PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagia orang muslim kita memaklumi, bahwa bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’an.
Dan setiap muslim yang bermaksud menyelami ajaran Islam secara mendalam, tiada jalan
lain kecuali harus mampu menggali dari sumber asalnya yaitu Qur’an dan sunnah
Rasulullah SAW.
Al-Qur’an sebagai referensi dalam bersikap dan bersosialisasi dengan orang lain. Para
sahabat menyadari, bahwa al-Qur’an adalah seruan Allah SWT. Yang sempurna. Mereka
juga menyadari, bahwa seruan itu ditujukan kepada mereka agar dipahami dengan benar lau
dipraktekkan dalam kehiduoan nyata secara konsisten. Mengikuti cara para sahabat dalam
memahami al-Qur’an dan terus berupaya menggali makna dibalik firman Allah SWT. Ini
akan mengantarkan seseorang pada pemahaman tafsir yang benar. Selain akan memperluas
pengetahuan terhadap al-Qur’an. Juga akan mempertajam mata hati dan kemampuan
abstraksinya. Lebih-lebih jika hal tersebut didukung oleh kemampuan bahsa Arab yang
memadai dan pengetahuan yang baik terhadap sirah Rasulullah SAW.
Oleh karena itu, menurut kaidah hokum Islam mengerti akan ilmu nahwu bagi mereka
yang ingjin memahami al-Qur’an hukumnya “fardlu ‘ain”.
ويف ذلك فليتنافس املتنافسون
“ … Dan untuk yang demikian itulah, hendaknya orang-orang saling berlomba”. (al-
Muthaffifin (83): 26).
Di samping ilmu nahwu, mempelajari ilmu sharaf juga merupakan prioritas
utama/modal untuk bisa mendalami ilmu al-Qur’an dan kitab-kita Arab yang bersih tanpa
makna lagi harakat.
علم الصرف أمها والنحو أبوها
“Ilmu sharaf adalah ibunya (ilmu), sedangkan nahwu adalah bapaknya (ilmu)”.
Jadi, kesinambungan antara ke duanya sangatlah penting dan tidak bisa dipisahkan.
Ilmu anhwu adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara menentukan harakat terakhir
pada suatu kalimat Arab atau juga memberi jabatan pada teks-teks Arab. Dan ilmu nahwu
disebut juga dengan ilmu alat. Sedangkan ilmu sharaf, itu bagian menentukan harakat pada
huruf-huruf awal, kedua sataupun ketiga (pokoknya sebelum akhir) pada kalimat Arab.
Seperti:ت َواألَِمْيَر
ُ ْضَرب
َ
Pada contoh diatas, huruf ta’ itu didlomah, karena dengan alas an menjadi fa’il dari
fi’il madly ب َ ض َر
َ . sedangkan mengharakat kalimat ب َ ض َر
َ itu sendiri merupakan ruang
lingkup ilmu sharaf, bisa dengan cara membuka Kamus Bahasa Arab/Kitab “Al-Amtsilah
Ath-Tashrifiyah”.
Lain dari pada itu, yang menjadi bahasan ilmu Nahwu adalah mubatad’,khabar, fa’il,
naibul fa’il, huruf jer, amil nashab, amil jazem dan amsih banyak lagi. Akan tetapi dalam
maklaah ini, penulis akan menyingung sedikit tentang huruf jer.
2. Tujuan Pembahasan
Tujuan penulis memilih judul “huruf jer” tak lain hanya supaya para pembaca
(umunya) dan juga penulis (khsuusnya) lebih tahu/faham tentang:
a. Macam huruf jer
b. Huruf jer yang khsusu mengejerkan isim dzahir
c. Faidah/makna huruf jer
d. Ma zaidah yang ditambahkan pada huruf jer min, ‘an dan ba’.
1
B. PEMBAHASAN
1. Macam-macam Huruf Jer
Mengenai jumlah huruf jer, terdapat banyak pendapat yang berbeda, diantaranya
adalah:
1. Menurut kitab Alfiyah Ibnu Malik, jumlah huruf jer ada 20. Begitu juga yang terdapat
pada kitab “Khazanah Andalus”. Diantaranya adalah , م ذ, على, عن, يف, حاش ا, ع دا, خال, حىت, إىل,من
مىت, لعل, الباء, الكاف, التاء, الواو. كي, الالم, رب,منذ
Contoh:ذهبت من اليت إىل املعهد ُ
2. Ada yang mengatakan jumlah huruf jer ada 15. Diantaranya: , الم, يف, باء, كاف, على, عن, إىل,من
رب
ّ واو,رب ّ , باء قسم, تاء قسم, واو قسم, منذ,مذ
Contoh: مررت بزيد ُ
3. Ada pula yang berpendapat huruf jer ada 11, yakni: الالم وح روف, الك اف, الب اء,رب ّ , يف, على, إىل,من
القسم وهي الواو والباء والتاء
4. Sedangkan ada yang mengatakan jumlah huruf jer ada 12. diantaranya:
a. من (dari) h. كي (seperti, laksana)
b. إىل (ke, kepada) i. ل (untuk, bai)
c. عن (tentang dari) j. و (demi)
d. على (di atas) ب (demi)
e. يف (di, di dalam) ت (demi)
f. رب
ّ (kadang-kadang) k. مذ (sejak)
g. ب (dengan) l. منذ (sejak)
Contoh: رب طالب يف املدرسة ّ ,أنت جتلس على الكرسي
5. Dan ada juga yang berpendapat, bahwa huruf jer ada 21, yakni sebagai berikut: , إىل,من
حىت,) لعل (القليل املطرد,رب
ّ واو,رب
ّ , منذ, مذ, باء قسم, تاء قسم, واو قسم, عدا, حاشا, خال, حىت, الم, كاف, باء, يف, عن,على
()القليل املطرد
Dari kesemua pendapat di atas yang berbeda-beda mengenai huruf jer, di sekolah ini
yang dipelajari adalah pendapat yang nomer satu, yakni ada 20 dengan menggunakan Kitab
Alfiyah Ibnu Malik.
2
d. Khusus masuk pada isim nakirah, yaitu ب َّ ر ُ , contoh: ب َر ُج ٍل يِف ال دَّا ِر
َّ ر .
ُ kadang-kadang ب
َّ ر ُ
masuk pada dlamir ghairu mufrad mudzakkar (kata ganti orang ketiga tunggal laki-laki)
disertai penjelasan berupa tamyiz sesudahnya. Contoh: ًربَّهُ فِْتيَة ُ
Begitu juga ketika mengejerkan isim dlamir yang ditamyiz dengan isim nakirah dan
huruf jer ك (kaf) atau salah satu dari 7 huruf jer tersebut itu yang mengejerkan isim dlamir
hukumnya syadz.
3
g. Bi ma’na min ( = )منsakingمن كان أحدث عهده ثالثني شهرا يف ثالثة
6. Ba’ ()باء a. Ilshaqul Haqiqi = tetemuأمسكت بزيد
b. Ilshaqul majazi = tetemuمررت بزيد
c. Mu’aqobatu = ngiring-ngiringذهبت بزيد
d. Mushahabah = sertaneأدخل بسالم
e. Dhorfiyah = ingdalem
f. Bi ma’na min ( = )منsaking
g. Sababiyah = sebab
h. Zaidah = Tidak bermakna
20. La’’alla ()لعل
21. Hatta (حىت جلج خضر هلن نئيج )القليل املطرد()حىت
Akan tetapi, pada pembahasan yang trerdapat pada kitab Alfiyah ini, hanya
menjelaskan sebagian saja ari hurufjer, tidak secara keseluruhan. Itupun berbeda dengan
catatan yang diatas tapi hanya sebagian. Diantaranya:[31]
1. Kesimpulan
Pada kesimpulan kali ini, penulis mencoba memaparkan sedikit kesimpulan-
kesimpilan yang bersumber dari pembahasan di depan dengan poin-poin sebagai berikut:
6
4. Ma zaidah yang ditambahkan paad huruf jer min, ‘an, dan ba’
Sedangkan pada poin yang terakhir ini menunjukkan, bahwa huruf jer yang
ditambahkan pada ma zaidah, itu tidak kesemuanya bisa beramal mengejerkan huruf yang
jatuh setelahnya (lihat poin ke 4 pada pembahasan di depan). Jadi, hanya huruf jer min, ‘an
dan ba’lah yang bisa beramal seperti sebelum ditambahkan oleh ma zaidah (Seperti asalnya)
3. Dan semakin besarnya rintangan dan banyaknya keringat yang keluar dari pencari ilmu
maka akan semakin manis terasa bahagia yang akan didapat.
5. Semoga dengan adanya makalah ini bisa menjadikan amalan yang bermanfaat bagi
pembaca, khususnya pada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi pak Hudi Catatan, Alfiyah Ibnu Malik (Kelas 5), Surabaya: Putra Jaya, 1986
Mundar HM., Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu (Lengkap dan Praktis (Terjemah al-Jurumiyah), CV. Wangsa
Merta
Kasurip Pak Catatan, lihat Foto Copy Nahwu (Kelas 4), Lamongan : Mulyo Tenan, 2008
Arra’ini Muhammad Syamsuddin Syekh, Ilmu Nahwu Terjemah Mutammimah Ajjurumiyah, Surabaya: al-
Hidayah:2002