudian ditambahkan hamzah washal
selanjutnya diidghamkan. Bentuk idghamnya

. Hal ini hanya terdapat dalam shighat

adalah

madhinya saja, dan pada shighat mudharinya


salah satu dari dua ta terbut boleh dibuang
seperti dalam firmanNya:

QS: (92) ayat 14 Asalnya berbentuk

- Bila dari fiil tsulastsi mujarrad yang mengikuti


pola


dan disandarkan pada dhamir rafa

berarkat pada shighat mudahri atau amar, boleh


dibuang ain fiilnya setelah harakatnya dipindah
ke fa fiil. Seperti dalam firmanNya:


Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan
janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang.
QS: (33) ayat 33
Kata yang bergaris bawah adalah fiil amar untuk
jamak muannats semula berbentuk


dan

harakat pada ra pertama dipindah ke fa fiil

24 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
(qaf) kemudian ra tersebut dibuang dan juga
hamzah washal pada awal kata.
2. Dalam dua huruf yang dianggap satu jenis:
Huruf ta:
Menggantikan huruf wawu dan ya dengan beserta
idgham: yakni dalam fiil mitsal (kata yang fa fiilnya


. Contohnya


adalah kata pada saat mengikuti pola

berbentuk huruf wawu diganti dengan ta

kemudian diidghamkan. Maka bentuknya adalah .
berupa huruf ilat) dan mengikuti pola

Huruf ta diganti dengan:

a. Huruf tsa kemudian diidghamkan: dalam pola

yang mazwzunnya berupa kata yang fa fiilnya

berbentuk huruf tsa seperti asalnya

b. Huruf tha: yakni dalam pola yang mazwzunnya


berupa kata yang fa fiilnya berbentuk huruf ,,

atau
. Contohnya berasal dari . Lihat
QS: (3) ayat 42

yang huruf pertama akar


berupa huruf , atau . Contohnya berasal dari



. Lihat QS: (12) ayat 45

c. Huruf dal: dalam pola

Huruf dal mati sebelum huruf ta. Dalam hal ini harus

diidghamkan seperti



asalnya
( jamak dari kata


/nama anak kambing laki-laki).

Huruf mim terkadang menggantikan:

1. Wawu: dalam kata karena asal kata ini adalah


2. Nun yang mati:
Yang terletak sebelum mim seperti

jadi

25 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Yang terletak sebelum ba seperti


C.

jadi

BENTUK AKAR MAHMUZ:


1. Hamzah diganti:
a. Dengan huruf yang sesuai dengan harakat huruf sebelumnya:
yaitu bila dua hamzah dalam satu kata, hamzah pertama
berharakat dan yang kedua mati/disukun seperti
berasal dari

. Lihat QS: (2) ayat 108, (2) ayat 125, (2) ayat

126
b. Dengan wawu:
Bila dua hamzah berada dalam satu kata dan keduanya

( dalam shighat isim



yaitu dari fiil madhi _

berharakatkan fathah seperti

tafdhil) berasal dari kata

Bila terletak setelah hamzah yang bukan hamzah


mudharaah (hamzah yang menunjukkan orang pertama
tunggal dalam fiil mudhari) dan hamzah pertama

( jamak dari /tempat

menggembala). Sebelum diganti berbentuk


berharakat dhammah seperti

c. Dengan ya: yaitu bila terletak setelah hamzah yang bukan


hamzah mudharaah (hamzah yang menunjukkan orang
pertama tunggal dalam fiil mudhari) dan hamzah pertama
berharakat kasrah seperti
diganti berbentuk


( jamak dari ) . Sebelum


. Dan kebanyakan tidak menggunakan

kaidah ini.
2. Hamzah diidghamkan: bila dua hamzah berada dalam satu kata,
hamzah pertama disukun dan yang kedua berharakat.
3. Hamzah dibuang:
Wajib dibuang:
a. Dalam fiil mudhari, mashdar, isim fail, isim maful, isim
zaman dan isim makan dari kata yang mengikuti pola

26 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
(tsulatsi mazid satu huruf dengan tambahan hamzah
washal). Lihat QS: (57) ayat 11
b. Dalam fiil mudhari dan amar dari kata
QS: (9) ayat 103, (2) ayat 172


& . Lihat

c. Dalam fiil mudhari dari kata .

Banyak terbuang: dalam fiil amar dari kata


4. Tahqiq atau takhfif: Tahqiq ialah tidak menggantikan hamzah
dengan apapun, ia dengan harakatnya tidak tersentuh ilal
ataupun idgham. Takhfif adalah penggantian hamzah berharakat
dengan huruf yang sesuai dengan harakat huruf sebelumnya.
Dalam hal ini, tahqiq dan takhfif bersifat jawaz (boleh tahqiq
dan boleh ditakhfif). Lihat QS: (2) ayat 6
5. Bentuk kata dalam hukum ini ialah:
Bila hamzah terletak di akhir kata setelah huruf wawu atau
ya zaidah seperti kata

boleh berbentuk

Bila hamzah di tengah kata dan terletak setelah kasrah




seperti boleh berbentuk

27 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
BAGIAN III

PEMBENTUKAN KATA
Yang dimaksud dalam pembentukan kata adalah akar yang dihidupkan
dengan pola, yakni perubahan satu bentuk pola ke bentuk yang lain
dengan menghasilkan berbagai makna.
A. WAZAN: wazan adalah pola yang diikuti oleh akar dalam harakat dan
sisipan huruf tambahannya.
B. SHIGHAT: shighat adalah nama untuk menandai perubahan dan
pembentukan kata dari akar melalui polanya sekaligus menentukan
makna yang dihasilkan dari perubahan pola tersebut.
C. ISTILAHI: Istilahi adalah perubahan dari satu pola ke pola yang lain
dengan makna yang berbeda-beda sesuai dengan standar shighat
yang telah ditentukan. Bentuk tashrif (perubahan) istilahi ini ada 11
(sebelas) perubahan, yaitu perubahan dari pola:
1. MADHI: adalah bentuk kata yang menunjukkan kata kerja MADHI,
kemudian ke bentuk:
2. MUDHARI: adalah bentuk kata yang menunjukkan kata kerja
dengan subjek yang sedang atau akan melakukan pekerjaan pada
makna kata kerja tersebut. Kemudian ke bentuk:
3. MASHDAR: adalah bentuk kata yang menunjukkan sumber akar
kata dalam semua tashrif. Kemudian ke bentuk:
4. MASHDAR MIM: adalah bentuk mashdar yang ditambahkan huruf
mim di awal kata. Kemudian ke bentuk:
5. ISIM FAIL: adalah bentuk kata yang menunjukkan makna
subjek/pelaku pekerjaan yang terdapat dalam semua bentuk kata
kerja dalam tashrif. Kemudian ke bentuk:
6. ISIM MAFUL: adalah bentuk kata yang menunjukkan makna
subjek/hal yang tertimpa makna pekerjaan yang terdapat dalam
semua bentuk kata kerja dalam asrif. Kemudian ke bentuk:
7. FIIL AMAR: adalah bentuk kata kerja yang menunjukkan makna
perintah untuk melalakukan pekerjaan yang terdapat dalam kata
kerjanya.
8. AMAR NAHIY: adalah bentuk kata kerja yang menunjukkan makna
larangan untuk melakukan perkerjaan yang terdapat dalam kata
kerjanya. Kemudian ke bentuk:

28 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
9. ISIM ZAMAN: adalah bentuk kata yang menunjukkan zaman/masa
terjadinya pekerjaan yang terdapat dalam kata kerjanya.
Kemudian ke bentuk:
10. ISIM MAKAN: adalah bentuk kata yang menunjukkan tempat
terjadinya pekerjaan yang terdapat dalam kata kerjanya.
Kemudian ke bentuk:
11. ISIM ALAT: adalah bentuk kata yang menunjukkan alat terjadinya
pekerjaan yang terdapat dalam kata kerjanya. Bentuk ini hanya
terdapat dalam tashrif yang tiga huruf dengan tanpa tambahan.
D. LUGHAWI: perubahan dalam satu shighat untuk menghasilkan makna
tunggal, dua, jamak, laki-laki atau perempuannya.
Contoh Tashrif Lugawi Fiil Amar.
BENTUK

Jenis
Kelamin

Mudzakar
(laki-laki)

Muannats
(perempuan)

TAMBAHAN

TUNGGAL,
TATSNIYYAH/JAMAK

Mufrad

_/

Tatsniyyah

_/

Jamak

_/

Mufrad

_/

Tatsniyyah

Jamak

DHAMIR

KETERANGAN

Berasal dari
shighat
mudhari
khitab dan
jazm, dengan
menggantikan
tambahan
pada awal
kata dengan
hamzah.

29 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
BAGIAN IV

STANDAR POLA DALAM PERUBAHAN ISTILAHI


A. MUJARRAD
TIGA HURUF (TSULATSI)
PENGERTIAN: yakni tashrif ishtilahi dari kata yang memiliki
huruf asli (akar) tiga huruf dengan tanpa adanya tambahan
dalam polanya.
BENTUK POLA
1.


( dengan fathah pada ain fiil madhi dan dhammah

pada ain fiil mudharinya). Bentuk polanya:


POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah..

Keterangan
_

Fiil mudhari

Akan/sedang..

Mashdar

Pertolongan

Simaiy

Mashdar mim

Pertolongan

Isim fail

Yang me.

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Tolonglah

Amar nahiy

Jangan.

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Isim alat

Alat.

Catatan:
Harakat pada huruf hamzah dan ain fiil amar serta amar
nahiy didhammah mengikuti harakat ain fiil mudharinya.
Seperti itu pula, harakat huruf mim pada mashdar mim,
isim zaman, makan dan alat berbeda dengan mim pada
polalain karena tergantung harakat ain fil mudhari.

30 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
2.


( dengan fathah pada ain fiil madhi dan kasrah pada ain
fiil mudharinya) dengan syarat lam fiilnya tidak berbrentuk huruf
Halq: (,,,,, ). Bentuk polanya:
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah..

Keterangan
_

Fiil mudhari

Akan/sedang..

Mashdar

Pukulan

Simaiy

Mashdar mim

Pukulan

Isim fail

Yang me.

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Pukullah

Amar nahiy

Jangan.

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Isim alat

Alat.

Catatan:
Harakat pada huruf hamzah dan ain fiil amar serta amar nahiy
dikasrah mengikuti harakat ain fiil mudharinya. Seperti itu pula,
harakat huruf mim pada mashdar mim, isim zaman, makan dan
alat berbeda dengan mim pada polalain karena tergantung
harakat ain fil mudhari.
3.


( dengan fathah pada ain fiil madhi dan ain fiil
mudharinya). POLA ini khusus untuk kata yang ain fiil atau lam
fiilnya berbentuk huruf Halq (

,,,,, ). Demikian bukan

berarti tiap kata yang ain atau lam fiilnya beerbentuk huruf Halq
harus mengikuti polaini.
Bentuk polanya:

31 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah..

Keterangan
_

Fiil mudhari

Akan/sedang..

Mashdar

Membuka

Simaiy

Mashdar mim

Membuka

Isim fail

Yang me.

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Bukalah

Amar nahiy

Jangan.

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Isim alat

Alat.

Catatan:
Harakat pada huruf hamzah dan ain fiil amar serta amar nahiy
difathah mengikuti harakat ain fiil mudharinya. Seperti itu pula,
harakat huruf mim pada mashdar mim, isim zaman, makan dan
alat berbeda dengan mim pada polalain karena tergantung
harakat ain fil mudhari.
4.


( dengan kasrah pada ain fiil madhi dan fathah pada ain
fiil mudharinya). Bentuk polanya:
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah..

Keterangan
_

Fiil mudhari

Akan/sedang.

Mashdar

Mengetahui

Simaiy

Mashdar mim

Mengetahui

Isim fail

Yang me

32 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Ketahuilah

Amar nahiy

Jangan.

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Isim alat

Alat.

Catatan:
Harakat pada huruf hamzah dan ain fiil amar serta amar nahiy
difathah mengikuti harakat ain fiil mudharinya. Seperti itu pula,
harakat huruf mim pada mashdar mim, isim zaman, makan dan
alat berbeda dengan mim pada polalain karena tergantung
harakat ain fil mudhari.
5.


( dengan kasrah pada ain fiil madhi dan ain fiil
mudharinya). Bentuk polanya:

POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah..

Keterangan
_

Fiil mudhari

Akan/sedang.

Mashdar

Mengira

Simaiy

Mashdar mim

Mengira

Isim fail

Yang me

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Perkirakanlah

Amar nahiy

Janganlah me.

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Isim alat

Alat.

33 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Catatan:
Harakat pada huruf hamzah dan ain fiil amar serta amar nahiy
difathah mengikuti harakat ain fiil mudharinya. Seperti itu pula,
harakat huruf mim pada mashdar mim, isim zaman, makan dan alat
berbeda dengan mim pada polalain karena tergantung harakat ain
fil mudhari.
6.


( dengan dhammah pada ain fiil madhi dan ain
fiil mudharinya). Bentuk polanya:

POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah..

Keterangan
_

Fiil mudhari

Akan/sedang.

Mashdar

Baik/bagus

Simaiy

Mashdar

Baik/bagus

Simaiy

Mashdar mim

Baik/bagus

Simaiy

Isim fail

Yang

Simaiy

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Menjadi baiklah

Amar nahiy

Janganlah me.

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Isim alat

Alat.

Catatan:
1. Harakat pada huruf hamzah dan ain fiil amar serta amar
nahiy difathah mengikuti harakat ain fiil mudharinya. Seperti
itu pula, harakat huruf mim pada mashdar mim, isim zaman,
makan dan alat berbeda dengan mim pada polalain karena
tergantung harakat ain fil mudhari.
2. Karena memiliki sifat lazim, pada SHIGHAT isim maful (kata
yang bermakna objek) ditambahkan huruf jar bi yang masuk

34 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
pada dhamir yang menggantikan makna isim maful tersebut.
Demikian sebab kata yang bersifat lazim dapat dijadikan
mutaadi bila ditambahkan huruf jar, diikutkan pada pola
tsulatsi mazid satu huruf bentuk pertama dan kedua.
Faidah/fungsi:
1. Mutaaddi: bersifat transitif, yaitu pola/pola nomor 1 5,
terkadang ada sebagian mawzun yang mengikuti pola ini tetapi
bersifat lazim (intransitif).
Lihat: QS:
(47) ayat 7
(36) ayat 78
(35) ayat 2
(18) ayat 66
(29) ayat 2
Lazim: intranstif, kata yang mengikuti pola keenam hampir
seluruhnya berbentuk lazim. Lihat: QS: (4) ayat 69
EMPAT HURUF (RUBAI)
PENGERTIAN: yakni tashrif ishtilahi dari kata yang memiliki
huruf asli (akar) empat huruf dengan tanpa adanya tambahan
dalam polanya.
BENTUK pola: bentuk pola Rubai Mujarrad ini hanya ada satu.
Yaitu:
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

HASIL MAKNA
Telah.

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Menggelincirkan

Mashdar

Menggelincirkan

Mashdar mim

Menggelincirkan

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Gelincirkanlah

35 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

FAIDAH:
1. Mutaaddi, seperti dalam firmanNya:
QS: (99) ayat 1
2. Lazim, seperti dalam firmanNya:

Berkata isteri Al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu,


Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya
(kepadaku), dan Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang
yang benar. QS: (12) ayat 51
B. DENGAN TAMBAHAN (MAZID)
DARI TIGA HURUF (TSULATSI MAZID)
PENGERTIAN: Yaitu tashrif istilahi untuk standar pola akar kata
yang berasal daritiga huruf.
BENTUK POLA
DENGAN TAMBAHAN SATU HURUF
PENGERTIAN: kata yang berasal dar tiga huruf kemudian
polanya ditambahkan satu huruf.
BENTUK: (pada tabel di halaman berikutnya)
a.


:ditambahkan (hamzah qatha/hamzah yang
tidak hilang pada saat disambungi kata lain)
POLA


AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah me..

Fiil mudhari

Akan/sedang me..

Mashdar

Memperbaiki

Mashdar mim

Memperbaiki

Isim fail

Yang me

36 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Perbaikilah

Amar nahiy

Janganlah me.

Isim makan

Tempat me

Isim zaman

Waktu me.

Faidah: pola ini memiliki faidah/fungsi:


1. Tadiyyah: menjadikan kata yang bersifat lazim
(intrasitif) dalam mujarradnya menjadi mutaaddi
(transitif), dan kata yang sudah bersifat mutaadi
dalam mujarradnya ketika mengikuti polaini
berarti objeknya bertambah satu.
Contoh:


Memiliki satu objek seperti: ( ia telah
mengetahuinya)


( ia telah memberinya

pengetahuan). Lihat QS: (2) ayat 60

Lazim menjadi mutaadi seperti:


( ia


( ia telah memperbaikinya).

telah baik),

Lihat QS: (4) ayat 69, (18) ayat 30


2. Menunjukkan makna masuk pada suatu hal
seperti:



(musafir telah memasuki

waktu sore).
3. Menunjukkan arti menuju suatu tempat seperti:



( Umar telah menuju kota Hijaz).

4. Menunjukkan terwujudnya makna asal kata


dalam fail (subjek) seperti:

(pohon anggur telah berbuah).


5. Mubalaghah: menunjukkan arti lebih dalam
makna seperti:
sangat sibuk).


( aku telah menjadikannya

37 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

6. Menunjukkan terwujudnya suatu hal (objek)


dalam

sifat

seperti:

(aku

telah

menjumpainya sebagai yang agung).


7. Shairurah: perubahan yang terwujud dalam
subjek seperti:

( musuh telah menjadi


lemah).
8. Taridh: menunjukkan makna yang berasalal dari
kata

(menawarkan/menyindirkan dan

semacamnya) seperti:

(ia telah

menawarkan baju untuk dijual).


9. Assalab: menghilangkan makna yang terdapat
pada subjek seperti:


( orang sakit itu

telah sembuh).
10. Hainunah: menununjukkan makna masuk pada

zaman dalam makna katanya seperti:



(tanaman itu telah masuk saat dipanen).

b.


: ditambahkan satu huruf yang sama dengan
ain fiil kemudian diidghamkan/digabung jadi satu
dan ditandai dengan tadhif tasydid pada ain fiil:
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah me..

Fiil mudhari

Akan/sedang me..

Mashdar

Memuliakan

Mashdar

Memuliakan

Mashdar

Memuliakan

Mashdar

Memuliakan

Mashdar

Memuliakan

Mashdar mim

Memuliakan

38 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Isim fail

Yang me

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Muliakanlah

Amar nahiy

Janganlah me.

Isim makan

Tempat me

Isim zaman

Waktu me.

Faidah
1. Tadiyyah, seperti:



( Zaid telah

membahagiakan Umar). Sebelum mengikuti

pola ini kata


berupa
dan bersifat lazim.

Lihat QS: (3) ayat 42


2. Menunjukkan makna taksir (makna yang
terdapat dalam kata kerja terwujud dalam
wujud banyak) seperti:



( Zaid

telah memotong-motong kabel/menjadikannya


potongan yang banyak).
3. Menisbatkan maful/objek pada asal makna
kata kerja seperti:
4.

(Zaid telah menisbatkan Umar

kepada kekafiran).
5. Menghilangkan asal makna pada kata kerja dari
objeknya seperti
6.



( Zaid telah menghilangkan kulit

delima/mengupas kulitnya).
7. Menunjukkan bahwa terwjudnya makna kerja
diambil dari isim/subjeknya seperti:
(sekelompok
perkemahan).

kaum

telah

membuat

39 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
c.


:ditambahkan huruf alif setelah fa fiil:
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah me..

Fiil mudhari

Akan/sedang me..

Mashdar mim

Peperangan

Mashdar

Peperangan

Mashdar

Peperangan

Isim fail

Yang me

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Perangilah

Amar nahiy

Janganlah me.

Isim makan

Tempat me

Isim zaman

Waktu me.

Faidah:
1. Musyarakah diantara dua orang:

salah satu dari kedua subjek melakukan hal yang


sama hingga masing-masing ada yang menjadi
5
subjek dan yang satu jadi objek. Seperti contoh:



( Zaid dan Umar saling membubuh).

2. Menggunakan faidah yang dimiliki pola


yang



bermakna taksir seperti:

(semoga Allah melipatgandakan/membuat banyak


pahalamu).

. Asyaikh Mashum Bin Ali, Alamtsilah Attashrifiyyah, hal. 15.

40 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
3. Menggunakan faidah yang dimiliki pola
bermakna tadiyyah seperti:


yang

( semoga

Allah memberikan kesehatan padamu).


4. Menggunakan faidah yang dimiliki pola


yang




( Allah telah

mujarrad seperti:

membinasakan/membunuh orang-orang musyrik).


Lihat QS: (63) ayat 4

DENGAN TAMBAHAN DUA HURUF


PENGERTIAN: kata yang berasal dari tiga huruf
kemudian polanya ditambahkan dua huruf.
BENTUK:
a.


: ditambahkan huruf ta sebelum fa fiil dan
alif sebelum ain fiil.

POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah saling..

Fiil mudhari

Akan/sedang me..

Mashdar

Saling bertanya

Mashdar mim

Saling bertanya

Isim fail

Yang saling

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Saling bertanyalah

Amar nahiy

Janganlah saling.

Isim makan

Tempat saling

Isim zaman

Waktu saling.

Faidah
1. Musyarakah diantara dua orang lebih seperti

( kaum saling bertanya).

contoh:

41 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
2. Menunjukkan makna yang tidak terjadi dalam
kenyataannya seperti:



( Zaid berpura-

pura sakit).
3. Menunjukkan makna yang terjadi secara bertahap


( kaum berdatangan sedikit demi

seperti:
sedikit).

4. Bermakna seperti yang mujarrad seperti:



(Maha Tinggi Allah dari yang mereka

persekutukan).
Lihat QS: (7) ayat 190
5. Muthawaah

pada pola

yang bersifat



mutaaddi. Muthawaah adalah:


terciptanya hal akibat yang
ditimbulkan ketika berhubungan dengan kata kerja

transitif/mutaaddi. Seperti contoh:


6

(aku menjauhinya kemudian ia menjadi jauh).


b.


: ditambahkan huruf ta sebelum fa fiil dan
huruf yang sama dengan ain fiil diidghamkan dan
ditadhif/tasydid.
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah menjadi..

Fiil mudhari

Akan/sedang menjadi..

Mashdar

Menjadi pecah

Mashdar mim

Menjadi pecah

Isim fail

Yang menjadi

Isim maful

Yang di..

. Asyaikh Mashum Bin Ali, Alamtsilah Attashrifiyyah, hal. 19.

42 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Fiil amar

Menjadi pecahlah

Amar nahiy

Janganlah menjadi.

Isim makan

Tempat menjadi

Isim zaman

Waktu menjadi.

Faidah
1. Muthawaah pola



seperti:

(aku pecah kaca kemudian ia menjadi pecah.




usaha

2. Takalluf:

fail/subjek untuk menghasilkan makna kata


( Zaid berusaha untuk

kerjanya. Seperti:
7

menjadi pemberani).
3. Usaha subjek untuk menjadikan makna fiilnya
sebagai objek seperti:

( aku berusaha

menjadikan yusuf sebagai anak).


4. Menunjukkan
makna
kata

kerja

yang


dijauhi/dihindari oleh subjek seperti:
( Zaid

menjauhi celaan).
5. Shairurah: perubahan yang terwujud dalam subjek



( wanita itu telah menjadi

seperti:

ayyimah/tidak produktif).
6. Menunjukkan terjadinya

makna

fiil

secara


bertahap seperti:
(Zaid minum seteguk

demi seteguk).
7. Thalab: mecari/menuntut/meminta makna fiil


( Zaid meminta kejelasan.

seperti:

. Asyaikh Mashum Bin Ali, Alamtsilah Attashrifiyyah, hal. 20.

43 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
c.


: ditambahkan hamzah washal (hamzah

ketika disambungkan dengan kata lain tidak


terbaca.

POLA

AKAR

Faidah:
1. Muthawaah pola

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah..

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Berkumpul

Mashdar mim

Berkumpul

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang dijadikan..

Fiil amar

berkumpullah

Amar nahiy

Janganlah berkumpul...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.



seperti:

(aku kumpulkan onta kemudian terkmpullah ia.


2. Menunjukkan makna membuat seperti:

(Zaid telah membuat roti).


3. Menambahkan kesungguhan dalam makna yang
terkandung dalam fiilnya seperti:
sangat keras dalam usahanya).



( Zaid

4. Menggunakan makna mujarradnya seperti:

( Zaid dirinya dari maksiat).



5. Menggunakan makna
yang berfaidah


Musayarakah seperti: ( suatu kaum
bersengketa).

44 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
6. Thalab, yakni menunjukkan makna meminta,
menuntut atau memerintahkan seperti:
(Zaid mencari kesulitan).


: dengan ditambahkan hamzah washal pada

d.

awal kata dan nun setelahnya.

POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah menjadi..

Fiil mudhari

Akan/sedang menjadi....

Mashdar

Menjadi terang

Mashdar mim

Menjadi terang

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Menjadi teranglah

Amar nahiy

Janganlah...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Faidah
1. Muthawaah pola


seperti:



(aku pecah kaca itu kemudian jadilah kaca
itu pecah).

2. Dan terkadang berfaidah muthawaan pola


( aku kagetkan dia kemudian jadilah

seperti:
3.

ia kaget).
Ketentuan: polaini hanya diikuti oleh kata yang
bermakna sesuatu yang harus dilakukan secara
fisik dan akibat yang tampak secara lahir
seperti contoh diatas.

45 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
e.


: dengan ditambahkan hamzah washal dan
huruf yang sama dengan lam fiil kemudian
diidghamkan.

POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah menjadi..

Fiil mudhari

Akan/sedang menjadi....

Mashdar

Menjadi putih

Mashdar mim

Menjadi putih

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Menjadi putihlah

Amar nahiy

Janganlah...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Faidah:
1. Menunjukkan makna sangat/lebih pada sifat yang
terdapat dalam makna fiilnya seperti: )

muka Zaid menjadi putih).


2. Menunjukkan makna sangat/lebih pada sifat yang
terdapat dalam makna fiilnya seperti:
malam telah menjadi sangat gelap).

46 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
DENGAN TAMBAHAN TIGA HURUF
PENGERTIAN: kata yang berasal dari tiga huruf
kemudian polanya ditambahkan tiga huruf.
BENTUK:
1.


: dengan ditambahkan hamzah washal sin
dan ta di awal kata.

POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah meminta..

Fiil mudhari

Akan/sedang meminta....

Mashdar

Meminta ampun

Mashdar mim

Meminta ampun

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Minta ampunlah

Amar nahiy

Janganlah...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Faidah
1. Thalab, untuk menunjukkan makna meminta, menuntut
atau mengharap makna fiilnya kepada objeknya seperti

( ia telah meminta ampun kepada Allah).



( aku telah

2. Menunjukkan bahwa sebuah sifat terdapat dalam


makna fiilnya seperti:

menemukan sesuatu yang bersifat agung).


3. Tahawwul, menunjukkan makna perubahan dalam
objek kepada makna fiilnya seperti:
(tanah itu/ini telah menjadi batu).

47 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

4. Takalluf,

usaha

fail/subjek untuk menghasilkan makna kata kerjanya.



( Zaid berusaha untuk menjadi

Seperti:

pemberani).

5. Muthawaah pola




seperti:

(Zaid mengistirahatkan Umar kemudian ia beristirahat).


6. Menggunakan makna mujarradnya seperti:



( air itu diam di dalam kendi).
2.

: dengan ditambahkan hamzah washal dan


huruf yang sama dengan ain fiil serta huruf wawu
yang memisahkan kedua ain fiil tersebut.
POLA

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah..

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Manis

Mashdar mim

Manis

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Manislah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

AKAR

Faidah
1. Bermakna mujarrad seperti:
itu/ini manis).

. Asyaikh Mashum Bin Ali, Alamtsilah Attashrifiyyah, hal. 20.


( buah

48 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I


( Zaid menjadi

2. Mubalaghah seperti:
sangat mulia).
3.


: dengan ditambahkan hamzah washal dan
huruf yang sama dengan lam fiil yang kemudian
diidghamkan.

POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah menjadi sangat.

Fiil mudhari

Akan/sedang sangat....

Mashdar

Sangat kuning

Mashdar mim

Sangat kuning

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Sangat kuninglah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Faidah: untuk mubalaghah dalam masuknya objek


dalam sifat yang terdapat dalam makna fiilnya
seperti:
kuning).
4.


( pisang ini/itu menjadi sangat


:ditambahkan hamzah washal dan dua huruf
wawu yang diidghamkan setelah ain fiil:

POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah menjadi sangat.

Fiil mudhari

Akan/sedang sangat....

Mashdar

Sangat gembira

49 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Mashdar mim

Sangat gembira

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Bergembiralah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Faidah: mubalaghah pada fiil lazim seperti:


Zaid menjadi sangat bergembira)

DARI EMPAT HURUF (RUBAI MAZID)


DENGAN TAMBAHAN SATU HURUF
BENTUK POLA:


: dengan ditambahkan huruf ta pada

awal kata.
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah.

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Mengkilap

Mashdar mim

Mengkilap

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Mengkilaplah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

50 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Faidah:
1. Muthawaah pola



seperti:
( aku

gelincirkan batu itu kemudian ia tergelincir).



( kaca itu mengkilap).

2. Bermakna mujarrad seperti:


DENGAN TAMBAHAN DUA HURUF


BENTUK POLA:
1.


: dengan ditambahkan hamzah washal dan nun setelah ai
fiil.

POLA















AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah menjadi.

Fiil mudhari

Akan/sedang menjadi....

Mashdar

Menjadi terkumpul

Mashdar mim

Menjadi terkumpul

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Terkumpullah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Faidah: Muthawaahpola



seperti:
( aku

kumpulkan onta itu/ini kemudian ia terkumpul).

2.


: dengan ditambahkan hamzah washal dan huruf yang sama
dengan lam fiil kemudian diidghamkan.
POLA




AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah sangat.

Fiil mudhari

Akan/sedang sangat....

Mashdar

Sangat tenang

51 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Mashdar

Sangat tenang

Mashdar mim

Sangat tenang

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Tenanglah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

C. DISAMAKAN (MULHAQ)
PENGERTIAN: seperti halnya mulhaq rubai mujarrad, dalam rubai
mazid juga terdapat beberapa kata tsulatsi yang menyamai
tashrifnya.
FAIDAH:
1. Muthawaah polayang disamakan dengan rubai mujarrad,
seperti:




( Zaid memotong baju dan terpotonglah

baju itu).
2. Untuk menyerupakan subjek dengan makna fiilnya, seperti:



( Zaid berperilaku seperti Setan).

BENTUK:
a. Disamakan dengan yang mazid satu huruf dari tsulatsi Mazid
dua huruf:
1.


: dengan ditambahkan huruf ta pada awal kata dan
huruf yang serupa dengan ain fiil.
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah.

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Terpotong

52 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

2.

Mashdar mim

Terpotong

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Terpotonglah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.


: dengan ditambahkan huruf ta di awal kata dan
wawu setelah fa fiil.
POLA



3.

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah.

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Mencoba/menguji

Mashdar mim

Mencoba/menguji

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Coba/ujilah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.


: dengan ditambahkah huruf ta di awal kata dan
mim setelahnya
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah.

53 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

4.

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Menjadi tenang

Mashdar mim

Menjadi tenang

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Menjadi tenanglah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.


: ditambahkan huruf ta di awal kata dan ya
setelah fa fiil.
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah.

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Berlaku seperti Setan

Mashdar mim

Berlaku seperti Setan

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Berlaku sepertilah..

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

54 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
5.


: ditambahkan huruf ta di awal kata dan wawu
setelah ain fiil.
POLA





















6.

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah .

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Menjadi mulia

Mashdar mim

Menjadi mulia

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Menjadi mulialah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.


: ditambahkan huruf ta di awal kata dan ya
setelah ain fiil.
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah.

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Isim fail

Berlaku seperti orang


mulia
Berlaku seperti orang
mulia
Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Berlaku..

Mashdar mim

55 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I







7.

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

: ditambahkan huruf ta di awal kata dan alif

layyinah setelah lam fiil.


POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah.

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Menjadi mendidih

Mashdar mim

Menjadi mendidih

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Menjadi memndidihlah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

b. Disamakan dengan yang mazid dua huruf dari tsulatsi mazid


tiga huruf:
1.


: ditambahkan huruf hamzah washal di awal kata
dan nun setelah ain fiil serta huruf yang sama dengan
lam fiil.
FAIDAH: Muthawaah fiil lazim:
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah.

Fiil mudhari

Akan/sedang....

56 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I









2.

Mashdar

Isim fail

Menjadi
terlambat
Menjadi
terlambat
Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar
Amar nahiy

Menjadi
terlambatlah
Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

Mashdar mim


: ditambahkan huruf hamzah washal di awal kata
dan nun setelah ain fiil serta alif layyinah di akhir kata.
POLA

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah.

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Menjadi mendidih

Mashdar mim

Menjadi mendidih

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Menjadi mendidihlah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

57 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
3.


9: ditambahkan huruf hamzah washal di awal kata
dan ta setelah fa fiil serta alif layyinah di akhir kata.
POLA





AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah.

Fiil mudhari

Akan/sedang....

Mashdar

Bohong

Mashdar mim

Bohong

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

berbohonglah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.

D. MANHUT (SINGKATAN)
PENGERTIAN: Rubai manhut ini adalah kata kerja yang berfungsi
untuk meringkas beberapa kata menjadi satu kata, seperti:



, ( hamdalah):
membaca kalimat
, dan seterusnya. Allah SWT

berfirman: QS: QS: Alinfithar: 4
Dan apabila
kuburan-kuburan dibongkar. Digabung dari berbeapa kata, yakni/


( dibangkitkan dan disingkap tanah kuburannya).
(basmalah): membaca

. Musthafa Alghalaayaini, Jamiu Addurus, Juz I, hal. 201.

58 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
BENTUK: Rubai Manhut menggunakan pola Rubai Mujarrad:
1.

POLA

Contoh:

AKAR

SHIGHAT
Fiil Madhi

Hasil makna
Telah membaca.

Fiil mudhari

Akan/sedang membaca....

Mashdar
Mashdar
Mashdar mim

Membaca
Membaca
Membaca

Isim fail

Yang

Isim maful

Yang di..

Fiil amar

Bacalah

Amar nahiy

Jangan...

Isim makan

Tempat

Isim zaman

Waktu.




wahai Abdullah, bacalah kalimat

alhamdulillahi robbil alamin.


Abdullah adalah orang yang membaca


ini adalah tempat Ahmad membaca kalimat

kalimat alhamdulillahi robbil alamin.

alhamdulillahi robbil alamin.


umara sedang membaca kalimat alhamdulillahi
robbil alamin.

Coba buatlah contoh dari:


membaca kalimat laa haula

walaa quwwata illaa billaahil aliyyil adzim.

59 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
BAGIAN V
SATANDAR POLA DALAM PERUBAHAN LUGHAWI
A. PENGERTIAN UMUM
Standar pola dalam perubahan lughawi ini adalah benrtuk perubahan
dalam satu shighat untuk mewujudkan makna laki-laki, perempuan,
tunggal, tatsniyyah, jamak dan ghaib (orang ketiga), khithab (orang
kedua) atau takallum (orang pertama).Selain itu, dalam pola kata
kerja semua memuat kata ganti sebagai subjek pekerjaan yang
terdapat dalam makna akar.
B. FIIL MADHI:
Bentuk

Fungsi

Jenis Kelamin

MAKNA
Mufrad

Mudzakar (lakilaki)

Mufrad
Muannats
(perempuan)

tatsniyyah
Jamak
Mufrad

Mudzakar (lakilaki)

tatsniyyah
Jamak

Khitab (orang
kedua)

Mufrad
Muannats
(perempuan)

tatsniyyah
Jamak

Takallum
(orang
pertama)

Tunggal
-

tatsniyyah
Jamak

Ghaib (orang
ketiga)

ZIYADAH

Jamak

__

__

__

KATA
GANTI

60 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
C. FIIL MUDHARI:
BENTUK
RAFA

BENTUK
NASHHAB

BENTUK
JAZM

FUNGSI

JENIS

Mudzakar
(laki-laki)
Ghaib
(orang
ketiga)

TAMBAHAN

DHAMIR

_/
_/
_

Muannats
(perempuan)

_/
_/
_

Mudzakar
(laki-laki)
Khitab
(orang
kedua)

_/
_/
_/

Muannats
(perempuan)
Takallum
(orang
pertama)

_/
/

D. FIIL AMAR:
BENTUK

10

JENIS

TAMBAHAN

_
Mudzakar
(laki-laki)

Muannats
(perempuan)

TUNGGAL,
TATSNIYYAH
ATAU JAMAK
Mufrad

_/

tatsniyyah

_/

Jamak

_/

Mufrad

_/

tatsniyyah

Jamak

DHAMIR

KETERANGAN

10

. Berasal dari shighat mudhari khitab dan jazm, dengan menggantikan tambahan pada awal
kata dengan hamzah.

61 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
E. MASHDAR
Perubahan
Mufrad
mudzakar
Mufrad muannats

Bentuk kata

Keterangan
Harakat
tidak
ditentukan
Harakat
tidak
ditentukan
Rafa, nashab&jar


/


/

Tatsniyyah
mudzakar
Tatsniyyah
muannats
Jamak mudzakar
Jamak muannats
Jamak taksir

Tambahan

_/_

Rafa, nashab& jar

__/_ _

Rafa, nashab dan jar

-/-
-

Rafa, nashab dan jar


Bentuknya banyak

__

F. MASHDAR MIM
Perubahan
Mufrad
mudzakar
Mufrad
muannats
Tatsniyyah
mudzakar
Tatsniyyah
muannats

Jamak taksir

Bentuk kata

Keterangan
Harakat tidak
ditentukan
Harakat tidak
ditentukan
Rafa,
nashab&jar
Rafa, nashab&
jar

Bentuknya
banyak

Tambahan

_
__/_ _
_ _/_ _ _
_

_ _/ _

G. ISIM FAIL
Perubahan
Mufrad mudzakar
Mufrad muannats
Tatsniyyah
mudzakar
Tatsniyyah
muannats
Jamak mudzakar
Jamak muannats
Jamak taksir

Bentuk kata


/


/


/


/

Keterangan

Tambahan

Rafa, nashab dan


jar
Rafa, nashab dan
jar
Rafa, nashab dan
jar
Rafa, nashab dan
jar
Bentuknya banyak

_/_
__/_ _
-/-
_ _/ _

62 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
H. ISIM MAFUL
Perubahan
Mufrad
mudzakar
Mufrad muannats
Tatsniyyah
mudzakar
Tatsniyyah
muannats
Jamak mudzakar
Jamak muannats
Jamak taksir

Bentuk kata

Keterangan






/



/


/

Tambahan

Rafa, nashab dan


jar
Rafa, nashab dan
jar
Rafa, nashab dan
jar
Rafa, nashab dan
jar
Bentuknya banyak

_/_
__/_ _

-/-
_/

I. ISIM ZAMAN
Perubahan
Mufrad mudzakar
Mufrad
muannats
Tatsniyyah
mudzakar
Tatsniyyah
muannats
Jamak taksir

Bentuk kata





/



/


Keterangan
Harakat
tidak
ditentukan

Tambahan

Rafa, nashab dan


jar
Rafa, nashab dan
jar
Bentuk banyak

_/_
__/_ _

J. ISIM MAKAN/ sama dengan isim zaman, dapat dibedakan saat berada
dalam kalimat sempurna.
K. ISIM ALAT: seperti isim makan, hanya harakat pada mim yang
dikasrah.

63 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
BAGIAN VI
PEMBAGIAN KATA MUSYTAQ
A. PENGERTIAN UMUM
Setelah akar dihidupkan dengan pola, kemudian
dikembangkan melalui tashrif, akar tersebut menjadi sebuah kata
yang memiliki makna sempurna. Pembagian kata musytaq ini adalah
rincian dan penjelasan lebih jauh mengenai bentuk-bentuk akar
setelah jadi kata karena pada akhiranya kata tersebut akan dimasuki
kata sandang dan kata ganti.
Dengan mengetahui pembagian ini, diharapkan dapat
mengenali bentuk dasar dan karakter serta akar tiap kata tersebut
pada saat dimasuki kata sandang ataupun kata ganti hingga dapat
mengantarkan kepahaman mengenai hakikat kata dalam kalimat
sempurna hingga akhirnya dapat memahami dengan benar status dan
posisi kata tersebut (nahwu) untuk mendapatkan kepahaman tentang
tujuan dan isi yang terkandung dalam kalimat.
B. KATA KERJA:
1. DEFINISI:


.11
Tiap kata

yang menunjukkan terjadinya suatu hal (pekerjaan) pada masa


tertentu.
2. BENTUK:

MADHI: .12





kata yang

menunjukkan terjadinya suatu hal sebelum diutarakan


(pekerjaan lampau).
Hal ini selain pada firmanNya: (16) ayat 1

Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu


meminta agar disegerakan (datang)nya. Maha Suci Allah dan
Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.

Walaupun kata
berupa fiil madhi namun tidak berarti
telah terjadi melainkan berarti tahqiq (pasti)

11
12

. Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz I, hal. 18.


. Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz I, hal. 22.

64 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I




13
MUDHARI: .
kata

yang menunjukkan terjadinya suatu hal (pekerjaan) setelah
atau sebelum diutarakan.
Lihat FirmanNya: (40) ayat 60

AMAR: .

14



kata

digunakan untuk meciptakan (memerintahkan) suatu hal


(pekerjaan) setelah (kata tersebut) diutarakan.
Lihat FirmanNya: (55) ayat 33
3. SIFAT:
AKTIFAKTIF (MALUM)
a. Definisi:kata kerja yang objek terdapat setelah/sebelum
kata kerja. Lihat QS: (40) ayat 60
b. Harakat:Menyesuaikan
dengan
wazannya
(lihat
bentuknya dalam Tashrif).
PASIF (MAJHUL):
a. Definisi: kata kerja yang objeknya tidak terdapat baik
sebelum ataupun setelah kata kerjanya.
Lihat QS: (2) ayat 183
Faidah pada fiim yang dipasifkan diantaranya:
1. Untuk meringkas kalimat agar tidak terlalu banyak.
2. Karena subjek sudah maklum bagi pendengar (sami).
3. Karena subjek tidak diketahui.
4. Karena subjek ditakuti bila disebutkan.
5. Karena menghina subjek.
b. Harakat:
1. Bila berbentuk tiga atau empat huruf di shighat madhi,
maka:
Madhi, huruf pertama didhammah dan huruf
sebelum akhir dikasrah. Dari kata


menjadi

Mudhari, huruf pertama didhammah dan huruf


sebelum akhir difathah. Dari kata


Lihat QS: (40) ayat 63


menjadi

2. Bila berbentuk lima huruf di madhi, maka:


Bila diawali dengan huruf ta, maka:
13
14

. Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz I, hal. 22.


. Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz I, hal. 22.

65 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Bila berupa fiil madhi: huruf pertama dan
huruf kedua didhammah dan huruf sebelum
akhir dikasrah. Dari kata


menjadi
.

Bila berupa fiil mudhari, huruf pertama


didhammah dan huruf sebelum akhir
difathah. Dari kata

menjadi

Bila diawali dengan hamzah washal maka:


Bila berupa fiil madhi: huruf pertama dan
huruf ketiga didhammah dan huruf sebelum
akhir dikasrah. Dari kata


menjadi

Bila berupa fiil mudhari: huruf pertama


didhammah dan huruf sebelum akhir
difathah. Dari kata
C.



menjadi

NOMINAL:
1. DEFINISI:

Tiap kata yang menunjukkan (makna) manusia, hewan, tumbuhtumbuhan, bebatuan, tempat, masa, sifat atau makna yang tidak
15
(bersamaan) masa/zaman.
2. KEKHUSUSAN MAKNA:

NAKIRAH: .16



isim yang menunjukkan

MAKRIFAT: .17


isim yang menunjukkan

terhadap hal yang tidak tertentu.


Lihat QS: (65) ayat 8

terhadap hal tertentu. Lihat QS (15) ayat 50


3. JENIS MAKNA KATA NOMINAL:
a.

MUDZAKAR/LAKI-LAKI/

. Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz I, hal. 17.


. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 128.
17
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 128.
15
16

66 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Definisi: "


"
kata yang dapat

diisyarahkan dengan isim isyarah hadza (isim isyarah


untuk laki-laki).
Lihat QS: (3) ayat 62, (2) ayat 35
Bentuk:



.
kata

Haqiqi:

yang menunjukkan (makna) laki-laki, baik berupa


manusia maupun hewan.






.
kata yang diberlakukan

Majazi:

seperti mudzakar, baik berupa manusia maupun


hewan, tetapi pada dasarnya bukan mudzakar
seperti badrun (bulan pernama) dan lailun
(malam). Lihat QS: (2) ayat 58

b.

MUANNATS/PEREMPUAN/
Definisi: "


"
kata yang dapat

diisyarahkan dengan isim isyarah hadzihi (isim


isyarah untuk perempuan).
Bentuk:
Lafdzi/

"kata yang bertemu (terdapat) tanda muannats,


baik menunjukkan makna muannats seperti
Fathimah dan Khadijah ataupun makna mudzakar
seperti kata Thalhah, Zakaria atau Buhmah.
Maknawi: kata yang bermakna muannats tetapi
tidak menggunakan tandanya.
Haqiqi:


.

kata yang menunjukkan (makna)

perempuan baik berupa manusia ataupun hewan

67 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
seperti kata imraat (perempuan, ghulamat
(pembantu perempuan), atan (keledai betina).
Majazi:

kata yang diberlakukan seperti muannats, baik berupa


manusia maupun hewan, tetapi pada dasarnya bukan
muannats seperti syamsun (matahari) dan daarun
18
(rumah) ainun (mata) dan rijlun (kaki) .
Tanda muannats:
1. ta marbuuthah (ta yang berbentuk ).

Lihat QS: (2) ayat 128


2. Alif tanits (alif yang menunjukkan makna
muannats):
Maqshurah:
alif yang sebelumnya berupa huruf yang
berharakat fathah seperti kata

_ Salmaa.

Lihat QS: (4) ayat 95


Mamdudah:

"alif yang setelahnya berupa huruf alif pula


dan alif kedua digantikan dengan huruf
hamzah seperti kata

_ Hasnaa. Lihat

QS: (33) ayat 67


4. JUMLAH MAKNA:
19

a. MUFRAD:




.
kata yang menunjukkan

makna tunggal perempuan, atau tunggal laki-laki.


b. TATSNIYYAH:
Definisi:

20



18

. Yakni, kata yang sama baik muannats ataupun mudzakar.


. Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz I, hal. 21.
20
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 226.
19

68 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
isim murab yang menggantikan dua makna dari dua
kata mufrad yang masing-masing sama bentuk dan
maknanya, dengan ditambahkan huruf alif dan nun
atau ya dan nun, serta kata tersebut bisa
21
ditajridkan.
Mulhaq/


,


.22



"
"

isim yang berbentuk tastniyyah tetapi tidak bisa


ditajridkan, seperti kata kila dan kilta pada saat ia
dimudhafkan/disambngkan pada dhamir (kata ganti).
Lihat QS: (18) ayat 33
c. JAMAK:

isim yang

23

Definisi:.

menggantikan tiga (kata yang semakna) atau lebih dengan


ditambahkan (huruf).
Bentuk:
a. Salim:

Definisi:.

24

kata jamak

yang pola tunggalnya tidak berubah pada saat


dijamakkan.
Lihat QS: (40) ayat 28, (4) ayat 162
Bandingkan dengan QS: (2) ayat 87, (2) ayat 87
Bentuk:
1. Mudzakar:

.25

kata yang dijamakkan dengan ditambahkan


huruf wawu dan nun pada saat rafa dan
ditambahkan ya dan nun pada saat nashab

21

. Tajrid adalah memisahkan kata yang bermakna tatsniyyah menjadi dua kata yang sama.
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 227.
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 231.
24
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 231.
25
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 231
22
23

69 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
dan jar. Lihat QS: (4) ayat 16, (18) ayat 80, (4)
ayat 141
26

2. Muannats:

kata

yang dijamakkan dengan ditambahkan alif


dan ta (di akhir). Lihat QS: (9) ayat 72
3. Sayarat menjamakkan kata tunggal:
27
Untuk Mudzakar :
1. Alam (nama alam), mudzakar dan
bermakna hal yang berakal.
2. Kata sifat, mudzakar dan bermakna hal
yang berakal.
3. Tidak ada ta yang menunjukkan
makna perempuan.
4. Tidak berbentuk satu kata dari dua
kata gabungan.
28
Untuk Muannats :
1. Alam dan bermakna muannats
(perempuan).
2. Kata yang berakhiran huruf ta yang
dijadikan tanda khusus bagi muannats.
3. Kata sifat untuk perempuan dengan
akhiran ta.
4. Kata sifat untuk kata mudzakar yang
tidak berakal.
5. Kata mashdar yang hurufnya lebih dari
tiga dan tidak berfungsi menperkuat
makna kata kerja yang bersangkutan.
29
6. Kata yang ditasghir dengan makna
untuk hal yang tidak berakal.
7. Kata yang berakhiran alif yang
menunjukkan makna perempuan dan
setelahnya
(alif)
berupa
huruf
hamzah.

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 232


. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 231.
28
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 235-237
29
. Tashghir adalah kata nominal dengan didhammah huruf awalnya dan difathah huruf
kedua serta ditambahkan huruf ya di akhir kata, dengan tujuan menunjukkan makna
sedikit, kecil atau hina pada kata yang ditasghir. (Jamiu Addurus, juz II, hal, 195).
26
27

70 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
8.
9.

Kata yang berakhiran alif yang tetap


dan menunjukkan makna perempuan.
Kata yang menunjukkan makna hal
tidak berakal dengan diawali kata

/ibnun atau /dzi.

10. Tiap kata ajam (bukan Bahasa Arab


kemudian dikenal dan dipakai dalam
istilah-istilah
Arab)
yang
tidak
diketahui jamaknya kecuali dengan
jamak muannats ini.

30

kata yang terpakai dalam

4. Mulhaq:

bahasa Arab dengan jamak ini tetapi tidak


memenuhi syaratnya. Lihat QS: (65) ayat 4
b. Mukassar/taksir:
Definisi:

.31 isim yang menggantikan lebih dari dua

(kata yang semakna) dan pola tunggalnya berubah


pada saat dijamakkan.
Bentuk:
1. Qillah: kata yang meunjukkan makna jamak,
mulai dari tiga (3) sampai sepuluh (10).
2. Katsrah: kata yang menunjukkan makna jamak,
mulai dari sepuluh (10) sampai bilangan yang
tidak terbatas.
Wazan: ,,:

mempunyai empat wazan yaitu:



1. seperti kata
dari mufrad
.

A. Qillah:


seperti kata
dari mufrad
.
Lihat QS: (104) ayat 7

2.

Lihat QS: (2) ayat 253

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 232.


. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 241.

30
31

71 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
3.

seperti kata dari mufrad


. Lihat

seperti kata
dari mufrad
.
QS: (12) ayat 30

4.

Lihat QS: (3) ayat 111


B. Katsrah: Lihat Alfiyyah Ibnu Malik (Bab Jamak
Taksir)

,
,


32

d. ISIM JAMAK:

isim yang menunjukkan makna jamak tetapi tidak memiliki


kata tunggal dari lafadznya, makna tunggal hanya terdapat
secara maknawi saja. Contohnya,

( para perempuan).

5. SIFAT KATA NOMINAL:


1. INSHIRAF/MUNSHARIF:
Kata nominal bila tidak bersama huruf al

)(

maka kalimat tersebut harus ditanwin. Yakni: Huruf nun


yang mati/disukun dan berada di akhir kata nominal yang
terlihat ketika dibaca saja, tidak terlihat dalam tulisannya,
melainkan hanya dengan menggunakan syimbol harakat yang
berbentuk

),_ ,_( . Kemudian, khusus bagi isim mufrad dan

jamak taksir, ada kata yang bisa ditanwin dan dinamakan


munsharif, juga ada yang tidak bisa ditanwin walaupun
tidak dimasuki huruf al dan isim ini dinamakan ghairu
munsharif. Hal ini harus diketahui sebab tanda
perubahannya dalam nahwu berbeda.
Hal ini adalah kata nominal yang tidak menyerupai
kata kerja dalam hal memiliki dua makna, yakni makna kata
itu sendiri dan makna secara hakikat (memililki makzna
zaman/masa, madhi (telah/lampau), hal (sedang) atau
istiqbal (akan).
2. ADAMU AL INSHIRAF/GHAIRU MUNSHARIF:
Ghairu munsharif adalah kata nominal yang
menyerupai kata kerja dalam memiliki dua makna seperti

32

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 277.

72 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
tersebut dan ternafikan dalam pengertian isim munsharif.
Dalam hal penyerupaan kata nominal dengan kata kerja ini,
terbagi dalam empat kelompok:
1. Alam (nama alam), bersama dengan:
Tanits (bermakna perempuan). Lihat QS: (2) ayat
69
AJam (nama orang/Alam murtajal). Lihat QS: (2)
ayat 125
Tarkib Mazji (dua kalimat yang digabung kemudian
digunakan untuk satu nama/alam murakkab).
Wazan fiil (isim tetapi polanya berbentuk pola fiil)


( Ahmad). Lihat QS: (61) ayat 6

seperti nama
2.

Sifat, bila ia:

Mengikuti pola
berpola

yang ketika muannats

, seperti kata


sebab pada saat

muannats berbentuk .

3.

Mengikuti pola




seperti kata , ,
.

Lihat QS: (2) ayat 187


Adad ketika berupa bilangan satu sampai sepuluh
dengan mengikuti pola:


, seperti kata:
:(satu-satu)

:(dua-dua)


:(sepuluh-sepuluh/segenap)

,seperti kata/


: (tiga-tiga)


:(empat-empat)


: (lima-lima)


:(enam-enam)

:(tujuh-tujuh)

73 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

4.

:(delapan-delapan)
:(Sembilan-sembilan)

Jamak taksir: bila bermakna muntaha aljumu


(bermakna sangat banyak dengan tanpa batas). Yakni
jamak taksir yang berpola:

74 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
BAGIAN VII JAMID MURAB
PENDAHULUAN
Pada bagian sebelumnya dibahas mengenai kata musytaq, mulai dari akar
dengan menghidupkan menggunakan pola hingga menemukan bentuk
shighat serta ragam makna dalam tashrif baik istilahi maupun lughawi
serta pembagian dari seluruh kata musytaq tersebut. Kali ini kita
membahas sisa kata yang melengkapi bentuk kata musytaq tersebut baik
kata yang memiliki sifat yang sama namun tidak memiliki akar (jamid
murab) atau kata yang berfungsi sebagai kata ganti atau kata
penghubung. Untuk lebih jelas, diketahui bahwa pada dasarnya bentuk
kata Arab terdiri dari dua bentuk, yaitu:
1. Kata pokok yang terdiri dari kata nominal (isim) dan kata kerja (fiil),
dan
2. Kata sandang yang terdiri dari kata huruf dan sebagian kata nominal.
Sedangkan pembentukan katanya terdiri dari dua macam:
MUSYTAQ: musytaq artinya adalah kata yang memiliki kata
dasar dan akar yang kemudian bisa diikutkan dengan pola
hingga menjadi beberapa kata yang beraneka ragam bentuk
dan maknanya sesuai dengan polanya seperti kata yang ada
dalam tashrif istilahi.
Lihat QS: (4) ayat 162, (9) ayat 61, (18) ayat 88, (2) ayat 41, (2)
ayat 108, (2) ayat 125
JAMID: jamid artinya adalah kata yang tidak memiliki kata
dasar. Dan bentuk kata jamid ada dua bentuk, yaitu:
a. Jamid murab: memiliki akar dan bisa mengikuti pola untuk
menghasilkan makna tunggal, dua, jamak, laki-laki atau
perempuannya saja.
Lihat QS: (2) ayat 113
Lihat QS: (2) ayat 177
Lihat QS: (3) ayat 113
b. Jamid mabni: tidak memiliki akar dan tidak bisa diikutkan
pada pola apapun seperti kata sandang dan kata
penghubung.

75 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
PEMBAHASAN I
PENGERTIAN UMUM
A. FIIL/KATA KERJA:
Definisi:


33
.
,

kata yang menyerupai huruf dalam hal ia tidak memiliki makna


dengan sendirinya serta tidak memiliki zaman dan pekerjaan
yang berada dalam kata fiil. Maka fiil ini hanya berada dalam
satu jalur tashrif (bentuknya tidak berkembang banyak seperti
lazimnya fiil).
Bentuk fiil Jamid murab: adalah fiil jamid yang berbentuk fiil
mudhari (dalam Alquran tidak ada). Bentuk Irab/perubahan
tersebut terlihat pada saat fiil mudhari dimasuki kata sandang
seperti LAN atau LAM.
B.

NOMINAL/ISIM: yaitu kata nominal yang tidak memiliki akar kata


dan huruf akhirnya bisa berubah dikarenakan posisinya dalam
kalimat serta memiliki pola untuk makna tunggal, dua, jamak dan
tatsniyyah. Bentuk kata nominal jamid ini adalah:
1. Nama jinis
2. Nama alam
3. Dzaraf
4. Maqshur
5. Mamdud
6. Isim lima
Tiga bentuk kata nominal di atas adalah kata yang tidak memiliki
akar dan sebagian besar akhir katanya berubah (murab) disebabkan
posisinya di dalam kalimat sempurna. Sedangkan bentuk kata yang
jamid hanya sedikit maka selanjutnya tidak dibahas seperti kata
nominal.

33

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 45.

76 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
PEMBAHASAN II
BENTUK-BENTUK KATA NOMINAL JAMID MURAB
34


isim yang

A. JINIS :
Definisi:

B.

tidak tertentu antara satu dengan yang lain dari jenisnya. Lihat
QS: (2) ayat 87
ALAM:
Definisi:

.35




,
, isim yang

pada awal peletakannya menunjukkan suatu hal tertentu tanpa


menggunakan tanda (pada kata tersebut). Lihat QS: (17) ayat 78
Bentuk:
Jinis (nama jenis): nama jenis ini berbeda dengan isim jinis di
atas. Bila isim jenis hanya digunakan untuk semua kata yang
bermakna jenis seperti laut dengan tidak ada ketentuan
pada jenis laut, sementara jinis dalam alam adalah nama
yang objeknya tertentu seperti dalam definisi di atas dan
berjenis:
a. Isim/sekedar nama:
1. Manqul: sebelum jadi alam digunakan untuk nama
lain.
2. Murtajal: pada awal peletakkan kata sudah menjadi
alam.
b. Laqab: nama yang mengandung pujian atau ejekan
1. Manqul: sebelum jadi alam digunakan untuk nama
lain.
2. Murtajal: pada awal peletakkan kata sudah menjadi
alam.
Syakhs (nama perorangan):
a. Isim (sekedar nama)
1. Manqul mufrad: sebelum jadi alam digunakan untuk
nama lain dan bentuk katanya tidak berupa gabungan
dari dua kata jadi satu. Lihat QS: (61) ayat 6
2. Manqul murakkab: sebelum jadi alam digunakan
untuk nama lain dan bentuk katanya berupa gabungan
34
35

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 93


. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 93.

77 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
dari dua kata jadi satu. Lihat QS: (18) ayat 83, (18)

ayat 86

C.

3. Murtajal mufrad: sebelum jadi alam tidak digunakan


untuk nama lain dan bentuk katanya tidak berupa
gabungan dari dua kata jadi satu.
Lihat QS: (27) ayat 12
4. Murtajal murakkab: sebelum jadi alam tidak
digunakan untuk nama lain dan bentuk katanya
berupa gabungan dari dua kata jadi satu.
b. Laqab: nama yang mengandung pujian atau ejekan.
1. Manqul mufrad: sebelum jadi alam digunakan untuk
nama lain dan bentuk katanya tidak berupa gabungan
dari dua kata jadi satu.
2. Manqul murakkab: sebelum jadi alam digunakan
untuk nama lain dan bentuk katanya berupa gabungan
dari dua kata jadi satu.
3. Murtajal: pada awal peletakkan kata sudah menjadi
alam.
c. Kuniyyah: nama kedua (setelah jadi nama perorangan)
dengan diawali kata ab/um. Lihat QS: (111) ayat 1
DZARAF:



"


"

36

Definisi:.

isim yang dinashabkan sebab mengandung makna huruf fi


yang disebutkan untuk mejelaskan masa atau tempat
pekerjaan. Lihat QS: (13) ayat 8
Bentuk:
Makan:.

37




isim yang

menunjukkan makna tempat terjadinya hadats (pekerjaan).


Lihat QS: (14) ayat 37
38

Zaman:.

isim yang

menunjukkan makna masa terjadinya hadats (pekerjaan).


Lihat QS: (2) ayat 48

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz III, hal, 567.


. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz III, hal, 568.
38
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz III, hal, 567.
36
37

78 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Mubham: kata yang menunjukkan makna tempat atau masa
terjadinya hadats (pekerjaan) tetapi tidak ada ketentuan
pastinya. Lihat QS: (6) ayat 18
D. MAQSHUR:
Definisi:


.39

isim yang akhir kata (berhukum murab) dan berupa alif


yang tetap (tidak berubah), baik alif tersebut tertulis dengan

( Al-Ashaa), atau

tertulis dengan bentuk ya seperti kata


( Musa). Lihat QS:
berbentuk alif (pula) seperti kata

(7) ayat 117, (7) ayat 160


E.

MAMDUD:
Definisi:

.40
, isim murab (seperti

Maqshur) yang akhir kata berbentuk huruf hamzah dan


sebelumnya berupa huruf alif tambahan. Seperti kata

merah. Lihat QS: (2) ayat 69


F.

MANQUSH:
Definisi: .

41

isim murab (seperti Mamdud dan Maqshur) yang akhir kata


berbentuk huruf ya yang tetap (tidak berubah) dan
sebelumnya berupa huruf yang berharakat kasrah. Seperti kata

Kadi/Hakim. Lihat QS: (39) ayat 26

G. ISIM LIMA (Asmaul Khamsah):


Definisi: Isim yang terdiri dari salah satu lima kata:

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 87.


. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 90.
41
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 92.
39
40

79 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

( Abun/bapak) Lihat QS: (33) ayat 40



2.
( Akhun/saudara laki-laki) Lihat QS: (12) ayat 90
ini pamanmu

3. ( hamun/paman) seperti

1.

4.

( famun/mulut)(dengan syarat huruf mim dibuang (jadi

)dan harakat mim disesuaikan dengan huruf huruf



setelahnya. Seperti
jaga mulutmu

5. ( dzu/yang memiliki) dengan syarat


disambung/diidhafahkan dengan kata setelahnya.
Lihat QS: (18) ayat 83, (18) ayat 86
syarat: Lima kata di atas dapat dikatakan sebagai isim lima bila

diidhafahkan (disambungkan dengan kata setelahnya) dan harus


berbentuk kata yang bermakna tunggal (mufrad) dan tidak
ditashgirkan (tidak diikutkan pada pola yang menunjukkan
makna kecil seperti pada saat mengikuti pola

jadi bapak kecil




jadi saudara laki-laki kecil

paman kecil
jadi

tasghirnya:

jadi mulut kecil

jadi pemilik kecil


. Contoh

80 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
BAGIAN VIII
JAMID MABNI
PEMBAHASAN I
PENGERTIAN UMUM
Jamid, yakni kata yang tidak berkembang ke beberapa bentuk
sepertihalnya murob, kata jamid ini hanya bisa berubah dari mufrad, ke
tastniyyah atau jamak, dari ghaib ke khithab atau takallum dan dari
bentuk atau dari mudzakar ke muannats saja.
A. FIIL:
1. Hanya bentuk Madhi dan dapat menerima tanda kata ganti
seperti

suatu hal yang bersifat laki-laki tidak ada atau

tidaklah suatu hal yang bersifat perempuan demikian.


Lihat QS: (2) ayat 113, (2) ayat 177, (3) ayat 113, (2) ayat 94
2. Hanya bentuk Mudhari dan dapat menerima tanda dhamir/kata
ganti sepert kata
atau

seorang laki-laki sedang/akan menjerit

dua orang laki-laki akan/sedang menjerit.

3. Hanya bentuk Amar dan dapat menerima tanda dhamir pula


seperti

kata

datangkanlah

olehmu

atau

datangkanlah oleh kalian. Lihat QS: (2) ayat 111, (21) ayat 24
4. Isim Fiil:
Definisi:.

42

kata yang menggunakan makna fiil tetapi tidak bisa


menyandang tanda fiil.
43
Bentuk :
1. Murtajal/asli: kata yang pada mulanya berbentuk isim fiil.
Seperti

( kabulkanlah doaku),
( cis!/kata kasar),

( jauh kemungkinannya). Lihat QS: (17) ayat 23,


(23) ayat 36

42
43

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 135.


. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 136.

81 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
2. Manqul/pindahan: kata yang pada mulanya berbentuk
kata yang bukan isim fiil kemudian digunakan untuk isim
fiil:
Dari kata yang dijarkan oleh huruf: seperti

(jagalah dirimu). Lihat QS: (5) ayat 105


Dari kata Mashadar: seperti
kejelekan).
Dari huruf: seperti

( tinggalkanlah

( ambil, dan bacalah


kitabku). Lihat QS: (69) ayat 19


B. NOMINAL:
1. Isim dhamir (kata ganti)
2. Isim adad (kata bilangan)
3. Isim syarat (kata yang memerlukan kalimat jawab)
4. Isim istifham (kata yang menunjukkan makna tanya)
5. Isim isyarah (kata isyarat)
6. Isim mawsul (kata penghubung)

C. HURUF: yaitu kata sandang yang tidak memiliki makna kecuali


dengan disambungkan ke kata lain. Bentuknya ada dua macam:
1. Awalan: selalu di awal kata.
2. Akhiran: selalu di akhir kata.

82 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
PEMBAHASAN II
BENTUK DAN SIFAT KATA NOMINAL
A. BENTUK
44
1. Adad: (kata bilangan) .
Pengertian: kata bilangan dalam Bahasa Arab tidak berbeda
dengan sifat dan fungsi kata bilangan dalam bahasa
Indonesia, bedanya bahasa Arab memiliki pola yang tidak
dimiliki oleh bahasa kita. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
keterangan selanjutnya.
Bentuk:
Mufrad: adad yang tidak dimudhafkan/disambungkan
pada kata setelahnya. Lihat QS: 10 = (6) ayat 160
Mudhaf/disambung: adad mudhaf ini ada dua macam:
a. Tiga sampai sepuluh (3-10). Mudhaf pada kata
bermakna jamak. Contohnya:
3. QS: (19) ayat 10
4. QS: (2) ayat 226
5.

6. QS: (10) ayat 3


7. QS: (12) ayat 47
8. QS: (6) ayat 143
9. QS: (27) ayat 12
10. QS: (6) ayat 160
b. Ratusan dan ribuan. Mudhaf pada kata yang
bermakna tunggal.
Ratusan, lihat QS: (2) ayat 261
Ribuan, lihat QS: (97) ayat 3
Murakkab: bilangan yang digabungkan dua kata adad,
yakni bilangan untuk sebelas sampai Sembilan belas (1319). Adad ini tebentuk dalam empat bagian:
1. Mabni: (kata adad baik yang pertama maupun yang
kedua mabni/tetap difathah) yaitu bilangan 13-19.
(74) ayat 30.
2. Murab: (kata adad yang pertama berubah sesuai
dengan kondisi posisi Irab dalam kalimat) yaitu
bilangan 11 dan 12.
44

. Muhammad bin Abdillah bin Malik, Ibnu Aqil Syarh Alfiyyah Ibnu Malik, hal, 164.

83 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Lihat QS: (5) ayat 12 dan (9) ayat 36
3. Muannats: bila madud muannats, ditambahkan tanda
muannats pada kata adad pertama dan kedua untuk
bilangan 11 dan 12 (bila setelahnya berupa kata
muannats).
Lihat QS: (2) ayat 60 dan (9) ayat 36
4. Mudzakar: bila madud mudzakar, adad ditambahkan
ta pada kata pertama saja untuk bilangan 13-19.
Contoh



dan dengan tanpa ta baik

kata pertama maupun kedua untuk bilangan 11-12.


Contoh:

5. Pecahan:
bilangan
untuk
pecahan,
dengan
mengikutkan harakat pada kata adad yang
bersangkutan ke kata/pola fuulun serta diirabi
dengann tanda sesuai dengan tunggal, dual maupun
jamaknya. Lihat QS: (4) ayat 11
Sifat: adad/kata bilangan yang setelahnya diikuti oleh kata
sifat. Lihat QS: (8) ayat 65
Tartib: bilangan yang bermakna yang ke. Dengan
mengikuti harakat dan pola faailun. Adad ini terbagi
dalam dua bagian:
1. Mufrad: tidak digabungkan dengan kata setelahnya
dan dengan ditambahkan huruf ta bila muannats.
Lihat QS: (24) ayat 7
2. Mudhaf: digabungkan dengan kata setelahnya. Yakni
untuk bilangan yang setelahnya berupa kata yang
terbentuk dari akar kata yang sama semisal

(orang yang ketiga dari tiga orang laki-laki).


Lihat QS: (58) ayat 7
Udul: kata bilangan yang polanya berubah dari bentuk
asalnya untuk suatu makna tertentu. Seperti satu satu



_ menjadi .

dari kata satu/

Lihat QS: (4) ayat 3


Athaf: yakni bilangan dengan dua kata adad yang kedua
diathafkan/disambungkan pada kata adad pertama. Yakni
bilangan 21-29, 31-39, 41-49 dan seterusnya, yakni

84 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
bilangan yang bukan genap dari pululuhan, ratusan atau
ribuan. Lihat QS: (38) ayat 23
2. Isyarah:
Definisi:.

45



isim marifat

yang menunjukkan terhadap suatu hal tertentu dengan (cara)


diisyaratkan (semisal ditunjuk).
Bentuk

Dza

a.
( ha-dza46/ini) Lil Qarib/yang ditunjuk (musyar
ilaih) dekat. Lihat QS: (11) ayat 77

( dza-ka/itu) Lil Mutawasith/yang ditunjuk (musyar


ilaih) tidak jauh dan tidak dekat. Contoh:


c. ( dza-li-ka/itu) Lil Baid/yang ditunjuk (musyar
ilaih) jauh. Lihat QS: (16) ayat 79

( _ dzih, ha-dzihi/ini) yang ditunjuk berupa kata


b.

muannats.

( huna/di sini): Lihat QS: (5) ayat 24

( Ma-dza/bagaimana ini?): Lihat QS: (5) ayat 4



( ti-l-ka/itu) Lil qarib/yang ditunjuk (musyar ilaih)
dekat dan muannats serta ada tujuan khusus dari yang
menunjuk (musyir). Lihat QS: (20) ayat 17



( ti-l-ka/itu)Lil baid/yang ditunjuk (musyar ilaih) jauh.
Lihat QS: (2) ayat 111, (2) ayat 134

( tsamma/itu) menurut mayoritas ulama, isim isyarah


ini untuk muysar ilaih yang jauh. Lihat QS: (81) ayat 21,
(26) ayat 64

Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz II, hal. 21.
. Kata ini memiliki pola tatsniyyah dan murab seperti dan

45 .
46

85 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Ulai: bisa untuk musyar ilaih jau, dekat atau sedang.


Lihat QS: (3) ayat 119
3. Mawshul:
Definisi:

.47

isim (kata penghubung) yang menunjukkan terhadap suatu


hal tertentu dengan dihubungkan pada kalimat setelahnya
yang dinamakan shilah isim mawshul.
Bentuk:

Alladzi: untuk laki-laki.

a. Mufrad
. Lihat QS: (96) ayat 4

48
b. Tastniyyah
_
. Lihat QS: (4) ayat 16







c. Jamak

. Lihat QS: (70) ayat 23

Allati: untuk perempuan.

a. Mufrad
. Lihat: (21) ayat 91



49
b. Tastniyyah _
. Contoh:
.
aku sepakat dengan mereka berdua perempuan
yang telah bersepakat (denganku).

c. Jamak


. Lihat QS: (65) ayat 4

Maa. Lihat QS: (2) ayat 32





Man. Lihat QS: (3) ayat 76

. Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz II, hal. 21.
. Bentuk kata ini murab.
49
. Bentuk kata ini murab.
47
48

86 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Al.
telah datang kepadaku
perempuan yang Zaid telah memukulnya.
4.

Istifham:
Definisi:.

50


isim yang maknanya

tidak jelas dan digunakan untuk mencari tahu terhadap suatu


hal.
Bentuk

Aina/di mana. Lihat QS: (6) ayat 22

Annaa/bagaimana bisa/bagaimana mungkin. Lihat QS:

Ayyu/mana diantara. Lihat QS: (6) ayat 19



Kaifa/bagaimana keadaan. Lihat QS: (2) ayat 28

Kam/berapa. Lihat QS: (2) ayat 211


Maa/apa. (97) ayat 2
Man/siapa.Lihat QS: (2) ayat 255

(5) ayat 75

Mata/kapan. Lihat QS: (2) ayat 214

5.

Syarth:

.51

Definisi:


isim

mabni yang menghubungkan antara dua kalimat, kalimat


pertama sebagai syarat pada kalimat kedua.
Bentuk

Ayyama/mana saja yang. Lihat QS: (28) ayat 28


Ayyan/mana saja yang. Lihat QS: (17) ayat 110

Kullama/tiap kali. Lihat QS: (3) ayat 37

Lamma/tatkala. (12) ayat 54, (12) ayat 22


Maa/apa saja yang. Lihat QS: (2) ayat 110
50
51

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 120.


. Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz I, hal. 126.

87 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Man/siapa yang. Lihat QS: (92) ayat 5 - 7


6.



kata

Dhamir/kata ganti:
52

Definisi :

ganti/dhamir
adalah
isim
makrifat
(maknanya
tertentu/khusus) yang mewakili orang pertama (mutakallim),
orang kedua (mukhathab) atau orang ketiga (ghaib).
BENTUK:
1. ORANG PERTAMA: bentuknya adalah/
-

Tunggal:

(saya) - Jamak
/ (kita/kami).

2. ORANG KEDUA
- Laki-laki (mudzakar)

a. Tunggal:
( kamu)

( kalian berdua)

c. Jamak: ( kalian)
b. Dua:

Perempuan (muannats)
a. Tunggal:
( kamu)

( kalian berdua)

c. Jamak:
( kalian)
b. Dua:

3. ORANG KETIGA
- laki-laki (mudzakar)

a. Tunggal: ( dia)

( mereka berdua)

c. Jamak: ( mereka)
b. Dua:

Perempuan (muannats)
a. Tunggal:
( dia)

( mereka berdua)

c. Jamak:
( mereka)
b. Dua:

52

. Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz II, hal 10.

88 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
B. SIFAT: Yang dimaksud sifat kata nominal mabni ini hanyalah kata
ganti, demikian karena kata ganti memiliki sifat selalu di akhir dan
bentuk katanya berubah pada saat menggantikan kata objek, subjek
atau disambung dengan kata kerja atau kata nominal lain. berikut
rinciannya:
1. INFISHAL/MANDIRI
a. SUBJEK:bentuk kata ganti yang bersifat subjek serta mandiri
adalah bentuk kata ganti di atas. Yakni, kata ganti tersebut
merupakan kata ganti subjek dan tidak tersambung dengan
kata setelah atau sebelumnya.
b. OBJEK:bentuk kata ganti yang bersifat objek ini serta mandiri
ini merupakan kata ganti subjek diatas namum berbeda
bentuk. Yaitu:
1.

2.

ORANG PERTAMA: bentuknya adalah/

Tunggal:
( ku)

Jamak


/ (kita/kami).

ORANG KEDUA
- Laki-laki (mudzakar)

a. Tunggal:
( mu)

( kalian berdua)

c. Jamak:
( kalian)
b. Dua:

Perempuan (muannats)

a. Tunggal:
( mu)

( kalian berdua)

c. Jamak:

( .kalian)
b. Dua:

3.

ORANG KETIGA
- laki-laki (mudzakar)

a. Tunggal:( nya)

( mereka berdua)

c. Jamak: ( mereka)
b. Dua:

Perempuan (muannats)

89 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
a. Tunggal:

c. Jamak:

b. Dua:


( nya)
(mereka berdua)

( mereka)

2. ITTISHAL/HARUS DISAMBUNG DENGAN KATA SEBELUMNYA:


BENTUK:
a. OBJEK/ dengan diawali kata kerja

1. ORANG PERTAMA: bentuknya adalah/

...(ku)

- Jamak .../ (kita/kami).


-

Tunggal:

2. ORANG KEDUA
- Laki-laki (mudzakar)
a. Tunggal:

...(mu)

b. Dua: ... (kalian berdua)

c. Jamak:
... (kalian)
-

Perempuan (muannats)
a. Tunggal:

... (mu)

b. Dua: ... (kalian berdua)

c. Jamak:
... (.kalian)

3. ORANG KETIGA
- laki-laki (mudzakar)

a. Tunggal: ...(nya)

... (mereka berdua)




c. Jamak: ... (mereka)
b. Dua:

Perempuan (muannats)

a. Tunggal: ... (nya)

... (mereka berdua)



... (mereka)
c. Jamak:

b. Dua:

90 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
b. DISAMBUNGKAN/MUDHAF ILAIH: dengan diawali kata
benda:
1. ORANG PERTAMA: bentuknya adalah/
-

Tunggal: ...(ku)

Jamak

.../ (kita/kami).

2. ORANG KEDUA
- Laki-laki (mudzakar)
a. Tunggal:

...(mu)

b. Dua: ... (kalian berdua)

c. Jamak:
... (kalian)
-

Perempuan (muannats)
a. Tunggal:

... (mu)

b. Dua: ... (kalian berdua)

c. Jamak:
... (.kalian)
3. ORANG KETIGA
- laki-laki (mudzakar)

a. Tunggal: ...(nya)

... (mereka berdua)




c. Jamak: ... (mereka)
b. Dua:

Perempuan (muannats)

a. Tunggal: ... (nya)

... (mereka berdua)



... (mereka)
c. Jamak:

b. Dua:

91 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
PEMBAHASAN III
BENTUK DAN SIFAT KATA HURUF
A. PENGERTIAN
Huruf dalam kalimat Arab secara keseluruhan terbagi menjadi dua
bagian, yaitu:
1.

2.

53

HURUF MABNI:.



huruf yang menjadi

bangunan kata. Huruf mabni ini adalah huruf yang menjadi


bangunan kata yang terdiri dari huruf hijaiyyah.
HURUF MAKNA/KATA HURUF/KATA SANDANG: inilah yang
dimaksud dan dituju dalam bab ini. Definidsi huruf makna
adalah:

54

tiap kata yang tidak


memiliki makna (sempurna) kecuali bersama (dengan adanya)


kata lain.
B. BENTUK:
DIAWAL KATA/AWALAN

( A=apakah/hai!)

2. ( FA=maka/kemudian/lalu)

3. ( HA=hai!)

4. (KA=seperti)
1.

( LI=untuk)

6. ( SA=akan)

55
7. ( TA=demi/tanda khusus )

8. ( YA=tanda khusus)
5.

( BI=demi/pada/dengan)

10. ( LA=sungguh/tanda khusus)


11. ( WA=dan/demi)
9.

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz III, hal, 748.


. Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz I, hal. 18.
55
. Dibahas setelahnya
53
54

92 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
12.

( AL=Tanda khusus)

56

DI AKHIR KATA/AKHIRAN
1. Nun tawkid: nun yang terletak diakhir kata kerja yang
berfungsi untuk memperkuat makna yang terdapat pada
kata kerja tersebut sekaligus menjadikan Irabnya jazm.
a. Tsaqilah: nun tawkid yang harakatnya ditasydid serta
masuk pada tiap perubahan (tashrif lughawi) fiil
mudhari.
b. Khafifah: nun tawkid yang harakatnya disukun (bila
waqaf berubah menjadi alif, dan bila didepan berupa
nun
lain
yang
harakatnya
mati
maka
diidghamkan/digabungkan hingga terlihat tsaqilah). Nun
tawkid ini hanya masuk pada fiil mudhari yang mufrad
dan jamak mudzakar.
2. Nun wiqayah: Nun yang terletak sebelum dhamir muttashil
untuk orang pertama tunggal.
3. Wawu Fashilah: wawu yang memisahkan antara dua
dhamir/dhamir dan nun wiqayah.
4.

Ha Isyba (Saktah):


.57 .

Huruf ha mati yang bertemu beberapa kata (di akhir)


kalimat pada saat waqaf.Waqaf adalah:

.58 memotong ucapan pada huruf


akhir kata. Lihat QS: (101) ayat 10

C. SIFAT: Pada dasarnya, kata huruf tidak hanya memiliki sifat tetapi
juga memiliki fungsi dan bentuk tulisannya, baik dalam Alquran
maupun tidak. Untuk pegelompokan fungsi dibahas dalam buku
nahwu karena fungsi kata huruf sangat erat hubungannya dengan
nahwu dan banyak istilah yang tidak mudah dipahami sebelum
memahami nahwu terlebih dahulu. Dengan demikian, di sini kata
huruf disebutkan secara global dengan tidak memandang fungsinya.
Berikut ini (pada halaman berikutnya) pengelompokan sifat huruf:
56

. Dalam hal ini memasukkan kata ganti yang merupakan kata nominal, demikian agar
mempermudah kata pokok.
57
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz III, hal, 763.
58
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 332.

93 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
INFISHAL/TERPISAH/MANDIRI DAN TIDAK HARUS DISAMBUNG:
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

BENTUK
HURUF

ARTI
hingga
Tetapi
sesungguhnya
agar/mudahmudahan

NO
22
23
24

Belumlah/ketika

25

kapan-kapan

26

jika tidak/atau

27

adapun

28

belumlah/tidaklah

29

ke

30

ALAA=atas

31

RUBBA=banyak

32

sungguh/sesungguh
nya
sungguh/sesungguh
nya

33
34

mudah-mudahan

35

mudah-mudahan

36

tidakkah/belumlah?

37

kemudian/lalu

38

tetapi

39

ingatlah

40

akan

41

kapan

BENTUK
HURUF

ARTI
benar/ia
bila demikian
ia/benar
wahai/hai!
dari/dari
pada/bagian dari
dari
di dalam/pada
tidak akan
tidaklah
atau
atau
agar/untuk/supay
a/bahwa
jika
tidak/janganlah
tidak
jika/andai
apakah
bahkan/tetapi
ia/benar
agar/supaya

94 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
ITTISHAL/HARUS TERSAMBUNG: bentuknya adalah kata
sandang yang bersifat awalan di atas. Sifat ini adalah untuk
huruf yang berbentuk selain awalan dan bersifat mandiri. Di
bawah ini adalah bentuk-bentuk huruf tersebut pada saat harus
disambung dengan kata lain:
Di awal kata:
1.
2.
3.
4.

5.

6.

( LAM) bila setelahnya berupa seperti

( AM) bila setelahnya berupa


seperti

( KAY) bila setelahnya berupa kata
( YAA) bila setelahnya berupa seperti

dengan alif terbuang.

( MIN) bila setelahnya berupa atau dhamir

yang bersifat ittishal/sambung seperti atau ,


dan lain-lain.

( AN) bila setelahnya berupa atau dhamir

yang bersifat ittishal/sambung seperti

7.

8.

atau

, dan lain-lain.
( FI) bila setelahnya berupa atau dhamir yang

bersifat ittishal/sambung seperti atau ,

dan lain-lain.

( ILAA): bila setelahnya berupa dhamir yang


bersifat ittishal/sambung seperti , dan
lain-lain.

( LAW) bila setelahnya berupa atau seperti


dan

10.
( IN)bila setelahnya berupa seperti dengan
9.

nun terbuang.

95 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Di akhir kata:
1.

2.

( LAA) bila terletak setelah


seperti , atau


terletak setelah
seperti , atau setelah

seperti
( MAA) bila terletak setelah
-
seperti
-
seperti

-
seperti

-
seperti

- seperti
seperti
-



-
seperti kalimat

tunggulah aku sekiranya aku akan datang.

3.

seperti

( NNA) huruf ini selalu terletak setelah kata kerja


seperti:


Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang
sesuatu: "Sesungguhnya Aku akan mengerjakan ini
besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya
Allah. QS: (18) ayat 23 - 24

96 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
NAHWU

Ilmu tentang bahasa Arab adalah sarana untuk menjaga lidah dan tulisan
dari kesalahan. Cabang keilmuan ini terbagi menjadi tigabelas jenis ilmu,
sharaf, nahwu, rasm (teori menulis) maani, bayan, badi (sastra) arudh,
qawafi, qardhu asyir, inysa (teori pembuatan kalimat syair dll), khithabah,
(teori mengungkap kepahaman terhadap teks lewat lisan), tarikhul adab
(sejarah keilmuan) dan matnullughah (kosa kata). Sedangkan yang
terpenting dari seluruh jenis ilmu ini adalah Sharaf dan Nahwu (Musthafa
Alghalayani, Jamiuddurus Al Arobiyyah).

97 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
PEMBAHASAN UMUM
A. PENGERTIAN:
1. DEFINISI:

.59

kaidah untuk mengetahui keberadaan (makna sempurna) tiap


kata dalam kalimat

)hingga kesempurnaan makna( dalam

beberapa susunan kalimat dapat dimengerti, serta untuk


mengetahui perubahan akhir kata serta tatacara dalam
perubahannya.
2.

FAIDAH:
Dalam nahwu, hanya dibahas tentang irab
(perubahan di akhir kata) yang bentuk perubahannya hanya
ada empat macam, yakni rafa, nashab, jar dan jazm. Namun
pada hakikatnya, perubahan tersebut ditentukan oleh
keberadaan suatu kata dalam susunan kalimat hingga status
irab dalam susunan kalimat bisa diketahui untuk mengetahui
makna secara sempurna. Demikian sebab bila tidak mengerti
status Irab sebuah kata dalam kalimat, susunan kalimat tidak
bisa dipahami makna dan tujuannya, sebaliknya tidak mengerti
dengan susunan kalimat, perubahan tiap akhir kata tidak bisa
dipahami, bahkan bila salah menilai dan mengerti perubahan
harakat akhir sebuah kata dalam kalimat maknanya bisa
berubah jauh dari yang benar. Asyaikh Muhamad ibn Ahmad
ibn Abdul Baar Al-Ahdal mengatakan:

59

. Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz I, hal 17.

98 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I




,



.60

Faidah dari Ilmu Nahwu adalah mengerti dengan susunan


kalimat, agar terhindar dari kesalahan dalam memahaminya
dan puncaknya adalah agar bisa memahami makna-makna
Kalamullah dan Rasul-Nya yang ini dapat mengantarkan
seseorang untuk menggapai kebahagiaan dunia akhirat. Oleh
sebab itu, wajib mempelajarinya (terutama bagi yang
mempelajari Quran dan Hadits) agar bisa memahami
keduanya, dan sebaiknya mendahulukan ilmu nahwu dari ilmuilmu yang lain. Demikiansebab kalam (susunan kalimat) tidak
bisa dipaham dengan benar tanpa ilmu nahwu bahkan
terkadang sama sekali tidak bisa dipahami.
3.

JUMLAH: jumlah adalah susunan kalimat dari berbagai kata.


Dalam hal ini jumlah terbagi dalam dua bagian:

Definisi:
tiap

1. Jumlah Mufidah/kalimat sempurna

61

kalimat yang tersusun dari dua kata atau lebih dan


memiliki makna sempurna.

jumlah yang

diawali dengan kata nominal".



2. Filiyyah:
tiap jumlah yang diawali
Bentuk:

1. Ismiyyah:

dengan kata kerja.


Dua bentuk/kalimat semprna tersebut terbagi
dalam tiga kelompok:
1.

Khabariyyah

62

jumlah yang memuat (makna) yang mungkin


benar dan mungkin tidak".
. Muhamad ibn Ahmad ibn Abdul Baar Al-Ahdal, Al-Kawakib Al-Durriyyah, hal. 5.
. Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al Arabiyyah. Juz I, hal 19.
62
. Addamanhuri, Hilyatu Allubb Almashun, hal.115.
60
61

99 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
2.

63

Isnsyaiyyah :

jumlah yang tidak memuat (makna) yang


mungkin benar dan mungkin tidak".
3.

64

Thalabiyyah :

kalimat yang menunjukkan makna


tuntutan terhadap hal yang tidak ditemukan
pada waktu (pengucapan kalimat) itu".

2. Syibhul Jumlah/ tiap kalimat yang terbentuk dari kata dzaraf


yang disambung dengan kata setelahnya atau dari kata
yang dijarkan oleh huruf (jar).
4.

65
. perubahan (dari satu harakat ke harakat lain,

IRAB:

Definisi:

atau huruf jadi huruf lain dan atau keberadaan satu huruf
dan terbuangnya) yang perubahan itu terdapat di akhir
kata, disebabkan (pengaruh) amil/posisi kata dalam
kalimat, baik berubah secara lafdziyyah/tampak maupun
hanya diperkirakan (karena akhir kata berbentuk huruf
alif, wawu atau ya. Yang wawu/ya berkarkat dhammah
atau kasrah).
Bentuk:
1. Rafa: perubahan akhir kata dengan tanda harakat
dhammah

)_ ( atau wawu beserta nun yang difathah )


+(
atau alif )+ ( atau nun )(.

63

. Asyyaikh Addamanhuri, Hilyatu Allubb Almashun, hal.115.


. Asyyaikh Addamanhuri, Hilyatu Allubb Almashun, hal.116.
65
. Asyaik Ashanhaji, Matan Alajrumiyyah, bab Irab.
64

100 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
2.

Nashab: perubahan akhir kata dengan tanda harakat


fathah_)
( atau alif) (atau ya beserta nun yang

3.

dikasrah )
+
( atau membuang nun )(

Jar/khafadh: perubahan akhir kata nominal dengan


tanda harakat kasrah _)
(atau ya dan nun yang

4.

dikasrah )
+
( atau harakat fathah )_( .

Jazm: perubahan akhir kata kerja dengan tanda


harakat sukun)_
( atau membuang nun
membuang huruf ilat wawu, alif, ya

B.

)(atau

), ,(.

TANDA IRAB DAN PELETAKANNYA


1.

Secara kesuluruhan, tanda irab terbagi dalam dua kelompok:


Harakat:
1. Dhammah (tanda utama untuk rafa)
2. Fathah (tanda utama untuk nashab)
3. Kasrah (tanda utama untuk jar/khafadh)
4. Sukun (tanda utama untuk jazm)

2.

Huruf: baik keberadaan atau terbuangnya huruf:


1. Wawu
2. Alif
3. Ya, dan
4. Nun
Masing-masing dari tanda irab tersebut bertempat pada tiap
66
kata yang akhir katanya dapat berubah (bukan kata mabni) ,
baik berupa isim ataupun fiil. Sementara huruf baik mandiri,
tidak madniri, athil maupun maani, semuanya mabni (tidak bisa
diirabi). Letak tanda irab seperti jumlah irabnya terbagi dalam
empat bagian:
a. Rafa:
1. Dhammah : tanda ini terletak pada kata:
Isim mufrad

. Bila berbentuk kata mabni, akhir kata tidak berubah, tetapi status irabnya saja yang
dikatakan berubah.
66

101 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Jamak taksir
Jamak muannats salim

2.

Fiil mudhari yang akhir katanya tidak terdapat


tambahan nun/afal khamsah (mudhari untuk
objek tunggal, selain orang kedua tunggal
perempuan).
Wawu+nun: tanda ini terletak pada kata:
Jamak mudzakar salim

3.

Isim lima.
Alif+nun: tanda ini terletak pada kata:

4.

Isim Tastniyyah.
Nun: tanda ini terletak pada kata:
Fiil mudhari yang akhir katanya terdapat
tambahan nun (mudhari untuk objek dua, dan
jamak selain jamak untuk perempuan karena
mabni sukun).

b.

Nashab:
1. Fathah: tanda ini terletak pada kata:
Isim mufrad
Jamak taksir

2.

Fiil mudhari yang akhir katanya tidak terdapat


tambahan (mudhari untuk objek tunggal, selain
orang kedua tunggal perempuan).
Alif: tanda ini terletak pada kata:

3.

Isim lima
Kasrah: tanda ini terletak pada kata:

4.

Jamak muannats salim


Ya: tanda ini terletak pada kata:
Isim tatsniyyah.

5.

Jamak mudzakar salim.


Membuang nun: tanda ini terletak pada kata:
Fiil mudhari yang akhir katanya terdapat
tambahan nun/afal khamsah (mudhari untuk
objek dua, dan jamak selain jamak untuk
perempuan karena mabni sukun).

102 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
c.

Jar/khafadh:
1. Kasrah: tanda ini terletak pada kata:
Isim mufrad munsharif
Jamak taksir munsharif
2.

Jamak muannats salim


Ya: tanda ini terletak pada kata:
Isim tastniyyah
Isim lima

3.

Jamak mudzakar salim


Fathah: tanda ini terletak pada kata:
Isim ghairu munsharif, baik berupa mufrad
67
ataupun jamak .

d.

C.

Jazm:
1. Sukun: tanda ini terletak pada kata:

2.

Fiil mudhari yang akhir katanya tidak terdapat


tambahan (mudhari untuk objek tunggal, selain
orang kedua tunggal perempuan) dan tidak
bebentuk huruf ilat (wawu, alif atau ya).
Membuang nun: tanda ini terletak pada kata:

3.

Fiil mudhari yang akhir katanya terdapat


tambahan nun/afal khamasah (mudhari untuk
objek dua, dan jamak selain jamak untuk
perempuan karena mabni sukun).
Membuang huruf ilat: tanda ini terletak pada kata:

Fiil mudhari yang akhir katanya bebentuk huruf


ilat (wawu, alif atau ya).
MURAB: yakni kata baik berupa kata kerja maupun kata nominal,
yang huruf di akhir kata tersebut berubah dengan tanda perubahan
(Irab) yang jumlahnya ada empat seperti tersebut di atas yang
perubahan tersebut dipengaruhi oleh amil (huruf atau posisi kata
tersebut dalam kalimat).

. Ketika tastniyyah ditandai dengan ya seperti yang munsharif. Ketentuan isim ghairu
munsharif ditandai dengan fathah pada saat jar ini bila isim ghairu munsharif tersebut tidak
dimasuki huruf al atau disambungkan dengan kata setelahnya. Bila isim ghairu munsharif
dimasuki al atau dissambbungkan kata sesudahnya maka irab jarnya sama dengan isim
munsharif.
67

103 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Kata Murab ini adalah:
berbentuk kata nominal: Perhatikan harkat akhir lafadz jalalah
pada ayat di bawah ini:



QS: (42) ayat 8

( 27) ayat 63




( 33) ayat 55

berbentuk kata kerja: seluruh fiil mudhari yang berdhamir


tunggal dan akhir katanya tidak berupa huruf ilat. Perhatikan

pada ayat di bawah ini: QS: (11) ayat 36





QS: (2) ayat 232


QS: (2) ayat 232


QS: (64) ayat 9

huruf akhir kata


D.

MABNI: tiap kata baik berupa kata kerja maupun kata nominal atau
yang lain, harakat pada huruf di akhir kata tidak berubah walau
dimasuki amil apapun atau dalam posisi manapun dalam kalimat.
Kata mabni ini adalah:
Bila berbentuk kata nominal: tiap kata yang huruf akhirnya
berupa huruf alif, wawu atau ya yang masing-masing dari wawu
atau ya tersebut tidak berupa harakat fathah. Perhatikan kata
pada ayat berikut:

QS: (46) ayat 30




QS: (32) ayat 23
Kata kerja
1. Seluruh fiil madhi, dengan hukum sebagai berikut:

Mabni fathah, bila berdhamir tunggal, untuk orang ketiga


(ghaib) laki-laki dan berdhamir tatsniyyah.
Perhatikan:


.

QS: (19) ayat 41

QS: (21) ayat 30

104 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Mabni dhammah, bila berdhamir orang ketiga (ghaib)
untuk jamak laki-laki. Perhatikan:

(47) ayat 2
Mabni sukun, bila berdhamir untuk orang ketiga (ghaib)
jamak perempuan, dan seluruh fiil madhi yang berdhamir
untuk orang pertama dan orang kedua. Perhatikan ayat
berikut:
QS: (2) ayat 34, (12) ayat 31. Untuk contoh lain silahkan
cari di dalam Alquran.

2. Seluruh fiil amar, dengan hukum jazm. Ketentuannya sebagai


berikut:
Mabni sukun, bila berbentuk mufrad untuk laki-laki dan
huruf akhirnya tidak berupa huruf ilat.
Mabni dengan membuang huruf ilat, bila berbentuk
mufrad untuk laki-laki dan huruf akhirnya berupa huruf
ilat.
Mabni dengan membuang nun, bila berbentuk mufrad
untuk perempuan, jamak dan tatsniyyah baik untuk
perempuan maupun laki-laki.
Semua kata huruf

105 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
E.

CONTOH IRAB SURAT AL FATIHAH


Irab

Tanda
Irab

Jar

Kasrah

Jar

Kasrah

Jar

Kasrah

Jar

Kasrah

Rafa'

Dhammah

Jar

Kasrah

Jar

Kasrah

Jar

Ya

Jar

Kasrah

Jar

Kasrah

Jar

Kasrah

Nashab

Fathah
tersimpan

Rafa'

Dhammah

Nashab

Fathah
tersimpan

Lafdz

Sebab
Isim mufrad dimasuki "bi"
Isim Mufrad disambungkan
dengan kata sebelumnya
Isim mufrad menjadi sifat
bagi kata yang dijarkan
(kata Allahi)
Isim mufrad menjadi sifat
bagi kata yang dijarkan
(kata Allahi)
Isim mufrad, menjadi
permulaan kalimat
(mubtada)
Isim mufrad dimasuki "li"
Isim mufrad menjadi sifat
bagi kata yang dijarkan
(lillaahi)
Isim yang sama dengan
Jamak laki-laki,
disambungkan dengan kata
sebelumnya
Isim mufrad dan menjadi
sifat bagi kata sebelumnya
Isim mufrad dan menjadi
sifat bagi kata sebelumnya
3 kata, masing-masing kata
pertama menjadi sifat bagi
kata sebelumnya dan
setelahnya disambungkan
dengannya
menjadi objek bagi kata
kerja setelahnya, dan
berbentuk kata Jamid
Mabni (Dhamir Munfashil)
Tidak terdapat huruf yang
menashabkan atau
menjazmkan
menjadi objek bagi kata
kerja setelahnya, dan

106 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Rafa'

Dhammah

Jazm

Membuang
"ya"

Nashab

Fathah
tersimpan

Nashab

Fathah

Nashab

Fathah

Nashab

Fathah

Jar

Kasrah
tersimpan

Jar

Kasrah
tersimpan

Jar

Kasrah
tersimpan

Jar

Kasrah

Jar

Kasrah
tersimpan

Jar

Ya

berbentuk kata Jamid


Mabni (Dhamir Munfashil)
Tidak terdapat huruf yang
menashabkan atau
menjazmkan
Berupa Fiil Amr (kata
perintah) dan akhir kata
berupa huruf 'ilat
menjadi objek bagi kata
kerja setelahnya, dan
berbentuk kata Jamid
Mabni (Dhamir Munfashil)
Isim mufrad dan menjadi
objek
menjadi sifat bagi kata
sebelumnya yang
dinashabkan (Shirath)
Menjadi kata badal (kata
yang semakna dengan kata
sebelumnya)
disambungkan dengan kata
sebelumnya dan berbentuk
kata jamid mabni (isim
mawshul/kata
penghubung)
menjadi sifat bagi kata
sebelumnya yang
dinashabkan dan berbentuk
kata yang mabni (fiil madhi)
dimasuki huruf "ala" dan
berbentuk kata jamid
mabni (dhamir muttashil)
2 kata, yang pertama
menjadi sifat bagi kata
sebelumnya yang dijarkan
(dhamir) dan yang kedua
disambungkan
dimasuki huruf "ala" dan
berbentuk kata jamid
mabni (dhamir muttashil)
di 'athafkan (disambungkan
dengan huruf "wawu")
dengan kata yang dijarkan
(Maghdhubi)

107 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
PEMBAHASAN I
FUNGSI KATA
68
A. HURUF
1. SATU HURUF
a. Amil: yakni mempengaruhi Irab pada akhir kata yang
dimasukinya sesuai dengan sifat huruf ini yang telah
dibahas dalam Buku II.
A" " Bila dijadikan sebagai alat untuk Munada

wahai Karim.

(menposisikan orang ketiga menjadi orang kedua


dengan cara dipanggil). Contoh:

Fa "
"

Athaf: Fa yang digunakan sebagai huruf


penghubung antara satu kata/kalimat dengan
kata/kalimat sebelumnya agar status irab dan
hukum hadats (pekerjaan)nya sama. Contoh:
QS: 82 ayat 7"

Sababiyyah: fa yang menandakan bahwa


kalimat yang dimasukinya adalah sebuah sebab
terjadinya hal yang ada pada keterangan kalimat
sebelumnya. Dan fa ini harus didahului
thalab yakni perintah murni atau larangan.
Lihat QS: (20) ayat 81 dan (28) ayat 15

68

Jawab: fa yang digunakan sebagai huruf


penghubung dengan kalimat sebelumnya
sekaligus menunjukkan bahwa kalimat yang
dimasukinya merupakan jawab dari kalimat
sebelumnya yang megandung makna syarat.
QS: (3) ayat 31

. Yang dimakud di sini adalah huruf kata seperti telah diterangkan di bagian sharaf.

108 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Ka "
"

Jar: huruf yang menjadikan kata yang


dimasukinya dikasrah (berstatus Irab jar tanda
utamanya kasrah). Lihat QS: (2) ayat 183

Li"
"

Jar.
1. Bermakna Istihqaq: kata yang dimasuki li
merupakan hak milik bagi mutaallaq (kata
yang dihubungkan) dengan li. Contoh: QS:
1 ayat 2:
2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Istikhshash: kata yang dimasuki li


merupakan
hal
yang
mendapatkan
kekhushusan pada makna kata mutaallaq
(kata yang dihubungkan) dengannya. Lihat
QS: (109) ayat 6

Muradifah ala: huruf li menyerupai huruf


alaa dalam arti Istila diatas. Lihat QS:
(17) ayat 107, (17) ayat 109
Muradifah fii: huruf li menerupai huruf fi
dalam arti dzarfiyyah (di dalam/pada. Lihat
QS: (21) ayat 47
Muradifah ila: huruf li menyerupai huruf
ila dalam arti intiha (sampai, kepada atau
sampai). Lihat QS: (99) ayat 5
Milki: kata yang dimasuki li merupakan hal
atau orang yang memiliki mutaallaq (kata
yang berhubungan) dengannya. Lihat QS: (2)
ayat 284
Syibih milki: kata yang dimasuki li
merupakan hal atau orang yang memiliki
mutaallaq tetapi dengan kepemilikan tidak
sempurna. Lihat QS: (12) ayat 78
Tabligh: kata yang dimasuki li merupakan
letak tujuan makna yang terkandung dalam
mutaallaq.

Lihat QS: (39) ayat 5, seperti



109 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
9.

Talil: kata yang dimasuki li merupakan


sebab atau alasan terwujudnya hadats
(pekerjaan atau hal) yang terdapat dalam
mutaallaq. Lihat QS: (4) ayat 105
10. Zaidah: huruf li sebagai tambahan dan
pelengkap dan biasanya bermakna tawkid
(menguatkan makna yang terkandung dalam
kalimat yang bersangkutan). Lihat QS: (12)
ayat 43
Jazim: li yang masuk pada fiil mudhari dan
menjadikan fiil mudhari dibuang harakat
terakhirnya (disukun), dibuang nun atau huruf
terakhirnya (bila akhir katanya terdapat
tambahan alif-nun, wawu-nun atau huruf wawu,
alif dan atau ya). Lihat QS: (35) ayat 6
Nashib: li yang masuk pada fiil mudhari dan
menjadikan fiil mudhari difathah huruf
terkhirnya dibuang nun atau huruf terakhirnya
(bila akhir katanya terdapat tambahan alif-nun,
wawu-nun atau huruf wawu, alif dan atau ya).
Lihat QS: (14) ayat 51

Sa"
"

Ta"

Tansif: huruf yang masuk pada fiil mudhari dan


berarti bahwa makna pekerjaan yang terdapat
pada fiil mudhari tersebut terjadinya masih
lama. Lihat QS: (111) ayat 3

"

Ya" "

Bi "

Qasam: kata yang dimasuki ta adalah kata yang


dijadikan sebagai landasan qasam (sumpah). Dan
qasam dengan ta hanya terdapat dalam satu
kata, yakni Allah. Lihat QS: (37) ayat 56
Munada:
alat
yang
digunakan
untuk
memanggil/menyapa dan kata yang dimasukinya
dinamakan munada (yang dipanggil/sapa). Lihat
QS: (2) ayat 55

" Semuanya huruf jar.

110 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Alat: kata yang dimasuki bi merupakan alat yang


digunakan untuk mewujudkan pekerjaan yang
terdapat pada makna kata sebelumnya. Seperti:

Ilshaq: kata yang dimasuki bi secara maknawi


atau lahir bertemu dengan makna kata kerja yang
berhubungan dengannya (mutaallaq).
Lihat QS: (5) ayat 6
iwadh: kata yang dimasuki bi berupa pengganti
dari makna kata yang berhubungan dengannya
(mutaallaq). Lihat QS: (2) ayat 86
Khusus: Bi pada kalimat Basmalah.
Muradifah An: bi yang maknanya menyerupai
huruf an dalam arti mujawazah (dari).
Lihat QS: (25) ayat 59
Muradifah fi: bi yang maknanya menyerupai
huruf fi dalam arti dzarfiyyah (di, pada, dan
semisalnya). Lihat QS: (3) ayat 123
Muradifah ila: bi yang maknanya menyerupai
huruf ilaa dalam arti ghayah (sampai, kepada
dan semisalnya). Lihat QS: (12) ayat 100
Muradifah min: bi yang maknanya menyerupai
huruf min dalam arti ibtida (dari).
Lihat QS: (5) ayat 6
Mushahabah: makna kata yang dimasuki bi
bersamaan dengan makna pekerjaan yang
terdapat dalam mutaallaq. Lihat QS: (15) ayat 46
Qasam: kata yang dimasuki bi adalah kata yang
dijadikan sebagai landasan qasam (sumpah).
Lihat QS: (9) ayat 42
Sababiyyah: kata yang dimasuki bi merupakan
sebab terwujudnya makna pekerjaan dalam
mutaallaq. Lihat QS: (2) ayat 54
Tadiyyah: bi yang membantu kata kerja pasif
agar menjadi aktif, dan bi diletakkan pada
objeknya. Lihat QS: (2) ayat 17

111 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Zaidah: bi yang berfungsi sebagai huruf jar dan


tidak memiliki arti khusus. Lihat QS: (4) ayat 45,
(41) ayat 46

La"
"

Wa" "

69
70

Jar (bila masuk pada dhamir muttashil).


Lihat QS: (4) ayat 11
Ibtida: la yang masuk pada khabar inna atau
anna atau objek pada susunan kalimat
69
nominal . Lihat QS: (15) ayat 79
Jawab: kata yang dimasuki la adalah jawab dari
kalimat syarat sebelumnya. Lihat QS: (7) ayat 96
Jawab qasam: kata yang dimasuki la
merupakan jawab qasam (perka yang
disumpahkan) dari kalimat qasam yang
bersangkutan. Lihat QS: (34) ayat 3
Mawthiah:




.70

tiap la yang masuk pada perangkat syarat


untuk menunjukkan bahwa jawab setelahnya
adalah jawab untuk qasam terbuang yang dikirakirakan berada sebelumnya dan bukan jawab
untuk syarat (yang dimasuki la tersebut.
Lihat QS: (7) ayat 18
Athaf: wawu yang digunakan sebagai huruf
penghubung antara satu kata/kalimat dengan
kata/kalimat sebelumnya agar status irab dan
hukum hadats (pekerjaan)nya sama.
Lihat QS: (67) ayat 2
Haliyah: kata yang dimasuki wa menunjukkan
kondisi atau keadaan terjadinya hadats

. Jamaludin bin Hisyam Alanshari, Mughni Labib, bab I, hal, 224.


. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz III, hal, 763.

112 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
(pekerjaan) yang terdapat pada kalimat
sebelumnya. Lihat QS: (4) ayat 43
Istinaf/ibtida: kata yang dimasuki wa adalah
permulaan kalimat. Lihat QS: (15) ayat 4
Qasam: kata yang dimasuki wa adalah kata
yang dijadikan sebagai landasan qasam
(sumpah). Lihat QS: (85) ayat 1

b.

Athil: yakni tidak mempengaruhi Irab pada akhir kata yang


dimasukinya sesuai dengan sifat huruf ini yang telah
dibahas dalam Bab Kata Sandang.
A

Istifham: huruf yang digunakan untuk bertanya


dan biasanya masuk pada kata nominal dan
huruf mandiri. Lihat QS: (35) ayat 8
Taswiyyah: huruf yang bermakna sama-saja,
artinya sama antara dua makna kalimat

setelahnya. Yaitu hamzah ( ) yang terletak


setelah kata sawaun

)( . Seperti dalam

firmanNya:

Sama saja bagi mereka Apakah kamu memberi


peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak
memberi peringatan kepada mereka, mereka
71
tidak akan beriman.

Ha" "

Tanbih (huruf yang bermakna mengingatkan,


tetapi biasanya tidak diartikan. Hakikatnya untuk
menunjukkan bahwa kata yang dimasukinya
mengandung arti yang perlu diingat oleh
mukhathab/orang yang diajak bicara). Huruf ini
masuk pada isim isyarah

71

. QS: Yasin: 10.

seperti
atau

113 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
c.

Khusus menjadi akhiran

Saktah: yaitu bila terletak pada akhir kata yang


dijadikan tempat waqaf (pemberhentian
bacaan). Lihat QS: (69) ayat 19, (69) ayat 25

Nun tawkid khafifah: yakni nun yang disukun


dan masuk pada kata kerja Mudhari dan
berfungsi menguatkan makna kata kerjanya.Dan
nun ini terkadang diganti dengan alif.

Ketahuilah, sungguh jika Dia tidak berhenti


(berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun72
ubunnya. Kata yang bergaris bawah adalah
kata kerja yang dimasuki Nun Tawkid Khafifah

dan danti dengan alif. Bila tidak diganti

berbentuk

NI

Nun wiqayah: Nun yang terletak sebelum dhamir


muttashil untuk orang pertama tunggal.
Lihat QS: (2) ayat 186

2.

72
73

Wawu Fashilah: wawu yang memisahkan antara


dua dhamir/dhamir dan nun wiqayah.
Lihat QS: (7) ayat 150

DUA HURUF ATAU LEBIH:


a. Amil:
73
Jar : huruf yang menjadikan status Irab (harakat
terakhir)
kata
yang
dimasukinya
menjadi
majrur/dijarkan dan ditandai dengan tanda Irab jar.
Masing-masing dari huruf jar memiliki makna dan arti

. QS: Alalaq: 15.


. Huruf jar yang lain dibahas dalam kata huruf yang berbentuk satu huruf.

114 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
beraneka macam sesuai dengan tuntutan kalimat
dimana huruf ini berada:
1.

Min

Badal: kata yang dimasukinya berarti


tergantikan oleh makna kata sebelumnya.
Bayan: kata yang dimasukinya sebagai penjelas
dari kata sebelumnya. Lihat QS: (9) ayat 38
Ibtida: kata yang dimasukinya merupakan
permulaan pada makna kalimat yang
berhubungan. Contoh:

Muradifah Alaa: bermakna istila/diatas


seperti pada huruf alaa. Lihat QS: (21) ayat 77
Muradifah An: bermakna mujawazah/dari
seperti pada huruf an. Lihat QS: (39) ayat 22
Muradifah Bi: bermakna dengan seperti pada
huruf bi. Lihat QS: (42) ayat 45
Muradifah Fi: bermakna dzarfiyyah/di
dalam/di/pada seperti pada huruf fii.
Lihat QS: (35) ayat 40
Fashl/tamyiz:
yaitu
menandakan
kata
setelahnya berbeda hukum dengan kata
sebelumnya. Lihat QS: (2) ayat 220
Tabidh: bermakna sebagian.
Lihat QS: (3) ayat 92
Tadiyyah: berfungsi untuk menjadikan kata
yang bersifat intransitife menjadi transitif.
Talil: kata yang dimasuk min merupakan
alasan terjadinya hadats pekerjaan pada
makna kalimat yang berhubungan dengannya.
Lihat QS: (71) ayat 25
Tawkid: kata yang dimasuki min merupakan
penguat pada makna kalimat/kata yang
berhubungan. Lihat QS: (35) ayat 3

115 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
2.

Ilaa
Ghayah makaniyyah: kata yang dimasukinya
merupakan pangkal dari makna kalimat yang
berhubungan, dan berbentuk tempat.
Lihat QS: (17) ayat 1
Ghayah zamaniyyah: kata yang dimasukinya
merpakan pangkal dari makna kalimat yang
berhubungan, dan berbentuk masa.
Lihat QS: (2) ayat 187
Maiyyah: ilaa yang bermakna bersama.

Seperti:

Muradifah Fii: menyerupai huruf fii dalam


arti dzarfiyyah/di dalam/di/pada.
Lihat QS: (4) ayat 87
Muradifah Li: menyerupai huruf li dalam
makna lil milki/untuk. Lihat QS: (27) ayat 33

3.

An

Badal: kata yang dimasukinya berarti


tergantikan oleh makna kata sebelumnya.
Lihat QS: (2) ayat 48
Mujawazah: an yang berarti dari.
Lihat QS: (19) ayat 46
Muradifah Alaa: menyerupai huruf alaa yang
berarti istila/diatas seperti pada huruf
alaa. Lihat QS: (47) ayat 38
Muradifah
Bada:
menyerupai
kata
bada/setelah. Lihat QS: (23) ayat 40
Muradifah Bi: bermakna dengan seperti pada
huruf bi. Lihat QS: (53) ayat 3
Muradifah Janib: menyerupai kata janib/di
samping/di dekat.
Muradifah Min: menyerupai huruf min.
Lihat QS: (9) ayat 104
Talil: kata yang dimasuk min merupakan
alasan terjadinya hadats pekerjaan pada

116 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
makna kalimat yang berhubungan dengannya.
Lihat QS: (9) ayat 114
4.

Fii
Dzarfiyyah:kata yang dimasuki fii merupakan
tempat bagi makna yang dihubungkan
dengannya. Lihat QS: (30) ayat 2 -3
Muqayasah: kata yang dimasukinya adalah
perbandingan dalam makna kata yang
berhubungan dengannya. Seperti:

Mushahabah: fii yang bermakna bersama.


Yakni makna kata yang dimasukinya
merupakan
makna
yang
terjadi/bentuk/sifatnya bersamaan dengan
makna kata yang berhubungan dengannya.
Lihat QS: (7) ayat 38
Tawkid: yakni kata yang dimasukinya
merupakan penguat makan kata yang
berhubungan dengannya. Seperti:

Talil: yaitu makna kata yang dimasukinya


menunjukkan alasan/sebab terjdinya makna
kata yang berhubungan dengannya.
Lihat QS:( 24) ayat 14
Muradifah ala: yaitu memiliki arti sama dengan
huruf Ala. Lihat QS: (20) ayat 71
Muradifah bi: yakni memilliki arti sama dengan
huruf Bi. Lihat QS: (42) ayat 11
Muradifah ilaa: yaitu memiliki arti sama dengan
huruf Ilaa. Lihat QS: (14) ayat 9
Muradifah min: yaitu memiliki arti sama
dengan huruf Min. Lihat QS: (4) ayat 5
5.

Alaa
Isim fiil amar: alaa yang berarti perintah.
Istilaa: bermakna di atas.

117 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Lihat QS: (23) ayat 22
Muradifah An: menyerupai huruf an dalam
arti mujawazah/dari. Seperti

Muradifah Bi: bermakna dengan seperti pada


huruf bi. Seperti:

Muradifah Min: menyerupai huruf min dalam


makna tabidh/sebagian dari. Lihat QS: (83)
ayat 2
Mushahabah: bermakna bersama.
Lihat QS: (2) ayat 177
Talil: kata yang dimasuk min merupakan
alasan terjadinya hadats pekerjaan pada
makna kalimat yang berhubungan dengannya.
Lihat QS: (2) ayat 185



6.

Rubba74: bermakna seringkali/terkadang.



Contoh:
banyak orang
yang membaca
melaknatnya.

7.

Alquran

tetapi

Alquran

itu

Hatta (hingga/sampai): masuk pada kata


nominal. Lihat QS: (97) ayat 5
75

Nasikh : huruf yang masuk pada susunan Mubtada dan


Khabar (jumlah nominal), serta menasikh (mengubah)
harakat terakhir pada kata setelahnya. Dalam hal ini
hanya dibahas Nasikh yang menjadikan mubtada
dinashabkan dan khabarnya dirafakan. Sementara amil
nasikh yang lain dibahas dalam Fungsi Khusus bagi kata
kerja agar lebih mudah dipahami.

74
75

. Menurut ulama Bashrah, (Mughni Labib, hal, 136).


. Nasikh yang lain dibahas dalam nahwu.

118 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

1. Inna:

(sesungguhnya).

Berfungsi

tawkid

(menguatkan makna kalimat nominal).


Lihat QS: (3) ayat 19

2. Anna:

(sesungguhnya).

Berfungsi

tawkid

(menguatkan makna kalimat nominal).


Lihat QS: (2) ayat 77

3. Lakinna:

(tetapi)

Berfungsi

istidrak

(membatasi makan kalimat sebelumnya).


Lihat QS: (2) ayat 251
4. Laalla:


( mudah-mudahan). Tarajjiy (mengharap

sesuatu yang mudah terjadi). Lihat QS: (20) ayat 44

5. Laita:

(mudah-mudahan).

Tamanniy

(mengaharap sesuatu yang sulit terjadi).


Lihat QS: (36) ayat 26
6. Laata:

(mudah-mudahan). Tarajjiy (mengharap

sesuatu yang mudah terjadi). Lihat QS: (38) ayat 3


76

Nashib : huruf yang masuk pada fiil mudhari dan


menjadikan fiil mudhari difathah huruf terkhirnya,
dibuang nun atau huruf terakhirnya (bila akhir katanya
terdapat tambahan alif-nun, wawu-nun atau huruf
wawu, alif dan atau ya).


An: (agar, supaya, untuk) Lihat QS: (60) ayat 7

2.
Lan/ (tidak akan) Lihat QS: (2) ayat 24

3. Kay: (supaya, agar, untuk) Lihat QS: (20) ayat 40


4.
Hatta: (sehingga) Lihat QS: (10) ayat 99
1.

77

Jazim : huruf yang masuk pada fiil mudhari dan


menjadikan fiil mudhari disukun huruf terkhirnya,
dibuang nun atau huruf terakhirnya (bila akhir katanya
76
77

. Amil nashib yang lain dibahas dalam awalan.


. Amil jazim yang lain dibahas dalam huruf mandiri Nafiyyah dan awalan.

119 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
terdapat tambahan alif-nun, wawu-nun atau huruf
wawu, alif dan atau ya).

Lam: (belum/tidak) Lihat QS: (2) ayat 1

2. Lamma: (belum/tidak) Lihat QS: (49) ayat 14.


1.

Bila masuk pada fiil madhi bermakna dzarfiyyah


seperti dalam ayat: (12) ayat 22

3. Laa (yang memiliki makna nahiyah/perintah














4. Mahma: (bagaimanpun). Lihat QS: (7) ayat 132







larangan/janganlah): Lihat QS: (17) ayat 23

78

Athaf : huruf penghubung antara satu kata/kalimat


dengan kata/kalimat sebelumnya agar status irab dan
hukum hadats (pekerjaan)nya sama.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

78

Am: (atau) Lihat QS: (14) ayat 21

Aw: (atau) Lihat QS: (4) ayat 135

Bal: (bahkan) Lihat QS: (2) ayat 154


Imma: (adakalanya) Lihat QS: (76) ayat 3

Tsumma: (lalu, kemudian) Lihat QS: (11) ayat 3

Lakin: (tetapi). Lihat ayat berikut:




QS: (11) ayat 101

. Huruf athaf yang lain di bahas dalam awalan.

120 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I



" "


.79
Ististna:

mengeluarkan (mengecualikan) makna kata yang


terletak setelah illa atau salah satu dari alat istisna
dari hukum makna kalimat sebelumnya.
1.

ILLA80 (kecuali): Lihat ayat dibawah ini:









QS: (33) ayat 60

b.

Athil :

Al "
"

- Adatuttarif: al yang digunakan sebagai alat untuk


memakrifatkan isim nakirah. Mengkhususkan makna
kata yang bersifat umum. Fungsi dan maknanya
adalah:
81

1. Ahdi Alchudhur :


kata

yang dimasuki al merupakan hal/orang yang


hadir (pada saat kata tersebut terucap).
Seperti

QS: (5) ayat 3

82

2. Ahdi Adzihni :


kata yang dimasuki al merupakan

hal/orang yang maklum dalam hati (pada saat


kata tersebut terucap). Lihat QS: (9) ayat 40

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz III, hal, 636.


.Alat ististna selain illa dibahas selanjutnya.
81
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 129.
82
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 129.
79
80

121 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I


kata

3. Ahdi Adzikri :

83

yang
dimasuki
al
telah
disebutkan
sebelumnya. Lihat QS: (73) ayat 15 - 16


kata yang dimasuki al

4. Istighraqul Afrad :
84

memuat makna semua hal yang terdapat di


dalamnya. Lihat QS: (4) ayat 28
85

5. Mahiyatul Jinsi :

al yang memperjelas hakikat dan wujud


dan tabiat jenis pada makna kata yang
dimasukinya. Seperti

. laki-

laki lebih kuat dari perempuan

- Mawshul: al yang masuk pada shifat musyabihat


-

(isim fail atau isim mawshul/kata benda objek atau


86
subjek dengan mengikuti wazan tertentu ).
Zaidah: al yang masuk pada kata makrifat (kata
yang maknanya tertentu/khusus). Seperti ayat
berikut ini:



QS: (53) ayat 19

Istiftahiyyah: huruf yang menjadi permulaan kalimat.


1.

Ala (ingatlah): Lihat QS: (13) ayat 28

Amma (adapun): Lihat QS: (92) ayat 5 - 6


2.
Tahqiq-Taqrib: huruf yang menyatakan bahwa makna
kata setelahnya benar-benar ada, terjadi atau waktunya
87
sudah dekat .

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 128.


. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 129.
. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 129.
86
. Mengenai wazan akan dibahas dalam tashrif.
87
. Tahqiq dan Taqrib ini khusus bagi qad yang setelahnya berupa fiil madhi. Bila
berbentuk mudhari makna qad bermakna Tasykik, Taqlil atau Taktsir. Taqlil: makna kata
dalam kata setelah qad sedikit wujudnya. Taktsir: makna kata setelah qad sering atau
banyak terjadi dan wujudnya.
83
84
85

122 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
1.


Qad: (sungguh, benar-benar).

Lihat QS: (31) ayat 12


Taswif: huruf yang masuk pada fiil mudhari dan berarti
bahwa makna pekerjaan yang terdapat pada fiil
mudhari tersebut terjadinya masih lama, lebih lama dari
88
pada tanfis .
1.

Sawfa: (akan). Lihat QS: (4) ayat 114

Nafiyah: huruf yang menunjukkan bahwa kata


setelahnya dinafikan dari makna kata/kalimat
sebelumnya.
1.


_ Hal-illa: (tidaklah-kecuali) Lihat ayat:

tidaklah balasan

kebaikan kecuali kebaikan


QS: (55) ayat 60

2.

In: (bila, jika) dan berfungsi sebagai jazim.


Lihat QS: (67) ayat 20

3.


_
In-laa: (jika tidak) dan berfungsi sebagai jazim.

jika kalian tidak


menolongnya, maka sesungguhna Allah SWT telah
menolongnya. QS: (9) ayat 40

Laa: (tidaklah): Lihat QS: (2) ayat 38

5. Lamma: (melainkan, pastilah). Sepeti ayat


4.

berikut:

Dan sesungguhnya kepada masing-masing (mereka


yang berselisih itu) pasti Tuhanmu akan
menyempurnakan dengan cukup, (balasan)
pekerjaan mereka. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui apa yang mereka kerjakan. QS: (11)
ayat 111

88

. Khusus masuk pada kata kerja mudhari.

123 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Maa: (tidaklah) berfungsi seperti laisa/


Lihat QS: (2) ayat 8, (12) ayat 31

- sebagian berfungsi sebagai jazim/


-

Lihat QS: (2) ayat 197


huruf masdar. Lihat QS: (19) ayat 31
huruf yang menhalangi fungsi inna.
Lihat QS: (4) ayat 171
tambahan. Lihat QS: (3) ayat 159
maushul. Lihat QS: (16) ayat 49
istifham. Lihat QS: (20) ayat 17
nakirah mabhum bermakna sesuatu.
Lihat QS: (80) ayat 17


isim yang

89

Istifham:

maknanya tidak jelas dan digunakan untuk mencari tahu


terhadap suatu hal.


Hal: Apakah. Lihat QS: (40) ayat 47
2.
Mata: kapan. Lihat QS: (2) ayat 214
1.

Syarthiyyah: law yang masuk pada kata yang


membutuhkan jawab.
1.

Law

a. Istiqshaiyyah: law yang menggunakan makna


huruf in yang bermakna (walaupun).
Lihat QS: (8) ayat 8
90
b. Mashdariyyah : law yang menggunakan
91
makna an tetapi tidak menashabkan .
Lihat QS: (2) ayat 96
c. Tamanniy: law yang memiliki makna harapan
yang sulit terwujud pada makna kata yang
berhubungan dengannya.

andai

saja kamu ingat, kamu beruntung


92
2. Law-la :

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz I, hal, 120.


. Alfarra, Abul Ali, Abul Baqa, Attibriizi dan Ibnu Malik (Mughni Labib, 259).
91
. Jamaluddin bin Hisyam Alanshari, Mughni Labib, Bab awal, hal, 258.
89
90

124 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
a. Nafiyyah: Lihat QS: (10) ayat 98
b. Tahdid: law-laa yang berarti perintah dengan
keras dengan makna kata yang berhubungan
dengannya, hal ini bila law-la terletak sebelum
fiil mudhari. Lihat QS: (27) ayat 46
c. Tawbikh: law-laa yang berarti celaan dan
masuk pada fiil madhi. Lihat QS: (46) ayat 28
Jawab:yaitu huruf yang masuk pada kata yang menjadi
jawaban dari kata yang berbentuk pertanyaan.

Bala: (ia/benar). Lihat QS: (2) ayat 260

2. Idzan: (bila demikian). Lihat QS: (18) ayat 57


3.
Iy: (ia/benar). Lihat QS: (10) ayat 53

4. Naam: (ia/benar). Lihat QS: (37) ayat 18
1.

Hasyr: yaitu memberikan arti bahwa kata yang


dimasukinya maknanya hanya makna yang ada
dikhabarnya

seperti



bahwa

Anna-maa: (hanya): Lihat QS: (38) ayat 70

2. Inna-maa: (hanya): Lihat QS: (27) ayat 92


sesungguhnya Tuhan itu hanyalah satu.

1.

c.

Khusus menjadi akhiran:


Tawkid: menguatkan

makna

kata

kerja

yang

dimasukinya. Dan huruf ini adalah


NNA/nun tawkid
tsaqilah. Dan nun tawkid khafifah masuk pada akhiran
satu huruf. Lihat ayat berikut:

B.

92

QS: (12) ayat 32


NOMINAL
1. AMIL: Yaitu kata nominal yang menyerupai kata kerja seperti
yang telah dibahas dalam Bab Kata Pokok.

. Jamaluddin bin Hisyam Alanshari, Mughni Labib, Bab awal, hal, 265-267.

125 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
2.

3.

C.

MAMUL: yakni kata nominal yang sama sekali tidak memiliki


kesamaan sifat dengan kata kerja seperti isim jinis dan isim
alam.
KHUSUS MENJADI AKHIRAN: yakni kata nominal yang berbentuk
huruf dan berfungsi sebagai kata ganti dari subjek yang
bersandar pada kata kerja. Huruf tersebut akan dibahas dalam
Bab Tashrif.

KATA KERJA
I.
FUNGSI UMUM
1. AMIL DALAM ISIM DZAHIR: dibahas dalam pembahasan
berikutnya.
2. AMIL DALAM ISIM DHAMIR: dibahas dalam pembahasan
berikutnya.
II. FUNGSI KHUSUS
1. NAWASIKH: Fiil yang memiliki sifat naqish/kurang karena
tidak cukup dengan mengamalkan fail (objek) tetapi
kesempurnaan maknanya tidak terwujud kecuai bila masuk
pada jumlah ismiyyah (Mubtada dan Khabar dengan
menjadikan mubtada sebagai subjek/rafa dan khabarnya
sebagai objek/nashab).



,
,

Definisi:

fiil yang masuk pada susunan jumlah Mubtada


Khabar, kemudian merafakan kata pertama
(mubtada) disamakan dengan fail/objek dan kata yang
kedua dinashabkan dengan disamakan dengan maful
bih/objeknya.



kata kaana dan beberapa kata yang

Bentuk:



kata kaana dan beberapa kata

sama (naqishnya): Lihat QS: (19) ayat 41


1.

yang sama (naqishnya):

126 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

2.

3.

( masuk waktu pagi)

(masuk waktu sore):

Lihat QS: (30) ayat 17


( masuk waktu dhuha). Contoh:
aku masuk waktu dhuha


Lihat QS: (30) ayat 17

4.

dalam perjalanku

5.
6.
7.
8.

9.

( masuk waktu malam):





( jadi/berubah)

( tidak/bukan) lihat ayat berikut:



. QS: (39) ayat 36

( selalu). contoh:


(teduh/waktu sore):

Maka tetaplah demikian keluhan mereka.


QS: (21) ayat 15


( selalu): contoh:

( selalu) lihat ayat berikut:


11.


QS: (12) ayat 85
12.
( selalu), lihat ayat berikut:

QS: (12) ayat 80
10.

13. ( selama), lihat ayat berikut:

QS: (5) ayat 24

127 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I



kata yang

Definisi:

menunjukkan dekat pada terwujudnya makna


khabar.
Bentuk
1.
2.

:hampir. Lihat QS: (2) ayat 20


:hampir. Contoh

hampir saja putus asa menekan


orang sakit ini, andai tidak ada
keimanannya kepada Allah SWT.
3.

:hampir. Contohnya:

hampir saja harta itu tidak bisa


digunakan
Syarat pada khabar tiga kata ini.
1. Harus berbentuk fiil mudhari
2. Terletak di akhir atau di tengah

Definisi:


kata yang

menunjukkan harapan pada terwujudnya


makna khabar.
Bentuk
1.

:mudah-mudahan/siapa
tahu: Lihat QS: (2) ayat 216

2.


: mudah-mudahan. Contoh:
mudah-mudahan

aku menjadi ahli ibadah.

128 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I


: mudah-mudahan. Contoh:

3.

mudah-mudahan cuaca ini stabil


Syarat pada khabarnya.
1. Harus berbentuk fiil mudhari
2. Terletak di akhir atau di tengah
3.

Khusus untuk


dan
harus

bersama huruf an.



Definisi:

kata

yang menunjukkan (makna) segera


dalam pekerjaan.
Bentuk/ banyak, diantaranya:
1.

:segera menutupi.

2.

3.

QS: (6) ayat 46


Lihat

:segera memulai

Lihat QS: (20) ayat 121


:segera mengambil

Lihat QS: (12) ayat 76

4.

:segera membuat

Lihat QS: (22) ayat 78


Syarat pada khabarnya.
1. Harus berbentuk fiil mudhari
2. Terletak di akhir atau di tengah
2. TAAJJUB
Definisi:

menganggap

besar, aneh, agung terhadap pekerjaan subjek yang


jelas kebesaran, keanehan atau keagungannya.
Contohnya:

129 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I


( sungguh tampan wajah Zaid).


Wazan: taajjub hanya memiliki dua wazan:


1.

:kata

setelahnya

(mutajjab

minhu/kata yang diherankan)


menjadi objek. Lihat ayat berikut:

dinashabkan

Binasalah manusia; alangkah


kekafirannya? QS: (80) ayat 17

2.


...

:kata

setelahnya

amat

sangat

(mutajjab

minhu/kata yang diherankan) dijarkan dengan


huruf jar bi. Lihat ayat berikut:

Alangkah terangnya pendengaran mereka dan


alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari
mereka datang kepada Kami.. QS: (19) ayat 38
Syarat:
1. Terbentuk dari kata kerja tga huruf.
2. Mutsbat (tidak berentuk kata yang maknanya
dinafikan).
3. Terbentuk dari kata yang bisa berubah
(mutasharrif).
4. Maknanya tam/sempurna (bukan fiil naqish).
5. Kata yang maknanya bisa dilebihkan (tidak seperti
kata mati).
6. Tidak terbentuk dari kata kerja yang memiliki kata
sifat musyabbihat dengan mengikuti wazan

sepertikata ( merah).

3. AFAL MADH & AFAL DZAM:



,
,

Definisi:

130 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
kata yang menunjukkan makna pujian atau celaan.
Jumlah kalimatnya berbentuk jumlah Insyaiyyah/hanya
untuk mengutarakan suatu pujian atau celaan, bukan
jumlah thalabiyyah/kalimat yang menunjukkan makna
tuntutan/perintah
dan
bukan
jumlah
khabariyyah/berita serta harus ada kata dimaksudkan
dalam pujiaan atau celaan tersebut (makhsush bil madhi
aw adzam).
Bentuk:
1.


: sebaik-baik. Kata tersebut terdiri dari dua

kata yang digabung jadi satu. Yakni dari kata
dan

( isim isyarah). sebaik-baik

sesuatu adalah ilmu


2.

: sebaik-baik. Dua kata yang

berfungsi sama.
Lihat QS: (3) ayat 136, (4) ayat 58

3.

: seburuk-buruk.
Lihat QS: (2) ayat 126

4.

: seburuk-buruk.

Lihat QS: (5) ayat 66


5. Mulhaq nima dan bisa: kata yang disamakan

dan
Yaitu tiap kata kerja tiga huruf

yang mengikuti wazan


dengan didhammah ain
dengan

fiilnya dengan ketentuan kata kerja tersebut bisa


difungsikan sebagai fiil taajjub seperti kalimat:

( sebaik-baik pemuda adalah

Zuhair).
4. ISTISTNA: kata kerja yang digunakan untuk mengecualikan
kata makna kata setelahnya, yaitu kata:

dan sebenarnya mengenai kata ini terdapat tiga

pendapat:

131 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
1. Fiil mutaaddi dan menashabkan kata setelahnya
(mustatsna)

seperti

kata

(aku


( Usamah

mengecualikannya) atau dalam hadits:

adalah manusia yang paling aku cintai kecuali


Fathimah).
2. Isim yang menyerupai kata


( penyucian diri)

seperti dalam firman-Nya:

/ terdapat dua pendapat:

1. Bukan fiil, tetapi huruf khusus untuk ististna.


2. Fiil mutaaddi dan menashabkan kata setelahnya
(mustatsna) bila didahului maa. Lihat contoh
berikut:

/ terdapat dua pendapat:

1. Bukan fiil, tetapi huruf khusus untuk ististna.


2. Fiil mutaaddi dan menashabkan kata setelahnya
(mustatsna). Contoh:

132 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
PEMBAHASAN II
KATA YANG DIRAFAKAN

93

Marfuat adalah ketentuan kata kapan dirafakan dan


ditidandai sesuai dengan bentuk isimnya dan empat tanda bagi rafa di
atas. Marfuat ini khusus untuk kata nominal, karena kata kerja yang
dirafakan hanya mudhari. Jumlah status kata dalam kalimat untuk
dirafakan sebagai berikut:
A. FAIL

Definisi:.

kata (nominal) yang disandari (oleh kata kerja), terletak


setelah kata kerja atau kata yang menyerupai kata kerja,
sempurna dan bersifat transitif. Fail adalah subjek, semua
bentuk irabnya adalah rafa.
Hukum: yang dimaksud hukum di sini adalah ketentuanketentuan dalam bentuk irob sebuah kata dalam kalimat yang
kata tersebut berstatus fail.
1. Harus dirafakan. Dan terkadang fail dijarkan dengan
diawali huruf jar. Contoh:



( memuliakan kedua orang

tua bagi seseorang adalah fardhu). Kalimat yang


bergaris bawah adalah subjek (Fail) dan dijarkan
dengan idhafah (disambungkan dengan kata
sebelumnya yang berbentuk mashdar).



)( ( sebab laki-laki

mencium istrinya ia berkewajiban wudhu. Hadits).


Kata yag bergaris bawah adalah subjek yang
dijarkan.


2.

93

: QS: (4) ayat 79



: QS: (23) ayat 36

Harus terletak setelah kata kerjanya, bila terdapat


sebelumnya maka subjek (fail yang sebenarnya) adalah

. Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al Arabiyyah, Juz II, hal, 428-519.

133 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
dhamir yang tersimpan (mustatar) yang menggantikannya
(kata yang mendahului kata kerja tersebut. Contoh:

Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu


meminta perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia
supaya ia sempat mendengar firman Allah. QS: (9) ayat 6

merupakan fail dari kata kerja yang tesimpan


.
dan diwakili oleh kata sesudahnya, yaitu

Kata
3.

Kata kerjanya harus mudzakar (kata kerja yang memuat


dhamir mudzakar dan tunggal). Contoh:
Bila fail berbentuk mudzakar, tunggal, dua atau
jamak mudzakar salim. Lihat QS: (23) ayat 14
Bila fail berbentuk muannats, tetapi antara fail dan
kata kerjanya dipisahkan oleh huruf illa. Seperti:

tidaklah hadir selain Zainab

Bila subjek berbentuk jamak muannats salim dan


terpisah dengan kata kerjanya. Seperti:

4.

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang


berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan)
mereka. QS: (60) ayat 10
Kata kerjanya harus muannats (kata kerja yang memuat
dhamir muannts dan tunggal):
Fail berbentuk muannats hakiki, dzahir (tidak
berbentuk dhamir) dan tidak terpisah dengan kata
kerjanya. Lihat QS: (3) ayat 35
Fail berbentuk dhamir yang menggantikan kata
muannats, baik hakiki maupun majazi atau
menggantikan kata utuk mudzakar tidak berakal.
Lihat ayat berikut:






QS: (12) ayat 23

134 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Bentuk:
1. Sharih: kata tersebut tampak, baik berbentuk kata dzahir
maupun dhamir.
Dzahir: seperti dalam firmanNya:


Apabila orang-orang munafik datang kepadamu,
mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa
Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah".
QS: (63) ayat 1
Dhamir: seperti:
a.

berdiri).
b.


( aku telah

Huruf ta dalam kalimat:


Huruf alif dalam kalimat:

( mereka (dua

laki-laki) telah berdiri).


c.

Huruf wawu dalam kalimat:


(laki-laki banyak) telah berdiri).

d.

Huruf nun dalam kalimat:


( mereka


( mereka

(wanita banyak) telah menolong).


e.
2.

Huruf ya dalam kalimat:


(kamu

(perempuan) akan menolong).


Muawwal: kata kerja yang objeknya berada dalam kata
kerja setelahnya, dengan mengambil mashdarnya. Lihat
ayat berikut ini:

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang


beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah. QS:
(57) ayat 16. Bila dilahirkan akan berbentuk
B.

NAIB FAIL

kata (nominal) yang

Definisi:.

disandari (oleh kata kerja), terletak setelah kata kerja atau kata
yang menyerupai kata kerja intransitif. Naib fail adalah objek

135 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
yang menggantikan posisi subjek, semua bentuk irabnya
adalah rafa.
Hukum dan bentuk: hukum dan jumlah naib fail sebagaimana
hukum dan jumlah fail.
C.

MUBTADA&KHABAR: mubtada dan khabar adalah dua kata nominal


yang dari keduanya terbentuk kalimat sempurna.
1. MUBTADA:
Definisi:

.
kata yang disandari

(oleh kata lain/khabar) dan tidak didahului amil/kata yang


mempengaruhi irabnya. Yang merafakan mubatada adalah
ketiadaan amil itu sendiri (Amil maknawi ibtida).
Hukum dan syarath:
1. Harus dirafakan walaupun secara lahir dijarkan seperti
dalam kalimat:




apakan ada Pencipta selain

Allah yang dapat memberikan rizki kepada kalian". QS:


(35) ayat 3
2.

Harus berbentuk isim makrifat. Dan bisa berbentuk isim


nakirah dengan ketentuan berfaidah. Berfaidah dalam
bab ini adalah:
a. Diiadhafhakan/disambung dengan kata setelahnya
walaupun secara maknawi (mudhaf ilalihnya
terbuang). Demikian seperti dalam firman-Nya:

Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut


keadaannya masing-masing". QS: (17) ayat 84
Kata yang bergaris bawah adalah mubtada yang
berbentuk isim nakirah yang secara lahir tidak
dimudhafkan. Hal ini diperbolehkan sebab secara
maknawi kata tersebut mudhaf pada kata
setelahnya yang terbuang. Bila ditampakkan akan

berbentuk:

136 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
b.

Disifati secara lafdziyyah. Contohnya:

c.

Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih


baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik
hatimu.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari
orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. QS:
(2) ayat 221
Khabarnya berbentuk kata yang dijarkan atau
berbentuk dzaraf dan mendahului mubtada.
Contohnya:

Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan


itu ada lagi yang Maha mengetahui.
QS: (12) ayat 76

d.

dan tidak ada hak bagi seorang Rasul


mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan
dengan izin Allah. bagi tiap-tiap masa ada kitab
(yang tertentu). QS: (13) ayat 38
Berbentuk kata yang dinafikan, introgatif atau
terletak setelah huruf lawla. Seperti:

tidak ada harta milik kita


apakah ada seorang pemuda

diantara kalian?

e.

. QS: (2) ayat 64

Berupa kata yang serupa dengan kata kerjanya


seperti mashdar dalam kalimat:

137 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I


.
perintah

f.

g.

terhadap kebaikan adalah (sama halnya dengan)


shadaqah, dan melarang kemungkaran (juga)
shadaqah.
Berbentuk kata yang maknanya mubham (samar)
seperti isim syarat, istifham, maa taajjub atau
kam khabariyyah. Lihat QS: (80) ayat 17
Bermakna doa/harapan baik ataupun sebaliknya:
contohnya:

h.

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang


curang. QS: (83) ayat 1
Berupa kata yang menjadi sifat bagi kata yang
terbuang.
Contohnya:


seorang laki-laki

yang alim lebih baik dari pada yang tidak alim.


Kata yang bergaris bawah adalah mubtada yang
menjadi sifat bagi kata (mawshuf) yang terbuang.
Bila ditampakkan berbentuk kalimat:

i.

Bila berupa kata permulaan jumlah haliyah


(kalimat yang menunjukkan suatu kondisi). Seperti
dalam syiir:

j.

kita
berjalan
sedangkan
bintang
telah
memberikan sinarnya maka tatkala telah tampak,
pujian terhadapmu sinarnya meredupkan tiap
(bintang) yang bersinar.
Kata yang digunakan untuk menunjukkan makna
macam-macam dalam penggunaan makna
kalimatnya.

aku datang segera dengan berjalan kaki, satu baju


kukenakan dan baju lain aku tarik-tarik.

138 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
k.

Diathafkan/disambungkan pada isim makrifat atau


isim nakirah yang disifati dan juga sebaliknya.
Contohnya:

l.

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih


baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu
yang menyakitkan (perasaan si penerima).
QS: (2) ayat 263
Sebagai jawab. Yaitu kata nakirah yang berupa
jawaban dari syarat yang terbuang. Contoh
mengucapkan kata/ "

3.


"dari pertanyaan:

Harus didahulukan dari khabarnya:


a. Bila berbentuk isim syarat, istifham atau maa
taajjub.
Lihat QS: (42) ayat 48
Lihat QS: (75) ayat 10
Lihat QS: (80) ayat 17
b. Mubtada berbentuk dzaraf atau jar majrur.
Lihat QS: (50) ayat 35
c. Mubtada bersamaan dengan laa yang bermakna
ibtida. Lihat QS: (29) ayat 45
d. Makna mubtada (mahshur) teringkas dalam
khabar: contohnya:

4.

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul,


sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang
rasul. QS: (3) ayat 144
Harus dibuang:
Bila

ditunjukkan

oleh

qasam/sumpah. Seperti:



jawab

kalimat

sebagai tanggunganku ada janji, bahwa aku akan


melakukan demikian. Kata yang bergaris bawah
adalah khabar dan mubtadanya terbuang karena
telah ditunjukkan oleh jawab qasam. Bila
ditampakkan berbentuk kalimat:

139 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Khabarnya
berbentuk
menggantikan fiilnya. Seperti:

mashdar

yang



kesabaranku adalah kesabaran yang

baik. Bila tampak:


Bila khabarnya berupa makhsush bagi Afal
Madh dan Afal Dzam. Seperti:




sebaik-baik orang yang

bersyukur adalah fakir yang sabar. Bila tampak


berbentuk:

Bila berupa naat (kata yang menyifati) kemudian


dipotong untuk memuji, mencela atau kasihan
terhadap khabar.Seperti:



berbuat baiklah kepada

5.

seseorang yang dia itu miskin.


Boleh dibuang:

Bila ada tanda yang menunjukkan keberadaanya


seperti dalam kalimat:


Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh
Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka
(dosanya) untuk dirinya sendiri. QS: (41) ayat 46
Mubtada terletak pada huruf fa pada kata yang
bergaris bawah. Bila tampak berbentuk:

(ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan


Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang
ada di dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya
ayat ayat yang jelas. QS: (24) ayat 1

140 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

. Bila

Mubtada terletak sebelum kata

tampak berbentuk: ..............

Bentuk:
1. Sharih: mubtada tampak dengan jelas,
2. Muawwal: mubtada yang berbentuk kata kerja dengan
memperkirakan mashdarnya kemudian dijadikannya
sebagai mubtada. Contohnya:


Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
QS: (2) ayat 184
Kata yang bergaris bawah adalah kata kerja (mudhari
yang dinasabkan dengan an). Kata itu diambil
mashdarnya, kemudian objek dalam kata kerja tersebut
ditampakkan dengan bentuk dhamir muttashil yang
mudhaf dan dijadikannya sebagai mubtada yang
ditakwilkan dari kata kerja. Bila ditampakkan, berbentuk

kalimat:

2. KHABAR:
Definisi:


kata yang disandarkan kepada

mubtada.
Bentuk:
1. Mufrad/normal: tiap khabar yang menggunakan kata
tunggal, walaupun maknanya, tastniyyah atau jamak.
Lihat ayat berikut:

2.

kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha


Kuasa atas segala sesuatu? QS: (2) ayat 106
Jumlah: khabar yang berbentuk jumlah, baik filiyyah
maupun ismiyyah. Kalimat bisa dikatakan sebagai
khabar jumlah bila memuat rabith atau kata yang
menyambungakan khabar dengan mubtada. Kata
penghubung ini bisa berbentuk:
Dhamir, seperti:
khabar,

dan


kalimat adalah

terdapat

dhamir

hu

yang

141 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
berhubungan dengan mubtada karena hu kata

ganti dari

Isim isyarah: seperti dalam firmanNya:


dan pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian
takwa itulah yang paling baik. QS: (7) ayat 26
Dengan mengulangi mubtada: seperti dalam
firmanNya: Hari Kiamat, apakah
hari Kiamat itu? QS: (69) ayat 1 - 2
Khabar adalah mubtada itu sendiri: seperti dalam
firmanNya:
Hukum dan syarat:
1. Harus dirafakan (sesuai tandanya).
2. Harus (muthabaqah/serasi) dengan mubtada dalam
mudzakar, muannats, mufrad, tastniyyah, jamak,
jamak maupun nakirah dan makrifatnya.
3. Harus dibuang. Bila:
Terletak setelah huruf nafi lawla atau lawma
seperti:




andai tidak ada

tulisan, tentu banyak ilmu yang telah hilang. Bila


ditampakkan berbentuk kalimat:


demi umurku, menjadi

Mubtada berbentuk qasam/sumpah, seperti:

sumpahku, aku akan berbuat demikian. Bila


tampak berbentuk:

Mubtada berbentuk mashdar atau isim tafdhil


yang dsambungkan ke mashdar yang setelahnya
berupa hal yang tidak bisa diposisikan sebagai
khabar seperti:

142 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

lebih utama
shalatmu adalah saat bebas dari kesibukanmu.
Bila tampak berbentuk:

Bila terletak setelah wawu yang


bermakna maa/bersama seperti:

jelas



tiap orang dan amalnya

selalu bersamaan. Bila tampak berbentuk

4.

Harus didahulukan dari mubtadanya bila:


Mubtada berbentuk isim nakirah ghaira
maqshudah (tidak ditujukan pada hal tertentu)
seperti contoh berikut:


Muhammad adalah ayahmu. Hal ini

bila yang dikehendaki adalah menjelaskan bahwa


Muhammad adalah ayahmu.
Mubtada berbentuk isim istifham:
Lihat QS: (4) ayat 114,
Mubtada bertemu dengan dhamir yang
menggantikan kata yang terdapat dalam khabar
seperti dalam ayat:

Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al


Quran ataukah hati mereka terkunci?.
QS: (47) ayat 24
Makna khabar mahshur dalam mubtada seperti:
5.

tidak ada Pencipta kecuali Allah.

Khabar bisa lebih dari satu dengan satu mubtada.


Lihat QS: (85) ayat 14 16

Dhamir fashl dalam mubtada dan khabar:


Pengertian: Dhamir fashl adalah dhamir yang masuk
antara mubtada dan khabar, atau kalimat yang
asalnya berbentuk mubtada dan khabar.

143 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Lihat ayat beikut:

23) ayat 28, (2) ayat 35


Fungsi: mentaukidi sifat mubtada yang tergantung
pada khabarnya.

D. ISIM/FAIL DARI AFAL NAQISH


Pengertian: tiap subjek dari jumlah ismiyyah (Mubtada Khabar
dengan merafakan mubtada dan menashabkan khabarnya)
yang dimasuki oleh fiil-fiil yang bersifat naqish kaana dan
94
kawan-kawannya dengan semua tashrifnya .
Bentuk:
1. Kaana dan kawan-kawannya:
Bentuk tam: tam adalah lawan kata dari naqish.
Kana cukup dengan subjeknya. Contoh:

.1
Sesungguhnya
keadaan-Nya
apabila
Dia
menghendaki
sesuatu
hanyalah
berkata
kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. QS: (36)
ayat 82

.2
Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu
berada di petang hari dan waktu kamu berada di
waktu subuh. QS: (30) ayat 17

.3
Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan
bumi. QS: (11) ayat 107

.4
(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung,
lalu cincanglah semuanya olehmu.
QS: (2) ayat 260
94

. Bagi yang mutasharrif.

144 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Pembuangan:
1. Huruf nun kaana boleh dibuang bila memenui
syarat:
1. Dijazmkan dengan sukun.
2. Setelahnya tidak berupa huruf yang disukun
atau dhamir muttashil. Contohnya:



dan aku bukan (pula) seorang

2.

pezina!". QS: (19) ayat 20


Kaana dan isimnya: bila terletak setelah huruf
law. Contoh:

2.

manusia dibalas dengan amal perbuatannya,


bila baik ia akan mendapatkan balasan baik dan
bila buruk maka balasannya pun buruk.
Huruf yang menyerupai kata laisa:
1. Maa. Dengan syarat: Lihat QS: (12) ayat 31
a. Khabar
atau
mamul
(kata
yang
dipengaruhinya) tidak mendahuluinya dalam
kalimat.
b. Setelahnya tidak berupa huruf in tambahan.
2. Laa. Dengan syarat seperti huruf maa.
Lihat QS: (4) ayat 114
95
3. Laata . Dengan syarat:
a. Isimnya berupa isim zaman.
b. Salah satu dari isim atau khabrnya harus
terbuang. Contoh:
lalu mereka meminta tolong padahal (waktu
itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri.
QS: (38) ayat 3

E.

KHABAR HURUF YANG MENYERUPAI FIIL.


I.

INNA
1.

Musyadadah (huruf nun ditasydid).


a. Makna: tawkid/sungguh

. Menurut Alfarra, huruf Laata termasuk huruf jar yang khusus untuk isim zaman. Dan
dalam ayat ini, kata yang terletak setelahnya djarkan. (Mughni Labib, hal. 249).
95

145 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
b.

Fungsi: TANSHIBUL MUBTADA WA TARFAUL


KHABAR (menashabkan mubtada dan merafakan
kbahar). Lihat ayat berikut:






QS ayat: (60) ayat 12

c.

Bentuk:
1. Bentuk musyaddadah (ditasydid) ini yang
dimaksud pada permasalahan ini.
2. Mukhaffafah (huruf nun disukun).
a. Makna: tawkid/sungguh.
Lihat QS: (20) ayat 63
b. Fungsi: Muhmal (tidak berungsi seperti yang
ditsaydid) dalam jumlah filiyyah ismiyyah
(ghaliban/hampir seluruh contoh inna
mukhaffafah dalam jumlah ismiyyah tidak
memiliki fungsi seperti yang ditsaydid). Lihat
kembali QS: (20) ayat 63
c. Bentuk yang mukhoffafah:
1. Dalam jumlah filiyyah: Contoh:


Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu
terasa Amat berat, kecuali bagi orangorang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah. QS: (2) ayat 143
2. Dalam jumlah ismiyyah: Contoh:

II.

ANNA
1.

Dan (sungguh) setiap mereka semuanya akan


dikumpulkan lagi kepada Kami.
QS: (36) ayat 32

Musyadadah (huruf nun ditasydid).


a. Makna: tawkid/sungguh.
b. Fungsi: TANSHIBUL MUBTADA WA TARFAUL
KHABAR (menashabkan mubtada dan merafakan
kbahar).

146 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

2.

c. Bentuk: banyak. Lihat QS: (2) ayat 165


Mukhaffafah (huruf nun disukun).
a. Makna: tawkid
b. Fungsi: Muhmal (tidak berungsi seperti yang
ditsaydid). Contoh:

c.

dan penutup doa mereka Ialah: sungguh,"


Alhamdulilaahi Rabbil 'aalamin". QS: (10) ayat 10
Bentuk:
1. Masuk dalam jumlah ismiyyah seperti contoh
diatas.
2. Masuk dalam jumlah filiyyah yang bersifat
jamid. Lihat ayat berikut:
3.



QS: (53) ayat 39

Masuk dalam jumlah filiyyah yang bersifat


mutasharrif. Lihat QS: (12) ayat 96
Dalam bentuk ini, antara anna yang
mukhaffah dengan fiilnya harus dipisah
dengan:

) Qad(

: seperti dalam firmanNya:

Kami yakin bahwa kamu telah berkata


benar kepada Kami, dan Kami menjadi
orang-orang yang menyaksikan hidangan
itu". QS: (5) ayat 113
Huruf Tanfis : seperti dalam firmanNya:

Dia mengetahui bahwa akan ada di antara


kamu orang-orang yang sakit.
QS: (73) ayat 20
Huruf Nafiy :
1. Lan: seperti dalam firmanNya:

147 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
apakah manusia mengira bahwa tidak
akan
kami
kumpulkan
(untuk
dibangkitkan) tulang-tulangnya?.
QS: (75) ayat 3
2. Lam: seperti dalam firmanNya:

Apakah Dia menyangka bahwa tiada


seorangpun yang melihatnya?.
QS: (90) ayat 7
3. Laa: seperti dalam firmanNya:


Maka
Apakah
mereka
tidak
memperhatikan bahwa patung anak
lembu itu tidak dapat memberi jawaban
kepada mereka? QS: (20) ayat 89
Huruf syarat : seperti dalam firmanNya:

QS: (4) ayat 140

Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap


berjalan Lurus di atas jalan itu (agama
Islam), benar-benar Kami akan memberi
minum kepada mereka air yang segar (rezki
yang banyak). QS: (72) ayat 16

) Rubba) : seperti dalam syiir:




* ,

telah aku yakini bahwa banyak orang yang


amin/yang dapat dipercaya dianggap
tidak dapat dpercaya tidak bisa dipercaya

148 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

III.

KAANNA
1.

2.

IV.

dianggap sebaga amin, dan orang yang


tidak amin dianggap bisa dipercaya.

Musyadadah (huruf nun ditasydid).


a. Makna: tawkid/sungguh.
b. Fungsi: TANSHIBUL MUBTADA WA TARFAUL
KHABAR (menashabkan mubtada dan merafakan
kbahar). Lihat QS: (10) ayat 7
c. Bentuk: banyak.
Mukhaffafah (huruf nun disukun).
a. Makna: tawkid: Lihat QS: (10) ayat 12
b. Fungsi:
Muhmal (tidak berungsi seperti yang
ditsaydid).

KETENTUAN ANNA ATAU INNA.


Pada dasarnya inna ataupun anna bermakna dan
berfungsi sama. Dalam hal ini, ada ketentuan kapan huruf ini
dibaca inna atau anna.
a. Harus dikasrah hamzahnya (inna), yakni bila kata
setelahnya tidak dapat ditakwil dengan mashdar, yaitu:
1. Terletak di permukaan kalimat baik secara hakikat
maupun secara hukum (irabnya) saja:
Hakikat:

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al


Quran) pada malam kemuliaan. QS: (97) ayat 1
Hukman:

Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu,


tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.
QS: (10) ayat 62

2.


":


duduklah dimana

Terletak setelah kata "

terdapat ilmu.

149 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

"" :

3.

Terletak setelah kata

4.

aku datang kepadamu pada saat matahari terbit.


96
Terletak di permulaan kalimat pada shilah isim
mawshul.

5.

dan Kami telah menganugerahkan kepadanya


perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh
berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.
QS: (28) ayat 76
Terletak sebagai jawab qasam:

6.

Demi Al Quran yang penuh hikmah,Sesungguhnya


kamu salah seorang dari rasul-rasul.
QS: (36) ayat 2-3
Terletak setelah kata yang terbentuk dari masdhar
qawl yang tidak memuat makan dzan/afal
qulub: Lihat QS: (19) ayat 3

7.

Terletak sebagai hal:


QS: (8) ayat 5





telah

8.

Terletak sebagai sifat:

9.

datang laki-laki yang ia orang mulia.


Terletak sebagai permulaann kalimat
mengawali beberapa kalimat:

yang


,
seseorang

mengira aku berbuat buruk padanya, dan ia


sesungguhnya berdusta.
96

. Kalimat yang disambungkan dengan kalimat sebelumnya dengan menggunakan isim


mawshul

150 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
10. Pada khabarnya terdapat la ibtida:


QS: (63) ayat 1
11. Sebagai khabar dari mubtada yang berupa isim ain
(kata yang bermakna dzat):

b.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orangorang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin orang-orang


Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang
musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara
mereka pada hari Kiamat. Sesungguhnya Allah
menyaksikan segala sesuatu. QS: (22) ayat 17
Harus difathah hamzahnya (anna): kata setelahnya bisa
ditakwilkan dengan mashdar. Yakni:
1. Berada dalam posisi fail:

2.

Dan Apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya


Kami telah menurunkan kepadamu Al kitab (Al
Quran) sedang Dia dibacakan kepada mereka?.
QS: (29) ayat 51
Terletak setelah huruf law:

3.

Sesungguhnya kalau mereka beriman dan


bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala),
dan Sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih
baik. QS: (2) ayat 103
Berada dalam posisi naib fail:

151 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

4.

Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan


kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan
sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka
berkata: Sesungguhnya Kami telah mendengarkan Al
Quran yang menakjubkan. QS: (72) ayat 1
Berada dalam posisi mubtada:

5.

Dan di antara tanda-tandaNya (ialah) bahwa kau


Lihat bumi kering dan gersang, Maka apabila Kami
turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan
subur. QS: (41) ayat 39
Berada dalam posisi kata yang irabnya mengikuti
kata yang dirafakan:


telah sampai

6.

kepadaku tentang kesugguhanmu, yakni bahwa


kamu berbudi baik.
Sebagai khabar dari isim makna, seperti dalam

7.

cukup bagimu kemulianmu (itu).


Berada dalam posisi mafuul bih:

contoh/

8.

Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan


yang kamu persekutukan (dengan Allah), Padahal
kamu tidak mempersekutukan Allah dengan
sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak
menurunkan
hujjah
kepadamu
untuk
mempersekutukanNya.. QS: (6) ayat 81
Berada dalam posisi khabar dari kaana atau yang
menyerupainya:


setahuku, bahwa kamu

selalu mengikuti kebenaran.

152 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
9.

Pada posisi kata yang irabnya mengikuti kata yang


dinashabkan:

dan (ingatlah pula) bahwasanya aku telah


melebihkan kamu atas segala umat. QS: (2) ayat 47
10. Terletak setelah huruf jar:

Yang demikian itu, karena Sesungguhnya Allah,


Dialah yang haq dan Sesungguhnya Dialah yang
menghidupkan segala yang mati. QS: (22) ayat 6
11. Pada posisi kata yang irabnya mengikuti kata yang
dijarkan:

c.

aku digembirakan dengan adab Khalil dan ia adalah


orang yang pandai.
Boleh keduannya:
1. Terletak setelah huruf idza yang bermakana
fujaiyyah:
2.

aku keluar dan seketika itu Said berdiri.


Terletak setelah huruf fa yang berfungsi sebagai
jawab:

3.

kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya


dan Mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS: (6) ayat 54
Pada posisi talil (kata yang menyebutkan alasan
terjadinya hadats/pekerjaan yang terdapat pada
makna kata kerjanya):


Sesungguhnya
doa
kamu
itu
(menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui. QS: (9) ayat 103
4.

"

Terletak setelah kata "

153 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I


Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa
yang mereka lahirkan. QS: (16) ayat 23

V.

LAKINNA
1.

2.

VI.


LAALLA
a.
b.
c.

VII.

Musyadadah (huruf nun ditasydid).


a. Makna: tawkid dan terkadang istidarak (hukum
makna kata setelahnya berbeda dengan kata
sebelumnya). Lihat QS: (49) ayat 7
b. Fungsi: TANSHIBUL MUBTADA WA TARFAUL
KHABAR (menashabkan mubtada dan merafakan
kbahar). Lihat QS: (2) ayat 102
c. Bentuk: banyak.
Mukhaffafah (huruf nun disukun).
a. Makna: huruf ibtida.
b. Fungsi: Muhmal (tidak berungsi seperti yang
ditsaydid) dalam jumlah filiyyah ismiyyah
(ghaliban/hampir
seluruh
contoh
inna
mukhaffafah dalam jumlah ismiyyah tidak memiliki
fungsi seperti yang ditsaydid).
c. Bentuk: banyak. Lihat QS: (2) ayat 57
Makna: tarajji/mudah-mudahan (mengharapkan sesuatu
yang mudah terjadi).
Fungsi: TANSHIBUL MUBTADA WA TARFAUL KHABAR
(menashabkan mubtada dan merafakan kbahar).
Bentuk: banyak. Lihat QS: (65) ayat 1

LAITA

a.
b.
c.

Makna: tamanniy/mudah-mudahan
(mengharapkan
sesuatu yang sulit terwujud).
Fungsi: TANSHIBUL MUBTADA WA TARFAUL KHABAR
(menashabkan mubtada dan merafakan kbahar).
Bentuk: banyak. Lihat QS: (4) ayat 73

VIII. LAA

a. Makna: Nafyil jinsi/tidak (menafikan setiap jenis makna


yang terkandung dalam kata yang dimasukinya).

154 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
b. Fungsi:
Memiliki fungsi seperti laisa seperti:


tidaklah

fakir menjadi yang mulia


Memiliki fungsi seperti inna yaitu TANSHIBUL MUBTADA
WA TARFAUL KHABAR (menashabkan mubtada dan
merafakan kbahar). Dengan syarat:
1. Dikehendaki untuk menafkikan semua jenis makna
yang terkandung dalam kata yang dimasukinya, bukan
untuk tanshish (hanya menafikan salah satunya saja)
atau penafian yang tidak jelas. Lihat QS: (4) ayat 114
2. Isim dan khabarnya berupa kata nakirah
Lihat ayat berikut:





QS: (4) ayat 114

3. Antara laa dan isimnya tidak terpisah


4. Tidak dimasuki huruf jar
c. Bentuk isimnya:
1. Mufrad:
Pengertian: kata tunggal yang dimaksud disini
yaitu tidak diidhafahkan / disambung dengan
kata lain atau berbentuk kata yang menyerupai
mudhaf, walau bentuk maknanya tatsniyyah
ataupun jamak.
Hukum: hukum bagi isim laa bila berbentuk
mufrad adalah mabni dengan tanpa tanwin
dan mabni dengan tanda irab nashab (sesuai
dengan bentuk kata dalam tanda irabnya).
Seperti dalam firmanNya:

2.

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya


sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
QS: (2) ayat 2
Mudhaf:
Pengertian: isim laa disambung dengan kata
setelahnya.
Contoh:

tidak ada laki-laki

buruk yang dicintai


Hukum: diirabkan dengan irab nashab.

155 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
3.

Syibh Mudhaf:
Pengertian: kata yang menyerupai mudhaf. Yakni
kata yang mempengaruhi irab setelahnya,
seperti menjadikannya sebagai objek.
Contoh:

tidaklah

beruntung orang yang menjual agama untuk


dunia
Hukum: diirabkan dengan irab nashab.
d. Bentuk khabarnnya:
1. Wajib disebutkan (tidak boleh dibuang) bila tidak


tidak

diketahui, seperti dalam hadits:


ada seorangpun yang lebih pencemburu selain Allah.


2. Boleh dibuang bila maklmum:
contohnya: QS: (26) ayat 50


Mereka berkata: "tidak ada kemudharatan (bagi kami);
Sesungguhnya Kami akan kembali kepada Tuhan Kami.
Yakni:

Dan (alangkah hebatnya) Jikalau kamu melihat ketika


mereka (orang-orang kafir) terperanjat ketakutan (pada
hari kiamat); Maka mereka tidak dapat melepaskan diri
dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat (untuk

QS: (34) ayat 51

dibawa ke neraka). Yakni:

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan


kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang
berhak
disembah
melainkan
Allah)
mereka

menyombongkan diri. Yakni:


QS: (37) ayat 35


e. Bila laa berulang-ulang: bila laa dalam satu kalimat
lebih dari satu, maka keduanya memiliki kebebasan dalam
fungsinya:

156 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
1.

Keduanya difungsikan seperti inna kemudian kedua


isimnya dimabnikan (nashab). Contohnya:

"tidak ada kemampuan dan

kekuatan kecuali karena Allah.


Keduanya
difungsikan
seperti
dimuhmalkan maka kedua kata
setelahnya (yang seharusnya jadi isim
laa) dirafakan sebagai mubtada
2.
3.

Contohnya:

laisa
atau
yang terletak
dan khabarnya
dan khahbar.

Kata setelah laa pertama dimabnikan fathah dan


yang kedua dirafakan. Contohnya:

Kata setelah laa pertama dirafakan dan yang kedua


dimabnikan fathah. Contohnya:

tidak ada kemampuan dan


4.

kekuatan kecuali karena Allah.


Kata setelah laa pertama dimabnikan fathah dan
yang kedua dinashabkan dengan diathafkan atas
mahal (posisi) isim laa pertama. Contohnya:



IX.

HUKUM ATHAF PADA MAMUL DARI HURUF-HURUF YANG


MENYERUPAI FIIL:
Bila isim huruf yang menyerupai fiil diathafi (diikuti irabnya)
oleh kata lain maka ia kata tersebut harus dinashabkan atau
dirafakan sebagai mubtada dengan khabar yang terbuang.
Contoh: QS: (9) ayat 3

bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari


orang-orang musyrikin. Yakni:

157 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi,
Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka)
yang benar-benar saleh, Maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Yakni:
X.


QS: (5) ayat 69

BERSAMA HURUF MAA KAAFAH.


Definisi: huruf yang menghalangi huruf yang menyerupai
fiil dari fungsinya.
Bentuk
1. Masuk pada inna dan menjadi huruf hashr. Seperti
dalam firmanNya QS: (4) ayat 171

2.

Masuk pada anna dan menjadi huruf hashr.


Seperti dalam firmanNya QS:(18) ayat 110


3.

diwahyukan kepadaku: Bahwa Sesungguhnya


Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
Bermakna tawkid dan tidak berfungsi seperti
sebelumnya. Seperti dalam firmanNya: QS: (8) ayat 6

Mereka membantahmu tentang kebenaran


sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang),
seolah-olah mereka dihalau kepada kematian,
sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).
XI.

BERSAMA HURUF LA IBTIDA.


Khusus anna dan inna baik isim ataupun mubtadanya bisa
dimasuki la taukid/ibtida. Contoh:

sesungguhnya Tuhanku Mahamendengar terhadap doa.


QS: (14) ayat 39

158 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
PEMBAHASAN III
97
KATA YANG DINASHABKAN MANSHUBAT
Manshubat adalah ketentuan kata kapan dinashabkan dan
ditidandai sesuai dengan bentuk isimnya dan lima tanda bagi nashab di
atas. Manshubat ini khusus untuk kata nominal, karena kata kerja yang
dinashabkan hanya mudhari yakni pada saat didahului amil nashib dan
ditandai dengan tanda yang telah dijelaskan dalam bab Tanda Irab.
Jumlah status kata dalam kalimat untuk dinashabkan sebagai berikut:
A.
MAFUL BIH
Pengertian: maful bih adalah objek dari kata kerja
sebelumnya. Yakn isim/kata nominal yang menunjukkan hal
yang terkena pekerjaan subjek, baik dalam itsbat ataupun
manfi (positif negatifnya).
Hukum: wajib dinashabkan.
Bentuk: bentuknya sama dengan fail. Yakni ada yang sharih
dan ada yang muawwal.
Ketentuan
Harus didahulukan:
a. Berbentuk isim yang harus didahulukan seperti
syarat atau isim istifham. Lihat QS: (13) ayat 33

b.

Barangsiapa yang disesatkan Allah, Maka baginya


tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk.
Jadi jawab kata amma dan tidak ada kata lain
selain maful: lihat QS: (93) ayat 9

Pembuangan:
a. Boleh membuangnya bila
Contonhnya: QS: (93) ayat 3

terdapat

tanda:

Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada


(pula) benci kepadamu.

Bila dilahirkan berbentuk

97

. Musthafa Alghayalaini, Jamiu Addurus, juz III, hal. 531-665.

159 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
b.

Boleh membuang fiilnya: lihat QS: (16) ayat 30


"Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa:
"Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?"
mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan)
kebaikan". Bila ditampakkan terlihat
B.

TAHDZIR: isim yang dinashabkan dengan fiil yang terbuang dengan


tujuan untuk mengingatkan atau menakuti. Contohnya dalam
firmanNya: QS: (91) ayat 13

C.

Lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: (Biarkanlah) unta


betina Allah dan minumannya".
IGHRA: isim yang dinashabkan dengan fiil yang terbuang dengan
tujuan untuk memberikan dorongan (terhadap kebaikan) yang
terkandung dalam makna isim tersebut. Seperti dalam kalimat:




lakukanlah kebenaran dan budi yang mulia.
D.

lihat ayat berikut98:




IKHTISHASH: isim yang dinashabkan dengan fiil yang wajib


terbuang dan berbentuk kata

(Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan


atas kamu, hai ahlulbait. QS: (11) ayat 73
E.

ISTYTIGHAL/ isim yang mendahului kata kerja yang memuat


dhamir yang bila kata kerja tersebut tidak disambung dengan
dhamir niscaya menjadi amil isim tersebut (mempengaruhi
irabnya). Contohnya dalam firmanNya: QS: (54) ayat 24

Maka mereka berkata: "Bagaimana kita akan mengikuti seorang


manusia (biasa) di antara kita?" Sesungguhnya kalau kita begitu
benar-benar berada dalam Keadaan sesat dan gila".
98

. Abu Hayyan Al Andalusi, Bahrul Muhith: 245 /5

160 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
F.

TANAZU: keberadaan dua atau lebih amil (kata kerja atau yang
menyerupainya) dengan satu mamul (kata yang berhak untuk
dipengaruhi irabnya). Contohnya QS: (18) ayat 96 dan (69) ayat 19

Berilah aku potongan-potongan besi". hingga apabila besi itu


telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah
Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)". hingga apabila besi itu sudah
menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga
(yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.

Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari


sebelah kanannya, Maka Dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku
(ini)".
G.

MAFUL MUTHLAQ: Mashdar yang bentuk katanya satu dengan


kata kerjanya, dan berfungsi untuk mentaukidi/menguatkan
makna, menjelaskan bilangan atau macam makna dalam kata kerja
tersebut. Contohnya adalah QS: (4) ayat 164

Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.


H.

MAFUL LAH/MAFUL LI AJLIH


Pengerian: mashdar yang maknanya merupakan pekerjaan
hati, disebutkan untuk menjelaskan sebab/alasan sebuah
pekerjaan dalam kata kerja yang subjek dan masa dalam
makna kata kerja dengan subjek dan masa pekerjaan dalam
mashdar tersebut adalah satu.
Bentuk:
1. Sharih. Contoh: QS: (2) ayat 19



Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat
dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka

161 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

2.

menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena


(mendengar suara) petir,sebab takut akan mati. dan
Allah meliputi orang-orang yang kafir.
Muawwal. Contoh: QS: (2) ayat 19



Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat
dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka
menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena
(mendengar suara) petir,sebab takut akan mati. dan
Allah meliputi orang-orang yang kafir.
I.

MAFUL FIH/DZARAF: isim yang dinashabkan dan (maknanya)


memuat makna huruf fii yang keberadaan isim tersebut untuk
menjelaskan masa atau tempat terwujudnya suatu pekerjaan.
Lihat QS: (2) ayat 259

J.

MAFUL MAAH: isim yang bukan termasuk pokok dalam kalimat,


dan terletak setelah huruf wawu yang bermakna
maa/bersama untuk menunjukkan terhadap hal yang suatu
pekerjaan terwujud bersamaan dengan hal tersebut. Contohnya:

Dan bacakanIah kepada mereka berita penting tentang Nuh di


waktu Dia berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, jika terasa
berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu)
dengan ayat-ayat Allah, Maka kepada Allah-lah aku bertawakal,
karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutusekutumu (untuk membinasakanku). kemudian janganlah
keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku,
dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. QS: (10) ayat 71

162 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I




Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah
beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam
hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin),
atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang
orang yang beruntung. QS: (59) ayat 9
K.

HAL:
Pengertian: hal adalah sifat (berbentuk isim nakirah yang
dinashabkan) berfungsi untuk menjelaskan keberadaan
(makna) isim makrifat (shahibul hal) yang memiliki sifat
tersebut. Contoh: QS: (21) ayat 16

Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang
ada di antara keduanya dengan bermain-main.
Pembuangan: dalam kalimat yang terdapat hal, ada kata
yang dinamakan shahibul hal yaitu kata makrifat yang
disifati oleh hal, dan ada amil, yaitu kata kerja yang
berhubungan dengan shahibul hal. Dari tiga kata ini terkadang
terbuang hingga tidak tampak secara lahir tetepi dalam makna
jelas keberadaannya:
1. Pembuangan hal. Contohnya: QS: (2) ayat 127

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina)


dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya
Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami),
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi

163 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Maha Mengetahui". Antara kata


dan

terdapat kata yang terbuang dan bila tampak berbentuk

( seraya berdoa).

kata
2.

Pembuangan shahibul hal. Contohnya: QS: (25) ayat 41

Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad),


mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan
(dengan mengatakan): "Inikah orangnya yang di utus
Allah sebagai Rasul?. Kata yang bergaris bawah adalah
hal, sementara dalam kata

terdapat objek yang

terbuang dan itu adalah shahibul hal. Bila temapak


berbentuk:
3.

Pembuangan amil. Contohnya: QS: (2) ayat 239

Jika kamu dalam Keadaan takut (bahaya), Maka


Shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. kemudian
apabila kamu telah aman, Maka sebutlah Allah
(shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui. Kata

adalah

hal, shahibul halnya ada dhamir tum dalam kata


sebelumnya. Sebelum huruf fa dalam kata hal
terdapat kata kerja yang terbuang sebagai amilnya. Bila
tampak berbentuk kata

maka shalatlah kalian.

Pembagian:
1. Hal Muassisah: hal yang berfungsi untuk menjelaskan
selain ia sebagai hal. Contohnya:

Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku


sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusanpun". QS: Alkahfi 69

164 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
2.

Hal Muakkiadah: hal yang berfungsi untuk memperkuat


makna amil ataupun makna shahibul hal seperti dalam
firmanNya: QS: Albaqarah 60

Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk


kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan
tongkatmu". lalu memancarlah daripadanya dua belas
mata air.

Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman


semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka
Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka
menjadi orang-orang yang beriman semuanya?.
QS: Yunus 99
Hal lebih dari satu: maksudnya adalah bahwa dalam satu
kalimat dan satu shahibul hal, kata yang menjadi hal
terkadang lebih dari satu seperti dalam firmanNya:

Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah


dan bersedih hati. berkata Musa: "Hai kaumku, Bukankah
Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik?
Maka Apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau
kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu
menimpamu, dan kamu melanggar perjanjianmu dengan
aku?". QS: Thahaa 86

165 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Shahibul hal lebih dari satu dalam kalimat dengan satu hal
seperti dalam firmaNya: QS: Ibrahim 33


Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan
bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya), dan
telah menundukkan bagimu malam dan siang.
L.

TAMYIZ
Pengertian: tamyiz adalah isim nakirah yang menerangkan
makna dzat atau nisbat yang masih samar.
Syarat: kata yang menjadi tamyiz harus berupa isim nakirah,
baik secara lafdziyyah maupun maknawiyyah:
Contoh lafdziyyah. QS: Maryam 4

Ia berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah


lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum
pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya
Tuhanku.
Contoh maknawiyyah. QS: Albaqarah 130



Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim,
melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan
sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan
Sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar Termasuk
orang-orang yang saleh.
Kata yang bergaris bawah adalah makrifat karena
mudhaf/disambungkan ke isim dhamir, namun nakirah
secara maknawi.

166 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Pembagian:
1. Nisbat
Pengertian: tamyiz yang menerangkan makna
jumlah yang samar nisbatnya.
Bentuk
a. Muhawwal
Pengertian: artinya dipindahkan, yakni
tamyiz yang pada awalnya digunakan untuk
selain tamyiz kemudian difungsikan sebagai
tamyiz. Misalnya:
1. Fail: seperti dalam firmanNya:
QS: Maryam 4

Ia berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya


tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban, dan aku belum pernah
kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya
Tuhanku. Susunan kalimat yang bergaris
bawah pada mulanya berbentuk/



2.

Maful/ seperti dalam firmanNya:


Dan Kami jadikan bumi memancarkan
mata air-mata air. QS: Alqamar 12
Kalimat yang bergaris bawah pada

mulanya berbentuk

167 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Mubtada/ seperti dalam firmanNya:

3.


"Hartaku lebih banyak dari pada
hartamu dan pengikut-pengikutku lebih
kuat". QS: Alkahfi 34
Jumlah yang bergaris bawah pada
awalnya berbentuk:

Hukum:
tamyiz
dinashabkan.
b.

muhawwal

harus

Ghairu muhawwal
Pengertian: tamyiz yang pada mulanya
memang digunakan dan difungsikan untuk
tamyiz. Lihat ayat berikut:




QS: (12) ayat 4

Hukum: boleh dinashabkan dan boleh


dijarkan dengan min. Lihat ayat berikut:


QS: (3) ayat 125

2.

Dzat
Pengertian: isim yang menerangakan isim lain yang
(maknanya) samar.
Bentuk: kata yang ditamyizi dengan tamyiz dzat ini
adalah kata yang mubham (samar) maknanya. Isim
mubham yang dimaksud dalam pembahasan ini
adalah:
1. Isim adad.
Lihat QS: QS: (12) ayat 4 (contoh diatas)
2. Kata yang bermakna ukuran, baik berupa
timbangan atau yang lain. Contoh:

40 mil

seorang laki-laki sudah berjalan

168 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Hukum: hukum tamyiz dzat adalah sama dengan
tamyiz ghairu muhawwal, yakni boleh nashab dn
boleh dijarkan dengan huruf min.
Lihat QS: (3) ayat 125 (contoh diatas)
3.

Huruf-huruf tamyiz: yang dimaksud di sini adalah huruf


yang selalu membutuhkan tamyiz dan bila huruf ini
terdapat dalam kalimat, maka ia selalu diiringi dengan
tamyiz:
a.

1.

Istifhamiyyah:
Pengertian: digunakan untuk bertanya
tentang bilangan yang belum jelas. Seperti
dalam kalimat:

berapa

banyak laki-laki yang musafir?.


Tamyiznya: harus berupa kata mufrad dan
dinashabkan
Khabariyyah:

2.

Pengertian:
kam
yang
bermakna
katsir/banyak dan digunakan untuk
memberitakan bilangan banyak tetapi
samar keberadaannya. Seperti dalam
kalimat:


banyak orang alim yang

telah aku lihat.

b.

Tamyiznya: mufrad dan dijarkan dengan


idhafah (disambungkan dengan kata
setelahnya).

Pengertian: sama dengan kam alkhabariyyah.


Tamyiznya: dijarkan dengan huruf min.
Seperti dalam firmanNya: QS: Ali Imaran146

169 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang
bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikut (nya) yang bertakwa.
M.

ISTISTNA
Pengertian umum
1. Definisi: Istitsna adalah mengeluarkan (mengecualikan)
kata yang terletak setelah huruf illa atau yang sama
fungsinya (Mustastna) dari hukum makna kalimat
sebelumnya (mustastna minhu).
2. Kalimat yang diististnakan: Kalimat yang diististnakan
adalah kata makrifat atau nakirah yang berfaidah, seperti
dalam firmanNya: QS: Alankabut 14

Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang


lima puluh tahun.
3.

Alat ististna/

Lihat QS: (5) ayat 33 - 34

b.
Lihat QS: (51) ayat 36

c. contoh:
sesungguhnya
a.

aku lebih memperhatikan suatu kaum selain kalian.

d.


contoh:


*

ingat, segala hal selain Allah SWT akan hancur dan


seluruh kenikmatan akan sirna

e.

seperti: seluruhnya datang

selain Salim

f.

lihat ayat berikut:






QS: (12) ayat 51

4.

Mustastna minhu/kalimat yang terletak sebelum adat/alat


ististna, dan bentuknya adalah:

170 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
a.

b.

c.

5.

Tam Muwjab: kalimat yang terletak sebelum alat


ististna (mustastna minhu) disebutkan secara
sempurna (kalimat sempurna) dan berbentuk kalimat
positif/mutsbat. Lihat ayat berikut:




QS: (2) ayat 249

Tam Manfiy: kalimat yang terletak sebelum alat


ististna (mustastna minhu) disebutkan secara
sempurna (kalimat sempurna) dan berbentuk kalimat
negatif/manfiy. Lihat ayat berikut:



QS: (12) ayat 51

Naqish: kalimat yang terletak sebelum alat ististna


(mustastna minhu) tidak disebutkan secara
sempurna (kalimat belum sempurna) dan berbentuk
kalimat negatif. Lihat ayat berikut:

QS: (38) ayat 70



Mustastna: kalimat yang terletak setelah alat ististna,


mustastna adalah pokok bahasan dalam iststna, dan
mustastna merupakan kalimat yang hukum maknanya
dikecualikan dari mustastna minhu. Mustastna ada dua
macam:
a. Muttashil: yakni jenis makna yang terkandung
dengan jenis makna pada mustastna minhu. Seperti


suatu kaum telah datang kecuali

b.

Zaid. Zaid jenisnya sama dengan kaum. Berbeda


dengan munqathi:
Munqathi: jenis maknanya berbeda dengan jenis
makna pada mustastna minhu seperti kalimat:



aku mengambil kitab-kitab

kecuali pen. Dan dalam firmanNya: QS. Annisa 157


mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa
yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan
belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang
mereka bunuh itu adalah Isa.
Ilmu dan dzan tidak satu jenis, ilmu merupakan
keyakinan dan dzan hayalah prasangka.

171 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Hukum/
1.

Harus dinashabkan:
a. Mustastna munqathi dengan illa baik tam muwjab

ataupun tidak. Seperti

b.

2.

Mustastna dengan illa dari mustastna minhu tam


muwjab. Lihat ayat berikut:




QS: (2) ayat 249

Jawazul wajhain: maksudnya adalah bahwa mustastna


boleh dinashabkan dan boleh jadi badal (kata penjelas
yang irabnya mengikuti kata yang diperjelas). Dengan
ketentuan:
Mustastna dengan illa dari mustastna minhu tam
manfiy.
Contoh nashab: QS: Hud 81



dan janganlah ada seorangpun di antara kamu
yang tertinggal, kecuali isterimu.
Kata yang bergaris bawah dalam qiraah lain
dirafakan dengan menjadikannya badal.
Contoh badal: QS: Annisa: 66



Dan Sesungguhnya kalau Kami perintahkan
kepada mereka: "Bunuhlah dirimu atau
keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya
mereka tidak akan melakukannya kecuali
sebagian kecil dari mereka.
Kata yang bergaris bawah dalam qiraat lain
dinashabkan.

172 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Dengan khaala, adaa haasyaa, yakni:
Nashab, dengan menganggap (mengikuti
pendapat) bahwa alat ististna adalah fiil madhi
dan mustastna sebagai objeknya. Seperti dalam
kalimat:




aku melihat suatu kaum

selain Zaid.
Jar, dengan menganggap bahwa alat ististna
adalah huruf jar. Seperti dalam kalimat:




aku melihat suatu kaum

3.

selain Zaid.
Sesuai dengan amil: apabila mustastna dengan illa dan
mustastna minhu tidak disebutkan dalam kaimat (kalam
naqish) dan kalimatnya negatif seperti dalam firmanNya:



Dan Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda
gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat Itulah
yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
QS: Alankabut 64
Kata yang bergaris bawah adalah mustastna dan irabnya
melihat amilnya, disini menjadi khabar karena mustastna
minhu adalah mubtada yang membutuhkan khabar.
4.

Harus dijarkan: apabila menggunakan alat ististna


ghairu. Seperti dalam firmanNya: QS: Alfatihah 6 - 7

Faidah
1. Alat ististna ghairu adalah kata murab dan irabnya
sama dengan mustastna yang menggunakan alat ististna
illa dengan segala ketentuan hukumnya.
2. Alat istisna illa terkadang menggunakan makna ghairu
seperti dalam frmanNya: QS: Alanbiya 22

173 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I


Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain
Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa.
N.

KHABAR DARI FIIL NAQISH: Yakni tiap jumlah ismiyyah (mubtada


khabar) yang dimasuki Fiil Naqish, maka khabarnya dinashabkan
seperti dalam contoh pada bab Marfuat.

O.

MUNADA
Pengertian: bila akan memanggil seseorang dibutuhkan alat
yang berbentuk huruf, duruf ini dinamakan huruf munada,
dan kata/orang yang dipanggil dinakaman munada. Kata
yang menjadi munda terletak setelah huruf tersebut. Selain
itu, munada adalah memposisikan orang ketiga sebagai orang
kedua dengan memanngilnya menggunakan huruf. Yaitu:
Huruf munada
Untuk memanggil yang jauh:


seperti:
wahai Abdullah

b.
seperti
wahai Abdullah
a.

seperti:


wahai tamu, silahkan masuk
seperti:
b.

c. wahai tamu, silahkan masuk
Untuk memanggil yang dekat:
a.

d.

: untuk memanggil yang jauh tetapi hukumnya

hai Ali, dengarkah

(dianggap) jauh seperti memanggil orang yang


sedang tidur. Contoh
kamu?

Untuk memanggil yang jauh & dekat:

. Lihat ayat berikut: (2) ayat 183





174 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

Bila tidak dibarengi kata selain berfungsi


sebagai munada ya bermakna
Taajjub/styafaqah /meminta
Seperti: QS: (5) ayat 31

belas

kasihan.




Tambih/mengingatkan:
Seperti: QS: (4) ayat 73

Untuk memanggil kata yang ada huruf al.

seperti ayat berikut:lihat QS: (2) ayat 21





Pembagian
1. Mufrad makrifah: kata tunggal walaupun bermakna
tastniyyah atau jamak (tidak diidhafahkan/disambung
dengan kata setelahnya) dan makrifah. Lihat ayat berikut:

2.

QS: (2) ayat 153


Nakirah Maqshudah: berbentuk isim nakirah tetapi
maknanya tertentu pada suatu hal/orang. Lihat QS:

3.

QS: (8) ayat 64


Nakirah ghairu maqshudah: berbentuk nakirah dan
bersifat umum (tidak tertentu seperti nakirah
maqshudah). Seperti perkataan orang buta yang minta
penunjuk jalan:

4.

5.


wahai siapapun,

peganglah tanganku.
Mudhaf (disambung dengan kata setelahnya). Seperti:

wahai walai Allah, aku datang

berziarah kepadamu
Syibh mudhaf: menyerupai mudhaf (berbentuk kata yang
dijarkan dengan huruf atau dzaraf). Lihat ayat berikut:

175 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

QS: (36) ayat 30


Hukum:
1. Wajib dinashabkan secara lafdziyyah (ditandai dengan
alamat nashab). Hukum ini berlaku untuk:
Munada nakirah Maqshudah.
Munada mudhaf
2.

Munada syibh mudhaf


Wajib dinashabkan secara maknawiyyah (ditandai dengan
dimabnikan atas tanda alamat rafa. Hukum ini berlaku
untuk munada yang berbentuk nakirah maqshudah.

Pembuangan: terkadang munada hurufnya terbuang, tetapi


makna dan hukumnya berlaku. Demikian seperti dalam
firmanNya: QS: Yusuf 29


(Hai) Yusuf: "Berpalinglah dari ini, dan (kamu Hai isteriku)
mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu
Sesungguhnya Termasuk orang-orang yang berbuat salah."
Ya mutakallim: huruf ya yang berbentuk dhamir mutakallim
(menunjukkan orang pertama/yang berbicara) bila
dsambungkan pada kata yang menjadi munada memiliki
hukum tersendiri. Rinciannya sebagai berikut:
a. Bila mudhaf pada isim sifat yang huruf akhirnya shahih
(tidak berbentuk huruf wawu, alif atau ya) atau
mudhaf pada kata yang akhirnya mutal (berbentuk huruf
wawu, alif, atau ya) dan bukan sifat serta tidak
mudhaf pada kata

atau

, maka ya mutakallim

tersebut tidak boleh dibuang.

Seperti:

b.

Bila mudhaf pada selain isim sifat yang shahih huruf


akhirnya, ya mutakallim tersebut boleh dibuang dan
cukup ditandai dengan harakat kasrah pada huruf
sebelumnya seperti dalam firmanNya: QS: Azzukhruf 68

176 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

c.

Dan bila ya mutakallim mudhaf pada kata yang mudhaf


ke kata yang menjadi munada maka ya mutakallim
tidak dibuang, tetapi dalam pemakaiannya ya dibuang
dan cukup ditandai dengan harakat kasrah pada huruf
sebelumnya atau diganti dengan alif kemudian alif
tersebut dibuang dan ditandai dengan harakat fathah
pada huruf sebelumnya. Demikian seperti dalam
firmanNya: QS: Thaaha 94


Harun menjawab' "Hai putera ibuku, janganlah kamu
pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku ".
d.

Dan bila mudhaf pada kata

atau

maka hukumnya

sama dengan ya yang mudhaf pada kata yang shahih


huruf akhirnya dan tidak berbentuk isim sifat.
Seperti:

177 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
PEMBAHASAN IV
99
KATA YANG DIJARKAN (MAJRURAT)
A. PENGERTIAN:
Majrurat adalah ketentuan kata kapan dijarkan dan
ditidandai sesuai dengan bentuk isimnya sesuai dengan tanda jar
diatas. Majrurat ini khusus untuk kata nominal, karena kata kerja
tidak ada yang dijarkan.
B.

PEMBAGIAN: isim yang dijarkan terbagi menjadi tiga bagian, yakni:


1. Dijarkan dengan huruf jar (dengan berbagai bentuknya, baik
yang mandiri maupun yang tidak mandiri). Lihat ayat berikut:








(2) ayat 104

2. Dijarkan dengan idhafah (sebab disambungkan pada kata


sebelumnya). Dalam hal ini kata pertama dinanamakan Mudhaf
dan yang kedua dinamakan Mudhaf ilaih. Kemudian idhafah ini
ada dua macam:
Bentuk: Idhafah ini terbagi dalam dua bentuk:
Maknawiyyah: yaitu tiap idhafah yang mudhaf ilaihnya
berfaidah untuk memakrifatkan/membatasi keumuman
makna mudhafnya. Lihat QS: (8) ayat 64

Lafdziyyah : idhafah yang bertujuan untuk memudahkan


pengucapan pada dua kata yang disambung dengan
tampa adanya faidah seperti dalam idhafah
maknawiyyah. Lihat QS: (2) ayat 49 dan (2) ayat 46

Pembagian:
a. Lamiyyah: dua kata nominal yang digabung dan
menyimpan makna huruf jar lam. Dan memiliki arti lil
milki dan ikhtishash. Lihat QS: (11) ayat 43

99

. Musthafa Alghayalaini, Jamiu Addurus, Juz III, hal. 672.

178 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
b. Bayaniyyah: Idhafah yang mengandung makna huruf jar
min. Yaitu tiap idhafah yang kata kedua merupakan
jenis dari kata pertama. Seperti:






ridha Allah, atas orang

yang mengikuti agamaNya.


c. Dzarfiyyah: Idhafah yang mengandung makna huruf jar
fi. Yaitu tiap idhafah yang kata kedua merupakan
dzaraf (tempat bagi kata pertama) seperti dalam
firmanNya:QS: Yusuf 39

Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik,


tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah
yang Maha Esa?.
Penjara adalah tempat bagi kedua penghuninya yakni
kata


tempatnya adalah
.

d. Tasybih: idhafah yang mengandung makna huruf ka


yang bermakna tasybih. Seperti kalimat:




air mata seperti mutiara

3.

C.

telah mengalir dari pipi-pipi yang seperti mawar.


Dijarkan sebab mengikuti kata sebelumnya (tabi dibahas dalam
pembahasan berkutnya).

HUKUM: tiap terdapat idhafah di situ terdapat dua proses hingga


ada beberapa huruf yang terbuang. Proses tersebut sesuai dengan
bentuk isim yang diidhafahkan. Rinciannya sebagai berikut:
a. Bila mudhaf berbentuk isim mufrad maka tanda isimnya
100
(selain huruf jar, yakni tanwin atau huruf al ) terbuang.
Contoh:

kunci rahmat. Bila


diidhafahkan berbentuk
Tuhan semesta
Isim mufrad dengan al:

alam. Bila diidhafahkan berbentuk:

Isim mufrad bertanwin:

100

. Kecuali bila berbentuk idhafah lafdziyyah, maka al bisa tidak terbuang.

179 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
b.

Bila mudhaf berbentuk isim tastniyyah, atau jamak mudzakar


salim maka huruf nun pada akhir kata terbuang.
Isim tastniyyah:

dua kitab milik Zaid.

Jamak mudzakar salim:



Bila diidhafahkan berbentuk:

orang-orang yang berserah diri pada Allah SWT.


Bila diidhafahkan berbentuk:

dua orang yang berpasrah kepada Allah SWT.

180 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
PEMBAHASAN V
101
TAWABI
Tawabi adalah kata keterangan dan kata yang tidak
tersentuh oleh perubahan di akhir kata (irab) secara langsung
melainkan sebab mengikuti kata sebelumnya, sesuai dengan
bentuk irab empat dan dengan keberadaan kata itu sendiri. Dalam
istilah lain naat dikatakan sebagai kata sifat.
A.

NAAT:
Definsi: kata yang terletak setelah kata lain dengan tujuan
untuk memperjelas sebagian dari keadaan (makna) kata
sebelumnya atau kata yang berhubungannya.
Pembagian:
a. Mufrad: berbentuk kata tunggal, walaupun maknanya
tastniyyah atau jamak, bukan jumlah ataupun
menyerupai jumlah. Lihat ayat berikut: QS: (9) ayat 3

b.

Jumlah: berbentuk jumlah, dengan syarat:

Berupa jumlah khabariyyah, bukan thalabiyyah. Lihat


ayat berikut: QS: (2) ayat 24

Harus memuat dhamir yang menggantikan makna


dalam mawshuf (kata yang disifati), baik berupa
dhamir yang tampak maupun mustatar seperti
dalam firmanNya: QS: Albaqarah 48


Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang
pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang
lain, walau sedikitpun. Kata yang bergaris bawah
adalah naat jumlah yang memuat dhamir tetapi
tidak terlihat, dan bila ditampakkan berbentuk:

101

. Musthafa Alghayalaini, Jamiu Addurus, Juz III, hal. 720 - 746.

181 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I




.
Syibh jumlah: berupa dzaraf atau kata yang dijarkan
dengan huruf jar. Lihat ayat berikut: QS: (42) ayat 7

Bentuk: Naat dari pembagian diatas digolongkan dalam dua


bentuk:
1. Hakiki:
Pengertian: naat yang berfungsi untuk menjelaskan
salah satu sifat dari beberapa sifat yang terkdandung
dalam mawshufnya. Lihat ayat berikut:
QS: (9) ayat 99

2.

Syarat: naat hakiki harus muthabiq (serasi) dengan


mawshufnya dalam beberapa hal, yakni:
a. Irab
b. Tunggal, tastniyyah dan jamaknya.
c. Bentuk makna nakirah dan makrifatnya.
d. Jenis makna, laki-laki atau perempuan
(mudzakar dan muannats).
Sababi:
Pengertian: naat yang menjelaskan salah satu sifat
dari kata yang berhubungan atau memuat dhamir
pada mawshuf. Seperti:




QS: (42) ayat 7

Pembagian:
a. Memuat dhamir pada manut/mawshuf/kata
yang disifati. Naat sababi yang ini harus
sama/serasi (muthabiq) dengan manutnya
dalam dua hal:
1. Tunggal, tastniyyah dan jamaknya
2. Mudzakar dan muannatsnya.
b. Tidak memuat dhamir. Dan naat sababi yang
demikian juga harus muthabiq dengan
mawshufnya dalam dua hal, tetapi berbeda

182 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
dengan naat sababi yang memuat dhamir.
Yakni:
1. Irab
2. Nakirah dan makrifatnya.
PERHATIKAN AYAT BERIKUT INI.
QS: (2) ayat 69


naat hakiki

naat sababi

3.

Maqthu: Maqthu artinya terputus, dan yang dimaksud di


sini ialah terputusnya hukum naat pada suatu kata yang
seolah adalah naat, tapi sebenarnya kata tersebut adalah
khabar dari mubtada yang terbuang atau maful bih dari
kata kerja yang terbuang pula. Demikian karena ada suatu
tujuan yang tidak tampak dalam kalimat dan biasanya
tujuannya berbentuk madh/memuji, dzam/mencela
atau tarahhum/berbelas kasihan. seperti dalam
firmanNya: QS: Allahab 3 4

Kelak Dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan


(begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Kata yang
bergaris bawah adalah objek/maful bih dari kata kerja
yang terbuang, bila tampak berbentuk:



yakni, Aku mencela pembawa kayu

bakar.
Faidah

Berupa kata makrifat: bila naat berupa kata makrifat


berfungsi untuk memperjelas keberadaan manutnya.
Berupa kata nakirah: bila yang digunakan sebagai naat
adalah kata nakirah maka ia berfungsi untuk
mempersempit keumuman makna pada manutnya.

183 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
B.

TAWKID:
Definisi: ketetapan (hukum makna kalimat) terhadap suatu
hal. Kata yang ditetapkan hukumnya dinamakan
(muakkad/kata yang ditawkidi/ditetapkan) dan kata yang
menetapkan dinamakan (muakkdi/kata yang menetapkan).
Muakkid Irabnya mengikuti muakkad.
Pembagian:
a. Lafdzi
Pengertian: mengulang kembali kata yang ditaukidi
(muakkad) dengan kata yang sama atau sama
maknanya, baik berupa isim dzahir, dhamir, fiil,huruf
atau jumlah. Dintara contohnya adalah firman Allah
SWT: QS: Albaqarah 35

Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh


kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana
saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati
pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk
orang-orang yang zalim. Kata yang bergaris bawah
mentaukidi kata

yang merupakan dhamir

mustatar wujub (dhamir yang wajib tersimpan) yang

terdapat dalam kata perintah

Faidah: menetapkan hukum (makna kalimat) bagi


pendengar (dalam contoh diatas adalah Adam) dan
memantapkannya dalam hati serta menghlangkan
keraguannya.
b.

Maknawi:
Pengertian: tawkid yang menggunakan kata ,

, . Khusus untuk
,
dan
, , ,

harus diidhafahkan kepada dhamir yang sesuai


dengan muakkad.

184 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Faidah:
1.

& & :
Fungsi tiga kata ini untuk menghilangkan
kemungkinan adanya majaz (penggunaan kata
tidak sesuai dengan makna asalnya), atau
adanya lupa dalam pengucapannya. Contohnya:


kaum itu, sudah datang

seluruhnya.


kaum itu sudah datang,

yakni
mereke
sendiri
pimpinan/barangnya saja).

(bukan

yakni
mereke
sendiri
pimpinan/barangnya saja).

(bukan


kaum itu sudah datang,

2.

& :menunjukkan makna ihathah atau


syumul (yakni bahwa makna kalimat tercakup
secara keseluruhan dalam hubungannya dengan
muakkad). Contohnya:


kaum itu, sudah datang

seluruhnya.


kaum itu, sudah datang

seluruhnya.

3.
& :menetapkan hukum (makna kalimat)
untuk dua orang yang ditaukidi bersama. Lihat
ayat berikut ini: dan (17) ayat 23, QS: (18) ayat
33, QS: (17) ayat 23

185 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
C.

BADAL
Definisi: kata yang mengikuti kata sebelumnya dengan tampa
perantara (semisal huruf) dan merupakan kata yang
dimaksudkan dalam hukum kalimat. Kata yang menggantikan
dinamakan badal dan yang digantikan dinamakan mubdal
minhu.
Pembagian:
a. Muthabiq/badal kull min kull: kata yang mewakili (makna)
kata yang sama maknanya sepeti dalam firmanNya:
QS: Alfatihah: 6 7

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orangb.

orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka.


Badal badh min kull: kata yang mewakili sebagian dari
(makna) pada mubdal minhunya.QS: (73) ayat 1 - 3

c.

* *

Badal mubaayin: kata yang menjelaskan mubdal


minhunya. Dan yang dimaksud menjelaskan di sini
adalah:
Ghlatah: kata yang mewakili mubdal minhu
disebabkan mubdal minhu dikatakan dengan tidak
sengaja. Seperti


aku melihat kuda,

maksud saya Zaid (pemilik kuda itu).


Nisyan: kata yang
disebabkan mubdal

mewakili mubdal
minhu dikatakan

disebabkan lupa. Seperti

minhu
tetapi

aku shalat menghadap Kabah, maksudnya Kiblat.

Idhrab: kata yang mewakili mubdal minhu


disebabkan orang yang berbicara mengalihkan
tujuan pada (kalimat yang telah diucapkan) kata
tersebut. Seperti contoh diatas hanya kondisi
mutakallim saja, apakah ia menyebut badal sebab
lupa, salah atau tidak sengaja.

186 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Bentuk: dari semua jenis dan bagian-bagian badal ini, badal
memiliki beberapa bentuk:

Badal dari mubdal minhu isim dzahir. lihat ayat berikut:


QS: (2) ayat 217

Badal dari mubdal minhu isim dhamir ghaib (orang ketiga)


menggunakan isim dzahir. Contoh: QS: Alanbiyaa 3


dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan
mereka: "Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia
(jua) seperti kamu.



mewakili dhamir (wawu/damir yang menunjukkan

orang ketiga, laki-laki dan jamak) dalam kata yang


bergaris.
Badal fiil dari mubdal minhu fiil.
Contoh: QS: Alfurqan 68 69

Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain


beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan
yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya
pada hari Kiamat dan Dia akan kekal dalam azab itu,
dalam Keadaan terhina.
Badal jumlah dari mubdal minhu jumlah. Contoh:
QS: Assyuaraa 132 133

Dan
bertakwalah
kepada
Allah
yang
telah
menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia

187 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang
ternak, dan anak-anak.
D.

ATHAF
Pengertian: Athaf merupakan kata atau kalimat yang hukum
maknanya atau irab serta bentuknya mengikuti kata atau
kalimat lain. Kata atau kalimat yang mengikuti dinakaman
mathuf dan yang diikuti dinamakan mathuf alaih.
Pembagian:
a. Bayan
Definisi: kata yang irabnya mengikuti kata lain
sebagai mana naat dalam hal memperjelas tujuan
(dalam kalimat).
Hukum dan syarat. Athaf bayan ini memiliki syarat
dan tanda dalam mathufnya hingga dapat
dibedakan badal atau naat:
1. Harus lebih jelas dan lebih mudah dikenali
maknanya dari pada mathuf alaihnya.
2. Harus muthabaqah (sesuai) dengan mathuf
alaihnya dalam irab, mufrad, tastniyyah, jamak,
mudzakar, muannats, makrifat dan nakirahnya.
Lihat ayat berikut ini: QS: (3) ayat 97
b.

Nasaq (athaf dengan huruf):

Definisi: mengikutkan mathuf pada matuf alaih


dalam irab dengan tujuan tertentu dan
menggunakan huruf sebagai alatnya.
Huruf athaf: huruf yang digunakan untuk athaf di
sini ada Sembilan (9). Yaitu, wawu, fa, tsumma,
hatta, aw, am, bal, la, lakin ( ,


,) .


, , ,
, ,
,

Makna dan fungsi huruf athaf.


1. Wawu: mengumpulkan secara mutlak dalam
irab dan hukum pada mathuf dan mathuf
alaih. Lihat QS: (12) ayat 22

188 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
2.

3.

4.

Fa: tartib dan taqib, yakni terjadinya hukum


dalam kalimat secara beriringan dalam mathuf
dan mathuf alaih. Lihat QS: (82) ayat 7
Tsumma: tartib tarakhi, yakni terjadinya hukum
kalimat dalam mathuf setelah mathuf
alaihnya. Lihat QS: (32) ayat 7 - 8
Hatta: ghayah, yakni hukum/makna kalimat
tujuannya terletak pada mathuf. Tetapi athaf
dengan menggunakan hatta tidak banyak
maka dalam hal ini hatta yang berfungsi
sebagai huruf athaf memiliki tanda. Tanda
tersebut terletak pada mathuf, yaitu berbentuk
isim dzahir yang mufrad (bukan jumlah),
merupakan bagian dari mathuf alaih serta
maknanya bersifat lebih
mulia atau lebih

rendah. Seperti:

5.


aku

makan ikan sampai kepalanya.


Aw: makna dan fungsi huruf ini dalam athaf
berbeda-beda dengan melihat kalimat/jumlah
yang ada:
Bila kalimatnya berbentuk thalabiyyah
(perintah) aw memiliki makna:
a. Takhyir: perintah untuk memilih
diantara mathuf atau mathuf alaih.
Seperti:

b.


nikahilah

Fatimah atau saudaranya.


Lihat QS: (58) ayat 4
Ibahah: perintah pada dua atau lebih
hal yang satu diantaranya bila telah
dilakukan maka telah mewakili dalam
perintah tersebut. Seperti dalam
hadits:

jadilah kamu orang alim, atau cinta


terhadap ilmu atau mendengarkannya
dan jangan jadi orang yang keempat.
Lihat QS: (24) ayat 61

189 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
c.

Idhrab: Seperti dalam syair berikut:

mereka berjumlah delapan puluh,


maksudnya lebih dari itu, andai tidak
ada harapanmu itu niscaya telah aku
bunuh anak-anakku.
Bila kalimatnya berbentuk khabariyyah
(berita) aw bermakna:
a. Assyak: menimbulkan keraguan dalam
mathuf dan mathuf alaih.
Contoh: QS: Alkahfi 19




Berkatalah salah seorang di antara
mereka: sudah berapa lamakah kamu
berada (disini?)". mereka menjawab:
"Kita berada (disini) sehari atau
setengah hari.
b.

Ibham: menimbulkan makna samar


pada mathuf dan mathuf alaih.
Contoh: QS: Assaba 24

Katakanlah: "Siapakan yang memberi


rezeki kepadamu dari langit dan dari
bumi?" Katakanlah: "Allah", dan

190 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Sesungguhnya Kami atau kamu (orangorang musyrik), pasti berada dalam
kebenaran atau dalam kesesatan yang
nyata.
c. Taqsim:untuk membagi-bagi (hukum
makna kalimat) dalam mathuf dan
mathuf alaih.
Contoh: QS: Adzariyat 52

Demikianlah tidak seorang Rasulpun


yang datang kepada orang-orang yang
sebelum mereka, melainkan mereka
mengatakan: "Dia adalah seorang
tukang sihir atau seorang gila."
6.

Am: dalam athaf am miliki dua makna yang


masing-masing melihat kalimat dimana am itu
berada:
Muttashilah: yaitu am yang mathuf tidak
bisa berdiri sendiri (maknanya) dengan
tampa mathuf alaih demikian mathuf
alaih juga tidak dapat berdiri sendiri (dalam
kesempurnaan kalimat) dengan tampa
adanya mathuf. Selain
itu am
muttashilah terletak setelah hamzah A
istifham atau bermakna taswiyyah (samasaja). Contoh: QS: Albaqarah 6

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja


bagi mereka, kamu beri peringatan atau
tidak kamu beri peringatan, mereka tidak
juga akan beriman.

191 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Munqathiah: huruf yang digunakan untuk
memotong
kalam/kalimat
pertama
kemudian kalimat kedua (yang terletak
setelah
am)
adalah
jumlah
istinafiyyah/permulaan kalimat.
Contoh: QS: Athuur 38 39

Ataukah mereka mempunyai tangga (ke


langit) untuk mendengarkan pada tangga
itu (hal-hal yang gaib)? Maka hendaklah
orang yang mendengarkan di antara
mereka mendatangkan suatu keterangan
yang nyata. Ataukah untuk Allah anak-anak
perempuan dan untuk kamu anak-anak lakilaki?.
7.

Lakin: Istidarak, yakni menjelaskan bahwa yang


dimaksudkan dalam hukum makna kalimat
adalah mathuf, bukan mathuf alaih. Dan
lakin berfungsi sebagai huruf athaf harus
berada dalam kalimat negatif atau nahiy
(perintah larangan) serta mathufnya mufrad,
dan bila mathufnya berbentuk jumlah maka
lakin adalah huruf istinaf.
Contoh:

tidak Ali tidur,

melainkan Ahmad
8.

Bal:
bermakna idhrab bila terletak pada kalimat
positif baik berupak kalimat berita ataupun
khabr. Dan makna idhrab ini ada dua
macam:
a. Ibthal: makna hukum pada mathuf
alaih dibatalkan secara mutlak. Seperti
dalam firmanNya: QS: Alanbiya 26

192 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

b.

Dan mereka berkata: "Tuhan yang


Maha Pemurah telah mengambil
(mempunyai) anak", Maha suci Allah.
sebenarnya (malaikat-malaikat itu),
adalah
hamba-hamba
yang
dimuliakan.
Intiqal: makna hukum pada mathuf
aliah dipindah ke mathuf. Seperti
dalam firmanNya: QS: Alalaa 14 16

Sesungguhnya beruntunglah orang


yang membersihkan diri (dengan
beriman), dan Dia ingat nama
Tuhannya, lalu Dia sembahyang.
Tetapi kamu (orang-orang kafir)
memilih kehidupan duniawi.
bermakna istidrak seperti lakin bila
terletak pada kalimat negatif atau nahiy
(perintah larangan). Lihat ayat berikut:

QS: (3) ayat 169

Syarat bal menjadi huruf athaf;


setelahnya berbentuk kata mufrad (bukan
jumlah).
Bila berbentuk jumlah maka bal adalah
huruf istinafiyyah. Seperti dalam ayat
berikut ini: QS: (23) ayat 70

193 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I

9.

Laa: huruf nafi, berfungsi untuk menetapkan


hukum pada kata yang terletak setelahnya dan
menghilangkannya pada kata tersebut bila la
terdapat pada kata negatif yang tidak
disebabkan oleh la tersebut.
Selain itu, mathuf dengan huruf la harus
berbentuk mufrad. Seperti:

Bentuk athaf
Athaf isim dzahir pada isim dzahir: seperti contoh diatas
Athaf isim dhamir pada isim dzahir, seperti/

Athaf isim dzahir pada isim dhamir, seperti:

Athaf isim dhamir pada isim dhamir:


a. Munfashil bariz
b. Muttashil mustatar atau muttashil marfu.
Disyaratkan:
1. Mathufnya ditaukidi dengan dhamir munfashil,
atau
2. dipisah antara mathuf dan mathuf alaih.
Contoh: QS: Almaidah 24, QS: Arrad 23, QS:
Muhammad 36

.1

Mereka berkata: "Hai Musa, Kami sekali


sekali tidak akan memasuki nya selamalamanya, selagi mereka ada didalamnya,
karena itu Pergilah kamu bersama Tuhanmu,
dan
berperanglah
kamu
berdua,

194 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
Sesungguhnya Kami hanya duduk menanti
disini saja".

.2

(yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke
dalamnya bersama-sama dengan orangorang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteriisterinya dan anak cucunya, sedang malaikatmalaikat masuk ke tempat-tempat mereka
dari semua pintu.

kata
Kata

athaf pada dhamir wawu pada


dan dipisah dengan dhamir

haa.
Athaf fiil pada fiil: seperti dalam firman Allah SWT:

Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan


memberikan pahala keppadamu dan Dia tidak akan
memint harta-hartamu.

195 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
MARAJI
-

Muhammad Ibn Abdillah Ibn Malik, Syarh Ibn Aqil


aal Alfiyyah Ibn Malik, Toha Putra Semarang
Muhamad ibn Ahmad ibn Abdul Baar Al-Ahdal, AlKawakib Al-Durriyyah
Abu Hayyan Al Andalusi, Tafsir Bahrul Muhith,
Darul Kutub Al ilmiyyah Libanon, 2005
Jalaludin Almahalli, Jalaluddin Assuyuthi, Tafsir
Jalalain, Toha Putra Semarang
Muhamad ibn Ahmad ibn Abdul Baar Al-Ahdal, AlKawakib Al-Durriyyah, Alhidayah
Fuad Nimah, Mulakhish Qawaid Allughah Al
Arabiyyah
Musthafa Alghalayaini, Jamiu Addurus Al
Arabiyyah, Beirut Libanon 2002
Addamanhuri, Hilyatu Allubb Almashun, Toha
Putra Semarang
Asyaik Ashanhaji, Matan Alajrumiyyah,
Alhidayah
Jamaluddin bin Hisyam Alanshari, Mughni Labib,
Toha Putra Semarang
Syaikh Ali Maksum, Amtsilatuttashrifiyyah
Kyai Nadzir Mundzir, Qowaidul Ilal
http://www.arabdict.com/
http://www.schoolarabia.net/arabic/tawabe3/3atf/
3atf11.
http://www.al-eman.com/
/
/

196 | N A H W U S H A R A F Q U R A N I
TENTANG PENYUSUN
Nama
Tanggal Lahir
Alamat
Istri
Anak
Email

: Wahib Maksum
: 10 Agustus 1981
: Jl. Diponegoro No. 14 Rt 04/04 Serang Cipari
Cilacap
: Siti Mumbasithoh
: Balya Muhammad MW.
: wahib.maksum@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
MI Mafatihul Huda Prumpung Serang Cipari Cilacap 1995
Madrasah Miftahussaadah PP. Albarokah Kawunganten
Cilacap 1995 2002
PP. Manarul Huda Kesugihan Cilacap 1999
PP. Lirboyo Kediri Jawa Timur 2002 2005
MA Hidayatul Mubtadiien Lirboyo Kediri Jawa Timur 2003
2005
MDSA (Madrasah Diniyyah Salafiyyah Alhidayah) PP.
Alhidayah Karangsuci Purwokerto 2005 2008
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Fak. Tarbiyyah) 2008 2010
PP. Hidayatul Mubtadiien Kota Gede Yogyakarta 2010
Yayasan SIMAQ (Sistem Memahami Alquran) Jakarta
Selatan 2010 2011
MADIN Al Ikhlas Serang Cipari Cilacap 2013 - Sekarang

Anda mungkin juga menyukai