فتح الرتاج
1
بسم هللا الرحمن الرحيم
2
3
Cabang Ilmu Sastra Bahasa Arab1
Tambahan
Pokok
Kata Kalimat
Natsr Nadhm :
Syair
4 Nahwu Balághoh
1
Sebagaimana didalam kitab Hasyiayah Asy Syāfiyah halaman 117. Asy-Syaik Sulaimān Al ‘Uyūni membagi ilmu bahasa Arab secara garis besar
dengan pembagian yang lain: (1) taṡhīh: kadar keabsahan, dan (2) tafṡih: tingkat kefasihan. Ilmu-ilmu Sastra Arab disebut dengan ِ عُلُو ُم اآلداا.
ب
4
Sifat Umum Bahasa Arab
1. Bahasa Arab adalah bahasa yang didalam penulisannya menggunakan kaedah: اِ ْف اه ْم ِلت ا ْق ارأ
“Pahamilah agar kamu bisa membaca!”. Adapun keumuman bahasa lainya, maka menggunakan kaedah:
" اِ ْق ارأْ ِلتافا اه ْمBacalah agar kamu mendapatkan pemahaman!". Demikian faedah dari Syaikh Shólih Al
'Ushoimi.
2. Sebagian kata-kata dalam bahasa Arab saling memiliki hubungan (isytiqóq) dengan sebagian
lainnya. Hubungan itu sendiri ada yang sangat jelas dan ada yang samar-samar. Dan diantara hubungan-
hubungan itu ada yang meliki pola yang teratur sehingga bisa dijadikan patokan (wazn).
Contoh:
3. Kelas kata dalam bahasa Arab hanya tiga: (1) kata bantu, (2) kata kerja: telah, sedang, atau akan,
dan (3) kata benda. Dan kata sambung, kata ganti, kata sifat, kata benda abstrak, nama waktu juga
termasuk kata benda.
4. Wajarnya kata benda dan kata kerja paling sedikit tersusun dari tiga huruf. Dan paling banyaknya
kata benda terdiri dari lima huruf, dan bisa kemasukan huruf tambahan hingga tersusun atas tujuh huruf.
Dan kata kerja paling banyaknya terdiri dari empat huruf, namun jika kemasukan tambahan maka
maksimalnya enam huruf. Sehingga ketika ingin mencari akar kata (mashdar) fokuslah pada tiga atau
empat huruf terlebih dahulu.
b) ُ عذ ا
Jika digabung (tarkíb) dengan kata setelahnya seperti: ابيْتُ هللاrumah (nya) Allah, اب القاب ِْر ا
azab (di) kubur, خاات ا ُم الذَّهابcincin (dari) emas, احض اْر ام ْوتHadlromaut (nama)
c) Jika serupa dengan kata kerja, seperti keserupaan bentuk (wazn), contoh: Akbar, Tadrus
d) Jika serupa dengan kata bantu, seperti jika kata benda tersebut hanya tersusun dari satu
huruf, contoh: ( تاkamu), ُ( تsaya).
6. Kata benda dalam bahasa Arab ada yang nakiroh dan ada yang ma'rifah. Nakiroh adalah kata
ُ ( ارseorang) pria, ( ك ْالبseekor) anjing.
yang belum jelas dan dapat dikira-kira, contoh: جل
5
Catatan:
a) Kata benda nakiroh dapat dijadikan ma'rifah (jelas dan tertentu) dengan menambahkan ال
al diawalnya, contoh ال+ ا ا ْلك ْالبُ = كلبanjing (itu, tersebut, tadi), ال+ لر ُج ُل = رجل
َّ ا اpria (itu,
tersebut, tadi).
b) Al ada dua jenis: syamsiyyah dan qomariyyah. Yang qomariyyah terkumpul dalam kalimat
ُع ِق ْي امه ْ " أاب ِْغ احجَّكا اوخcarilah hajimu dan takutlah akan rusaknya", dan empat belas huruf
اف ا
sisanya adalah huruf-huruf al yang syamsiyyah.
c) Sebagian kata benda ada yang sudah ma'rifah pada asalnya, seperti
a. Al-'alam: nama. Contoh: nama makhluk (mis: Wāhid, 'Umar, Zainab, Ahmad, Salmān,
dan Sokretes), nama daerah seperti Hadlromaut.
c. Dlomīr : kata ganti. Contoh: أانااsaya, أ ا ْنت ُ اماkalian berdua, ه َُّنmereka para wanita.
d) Kata nakiroh juga bisa dijadikan ma'rifah dengan men-tarkíb nya dengan salah satu dari
kata-kata ma'rifah.
7. Bahasa Arab sangat banyak kosa katanya, namun memiliki pola-pola perubahan yang cukup
mempermudah hafalan dan pembentukan kosa kata. Pola-pola perubahan kata dipelajari didalam ilmu
Saraf.
8. Didalam bahasa Arab, (baris) akhir kata dapat berubah-rubah sesuai kedudukan dan kata yang
mempengaruhinya ('āmil). Contoh: kata 'Muhammad' didalam bahasa Indonesia selalu sukun: '...mad'.
Berbeda didalam bahasa Arab: (1) Jika sebuah kata berkedudukan sebagai subjek maka diberi baris
damah atau dlommatain, (2) dan jika berkedudukan sebagai objek maka diberi baris fatah atau fathatain.
Contoh: Muhammadun telah datang () اجا اء, Ahmadu memukul (ب
ض ار ا
) اMuhammadan.
a) Perubahan ini (i'rōb) terjadi pada kata benda (isim) secara asal dan juga pada sebagian kata
kerja (fi'il), yaitu fi'il mudlóri'.
Keterangan:
6
a. Rof' adalah perubahan (i'rōb) yang asalnya bertandakan damah/dlommatain.
c) Yang paling inti dan penting untuk dirinci adalah rof' dan nashb pada kata benda.
d) Adapun jarr pada isim, dan rof', nashb, dan juga jazm pada fi'il maka sangat mudah. Fi'il
mudlōri' asalnya rof' (asalnya berbariskan damah), kecuali jika ada faktor (kata bantu atau
yang menyerupainya) pe-nashb ataupun faktor pen-jazm sebelum fi'il mudlōri'.
Sama dengan sistem pada i'rāb fi'il, jarr pada isim juga intinya kalau ada faktor (kata bantu) pen-
jarr sebelum kata benda maka kata benda tersebut di-jarr, yakni asalnya dikasrah.
9. Jika didalam bahasa Indonesia kita hanya mengenal dasar kalimat adalah subjek-predikat, maka
didalam bahasa Arab kalimat ‘subjek-predikat’ memiliki dua bentuk: (1) fi’il-fā’il yang juga disebut
jumlah fi’liyyah, dan (2) mubtada`-khobar yang juga disebut dengan jumlah ismiyyah.
Catatan:
a) Subjek dalam bahasa Arab bisa berupa fā’il atau mubtada`. Predikat bisa berupa fi’il atau
khobar.
b) Yang menjadi mubtada` adalah satu buah isim walaupun di-tarkīb. Adapun yang menjadi
khobar maka boleh: (1) sebuah isim walaupun di-tarkīb, (2) kata kerja2, (3) kata bantu yang
disebut dengan kata bantu pen-jarr 3(hurūf jarr), (4) dhorf 4,atau (5) jumlah ismiyyah.
c) Nampak bahwa predikat dalam jumlah fi’iliyyah pasti (1) berupa kata kerja (2) yang
harusnya terletak sebelum subjeknya yang tidak lain merupakan pelaku atau jika tidak
d) Pelaku (fā’il) menggunakan konsep kerja dari kata ganti yang bersambung jenis rof’3.
10. Kata kerja secara hakiki pasti perlu kepada pelaku. Karna itu asalnya setiap ada kata kerja pasti
ada kata benda setelahnya yang berperan sebagai pelaku. Singkatnya: kata kerja=jumlah fi’liyyah.
Catatan:
a) Dikecualikan dari asal ini jika kata kerja tersebut adalah kata kerja majhūl yang mirip
dengan kata kerja pasif ‘di…’ dalam bahasa Indonesia. Contoh: ب ( ض ُِر اtelah) dipukul, عُل اِم
( كُت اtelah) ditulis atau ditetapkan.
(telah) ditahu, ِب
2
Lihat karakteristik yang kesepuluh!
7
b) Kata kerja majhūl dapat dibuat dari kata kerja aktif ‘me…’ dengan: mendamah ُُ (1) harakat
pertama atau (2) bahkan seluruh harakat sebelum dua huruf terakhir jika bentuk kata
kerjanya menunjukan waktu telah (mādlī), dan (3) menkasrah huruf sebelum terakhir jika
mādlī, atau difatah sebelum akhir pada selain mādlī.
c) Perbedaan pasif dan majhūl adalah: kata kerja majhūl tidak akan pernah bersama pelaku
(fā’il). Contoh kata kerja majhūl: ب
( ض ُِر اdia seorang lelaki) telah dipukul.
d) Kalau didalam bahasa Indoneisa kita bisa mengatakan Zaid telah dipukul oleh Amr, maka
didalam bahasa Arab kita harus mengarahkannya ke ‘Amr telah memukul Zaid’.
11. Isim di kategorikan menjadi dua: lelaki (mudzakkar) dan perempuan (mu`annats). Diantara ciri
mu`annats adalah: memiliki alat reproduksi perempuan/betina, lafalnya berakhiran ta bundar ة/ لة, atau
terkadang karena bendanya memiliki lubang, atau berupa huruf, atau hal lainnya. Asalnya: mudzakkar.
12. Umumnya, baris terkuat dalam bahasa Arab adalah damah ُُ Dan yang menjadi baris
terlemah secara mutlak adalah sukun lalu fatah. Namun dalam ilmu imla`, baris terkuat adalah kasrah.
13. Syair bahasa Arab didasari naik turunnya suara yang terhasilkan dari rangkaian bunyi huruf
hidup dan mati (sukun). Huruf hidup disimbolkan dengan 1/١ (satu) dan huruf mati disimbolkan dengan
0/٠ (nol).
Faedah: Kaedah-kaedah syair umum (rojaz ta'līmi) terkumpul dalam tiga bait berikut:
ُ ُفِي ِش ْع ِر ت ا ْع ِل ْي ٍم فا ُج ْز ُؤه
ع ِل ْم أ ا اما ش اُو ْيع ًِرا أ ا اخذْتا اما نُظِ ْم
ب يُ اجانِبْكا ْال اخ ا
طا او اماثِ ِل الض َّْر ا س ُن م ِْن أ ا ْن يُ ْسقا ا
طا إ ْك امالُ اها أ ا ْح ا
"Hai penyair! Tidakkah engkau mengambil apa (kaedah) yang telah disusun ….. tentang syair
ta'lími? Maka diketahui bagian-bagiannya (adalah):
'Kekurangan', lalu 'wewangian', lalu 'dengan perpanjangan', lalu 'lemak' ….. untuk dlorb (bagian
akhir) maka tambahkan: 'boleh jadi' (dan) 'akal saya' diliputi gelapnya malam.
Penyempurnaannya lebih baik dibanding jika ada yang dihilangkan ….. dan buatlah dlorb itu
serupa sehingga engkau akan jauh dari kesalahan"
8
ام ارا ِس ُم ُح ْبلاى س ْوداا ُء
ا ُأاس اْود خ ااو ِار ُج ُضباان
ْ غ
ا ُ س ْق ارا
ط ُاحض اْر ام ْوت ُس ْل امان ُأاحْ امد ُام ْو احد أ ُ احاد ا ُ أ ُ احاد
j. pena pr. (yg) pr. (yg) lk. (yg) j.lk. yg lk. (yg)
ا ُزا ْيناب ا Ahmad /lk
ع ام ُر
ُ
Sokretes Hadlromaut Zainab Salmān ‘Umar
/kuas hamil hitam hitam keluar marah yg terpuji Satu-satu
اح َّما امات ُح ْبلاياات ات اخض اْر ااوات اار اجات ام ْكس ُْو ار
ِ خ فاتاياات أ ُ َّم اهات ُ ُه ْم ش اج ارات
ا زا ْيناباات ت ُ
ٍ ش اجي اْرا ُ
ش اجي اْرات طلا احات
ا س اُؤ ااَلت ت
ٍ اواحِ داا اواحِ داات
j. kamar j. pr. (yg) j. yg (di) j. yg para ibu-ibu sejumlah yg sejumlah j. soal
sayur-mayur pepohonan
mandi hamil pecah keluar pemudi mereka brnama Zainab pepohonan kecil Tholhah j/pertanyaan banyak satuan
ُم ْن اجيْنا ُم ْن اج ْونا ُأ ا ارض ُْوه ُ اار ُج ْونا ام ْكس
ُور ْونا ِ خ ُخ اوي ِْر ُج ْونا ِ قا
اضيْنا قااض ُْونا اوابِلُونا أ ا ِبيْنا أاب ُْونا ع ام ُر ْونا
ُ ِع ْش ُرونا اواحِ دِي ان اواحِ د ُْونا
j.bumi j.lk. yg j.lk. yg j.lk kecil yg j. hujan sejumlah yg dua
j.lk yg diselamatkan /tanah nya patah keluar keluar banyak hakim (lk) lebat Banyak orang ayah brnm ‘Umar puluh j. (yg bernama) Wāhid
ٍ فُو ك ْال
ب فُوه َُّن اهنُ ْو ُه ْم ِاح ُم ْوك أ ا ُخوكا
ج ِ أاخو الخ
ِ اار أاخااناا أ ا ُخ ْوناا أابِ ْيناا أابااناا أاب ُْوناا ذو قا ْرناي ِْن
( ذو القا ْرناي ِْنseorg ٍ ذُ ْو ام
ال ذُو ع ِْل ٍم
mulut (nya) mulut anu kerabat saudara yg)
saudara si pemilik pemilik pemilik
seekor mereka mereka suami kamu (nya) yang memiliki dua
kamu (lk) Saudara (lk) kami Ayah kami dua tanduk harta ilmu
anjing (pr) (lk) (pr) keluar(lk) itu tanduk
س او ٍار
ا فات اا ِو ا
ي ي \ فات اا ٍو
ْ فات اا ِو اج ِار ْي ِه ِ قا
اضيًا ٍ اضي \ قا
اض ٍ قا ُقُلْ أاعُوذ
j. tiang / j. yg mengalir َّ ي = ُم ْخ ِر ِج+ ُم ْخ ِر ُج ْونا \ ُم ْخ ِر ِجيْنا
ي Qul A’ūdzu
ف ِْي
orang-orang yang mengeluarkan saya kata 'fī’
yang berjalan fatwa-fatwa /perahu nya seorang hakim (lk) (nama orang)
َُّرب ُُم ْنذ ُم ْذ احتَّى او اي خ ااَل ُِل \ لاه علاى ع ْن فِي ب
ِ إلاى مِ ْن
تا كا ْ ك احاشاا عداا
ا ا ا di dgn/de
demi dari saat saat hingga seperti demi agar kecuali kecuali kecuali untuk diatas tentang diatas dari
(dlm) mi
َّ
إن َّ
أن َّ لاك
ِن اكأ ا َّن لايْتا لاعا َّل \ ا
ع َّل ْاهل أ َّإَل ال اَل اَلتا ْ
إن اما
sungguh sungguh namun seakan andai semoga, jangan2 apakah apakah kecuali sungguh tidak atau bukan
merah= 3 huruf (muda= bab 2, pink= bab 3, tua= selainnya, ungu= bab 4) ↓ Kata Kerja ↓ kuning= 4 huruf hijau= 5 huruf biru= 6 huruf
حْر اج
دا ا حْر اج أ ا َّن
ار تادا ا
ص اا اكانا ع َّل
ا ياذا ُر ُياداع اما زا ا ال كاادا احاشاا عداا
ا خ ااَل نِ ْع ام بِئْ ا
س لاي ا
ْس ُ تاعالَّ ْم يا ِه ْي
ط ياس اْوى تاعاا ال
aagelincirkn merintih trgelincir menjadi konon brpnyakit tinggalkan tinggalkan senantiasa hampir2 kecuali kecuali kecuali sebaik2 sejelek2 bukan sama (i) teriak yakinlah kemari!
زا ْلزا ال ت ازا ْلزا ال أاقا ا
ام قا ا
ام أاقا َّر ْ س َّمى ا
ِط امأ ا َّن ا س اما
ا ام
اما دا ا َّعض
ا قا َّر اج َّر سعاى
ا ار امى ع اَل
ا اام
ن ا اجا اء قاا ال س ار
يا ا او اجدا
guncang trgncang tegakkan berdiri imnetapkn tenangnmenamai tinggi selama mnggigit menetap menarik usaha melempar diatas tidur datang iberkata mudah dapat
ْ ا ا اِ ْعلا َّو ا
ط َّ طع اِ ْست ا ْخ ار اج اِ ْست ا ْقت ا ال اِحْ ام
ار اِحْ ام َّر تاقاات ا ال ا ِْختالاقا قات َّ ال اح َّم ار قاات ا ال أ ا ْخ ار اج قا ا
ط اع قات ا ال عل ا ا
ط ا اخلاقا
bergelan-
اِخلولقا sangat cari menge- اِ ْنقا ا اa me- ber- mengada- banyak berucap- menye-
خ َّار اج menge-
خ اار اج احمِ ار memo- mem- menggan-imencipta-
usang tterpotong akeluarkan keluar merah
tungan merah mati luarkan merah perang ngada ‘bunuh’ “keledai!” rang luarkan tong bunuh tung kan
احمِ دا فاعا ال أ ا اك ال ب اِ ْست ا ْفت ا اح ض ا
ط ار ا ْ ِاِ ْن اج َّر ا اِع اْو َّر تاشاا اج ار أ ا ْغلاقا صلَّى
ا ص َّو ار
ا اخي اَّم أاحْ ا
سنا احسُنا دا اخ ال ع ِو ار
ا ب فات ا اح
ض ار ا
ا ش اج ار
ا ذاه ا
اب
memuji melaku- makan minta di- guncang terseret 9(tambah) bertikai menut berdoa, membuatnmembuat berbuat baik, indah, masuk buta mem- me- me- pergi
kan bukakan buta up sholat patung kemah baik gagah buka mukul nikam
Gambar 02
5
Kata yang digunakan untuk kata sambung dan untuk berisyarat kepada jamak yang tidak berakal adalah yang dipakai untuk perempuan tunggal untuk perempuan tunggal.
6
Fungsi dari “li” adalah untuk menunjukan tambahan kejauhan. Fungsi “ka” adalah menunjukan kejauhan. Fungsi lainnya adalah untuk menerangkan siapa yang kita ajak bicara (harf khithōb) yang
mengikuti dlomīr yang bersambung di tabel sebelumnya. Fungsi “hā” adalah at-tanbīh: pengalih perhatian. Secara alamiyah ia menunukan akan lebih dekatnya benda yang ditunjuk.
10
(Dua Induk Ilmu Bahasa Arab)
1) Pembagian-pembagian fi'il
b) Dari sisi jumlah huruf (mādlĪ): Tsulātsī: tiga huruf, Rubā’ī: empat, Khumāsī: lima, Sudāsī: enam.
c) Dari sisi keaslian huruf: Mujarrod: yang dikosongkan dari tambahan, dan Mazīd yang ditambahi.
Catatan: (1) Fi’il Tsulātsī pasti mujarrod. (2) Fi’il Rubā’ī mungkin mujarrod dan mungkin mazīd. (3)
maksimal tambahan adalah tiga huruf.
Mujarrad
ٌّ ِث ُ اَلث
ُي ُم اج َّرد ُِي ُم اج َّرد
ٌّ ُربااع
3 huruf tanpa tambahan, contoh : 4 huruf tanpa tambahan, contoh :
1. فا اعلا –يا ْفعُ ُل. 4. فا ِع ال –يا ْف اع ُل. يُفا ْع ِل ُل – فا ْعلا ال
2. فا اعلا – اي ْف ِع ُل. 5. فاعُ ال – اي ْفعُ ُل. Catatan: tidak ada kaedah tetap untuk menetukan bentuk atau
harokat fi’il tiga huruf. Karena itu untuk fi’il tiga huruf harus
3. فاعالا –يا ْفعا ُل. 6. فا ِع ال –يا ْف ِع ُل. dihafal tiga bentuknya: mādlī, mudlōri’, dan ditambah mashdar.
Gambar 04
7
Asalnya bentuk mādlī menunjukan waktu lampau, mudlōri’ sedang atau akan, dan amr menunjukan waktu akan sebab fi’il amr adalah kata
kerja permintaan. Namun terkadang tiga fi’il ini keluar dari makna asalnya karna itulah pembagian ini tidak ditinjau dari wa ktunya.
11
Mazī
no ٌّ ِث ُ اَلث
1 + ي ام ِزي ٌد ٌّ ِث ُ اَلث
2 + ي ام ِزي ٌد ٌّ ِث ُ اَلث
3 + ي ام ِزي ٌد 1 + ي ام ِزي ٌد
ٌّ ُربا ِع 2 + ي ام ِزي ٌد
ٌّ ُربا ِع
1 أ ا ْفعا ال – يُ ْف ِع ُل اِ ْفتاعا ال – يا ْفت ا ِع ُل ا ْست ا ْفعا ال – يا ْست ا ْف ِع ُل تافا ْعلا ال – ياتافا ْع ال ُل اِ ْفعالا َّل –يا ْفعا ِلل
2 فا َّع ال – يُفا ِع ُل اِ ْنفا اع ال – اي ْنفاع ُل اِ ْف اعو ا
ع ال – اي ْف اعو ِع ُل 8
اِ ْف اع ْنلا ال – اي ْف اع ْنلِلا
3 فاا ا
ع ال – يُفاا ِع ُل اِ ْف اع َّل – اي ْف اعل اِ ْف اع َّو ال – اي ْف اع ِو ُل
5 ع ال – يات ا افا ا
ع ُل تافاا ا
Gambar 05
Bagiannya dari
tsulātsi
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6
Jenis fi’il
8
Contoh untuk ْ ا
اِ ْفعالا َّلif’alalla adalah ِط اما ا َّن ithma`anna = tenang atau tuma`nīnah, asalnya ط ْمأانا
ا = menenangkan. Dan contoh untuk yang
kedua:
9
Mahmuz: yang (mādlī mujarrad berhamzah. Mudlō’af: yang sama huruf kedua dan ketiganya sama seperti: ( فا َّرlari) asalnya فا ار ار, atau yang
huruf kedua dan keempatnya sama seperti ل ْ
( زا لزا اmengguncang). Mu’tall: yang ada huruf penyakitnya: ا, و, ي. Adapun Sālim, maka selainnya.
Faedah: huruf hamzah sering menyesuaikan dengan harokat sebelumnya, diganti menjadi huruf ‘illah (penyakit, dan kadang juga dihilangkan.
12
اب ارأ ا – ايب ُْر ُؤ ُ اهناأ ا – اي ْه ِن
ئ ُ شأ ا – اي ْنشاأ
نا ا ُ ئ – ايب اْرأ
اب ِر ا اي ْبطُ ُؤ-ابطُ اؤ
وز اَل ٍم
ُ ام ْه ُم
sembuh menikmati berkembang sembuh lambat
ِير
ُ ار – ياس
س اا اب
ُ ااب – يا اه
ه ا
ٌُّم ْعت ال ِي ُ أاجْ او
ٌّ ف ياائ berjalan segan, hormat
= yang
ada
huruf
س ُر او – ياس ُْرو
ا
‘illahnya mulia,
ناقِص غازا ى – يا ْغ ُزو berwibawa
ي
ٌّ اوا ِو menyerang
نا ُه او – يا ْن ُهو
(sangat) cerdas
ي – يا ْق اوى
قا ِو ا
لا ِفيْف kuat
= yang
memiliki = ام ْقرون ي
ْ اح اوى – يا ْح ِو ي – اي ْر اوى
ار ِو ا
dua yang ber- memadukan/berisi menyerap
huruf gandengan air/minum sampai
‘illah (huruf ‘illah- ْ ش ااوى – اي
ش ِوي kenyang, kenyang
nya) memanggang air
ي – يا ْحياا
اح ِي ا
hidup
Gambar 06
10
Terkadan ditulis dengan alif tegak: ضحا, sebaimana juga ضحاterkadang dimasukkan kedalam bab fa’ala-yaf’ulu. و هللا أعلم.
13
e) Dari sisi apa yang menjadi pelengkapnya: Tāmm: perlu kepada pelaku11 dan terkadang perlu
kepada objek, Nāqish atau Nāsikh12: perlu kepada subjek dan predikat, dan Makfūf: tidak perlu
kepada apa-apa. Yaitu pada dua keadaan:
(1) ketika fi’il apa saja berfungsi sebagai penguat dengan pengulangan, seperti: اجا اء اجا اء زا يْد
ْ فاعلا – يا ْفع ُل – فا ْع ًَل – ام ْف اع ًَل \ ام ْفع ًَِل – فااعِل – ام ْفعُول – ا ْفع ْل – اَل ت ا ْف
\ عل – ام ْف اعل \ ام ْفعِل – ام ْف اعل \ امفْعِل – مِ ْف اعل
ِم ْف اعلاة \ ِم ْف اعال – فُ ِع ال – يُ ْف اع ُل
catatan: (1) Huruf pertama Fi'il Mitsal (wāwī) dihilangkan pada mudlōri’ selain bab keempat dan
kelima. (2) hamzam dihilangkan pada sebagian fi’il amr mahmūz karna sering digunakan, contoh:
ياأْ ُكلُ – أ ا اك ال- ْ اُؤْ ُكلmenjadi ْ( ُكلmakanlah) atau kadang juga diganti mejadi huruf wāw saja. (3)
Mashdar mīmī dikasrah ‘ain nya jika merupakan mitsāl wāwī, (4) umumnya isim zamān dan isim
makān itu difatah ‘ain nya jika ‘ain fi’il mudlōri’nya tidak dikasrah yakni يا ْف ِع ُلyaf’ilu.
َّ ض – َل تاعا
ض َّ – عا ض – ياعاض
َّ ع
ا
c) Shohīh14 Untuk Selain tsulātsi (Intinya kembalikan saja pada mādlī dan mudlōri’nya)
11
Kecuali kalau kata kerjanya majhūl, karna tentunya pelaku (fā’il) dihilangkan, maka objek yang menjadi penggantinya (nā`ib fā’il).
12
Disebut nāqiṡ karena berkurangnya sifat-sifat kata kerja, dan disebut dengan nāsikh karena dia mengahapus hukum subjek-predikat (damah-
damah atau rof’-rof’). Akan datang di pembahasan pola kalimat mubtada`-khobar alias jumlah ismiyyah.
13
Yaitu: fi’il mādlī (kata kerja bentuk lampau), fi’il mudlōri’ (kata kerja [dengan] bentuk yang menyerupai isim), mashdar (kata benda abstrak),
mashdar mīmī (mashdar yang dibentuk dengan penambahan huruf mīm), isim fā’il (kata benda pelaku), isim maf’ūl (kata benda objek), fi’il
amr (kata kerja bentuk perintah), fi’il nahy (fi’il mudlōri’: yang kemasukan اَلyang berarti: jangan), isim zamān (kata keterangan waktu), isim
makān (kata keterangan tempat), isim ālat (kata benda yang dipakai berbuat), mādlī majhūl (mādlī yang mirip pasif , ‘telah di…’), mudlōri’
majhūl (mudlōri’ yang mirip pasif , ‘sedang atau akan di…’).
Faedah: sebenarnya mashdar untuk fi’il tiga huruf tidak menentu. Adapun timbangan فاع ًَْلfa’lan maka itu cuma contoh. Sama halnya dengan
isim alat, tidak menentu mana yang digunakan.
14
- Untuk mashdar: (1) jika mādlīnya diawali oleh hamzah tambahan maka tinggal
menambahkan alif setelah huruf kedua terakhir dan mengkasrah harokat sebelumnya. (2)
Jika diawali dengan tambahan tā` maka cukup didamah huruf kedua terakhir. (3) Maṡdar
ً ت ا ْفعatau ً ت ا ْف ِعلاةatau ت ا ْفعا ًاَلatau تِ ْفعا ًاَل. (4) Maṡdar untuk ع ال
untuk فاعًّ الadalah ِيَل فاا اadalah ًعلاة
ُمفاا ا, dan
ع ال
فا اtidak memiliki maṡdar mīm
- Untuk maṡdar mīmī, isim maf’ūl, isim zamān, dan isim makān cukup dengan memfatah
sebelum akhir.
- Membentuk fi’il amr cukup dengan mengkasrah sebelum akhir pada mādlīnya dan disukun
akhir.
catatan: untuk pendalaman dua bentuk diatas insyā`Allah pada buku-buku berikutnya.
a) Hakikat dari tashrīf lughowī adalah turunan dari tashrīf iṡtilāhī. Perhatikan tabel berikut!
Fi’il Fi’il
Majhul Fi’il Nahy Fi’il Amr Isim maf’ūl Isim fā’il
Mudlōri’ Mādli
يُ ْفعا ُل فُ ِع ال َل ت ا ْفعُ ْل ا ُ ْفعُ ْل ام ْفعُ ْول فااعِل يا ْفعُ ُل فاعا ال
ه اُو يُ ْف اع ُل فُ ِع ال ام ْفعُ ْول فااعِل يا ْفعُ ُل فا اع ال
هُ اما يُ ْف اع اَل ِن فُع اَِل ام ْفعُ ْو اَل ِن فااع اَِل ِن يا ْفعُ اَل ِن فا اع اَل
Tidak ada kata kerja
ُه ْم يُ ْف اعلُونا فُ ِعلُو ام ْفعُ ْولُو ان فاا ِعلُونا اي ْفعُلُونا فا اعلُو
perintah ataupun kata
kerja larangan khusus
ِي
ه ا ت ُ ْف اع ُل ْ فُ ِعلا
ت ام ْفعُ ْولة فاا ِعلاة ت ا ْفعُ ُل ْ فا اعلا
ت
untuk orang ketiga
هُ اما ت ُ ْف اع اَل ِن فُ ِعلات اا ِ ام ْفعُ ْولات
اان ِ فاا ِع الت
اان ت ا ْفعُ اَل ِن فا اعلات اا
ه َُّن يُ ْفعا ْلنا فُع ِْلن ام ْفعُ ْو اَلت فااع اَِلت يا ْفعُ ْلنا فاعا ْلنا
14
Terutama sālim dan mahmūz, serta mudlō’af empat huruf seperti زلزل.
15
أ ْنتا ت ُ ْفعا ُل فُع ِْلتا َل ت ا ْفعُ ْل ا ُ ْفعُ ْل ت ا ْفعُ ُل فاعا ْلتا
أ ْنت ُ اما ت ُ ْفعا اَل ِن فُع ِْلت ُ اما َل ت ا ْفعُ اَل ا ُ ْفعُ اَل ت ا ْفعُ اَل ِن فاعا ْلت ُ اما
Isim dhōhir hukumnya
أ ْنت ُ ْم ت ُ ْفعالُونا فُع ِْلت ُ ْم َل ت ا ْفعُلُو ا ُ ْفعُلُو sama dengan diomīr untuk ت ا ْفعُلُونا فاعا ْلت ُ ْم
orang ketiga, karena itu
ِ أ ْن
ت ت ُ ْفعالُينا ِ فُع ِْل
ت َل ت ا ْفعُلِي ا ُ ْفعُلِي isim dhōhir bisa ت ا ْفعُلِينا ِ فاعا ْل
ت
menggantikkan posisi
أ ْنت ُ اما ت ُ ْفعا اَل ِن فُع ِْلت ُ اما َل ت ا ْفعُ اَل ا ُ ْفعُ اَل dlomīr untuk orang ketiga. ت ا ْفعُ اَل ِن فاعا ْلت ُ اما
Contoh : قاعاد ُواatau يا ْقعادُو ان
أ ْنت ُ َّن ت ُ ْفعا ْلنا فُع ِْلت ُ َّن َل ت ا ْفعُ ْلنا ا ُ ْفعُ ْلنا dlomīr ْواataupun ْو انbisa ت ا ْفعُ ْلنا فاعا ْلت ُ َّن
diganti dengan isim -
أناا ُأ ُ ْف اعل ُفُع ِْلت Tidak ada kata kerja misalnya- جا ِلس ُْو ان
ا. أ ا ْفعُ ُل ُفا اع ْلت
perintah ataupun kata
kerja laranga khusus
ُناحْ ن نُ ْف اع ُل فُع ِْلناا نا ْفعُ ُل فا اع ْلناا
untuk orang pertama
Gambar 07
b) Yang perlu diperhatikan dari tashrī lughowi pada mādlī dan mudlōri’: (1) Penyukunan akhir fi’il
terjadi pada mādlī di sembilan bentuknya: mulai dari yang keenam فع ا ْلناfa’alna hingga akhir.
Adapun pada mudlōri’, maka hanya pada dua bentuk: keenam علنا ْ يا ْفdan kedua belas علنا
ْ ت ا ْف. (2)
Seluruh fi’il mudlōri’ dimulai dengan tā` kecuali: tiga pertama dan yang keenam maka pakai yā`,
dan dua terakhir maka pakai hamzah dan nūn. (3) Penambahan dlomīr berupa wāw15 (untuk
banyak laki-laki) itu dekat dengan penghilangan, sebagaimana pada deretan ( اواحِ دُوناjamak
mudzakkar sālim), ُم ْن اج ْونا. Dan (4) penambahan dlomīr berupa alif (untuk dua orang) dekat
dengan pengembalian, sama dengan deretan اان ِ ُم ْن اجيا, ان
ِ ( اثنmutsannā), ان ِ ص او
ع ا
ا.
c) Nampak juga bahwa isim fā’il dan isim maf’ūl asalnya bisa di bentuk menjadi mu`annats dengan
menambahkan tā` marbūthoh (yang terikat). Lalu masing-masing dari muannats dan mudzakkar
kedua-duanya bisa dibentuk menjadi mutsannā dan jamak (mudzakkar sālim) dengan tambahan
yang dimaklumi.
15
Disebut dengan dlomīr rof’ muttaṡil (bersambung). Seluruh tambahan mādlī dan mudlōri’ di tashrīf lughowī merupakan
ْ sukun dibentuk keempat, demikian pula تاsukun setelahnya, yang difatah hanya karna dlomīr alif.
dlōmīr rof’ muttaṡil kecuali ت
Dikarenakan setiap kata kerja pasti memiliki pelaku, maka pada bentuk pertama dan keempat pada mādlī dan mudlōri’,
demikian pula bentuk ketujuh dan dua bentuk terakhir pada mudlōri’ diduga ada dlomīr biasa (munfashil: terpisah) namun
tersembunyi (mustatir).
Faedah: (1) Dlomīr rof’ muttaṡil hanya bersambung dengan kata kerja, sebagai pelaku (fā’il). (2) Aturan fā’il menggunakan
konsep dari dlomīr rof’ muttaṡil: sebagaimana dlomīr rof’muttashil itu tidak bisa mendahului kata kerjanya, maka demikian pula
pelaku yang bukan dlomīr. (3) kalau ada fi’il maka pasti ada fā’il, dan fā’il dicari setelah fi’ilnya jika ditemukan, dan kalau tidak
ditemukan maka fā’il kita katakan tersembunyi (mustatir).
16
d) Anda cukup memperhatikan bentuk-bentuk perubahan dan tambahan dari tashrīf lughowi untuk
kata kerja tiga huruf seperti diatas. Sebab secara umum itu juga berlaku pada semua fi’il dengan
beragam jenisnya.
e) Untuk fi’il mādlī dan mudlōri’, jika pelakunya bukan dlomīr16, maka yang terpakai hanyalah yang
pertama (jika pelakunya mudzakkar) dan yang keempat (jika pelakunya mu`annats). Hal yang
demikian karna jika kita -mislanya- katakan: ذا اهباا ُم اح َّمد وعُ ام ُرmaka sama halnya kita mengumpulkan
pengganti -dalam hal ini kata ganti- dan yang dia gantikan17.
16
Selain dlomīr disebut dengan dhōhir.
17
ُم اح َّمد اوعُ ام ُر ذا اmaka kalimat ini benar, sebab kata Muhammad dan ‘Umar tidak
Berbeda kalau misalnya kita buat kalimatnya seperti ini: هباا
dianggap sebagai fā’il (pelaku) -secara nahwu-, karna yang namanya fā’il harus terletak setelah fi’ilnya.
18
Menyerupai kata kerja, sehingga tidak ditanwin dan tidak pula dikasrah. Sebab kasrah (jarr) dan tanwin merupakan ciri kata be nda.
17
8 Isim Maqshūr D. Muqoddaroh F. Muqoddaroh K. Muqoddaroh
Mu’rob Muqoddaron
= yang perubahannya 9 Isim Manqūsh D. Muqoddaroh Fathah K. Muqoddaroh
tidak terlafalkan
10 Isim Mansūb… D. Muqoddaroh F. Muqoddaroh Kasroh
Mu’rob Mahalliyyan =
- Isim Mabnī (isim ini tidak Fī Mahalli
yang tidak memliki 13 Fī Mahalli Rof’in Fī Mahalli Jarrin
tanda I’rāb memiliki alamat I’rob) Nashbin
(حلَّيًّا
)ال ُم ْع اربُ ام ا - Jumlah/Kalimat
Gambar 08
Faedah: asalnya kata kerja itu tidak bisa berubah19. Namun dikecualikan darinya fi’il mudlōri’.
Itupun dikecualikan dari fi’il mudlōri’ -yakni tetap tidak bisa berubah- empat hal. Perhatikan
tabel 03
c) Harf adalah jenis kata yang tidak akan berubah (mabni)20. Adapun fi’il, maka asalnya juga mabni.
d) Apakah kalimat juga dapat memiliki kedudukan? Sebagian memiliki kedudukan (fī mahall…),
seperti: ketika jumlah ismiyyah atau fi’il (jumlah fi’liyyah) menjadi khobar, atau kalau ada jumlah
tambahan yang dating setelah nakirah maka berkedudukan sebagai sifah, atau setelah ma’rifah
maka sebagai hāl.
Sifah (sifat) dan hāl (keadaan) akan datang pembahasannya di dua pembahasan setelah ini.
a) Rof'. Pada isim, intinya rof’ adalah pada ‘umdah21: mubtada`, khobar, fā’il pada, atau nā`ib fā’il
pada jumlah fi’iliyyah yang menggunakan predikat berupa fi’il majhūl.
19
Diistilahkan dengan al-binā`. Al-Binā` adalah lawan dari istilah al-i’rōb: perubahan kata karna dipengaruhi oleh kedudukan atau kata lain.
20
Sehingga kata yang mabni antara lain: seluruh kata bantu (harf), semua fi’il kecuali fi’il mudlōri’, dan isim mabni. Isim mabni tidak dapat
berubah harokatnya karna memang menyerupai kata bantu: tidak layak I’rāb. Namun dikarenakan asalnya seluruh isim dapat berubah-berubah,
maka isim mabni juga mu’rob namun mahalliyan: tanpa alamat atau tanda.
18
Zaid adalah seorang pelajar = زا يْد طالِب
QS Al-Baqoroh : 184 = )... صو ُموا خاير لاكُ ْم ُ وأ ا ْن ت ا...(
Fī adalah huruf jar = ف اج ًّر ُ في اح ْر
Zaid ayahnya adalah seorang ustadz = ست ااذ ْ زا يْد أبُوه أ
Zaid telah masuk islam ayahnya = ُسلا ام أابُوه ْ زا يْد أ ا
Muhammad didalam masjid = ُم اح َّمد في ال امس ِْج ِد
Muhammad didepan masjid= ام ال امس ِْج ِد ُم اح َّمد أ ا ام ا
Dia adalah tukang listrik = ي ٌّ ِه اُو اك ْه ارباائ
Apakah kaumnya Salmā tinggal/menetap = س ْل امى 22
أقاائِم قاو ُم ا
Zaid telah duduk= س زا يْد اجلا ا
ا
QS Yūsuf : 13 = )... ي أ ْن ت اذ اهبُوا بِ ِه ُ لايا... (
ْ ِحْزنُن
Telah datang bismillahirohmānirrohīm didalam Al-Qur`ān = رآنِ ُالرحِ يم في الق
َّ من
ِ الر ْح َّ ِت بِس ِْم هللا ْ اجا اء
QS Al-Ikhlāsh : 3 = )... ْ( لا ْم يا ِلد
QS Al-‘Alaq : 1 = )... ْ(ا ْقرأ
Kursi itu telah diduduki = ِ ِس على الكُ ْرسِي ُجل ا
Bulan Ramadan telah di(lakukan)puasa (padanya) = ضا ُن صي اْم ار ام ا ِ
QS Al-Hāqqoh : 13 = ) نُ ِف اخ في الصور نا ْفخاة واحِ داة...)
Tidak ada yang berdiri kecuali saya = 23 اما قاام َّإَل أناا
21
Yang pokok dalam pola kalimat: jumlah ismiyyah ataupun jumlah fi’liyyah. Predikat pada jummlah fi’liyyah tidak termasuk didalamnya, sebab
selamanya dia berupa kata kerja.
22
Ini hanyalah contoh tambahan, karena sebenarnya pembahasan didalam contoh ini agak sulit .
Faedah : Mubtada` ada dua jenis kalau ditinjau dari pelengkapnya : (1) Mubtada` yang memiliki khobar, dan (2) Mubtada` yang memiliki isim
marfu’ : fā’il atau nā`ib fā’il. Dan ketentuan dari jenis kedua ini adalah : (1) mubtada`nya nakiroh (asalnya mubtada` itu ma ’rifah, namun boleh
nakiroh kalau ada kata tanya atau penafian sebelumnya), (2) mubtada` terebut merupakan isim fā’il, atau shifah musyabbahah, atau isim maf’ūl,
dan yang semisalnya, و هللا أعلم.
23
Dlomīr munfashil tidak bisa menjadi fā’il kecuali jika terletak setelah kata pengecualian “ ” َّإَل, seperti diatas.
24
Syarat untuk 4 saudari kāna ini adalah harus didahului oleh penafian, atau larangan, atau do`a.
25
Syaratnya adalah harus didahului oleh huruf mā ( ) اماyang disebut dengan mā al-mashdariyyah adh-dhorfiyyah.
19
ما اهذاا باشار ← اما هاذاا باش ًارا 26
1. )ُازيَّة ِ اما (الحِ اج َل الر ُج ُل قاائِم ِع ْندِي ← اَل ار ُجل قاائِ ًما ِع ْندِي
َّ 27
أ ا ْوشاكا- ب
ك اار ا- كاادا أ ا ْف اعا ُل ال ُمقا ا
اربا ِة ... ف الر ُق يا ْخ ا
ُ ط ارهُ ْم ← ياكااد ُ ا
ص اف أ ا ْب ا البا ْر ُق اي ْخ ا
ُ ط
ْ
(sungguh) إن \ إ ا َّن ْ \ إن
إن زا ْيدًا قاائِم َّ ← زا يْد قاائِم
لا اع َّل \ ا
ع َّل األ ْست ااذ ُ ِب ًخي ٍْر ← لا اع َّل \ ا
ع َّل األ ْست ااذا ِب اخي ٍْر
28
Syaratnya sama dengan syarat mā al-hijāziyyah kecuali syarat yang pertama.
Perhatian : mā, lā, dan in saudari-saudari laisa ini pada dialek atau logat sebagian dari suku-suku Arab saja : mā dan lā diatas adalah logatnya
suku Hijāz, dan in diatas adalah logatnya suku ‘Āliyah.
29
Syaratnya ada dua : (1) isim dan khobarnya adalah kata hīn (حِ يْن, artinya : waktu, saat), (2) salah satu dari isim dan khobarndya dihilangkan,
dan kebanyakan yang dihapus adalah isim, seperti ayat diatas.
30
Tiga jenis fi’il -yang termasuk nawāsikh- ini disyaratkan harus khobarnya adalah fi’il mudlōri’ (yakni ghoiru mufrod), sehingga dia fī mahalli
nashb (artinya : “pada wadah nashb”, yakni sebenarnya dia nashb, namun karnya dia bukan kata). Kemudian yang ketiga (af’āl asy-syurū’) tidak
ْ ) al-mashdariyyah sebelumnya, dan sebaliknya pada yang kedua (af’āl ar-rojā`), dan pada yang pertama (af’āl al-muqōrobah)
boleh ada an (أن
boleh ada an dan boleh tidak ada an.
20
)اَل ( النَّافِياةُ ل ِْل ِج ْن ِس الر ُج ُل في الد َِّار ← اَل ارجُلا في الد َِّار
َّ
ِ ِعلاى شااط
ئ النَّ ْه ِر اوقُ ْمتُ او امحْ بُو ِبي ا اكأاحْ با ْبتُهُ ُحبًا وقُ ْمتُ تاكار ًما
Artinya: “seperti: ( أاحْ با ْبتُهُ ُحبًّاsaya mencintainya benar-benar cinta), dan ( قُ ْمتُ تاكار ًماsaya berdiri
karena memuliakan) 32 ….. dan علاى شااطِ ِئ النَّ ْه ِر ( قُ ْمتُ او امحْ بُوبِي اsaya berdiri bersama [adanya]
kekasihku di tepi sungai”
Demikian pula pada bagian-bagian jumlah mubtada-khobar yang dipengaruhi oleh an-Nawāsikh,
sebagaimana nampak pada gambar. Dan juga termasuk isim yang dinaṡb adalah: hāl (keadaan
berupa sifat), tamyīz (penjelas berupa zat), istitsnā` (pengecualian).
(1) Hāl adalah sifat dan keadaan yang didapatkan dengan pertanyaan “ ْف؟ ” اكي اbagaimana?
ً ْ ْ ْ ا
قا اZaid berdiri dalam keadaan tidur, ألقااهُ فِي الي ا ِم امكتُوفاdia membuangnya di
Contoh: ام زيد ناائِ ًما
laut dalam keadaan terikat, ع ْبدا هللاِ ارا ِكبًا لا ِقيْتُ اsaya menemui ‘Abdullah dalam keadaan
لا ِقيْتُ اsaya menemui ‘Abdullah dalam keadaan (kami)
berkendara, dan ع ْبدا هللاِ ارا ِكباي ِْن
berkendara.
(2) Tamyīz adalah zat yang menjelaskan. Contoh: ار النَّ ْه ُر اما ًء
اج اsungai itu mengalir air(nya), زا يْد
ْ
اب نافسًا ا
ط اZaid itu baik diri(nya).
Faedah: Hāl dan tamyīz merupakan penjelas yang belum nampak sebelumnya, namun
perbedaannya adalah hāl= sifat atau keadaan, tamyīz= zat.
(3) Isim yang dikecualikan (mustatsnā`) dengan menggunakan kata bantu: َّإَلillā akan
dinaṡb jika ada yang dikecualikan darinya (mustatsnā` minhu) + kalimatnya positif: tidak
31
Yakni lima ma’ūl yang dimaklumi, yaitu: (1) maf’ūl bihī : objek, (2) maf’ūl fīhi : keterangan waktu atau tempat, (3) maf’ūl muthlaq : maṡdar
semakna atau selafal dengan fi’ilnya, sebagai penguat, atau menjelaskan jenis dengan tarkib atau sifat, (4) maf’ūl lah : maṡdar yang
menjelaskan sebab terjadinya fi’il, (5) maf’ūl ma’ah ()
32
Contoh seperti ini sering disebutkan oleh ahli nahwu, seperti Ibnu Ājurrūm. Namun ini adalah perbuatan yang tidak diperbolehkan. وهللا أعلم.
21
س اجد ا ال امَلئكةُ ( ُكل ُه ْم أاجْ امعُونا ) َّإَل إبْ ِلي ا
ada penafian atau larangan. Contoh: ْس ) ا... (فااpara malaikat
sujud kecuali Iblis.
Adapun kalau kalimatnya negatif, maka boleh dinaṡb karena ististnā` ()اَل ْستِ ْثنااء ِْ
dan boleh diikutkan ( االت َّ ْب ِعيَّةat-tab’iyyah) kepada mustastnā` minhu. Contoh: اس إَل
ُ َّ اما نا اج اح الن
ُمؤْ مِ نًاtidak ada manusia yang selamat kecuali orang yang beriman, atau boleh juga
i'rōbnya مؤمنikut ke الناس
ُ sehingga bacanya إَل مؤمن...
Dan jika tidak ada mustatsnā` minhu -yang pasti kalimatnya negatif- maka
adanya إَلdan tidak adanya sama saja dari sisi nahwu: jabatan kata. Contoh: اما اجا اء َّإَل زايد,
tidak ada yang datang kecuali Zaid, maka زيدadalah subjek alias pelaku (fā’il) sama
kedudukannya kalau kita katakan اما اجا اء زيدZaid tidak datang.
Adapun jika kita menggunakan خاَل, عدا ا, atau احاشااmaka isim yang dikecualikan
boleh di-jarr dan boleh di-naṡb sebagai objeknya. Faedah: Dan ini salah satu dari
tempat-tempat dimana fā’il itu mustatir (tersembunyi) untuk selamanya.
Dan jika pengecualian menggunakan selain dari empat alat pengecualian ( ُ أادااة
ِ )اَل ْستِثْنااءseperti غيْر
اghoir atau isim-isim pengecualian lainnya, maka yang dikecualikan
selamanya akan di-jarr, dan isim pengecualian itu sendiri i'rōb nya sama dengan
mustatsnā` dengan َّإَل. Perhatikan contoh berikut!
مؤمن
ٍ غير
ُ \ غير
الناس ا
ُ اما نجح الناس إَل مؤمنًا \ مؤمن
ُ اما نجح
c) Jarr (khusus pada isim). Intinya ada huruf jar atau paling tidak maknanya (mudlōf).
Catatan: diantara yang men-jazm fi’il mudlōri’, ada yang perlu men-jazm dua fi’il mudlōri’
sekaligus. Yang menjazm dua fi’il mudlōri’ sekaligus adalah kata-kata syarat: kata bantu untuk
mensyaratkan: إنْ dan إذْ اماataupun kata benda untuk mensyaratkan seperti: ام ْنsiapa saja.
Yang sangat jelas masuk dalam kategori ini adalah: (1) al-ibtidā`: keadaan sebuah isim diawal
kata. Yakni keadaah isim sebagai subjek (pokok yang dibicarakan). (2) at-tajarrud: kosongnya fi’il
(mudlōri’) dari kata pe-naṡb ataupun pen-jazm.
33
Asalnya ُ اي اراه. Fi’il mudlōri’ yang berakhiran huruf ‘illah (sukun) ketika di-jazm maka tentunya tidak lagi berupa perubahan harakat, sebab
sukun adalah harakat telemah. Sehingga jazmnya dengan menghilangkan huruf ‘illah itu sendiri.
22
b) Yang terlihat (lafdhī): selain yang maknawi.
Diantaranya adalah: (1) mubtada`, dimana dia menjadikan pelengkap alias khobar alias
predikatnya juga rof’. (2) mudlōf: yaitu kata yang di-tarkīb dengan kata setelahnya, dengan
sebab dia membawa makna مِ ْنdari, atau فِيdi (dalam), atau ِلnya, dimana dia men-jarr kata
setelahnya yang disebut mudlōf ilaihi34. (3) Kata kerja35: seluruh kata kerja selalu mempengaruhi
kata benda yang lainnya. Dan yang dipengaruhinya ada yang rof’ dan ada yang naṡb.
(4) huruf jarr, (5) huruf naṡb fi’il mudlōri’, (6) kata-kata36 pen-jazm, (7) an-nawāsikh.
c) Huruf-huruf pen-jarr isim, penaṡb dan penjazm fi'il. Sudah lewat di gambar 02.
d) At-Tawābi’ (pengikut-pengikut): na’t: sifat37, ‘athf: yang disambungkan, taukīd: penguat38, badal:
pengganti39. Empat jenis tawābi’ ini selalu bersesuaian i'rābnya dengan yang mereka ikuti:
man’ūt: yang disifati, ma’thūf (‘alaihi): yang disambung kepadanya, mu`akkad: yang dikuatkan,
dan mubdal minhu: yang digantikan. Contoh:
قا ا
Zaid yang berilmu berdiri= ام زا يْد ( ُِن) العاا ِل ُم ُ أ ا َّن ار
Seorang lelaki yang dermawan merintih= جل ك ِاريْم
Zaid dan Ahmad duduk= ُقاعادا زا يْد اوأاحْ امد Ustadz datang kemudian para murid= جاؤُ وا َّ األ ُ ْست ااذ ُ ث ُ َّم
الطا ِلبُونا ا
ُ ع ام ُر أ ا
Sudah pergi ‘Umar saudaramu= خوكا ذاه ا
ُ اب Saya melewati Hadlromatu negerimu= حض اْر ام ْوتا بالادِكا
ام ار ْرتُ ِب ا
34
Adapun Hadlromaut, maka tarkīb-nya bukan mudlōf-mudlōf ilaihi. Tarkīb dengan tujuan menjadikannya nama baru bagi hal yang lain disebub
tarkīb mazjī (bercampur).
35
Demikian pula isim fā’il atau yang semisalnya, seperti: shifah musyabbahah, shīghoh mubālaghoh.
36
Ada yang berupa isim dan ada yang berupa harf, sebagaimana telah lewat di gambar 02.
37
Sifat selalu mengikuti yang dia sifati dari sisi nakirah-ma’rifah, dan dari sisi mufrod-mutsannā-jamak. Sebagaimana namanya, keumuman
sifat berasal dari turunan kata (fi’il mādlī). Dan juga sebagaimana telah diisyaratkan, jumlah setelah nakirah dihukumi sebagai sifat.
38
Taukid menggunakan lafaz-lafaz tertentu dan biasanya di-tarkīb idlōfīkan kepada dlomīr yang kembali kepada yang dia kuatkan. Lafaz-lafaz
yang digunakan taukid antara lain: ن ُ ْفس, ا, أا ْنفُس, أ ْعيُن, كُل, أاجْ امعُ ْونا. Dua lafaz pertama jika yang dikuatkan adalah mufrod, dan dapat
عيْن
juga di-tatsniyah jika yang dikuatkan adalah mutsannā. Dan empat sisanya untuk jamak, dan yang terakhir tidak perlu di-idlōfahkan ke-dlomīr.
ْالف اار ا
Untuk memperjelas, atau sekedar penyebutan lain, atau karna sebelumnya salah, misalnya: س ارأايْتُ زا ْيدًاsaya melihat Zaid -eh!- kuda.
39
23
Daftar Pustaka
Daftar Isi:
24