Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM

12.2E.15
DISUSUN OLEH :
1. Muhamad Fauzi

{ 12151286 }

2. Diana Puspilawati

{ 12151061 }

3. Reza adriansyah

{ 12150221 }

4. Elsa Kartikasari

{ 12152201 }

5. Andri Tionardi

{ 12152018 }

6. Dida azharsyah

{ 12150530 }

AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA


DAN KOMPUTER
BINA SARANA INFORMATIKA
KAMPUS CIKAMPEK
KARAWANG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
MADZHAB tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ibu Eni Reptiningsih selaku dosen pendidikan agama atas
bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis
dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

KARAWANG, 10 APRIL 2016

PENYUSUN

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Ruang Lingkup........................................................................................
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................
1.4 Tujuan Penulisan......................................................................................
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................
1.6 Metode Penelitian....................................................................................

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
2.1 Pengertian madzhab.................................................................................
2.2 Penyebab munculnya madzhab...............................................................
2.3 Tujuan madzhab.......................................................................................
2.4 Macam Macam madzhab......................................................................
2.5 Madzhab-Madzhab Fiqh Islam dan Metode Fiqhnya..............................
2.6 Perbandingan Madzhab............................................................................

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................


3.1 KESIMPULAN........................................................................................
3.2 SARAN....................................................................................................

BAB

IV DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam pada masa Rasulullah SAW masih hidup apabila terdapat
kekurangan paham terhadap suatu hukum, para sahabat langsung menanyakan
kepada Rasulullah SAW, sehingga bisa cepat terselesaikan.
Kemudian sepeninggalan Rasulullah SAW, para sahabat menggunakan
pengalaman yang diperoleh dari perkataan, perbuatan dan kebiasaan beliau ketika
masih hidup. Ketika sampai kepada masa tahap ini mereka berpegang kepada AlQuran, As Sunnah dan kepada perkataan sahabat. Seiring perkembangan jaman
persoalan semakin bertambah jumlahnya dari waktu ke waktu, sementara tidak
seluruhnya solusi permasalahan ditemukan dalam Al-Quran, As Sunnah maupun
perkataan sahabat. Sehingga dilakukan jalan ijtihad sendiri, termasuk melakukan
qiyas (analogi) sebagai syara (hukum Islam). Sehingga seiring perkembangan
waktu pun banyak terjadi perbedaan madzhab.
Madzhab adalah cara yang ditempuh atau jalan yang diikuti. Embriio dari
perbedaanm adzhab ini adalah karena terjadi perbedaan cara pandang dan analisis
terhadap nash (teks), walaupun semua mempunyai dasar yang sama yaitu AlQuran dan As Sunnah. Namun perbedaan tersebut dianggap wajar oleh para
ulama fiqih. Karena berbagai faktor yang mempengaruhinya, diantaranya faktor
intuisi, interaksi sosial budaya dan faktor adaptasi perkembangan jaman. Madzhab
dalam hukum islam pun semakin bermunculan.
Sebagai contoh ada madzhab sunni yang terdiri dari madzhab Hanafi,
Maliki, Syafii dan Hambali. Sedangkan madzhab syia terdiri dari madzhab Zaidi
dan Jarani yang semua itu perlu untuk kita ketahui sebagai pertimbangan dalam
kita melaksanakan keislaman.
Dalam makalah ini kami bermaksud menuliskan 4 macam madzhab
tersebut, yaitu madzhab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali serta metode
fiqhnya.

1.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup makalah ini membahas DEFINISI MADZHAB.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan madhzab ?
2. Apa Madzhad Hanafi, Hambali, Maliki dan Syafii itu? Metode Fiqhnya
bagaimana?

1.4 Tujuan Penulisan

1.

Supaya mengetahui apa yang dimaksud dengan madhzab

2.

Apa Madzhad Hanafi, Hambali, Maliki dan Syafii itu? Metode Fiqhnya

bagaimana?
3. Sebagai bahan bacaan dan referensi tambahan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan
4.

Macam Macam madzhab

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi AMIK Bina Sarana Informatika
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan referensi yang dapat
dimanfaatkan sebagai kepustakaan bagi AMIK Bina Sarana Informatika.
2. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis dapat mengerti mengenai
definisi madzhab

1.6 Metode Penelitian


Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini penyusun mencari materi makalah
dari internet lalu dirangkum hal hal yang pentingnya saja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Madzhab
Kata madzhab berasal dari bahasa Arab yaitu isim makan (kata benda
keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi). Jadi, mazhab itu secara bahasa
artinya, tempat pergi, yaitu jalan (ath-tharq).
Secara terminologis pengertian madzhab menurut Huzaemah Tahido
Yanggo, adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh imam mujtahid
dalam memecahkan masalah atau mengistinbatkan hukum Islam.
Sedangkan menurut istilah ushul fiqih, madzhab adalah kumpulan
pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil
syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawaid) dan landasan (ushul) yang
mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi
satu kesatuan yang.
Sehingga dapat disimpulkan pengertian madzhab menurut istilah dalam
kalangan umat Islam ialah sejumlah dari fatwa-fatwa dan pendapat-pendapat
seorang alim besar di dalam urusan agama, baik ibadah maupun lainnya.
Ada empat madzhab yang masih bertahan sampai sekarang yakni:
a.

Bermula dengan Imam Abu Hanifah (Madzhab Hanaffi). Pada

zaman Bani Umaiyah heboh dalam berdebat dan menentang paham Muktazilah.
b.

Kemudian Imam Malik bin Anas (Mazhab Maliki). Mengarang

kitab Muwatta', kitab yang mengandung hadist-hadist dan hukum.


c.

Diikuti dengan Imam Muhammad bin Idris As Syafie (Madzhab

Syafii). Mengarang kitab Ar Risalah dalam bidang Usul Fiqh Kitab Al Um dalam
bidang Fiqah Pada zaman Bani Abbasiyah semasa pemerintahan Khalifah Harun
Ar Rasyid
d. Terakhir Imam Ahmad bin Hambal (Madzhab Hambali).
Menentang golongan Muktazilah, seorang al Hakim dalam gelaran ahli hadis
kerana menghafal lebih 700 000 hadis. Mempunyai anak murid yang hebat seperti
Imam Bukhari.

2.2 Penyebab munculnya madzhab


a.

Telah meninggalnya Rasulullah SAW dan banyak perbedaan argumentasi

mengenai penyelesaian masalah-masalah baru.

b.

Meluasnya daerah kekuasaan Islam, mencakup wilayah-wilayah di

Semenanjung Arab, Irak, Mesir, Syam, Persia, dan lain-lain.


c.

Pergaulan bangsa Muslimin dengan bangsa yang ditaklukkannya, mereka

berbaur dengan budaya, adat-istiadat, serta tradisi bangsa tersebut.


d. Akibat jauhnya Negara-negara yang ditaklukkan dari pemerintahan
Islam, membuat para Gubernur, Qadi (hakim) dan para Ulama harus melakukan
ijtihad guna memberikan jawaban terhadap permasalahan dan masalah-masalah
baru yang dihadapi.

2.3 Tujuan Madzhab


Tujuan madzhab-madzhab Islam ialah memudahkan umat Islam mencapai
ketaatan kepada Allah melalui Al-Quran dan As Sunnah. Setiap ajaran madzhab adalah
berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah. Oleh karena itu, mengikuti madzhab berarti
mengikuti Al-Quran dan As Sunnah.

2.4

Macam - Macam Madzhab


a.

Sunni/Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah


Adalah kumpulan dari orang-orang yang menganut sunnah Nabi
Muhammad SAW seperti yang sudah dilakukan oleh kelompok para sahabat di
masa lalu.
- Ahl Al-Rayu
Yang sifatnya membatasi diri dengan sekedar yang ada di dalam nash.
Kelompok ini dikenal pula dengan Madzhab Hanafi.
- Ahl Al-Hadist
Yang sifatnya menyelami keadaan masyarakat dan meneliti illat-illat
hukum. Madzhab-madzhab terdiri atas:
Madzhab Maliki
Madzhab Syafii
Mazhab Hambali
b. Syiah
Syiah berarti pembela. Yakni pembela keluarga atau Ahli Bait Nabi
Muhammad.
Ini mengacu pada sekelompok orang yang menjadikan dirinya selaku
pembela para keluarga Nabi Muhammad dari dinasti Fatimah dan Ali bin Abi
Thalib atas kezaliman dinasti Muawiyah.
Madzhab-madzhab terdiri atas:

- Syiah Jafari
- Syiah Zaidiyah
- Syiah Imamiyah
c. Khawarij
Yakni kelompok pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar
meninggalkan barisan Ali karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang
menerima perdamaian dalam perang shiffin pada tahun 37 H/648M dengan
kelompok Muawiyah bin Abu Sofyan.
d. Kelompok ini dikenal pula dengan Madzhab Khawarij
e. Madzhab-madzhab yang telah musnah
- Madzhab Al-Auzai
- Madzhab Al-Zhahiry
- Madzhab Al-Thabary
- Madzhab Al-Laitsi

2.5

Madzhab-Madzhab Fiqh Islam dan Metode Fiqhnya


a.

Madzhab Hanafi
Pendiri madzhab Hanafi ialah: Nu'man bin Tsabit bin Zautha.
Dilahirkan pada masa sahabat, yaitu pada tahun 80 H = 699 M. Beliau wafat pada
tahun 150 H bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi'i R.A. Beliau lebih dikenal
dengan sebutan: Abu Hanifah An Nu'man.
Abu Hanifah adalah seorang mujtahid yang ahli ibadah. Dalam
bidang fiqh beliau belajar kepada Hammad bin Abu Sulaiman pada awal abad
kedua hijriah dan banyak belajar pada ulama-ulama Tabi'in, seperti Atha bin Abi
Rabah dan Nafi' Maula Ibnu Umar.
Mazhab Hanafi adalah sebagai nisbah dari nama imamnya, Abu
Hanifah. Jadi mazhab Hanafi adalah nama dari kumpulan-kumpulan pendapatpendapat yang berasal dari Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya serta
pendapat-pendapat yang berasal dari para pengganti mereka sebagai perincian dan
perluasan pemikiran yang telah digariskan oleh mereka yang kesemuanya adalah
hasil dari pada cara dan metode ijtihad ulama-ulama Irak (Ahlu Ra'yi). Maka
disebut juga mazhab Ahlur Ra'yi masa Tsabi'it Tabi'in.

Corak Pemikiran Hukum :


Rasional
Metode Fiqh Madzhab Hanafi
Adapun metodenya dalam Fiqh sebagaimana perkataan beliau

sendiri: Saya mengambil dari Kitabullah jika ada, jika tidak saya temukan saya
mengambil dari Sunnah dan Atsar dari Rasulullah saw yang shahih dan saya
yakini kebenarannya, jika tidak saya temukan di dalam Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah saw, saya cari perkataan Sahabat, saya ambil yang saya butuhkan dan
saya tinggalkan yang tidak saya butuhkan, kemudian saya tidak akan mencari
yang di luar perkataan mereka, jika permasalahan berujung pada Ibrahim, Syabi,
al-Hasan, Ibnu Sirin dan Said bin Musayyib (karena beliau menganggap mereka
adalah mujtahid) maka saya akan berijtihad sebagaimana mereka berijtihad.
Metode yang dipakainya itu jika kita rincikan maka ada 7 Ushul
Istinbath yang digunakan oleh Imam Abu Hanifah:
1. Al-Quran, Abu Hanifah memandang Al-Quran sebagai sumber
pertama pengambilan hukum sebagaimana imam-imam lainnya. Hanya saja beliau
berbeda dengan sebagian mereka dalam menjelaskan maksud (dilalah) Al-Quran
tersebut, seperti dalam masalah mafhum mukhalafah.
2. Sunnah/Hadits, Imam Abu Hanifah juga memandang Sunnah sebagai
sumber hukum kedua setelah al-Quran sebagaimana imam-mam yang lain. Yang
berbeda adalah beliau menetapkan syarat-syarat khusus dalam penrimaan sebuah
hadits (mungkin bisa dilihat di Ushul Fiqh), yang memperlihatkan bahwa Abu
Hanifah bukan saja menilai sebuah hadits dari sisi Sanad (perawi), tapi juga
meneliti dari sisi Matan (isi) hadits dengan membandingkannya dengan haditshadits lain dan kaidah-kaidah umum yang telah baku dan disepakati.
3. Perkataan Shahabah, metode beliau adalah jika terdapat banyak
perkataan Shahabah, maka beliau mengambil yang sesuai dengan ijtihadnya tanpa
harus keluar dari perkataan Shahabah yang ada itu, dan jika ada beberapa
pendapat dari kalangan Tabiin beliau lebih cenderung berijtihad sendiri.
4. Qiyas, adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan
suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya
namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek
dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
Beliau menggunakannya jika mendapatkan permasalahan yang tidak ada nash
yang menunjukkan solusi permasalahan tersebut secara langsung atau tidak
langsung (dilalah isyarah atau thadhammuniyah). Disinilah nampak kelebihan
Imam Abu Hanifah dalam mencari sebab (ilat) hukum.
5. Istihsan, adalah mengikuti yang lebih baik karena lebih tepat atau
menganggap baik terhadap sesuatu.
Dibandingkan imam-imam yang lain, Imam Abu Hanifah adalah orang yang
paling sering menggunakan istihsan dalam menetapkan hukum.
6. Ijma, adalah kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam
menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits
dalam suatu perkara yang terjadi.

Imam Abu Hanifah mengambil Ijma secara mutlak tanpa memilah-milih, namun
setelah meneliti kebenaran terjadinya Ijma tersebut.
7. Urf
Adalah sesuatu yang tidak asing lagi bagi suatu masyarakat karena telah menjadi
kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau
perkataan.
Dalam masalah ini Imam Abu Hanifah juga termasuk orang yang banyak
memakai urf dalam masalah-masalah furu (pemahaman) Fiqh, terutama dalam
masalah sumpah (yamin), lafaz talak, pembebasan budak, akad dan syarat.

Kitab-Kitab Imam Hanafi


1.

Kitab "Al-Faraid" (Harta Pusaka)

Daerah-Daerah Penganut Madzhab Hanafi


a. Mazhab Hanafi
mulai tumbuh di Kufah (Irak), kemudian tersebar ke negara-negara Islam
bagian Timur. Dan sekarang ini mazdhab Hanafi merupakan madzhab resmi di Mesir,
Turki, Syiria dan Libanon.
Dan madzhab ini dianut sebagian besar penduduk Afganistan, Pakistan,
Turkistan, Muslimin India dan Tiongkok.
b.

Madzhab Maliki
Madzhab Maliki adalah merupakan kumpulan pendapat-pendapat yang berasal
dari Imam Malik dan para penerusnya di masa sesudah beliau meninggal dunia.
Nama lengkap dari pendiri madzhab ini ialah: Malik bin Anas bin Abu Amir.
Lahir pada tahun 93 M = 712 M di Madinah. Selanjutnya dalam kalangan umat Islam
beliau lebih dikenal dengan sebutan Imam Malik. Imam Malik terkenal dengan imam
dalam bidang hadis Rasulullah SAW.
Imam Malik belajar pada ulama-ulama Madinah. Yang menjadi guru
pertamanya ialah Abdur Rahman bin Hurmuz. Beliau juga belajar kepada Nafi' Maula
Ibnu Umar dan Ibnu Syihab Az Zuhri.
Adapun yang menjadi gurunya dalam bidang fiqh ialah Rabi'ah bin Abdur
Rahman. Imam Malik adalah imam (tokoh) negeri Hijaz, bahkan tokohnya semua bidang
fiqh dan hadits.
Corak Pemikiran Hukum :
Dipengaruhi sunah yang cenderung tekstual

Metode Fiqh Madzhab Maliki


Metode fiqhnya diambil berdasarkan:
1. Nashul Kitab (ayat Al Quran yang jelas artinya, yang tidak dapat dipalingkan
artinya kepada arti yang lain)
2. Dzaahirul Kitab (umum, ayat Al Quran yang jelas artinya, yang tidak dapat

dipalingkan artinya kepada arti yang lain)


3. Dalilul Kitab (mafhum mukholafah dari suatu ayat Al Quran)
4. Mafhum muwafaqah dari suatu ayat Al Quran
5. Tanbihul Kitab, terhadap illat (sesuatu yang menjadi tujuan ditetapkannya
hukum, dengan kata lain illat merupakan pemicu/dasar/latar belakang disyariatkannya
hukum)
6. Nash-nash Sunnah (matan hadist yang jelas artinya yang tidak dapat
dipalingkan artinya kepada arti yang lain)
7. Dzahirus Sunnah (matan hadits yang dapat ditakwilkan artinya, pemalingan
suatu lafadz dari maknanya yang dzahir kepada maknanya yang lain karena adanya dalil
yang menunjukkan bahwa makna itulaah yang dikehendaki oleh lafadz tersebut.)
8. Dalilus Sunnah (mafhum mukholafah dari suatu matan hadits, pengertian yang
dipahami berbeda daripada ucapan, baik dalam istinbat (menetapkan) maupun Nafi
(meniadakkan))
9. Mafhum Sunnah (mafhum muwafaqoh dari suatu matan hadits, Penunjukkan
lafadz atas berlakunya hukum dari masalah yang disebutkan (manthuq) bagi masalah
yang tidak disebutkan (maskut) dan penyesuaiannya baik secara tidak pasti (nafy) atau
tidak pasti (itsbat) bagi pelibatan keduanya atas makna dan dapat diketahui dengan hanya
memahami bahasa)
10. Tanbihus Sunnah
11. Ijma
12. Qiyas, selama beliau tidak menemukan hadist (meskipun mursal) atau tidak
menemukan fatwa sahabat Nabi SAW
13. Amalu Ahlil Madinah, praktek hukum dari suatu masalah yang dilakukan oleh
ulama madinah
14. Qaul Shahabi, pendapat atau fatwa para shahabat nabi SAW, tentang suatu
kasus yang belum dijelaskan hukumnya secara tegas didalam al-quran dan sunnah
15. Istihsan
16. Muraaatul Khilaaf
17. Saddud Dzaraai
Al-Quran, As-Sunnah (dengan lima rincian dari masing-masing Al-Quran
dan As Sunnah; tekstualitas, pemahaman zhahir, lafaz umum, mafhum mukhalafah,
mafhum muwafakah, tanbih alal illah), Ijma, Qiyas, amal ahlul madinah (perbuatan
penduduk Madinah), perkataan sahabat, istihsan, saddudzarai, muraatul khilaf, istishab,
maslahah mursalah, syar'u man qablana (syariat nabi terdahulu).
Mazhab ini adalah ke balikan dari mazhan Al-Hanafiyah. Kalau AlHanafiyah banyak sekali mengandalkan nalar dan logika, karena kurang tersedianya
nash-nash yang valid di Kufah, mazhab Maliki justru 'kebanjiran' sumber-sumber syariah.
Sebab madzhab ini tumbuh dan berkembang di kota Nabi SAW sendiri, di
manapenduduknya adalah anak keturunan para shahabat. Imam Malik sangat meyakini
bahwa praktek ibadah yang dikerjakan penduduk Madinah sepeninggal Rasulullah SAW
bisa dijadikan dasar hukum, meski tanpa harus merujuk kepada hadits yang shahih para
umumnya.

Kitab-Kitab Imam Maliki


Karya-karya dari Imam Maliki di antaranya:
1. Kitab Muwaththa, kitab yang termasyhur merupakan kitab yang mengandung
hadist-hadist dan hukum.
2. Kitab Mudawanah Al-Qubra, yang berisi fatwa-fatwa dan jawaban Imam
Malik atas berbagai persoalan.

Daerah-Daerah Yang Menganut Madzhab Maliki


Awal mulanya tersebar di daerah Madinah, kemudian tersebar sampai saat ini di
Marokko, Aljazair, Tunisi, Libia, Bahrain, dan Kuwait.
c.

Madzhab Syafii
Mazhab ini dibangun oleh Al-Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi'i seorang
keturunan Hasyim bin Abdul Muthalib bin Abdi Manaf. Beliau lahir di Gaza (Palestina)
tahun 150 H bersamaan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah yang menjadi
Mazhab yang pertama.
Guru Imam Syafi'i yang pertama ialah Muslim bin Khalid, seorang Mufti di
Mekah. Imam Syafi'i sanggup hafal Al-Qur-an pada usia tujuh tahun. Setelah beliau hafal
Al-Qur-an barulah mempelajari bahasa dan syi'ir; kemudian beliau mempelajari hadits
dan fiqh.
Madzhab Syafi'i terdiri dari dua macam; berdasarkan atas masa dan tempat beliau
mukim. Yang pertama ialah Qaul Qadim; yaitu mazhab yang dibentuk sewaktu hidup di
Irak. Dan yang kedua ialah Qul Jadid; yaitu mazhab yang dibentuk sewaktu beliau hidup
di Mesir pindah dari Irak.
Keistimewaan Imam Syafi'i dibanding dengan Imam Mujtahidin yaitu bahwa
beliau merupakan peletak batu pertama ilmu Ushul Fiqh dengan kitabnya Ar Risaalah.
Dan kitabnya dalam bidang fiqh yang menjadi induk dari mazhabnya ialah: Al-Um.
Corak Pemikiran Hukum :
Antara tradisional dan rasional

Metode Fiqh Madzhab Syafii


Metode fiqhnya diambil berdasarkan:
1. Al-Quran, tafsir secara lahiriah, selama tidak ada yang menegaskan bahwa
yang dimaksud bukan arti lahiriahnya. Imam Syafi'i pertama sekali selalu mencari
alasannya dari Al-Qur'an dalam menetapkan hukum Islam.
2. As Sunnah, beliau tidak hanya mengambil hadits mutawatir saja (sunnah yang
diriwayatkan dari rasulullah oleh sekelompok perawi yang menurut kebiasaan, masingmasing tidak mungkin sepakat untuk berbohong, karena jumlah mereka yang bayak,
kejujuran dan perbedaan pandangan serta lingkunggan mereka) tetapi hadits-hadits ahad
juga beliau pakai untuk dalil. Dari Rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak
ditemukan rujukan dari Al-Quran. Imam Syafi'i sangat kuat pembelaannya terhadap
sunnah sehingga dijuluki Nashir As-Sunnah (pembela Sunnah Nabi).
3. Al-Ijma' atau kesepakatan para Sahabat Nabi, yang tidak terdapat perbedaan
pendapat dalam suatu masalah. Ijma' yang diterima Imam Syafi'i sebagai landasan hukum
adalah ijma' para sahabat, bukan kesepakatan seluruh mujtahid pada masa tertentu
terhadap suatu hukum, karena menurutnya hal seperti ini tidak mungkin terjadi.
4. Al-Qiyas yang dalam Ar-Risalah disebut sebagai ijtihad, apabila dalam ijma'
tidak juga ditemukan hukumnya. Akan tetapi Imam Syafi'i menolak dasar istihsan dan
istislah sebagai salah satu cara menetapkan hukum Islam.
5. Istidlal, mencari alasan berdasarkan atas kaidah-kaidah agama meskipun dari
agama ahli kitab (Yahudi dan Nasrani).

Kitab-Kitab Imam Syafii


Kitab-kitab Imam Syafii baik yang ditulisnya sendiri ataupun didiktekan kepada
muridnya maupun yang dinisbahkan kepadanya antara lain sebagai berikut:
1. Kitab al-Risalah, tentang ushul fiqh.
2. Kitab al-Umm, sebuah kitab fiqh yang didalamnya dihubungkan pula sejumlah
kitabnya.

3. Kitab al-Musnad, berisi hadist-hadist yang terdapat dalam kitab al-Umm yang
dilengkapi dengan sanad-sanadnya.
4. Al-Imla
5. Al-Amaliy.
6. Harmalah (dinisbahkan pada muridnya yang bernama Harmalah ibn Yahya).
7. Mukhtashar al-Muzaniy (dinisbahkan kepada Imam Syafii).
8. Mukhtashar al-Buwaithiy (dinisbahkan kepada Imam Syafii).
9. Kitab Ikhtilaf al-Hadist (penjelasan Imam Syafii tentang hadist-hadist Nabi
SAW).
Daerah-Daerah Yang Menganut Madzhab Syafi'i
Madzhab Syafi'i sampai sekarang dianut oleh umat Islam di: Libia, Mesir,
Indonesia, Pilipina, Malaysia, Somalia, Arabia Selatan, Palestina, Yordania, Libanon,
Siria, Irak, Hijaz, Pakistan, India, Jazirah Indo China, Sunni-Rusia dan Yaman.
d.

Madzhab Hambali
Pendiri Madzhab Hambali ialah: Al-Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal bin
Hilal Azzdahili Assyaibani. Beliau lahir di Bagdad pada tahun 164 H. dan wafat tahun
241 H.
Ahmad bin Hanbal adalah seorang imam yang banyak berkunjung ke berbagai
negara untuk mencari ilmu pengetahuan, antara lain: Syria, Hijaz, Yaman, Kufah dan
Basrsh. Dan beliau dapat menghimpun sejumlah 40.000 hadis dalam kitab Musnadnya.
Corak Pemikiran Hukum :
Tradisional (fundamental)

Metode Fiqh Madzhab Hanafi


Metode fiqhnya diambil berdasarkan:
1. Al-Quran atau As Sunnah
Yaitu apabila beliau menemukan nash baik dari Al-Quran maupun hadist beliau tidak
lagi memperhatikan dalil-dalil yang lain dan tidak pula memperhatikan pendapatpendapat para sahabat.
2. Fatwa sebagian sahabat, yaitu jika beliau tidak mendapatkan nash maka beliau
berpegang teguh pada fatwa sahaby jika fatwa tersebut tidak ada yang menantangnya.
3. Pendapat sebagian sahabat, beliau memandang pendapat sebagian sahabat
sebagai dalil hukum. Jika terdapat beberapa pendapat dalam suatu masalah maka beliau
mengambil pendapat yang lebih dekat kepada Kitab dan Sunnah.
4. Hadist mursal atau hadist dhoif, yakni Hadits yang dimarfukan (diangkat) oleh
seorang tabiin kepada Rasulullah saw, baik berupa sabda, perbuatan dan taqrir, baik itu
tabiin kecil ataupun besar. Hal ini dipakai jika hadis tersebut tidak berlawanan dengan
suatu atsar atau pendapat seorang sahabat.
5. Qiyas, jika beliau tidak memperoleh sesuatu dasar diantara yang tersebut di
atas maka dipergunakanlah qiyas.

Kitab-Kitab Imam Hambali


Kitab-kitab Imam Hambali selain seorang ahli mengajar dan ahli mendidik, ia
juga`seorang pengarang. Beliau mempunyai beberapa kitab yang telah disusun dan
direncanakannya, yang isinya sangat berharga bagi masyarakat umat yang hidup
sesudahnya. Di antara kitab-kitabnya adalah sebagai berikut:
1. Kitab Al-Musnad.
2. Kitab Tafsir al-Quran.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Kitab al-Nasikh wa al-Mansukh.


Kitab al-Muqqodam wa al-Muakhkar fi al-Quran.
Kitab Jawabul al-Quran
Kitab al-Tarikh
Kitab Manasiku al-Kabir
Kitab Manasiku al-Shagir
Kitab Thaatu al-Rasul
Kitab al-illah
Kitab al-Shalah

Daerah Yang Menganut Madzhab Hambali


Awal perkembangannya, madzhab Hambali berkembang di Bagdad, Irak dan Mesir
dalam waktu yang sangat lama. Kemudian Libia, Mesir, Indonesia, Saudi, Arabia,
Palestina, Syria, Irak, Jazirah Arab.
Pada abad XII mazhab Hambali berkembang terutama pada masa pemerintahan
Raja Abdul Aziz As Su'udi. Dan masa sekarang ini menjadi mazhab resmi pemerintahan
Saudi Arabia dan mempunyai penganut terbesar di seluruh Jazirah Arab, Palestina, Syria
dan Irak.

2.6 Perbandingan Madzhab


Hukum Membaca Al-Fatihah Dalam Sholat Jamaah Menurut Madzab Hanafi,
Hambali, Maliki dan Syafii
Untuk lebih memperjelas bagaimana perbedaan pendapat serta argumen dan dalildalil yang menjadi pegangan Imam Madzhab dirinci sebagai berikut:

a.

Madzhab Hanafi
Menurut pendapat madzhab ini membaca di belakang imam baik Al-Fatihah
atau surat yang lain hukumnya makruh yang mendekati haram, baik di sholat jahr atau
siri. dasar mereka adalah sabda Rosulullah SAW.


Artinya : barang siapa yang mempunyai imam, maka bacaan imam adalah bacaan
baginya. (HR Ibnu Majjah dan yang lainnya - Hadist Dhoif [lemah])
Dari keterangan pendapat Madzhab Imam Hanfi mengatakan bahwa siapa yang
mempunyai imam maka bacaan imam adalah bacaan baginya. Secara tidak langsung
makmum tidak boleh membaca apapun di belakang imam.
b. Madzhab Maliki
Menurut pendapat Madzhab Imam Maliki membaca di belakang imam bagi
makmum adalah sunnah hukumnya pada sholat siri. dan pada sholat jahr maka makruh
hukumnya.
Jadi menurut pendapat madzhab ini membaca Al-Fatihah di belakang imam
dalam sholat jhar hukumnya makruh dan sunah pada sholat siri.
c.

Madzhab Syafii
Menurut Mazhad Syafii membaca Al-Fatihah adalah wajib hukumnya bagi
setiap makmum di belakang imam kecuali pada sholat jahr, maka diam mendengarkan
bacaan imam lebih wajib. Dasar meraka adalah hadist berikut :

( )

Artinya : Tidak sah shalat orang yang tidak membaca Al-Fatihah ( H.R. Bukhori &
Muslim)
Dari keterangan pendapat Madzhab Imam Syafii membaca Surat Al-Fatihah di belakang
imam yang sholat siri (bacaannya pelan) maka wajib hukumnya membaca fatehah tetapi
jika sholat jahr maka lebih wajib mendengarkan bacaan imam.
d. Madzhab Hambali
Sebagaimana pendapat Madzhab Maliki, yaitu sunnah hukumnya membaca
Al-Fatihah di belakang imam pada sholat siri/pelan dan dalam diamnya imam. Dan
makruh hukumnya pada sholat jahr/keras.
Dari semua pendapat Madzhab di atas kita dapat menilai dan mengetahui pendapat
mana yang lebih kuat dan mendapat mana yang akan kita aplikasikan dalam ibadah sholat
kita, semua itu kembali pada masing-masing individu.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa madzhab
adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh imam mujtahid (orang yang
melakukan ijtihad) dalam memecahkan masalah atau
mengistinbatkan/menetapkan hukum Islam.
Ada banyak madzhab yang dibuat tetapi yang masih bertahan sampai sekarang ini
yakni:
1.

Madzhab Hanafi

2.

Madzhab Maliki

3.

Madzhab Syafii

4.

Madzhab Hambali

Metode fiqhnya pun berbeda satu sama lain berdasarkan dilihat dari perbandingan
madzhab dalam penetapan hukum membaca Al-Fatihah dalam sholat jamaah.

3.2

Saran

Perbedaan adalah hal yang lumrah terjadi mengingat begitu banyaknya dalil-dalil
dan hadist-hadist. Serta begitu banyaknya kaum intelektual Islam (Mujtahid).
Akan tetapi dalam menyikapi perbedaan ini kita sebagai kaum akademisi harus
mampu menengahi masyarakat dalam perbedaan pendapat ini.
Jangan sampai perbedaaan masalah kecil menjadi penyebab perpecahan umat.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang.


Ismail, Ahmad satori, Pasang Surut Perkembangan Fiqh Islam, Jakarta : Pustaka
Tarbiatuna, Cet. I, 2003
Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. III, 2003.
Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI
Press, 2002.
Rahmat, Jalaluddin, Tinjauan Kritis Atas Sejarah Fiqh, Artikel yayasan Paramadina,
www. Media.Isnet.org/islam/paramadina/konteks/sejarahfiqh01.html.
Sirry, Munim A., Sejarah Fiqh Islam, Surabaya : Risalah Gusti, Cet I, 1995.
Yanggo, Huzaemah Tahido, Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta : Logos, Cet. III,
2003.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab
http://blog.re.or.id/mazhab-dalam-islam.htm
http://www.saidialhady.com/2010/03/4-mazhab-dalam-islam.html
http://diaz2000.multiply.com/journal/item/20?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2Fitem
http://news.detik.com/read/2012/08/03/192200/1982877/1254/mengapa-ada-mazhabdalam-islam
http://islamquest.net/ms/archive/question/fa2381
http://hafizfirdaus.com/ebook/PedomanMazhab/Chap8.php
http://www.scribd.com/doc/16951468/PERBANDINGAN-MAZHAB
http://www.scribd.com/doc/28546510/Makalah-Sejarah-Pemikiran-Islam-Sejarah-EmpatMazhab-Fiqih
http://czifa24.blogspot.com/2012/10/makalah-fiqh.html
Ash Ahiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 1999. Pengantar Ilmu Fiqih. Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra.
Hasan, M. Ali. 2000. Perbandingan Madzhab Fiqih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Khalil, Munawar. 1983. Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab. Jakarta: PT. Bulan
Bintang.
Khalil, Rasyad Hasan. 2009. Tarikh Tasyri. Jakarta: Amzah.
Rasjid, Sulaiman. 2007. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
http://www.scribd.com/doc/53672332/makalah-mazhab-imam-hanafi
http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab
http://ragab304.wordpress.com/2009/02/13/mazhab-hanafi/

Anda mungkin juga menyukai