PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia sebagai komunitas yang memiliki akal dan jiwa dapat menerima ilmu
dari proses interaksi yang dilakukan dengan lingkungannya. Dari ilmu yang diperoleh,
manusia dapat mengajari dirinya dan juga dapat mengajarkannya kepada orang lain.
Banyak kita temukan orang-orang yang bisa mengajarkan ilmu yang dimilikinya
kepada orang lain karena mereka pada awalnya belajar dari orang yang mengajarkan
mereka. Artinya mereka diajarkan ilmu, bagaimana mengajar yang baik.. Namun
tidak sedikit pula orang-orang yang mampu mengajar orang lain tanpa belajar ilmu
mengajar dari guru mereka. Hal ini karena pada mereka terdapat seni mengajar yang
telah dimiliki tanpa proses belajar. Psikologi pendidikan sebagai salah satu cabang
dari psikologi dan merupakan ilmu pengetahuann yang berbicara tentang tingkah
laku manusia dalam proses belajar-mengajar memiliki hubungan yang erat dengan
ilmu mengajar. Di mana dalam proses mengajar, para pendidik dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang memadai tentang materi yang diajarkan, dan juga
menguasai berbagai metode dalam penyampaian agar apa yang disampaikan dapat
dimengerti dan mudah dipahami oleh anak didik. Oleh karena itu, penguasaan
terhadap ilmu jiwa pendidikan (psikologi pendidikan) juga merupakan suatu tuntutan
bagi orang-orang yang bergelut dalam dunia pendidikan. Dalam tulisan ini, penulis
mencoba membahas berkaitan dengan psikologi pendidikan dan ilmu mengajar.
Dimana keduanya memiliki korelasi yang erat dalam dunia pendidikan. sebagaimana
dipahami bersama bahwa manusia adalah makhluk yang dapat diajar dan mengajar.
Hal ini sebagaimana diawal penciptaannya dalam al-Qur’an Surat alBaqarah ayat 31,
manusia diajarkan oleh Allah SWT. Artinya: dan Dia mengajarkan kepada Adam
Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orangorang yang benar!" (Q.S. Al-Baqarah: 31)
1
A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian psikologi pendidikan ?
2. Apa peran psikologi pendidikan dalam pembelajaran bahasa ?
B. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian psikologi pendidikan.
2. Untuk mengetahui peran psikologi pendidikan dalam pembelajaran bahasa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata psikologi berasal dari bahasa inggris psychology yang dalam istilah lama
disebut ilmu jiwa. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari
bahasa greek (yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa: (2) Logos yang berarti ilmu.
Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.
Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri pada tahun 1879 M, psikologis
memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga kini (
sekarang) yang tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan
menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah).
Sedangkan dalam filsafat, psikologi berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah
rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan. Karena kontak dengan
berbagai disiplin itulah, maka timbul berbagai macam-macam definisi psikologi yang
satu sama lain berbeda, seperti :
1.) Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental ( the science of mental
life).
2.) Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mint )1
1
Muhammad ichsan s.pd.I, M.Ag, psikologi belajar dan ilmu mengajar, jurnal edukasi, vol 2, nomor 1,
januari 2016.
3
3.) Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior )
dan lain-lain definisi yang sangat bergantung pada sudut pandang yang
mendefinisikanya.
2. Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari kata “ didik”, dengan memberinya awalan
“pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya ).
Istilah pendidikan ini awalnya berasal dari bahasa yunani, yaitu “ paedagogie”, yang
berarti bimbingan yang diberikan kepada anak , istilah ini kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa inggris dengan “ education” yang berarti pengembangan atau
bimbingan. Dalam bahasa arab, istilah ini sering diterjemahkan dengan “ Tarbiyah”
yang berarti pendidikan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat
diartikan sebagai sebuah proses dengan metode –metode tertentu sehingga orang
yang memeroleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai
dengan kebutuhan.Dalam pengetahuan yang luas, pendidikan ialah seluruh tahapan
pengembangan kemampuan-kemampuan dan prilaku-prilaku manusia, juga proses
penggunaan hampir seluruh pengalam kehidupan. 2
3. Pentingnya tenaga pendidik mendalami psikologi pendidikan,
2
Muhammad ichsan s.pd.I, M.Ag, psikologi belajar dan ilmu mengajar, jurnal edukasi, vol 2, nomor 1,
januari 2016.
3
Novianti, peranan psikologi dalam proses belajar dan mengajar, Jupendas, Issn 2355-3650, vol 2, No 2,
September 2015.
4
Dengan demikian guru tersebut masih mengajar dengan menggunakan teori
belajar behaviorisme. Sehingga siswa diharapkan memiliki pemahaman yang
sama terhadap pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya ( asri: 2005). Padahal
seharusnya, para pendidik khususnya para guru sekolah sangat diharapkan
memiliki atau menguasai pengetahuan psikologis penidikan yang sangat
memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang
beradaya guna dan berhasil. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi
para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan disekolah
(dalyono:2001). Ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan
prinsip-prinsip psikologi, yaitu:
4
Novianti, peranan psikologi dalam proses belajar dan mengajar, Jupendas, Issn 2355-3650, vol 2, No 2,
September 2015.
5
penasaran dalam diri seorang individu. Manakala seseorang sudah dipicu
untuk mulai timbul rasa penasaran, maka ia akan bergerak untuk mencari
informasi atau pengetahuan baru. Disinilah proses pendidikan kemudian akan
berlangsung menjadi efektif sebab seorang individu memiliki motif yang kuat
untuk mendapatkan pengetahuan baru, motif ini juga merupakan bagian dari
sejarah psikologi pendidikan.
2.) Motif hiburan
Bentuk motif ini, seseorang mencari pengetahuan baru guna
mendapatkan hiburan tertentu. Ini adalah dorongan yang sebenarnya bisa saja
membuat proses pembelajaran diterima dengan baik, namun juga kurang
efektif karena tujuan utama seseorang adalah untuk mendapatkan sensasi
menyenangkan. Apabila penerapanya cukup baik, proses pendidikan
mungkin akan berjalan dengan lebih menyenangkan dan ilmu baru pun akan
diserap dengan baik.
3.) Motif integrasi personal
Didasarkan pada kebutuhan diri sendiri yang menganggap bahwa
pendidikan memang suatu hal yang penting. Kesadaran ini kemudian akan
mendorong seorang individu untuk terus belajar mengenai hal baru. Ini
adalah keyakinan yang kuat dalam dirinya dan membuat proses pendidikan
berlangsung tanpa adanya unsur keterpaksaan. Seorang individu biasanya
melakukan hal ini supaya bisa memenuhi kebutuhanya akan pendidikan .
4.) Motif integrasi sosial
Berbeda dengan integrasi personal, motif integrasi sosial lebih
cenderung karena seorang individu mendapat tuntutan dari lingkungan sosial
agar mengikuti standar yang ada. Sebenarnya ini juga mendorong seorang
individu untuk terlibat dalam proses pendidikan supaya kontak sosialnya
tetap berlangsung dengan baik. Hanya saja, seorang individu akan mengalami
keterpaksaan selama proses karena tidak benar- benar muncul motif yang
kuat dari dalam dirinya. Motif lebih banyak berasal dari tuntutan lingkungan
sosial.
5.) Motif pelarian
Adalah bentuk dari distraksi dari suatu hal. Seseorang mungkin akan
mengalihkan perhatianya dari suatu masalah kepada proses pendidikan.ia
mengambil proses pendidikan sebagai suatu hal yang lebih penting, padahal
6
sebenarnya tujuan utamanya adalah berlari dari masalah sebenarnya. Proses
pendidikan yang berlangsung bisa berjalan dengan baik atau buruk,
tergantung koping dari individu tersebut.
B. Peran psikologi pendidikan dalam pembelajaran bahasa
7
10.) Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject
matters) .
Pada hakikat nya pendidikaan salah satu pelayanan yang khusus diperutukkan bagi
pesrta didik. Karena itu ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori—
teori psikologo pendidikan sebagai suatu ilmu, juga sebagai aspek psikologis para pesrta
didik khusus nya ketika mereka terlibat dalam proses belajar maupum proses belajar
mengajar. Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi
pendidikan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Pokok bahasan mengenai “ belajar” yang meliputi teori-teori, prinsif-prinsif, dan ciri-
ciri khas peilaku belajar siswa dan sebagainya.
b. Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan pristiwa yang
terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
c. Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan
baik bersipat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajarsiswa.
Guru merupakan seorng tenaga pendidik disekolah, dan sebagai seorang
pendidik perlu menggunakan hasil-hasil penyelidikan psikologi dalam tugasnya,
sehingga pendidik tersebut dapat memahami anak didiknya dan dapat menycari jalan
keluar dalam suatu permasalahan yang dihadapi peserta didik terutama dalam proses
belajar mengajar. Oleh karena itu menurut Suyrabrata (1984) Psikologi pendidikan
disekolah berusaha memecahkan masalah-masalah sebagai berikut:
1.) Pengaruh pembawaan dan lingkungn atas belajar
8
2.) Teoti dan proses balajar
3.) Hubungan antara taraf kematangan dengan taraf kesiapan beklajar
4.) Perbedaan individu dan pengaruh nya terhadap hasil pendidikan
5.) Pengaruh bathiniah yang terjadi selama belajar
6.) Teknik evaluasi yang efektif atas kemajuan yang dicapai anak didik
7.) Hubungan teknik antara mengajar dan hasil belajar
8.) Perbandingan hsil pendidikaan formal dan pendidikn yang di miliki
para pertugas pendidikan (guru)
9.) Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterima
5
Novianti, peranan psikologi dalam proses belajar dan mengajar, Jupendas, Issn 2355-3650, vol 2, No 2,
September 2015.
9
pengajaran disebut didaktik ( asal dari kata Yunani didaskein = mengajar). Jadi, didaktik
berarti ilmu mengajar.
Jika yang dibahas hanya satu bidang pelajaran, maka istilahnya adalah metodik
khusus atau didaktik khusus. Karena itu, didaktik tersebut diatas kadang-kadang disebut
juga didaktik umum.
1. Pentingnya bahasa ibu bagi perkembangan jiwa anak.
Dalam penelaahan ada dua hal penting sebagai titik tulak :
a.) Hubungan antara anak dan bahasa ibu
Yang perlu mendapatkan perhatian ialah apa saja pengaruh yang ada pada
terhadap anak belum belajar bahasa asing. Apabila diperhatikan,
bagaimana terjadinya perkembangan penguasaan bahasa pada anak, maka
dapat kita batasi hal ini pada unsur-unsur yang mendasari arti penguasaan
bahasa ibu bagi perkembangan jiwa anak.
b.) Mempertemukan situasi pelajaran disekolah dengan belajar bahasa secara
alami, agar terdapat kejelasan mengenai syarat-syarat apakah yang harus
dipenuhi bagi pelajaran bahasa asing. Pada tahun-tahun pertama dalam
hidupnya, anak sudah membuktikan kemampuan jiwanya yang luar biasa,
yaitu belajar mengerti dan menggunakan bahasa ibunya. Proses
perkembangan yang lama dan sulit ini mengalami tahap-tahap yang
menentukan. anak mengenal bermacam-macam bunyi dalam bentuk
teriakan yang tidak berartikulasi. Hal ini sudah merupakan isyarat
dipenuhinnya satu fungsi bahasa yang hakiki. Kemudian bunyi itu
dihubung-hubungkan dan terbentuklah kata yang mula-mula belum
mempunyai struktur tetap. Akan tetapi lambat laun anak mulai dapat
menyatakan berbagai ungkapan perasaan, pengamatan dan panca indra,
dan hasyrat-hasyrat tertentu yang belum mengenal diferensiasi dalam
keseluruhannya. Titik yang menentukan dalam perkembangan bahasa
tercapai apabila anak sudah mengetahui hubungan tetap antara suatu
bentuk bunyi tertentu dan benda yang dimaksud dengan bunyi itu. Jadi, ini
terjadi pada saat bahasa dikenal sebagai alat pengertian. Sifat bahasa
sebagai pemberi tanda pengenal ini – yang biasanya dialami pertama-tama
dalam pemberiaan nama terhadap benda-benda kongkret – merupakan
dasar segala pembicaraan dan pengertian. Maka, anak kemudian
menyadari bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara dirinya dan
10
lingkungannya. Atas dasar inilah kemudian berkembanglah penguasaan
bahasa anak sampai ia melalui segala pengalamannya dapat berfikir,
mengolah dan mengungkapkan segala sesuatu dalam bahasa ibunnya itu.
Ini biasannya berlangsung pada saat pada saat ia belajar bahasa kedua.
Dengan demikiaan, anak sudah mempunyai modal pertama ketika ia
belajar bahasa asing, sehingga ia tidak perlu mulai lagi dari nol. Metode
pengajaran bahasa asing yang mencocba melaksanakan hamya dalam
mempelajari bahasa ibu, maka metode itu bertolak dari titik yang salah,
karena proses alami ditempuh anak dalam belajar bahasa ibunnya yang
sudah mempunyai ciri-ciri yang khas. Segala sesuatu yang ia
ketahui,sudah mempunyai bentuk yang ditentukan bahasa ibunya, yang
berati sudah merupakan milik jiwanya.
a.) Motivasi
Rangsangan untuk berbicara dalam bahasa asing yang diajarkan
disekolah memang tidak sama dimanapun. Ini terjadi sebagaimana halnya yang
terjadi dalam berbagai lapangan kehidupan, yaitu segala sesuatu yang beraneka
ragam sekalipun ada sekolah yang berhasil menciptakan suasana alami
demikian,namun disitu tetap tidak akan tumbuh kebutuhan yang dirasakan langsung
dan mendesak untuk berbicara dalam bahasa asing. Dinegara bahasa yang
bersangkutan sipelajar akan terpaksa menggunaknnya,karena hanya dengan demikian
ia akan mendapat kontak dengan sesama manusia dilingkungan itu. Disekolah,
pengaruh motif seperti itu terbatas. Bagi seorang murid, usaha demikian merupakan
paksaan hanya karena tujuan jangka panjang, terlepas dari rangsangan seekunder
seperti pujiaan dan celaan, hdiah,rapor, dan sebagainya. Tidak ada daya penggerak
untuk mengatasi hambatan-hambatan besar dengan kekuatan sendiri seperti halnya
pada masa belajar bahsa ibu.
11
b.) Pelajaran dikelas
Ada suasana lain yang terdapat didalam kelas. Dinegara bahasa asing itu, pelajar di
kelilingi oleh orang-orang yang menggunakan bahsa tersebut sebagai bahasa ibu orang-
orang yang seolah-olah merupakan “guru bahasa” -nya atau,setidaknya, “pemberi
contoh” baginnya. Perbendaharaan kata yamg telah dimilikinnya terpaksa digunakan dan
di perkaya sambil di perbaiki orang lain secara tidak langsung.
3. Kerangka Metodis
Hal yang menuntukan jika kita membandingkan belajar secara alami dan belajar
disekolah (kelas) adalah pada jumlah waktu yang disediakan dan kemungkinan dalam
kaitannya dengan waktu untuk terus menerus menggunakan bahasa asing yang bersangkutan.
Hal-hal yang diuraikan diatas tentang perbedaan pelajaran bahasa secara alami dan
pelajaran bahasa asing di sekolah, bukan berarti antara keduannya tidak terdapat persamaan
dalam arti pelajaran bahasa asing tanpa lingkungan bahasa yang alami untuk pelajaran di
sekolah tidak ada gunannya. 6
6
R.S Hardjapamekas, metodologi pengajaran bahasa, (Bandung: PT kiblat buku utama, 2005), hlm 25-29.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
Secara umum dapat dirasionalisasi dalam pengajaran bahasa dapat tercapai
dengan jalan mengembangkan, mengkombinasikan metode pengajaran yang paling
cocok dengan keadaan, memilih, terutama menyusun dan membagi bahan pelajaran
sedemikian hingga merupaakan program-program pengajaran yang mempunyai dasar
yang logis ( prorgrammed instruction). Mengembangkan dan menggunakan alat peraga
yang memanfaatkan sebaik-baiknya teknologi pendidikan yang moderen : ( yang
bersifau auditif (cassette recorder,radio), yang besifat visual (gambar,slide, film), yang
bersifat audiofisual (film bicara, televisi), yang bersifat audio lingual (labe. Bahasa,
video cassette).
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad ichsan s.pd.I, M.Ag, psikologi belajar dan ilmu mengajar, jurnal
edukasi, vol 2, nomor 1, januari 2016.
Novianti, peranan psikologi dalam proses belajar dan mengajar, Jupendas, Issn 2355-
3650, vol 2, No 2, September 2015.
http: //dosenpsikologi.com/jenis-motif-dalam-psikologi-pendidikan
14