AGAMA ISLAM
12.2E.15
DISUSUN OLEH :
1. Andri Tionardi
2. Sri Eka.Y
3. Muhamad Fauzi
{ 12151286 } 8. Dini.A
4. Pijri Maulana
5. Danuari
9. Febri.F.H
{12151522
10.Roni M {12155212}
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
SUMBER HUKUM ISLAM ( HADITS ) tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ibu Eni Reptiningsih selaku dosen pendidikan agama atas
bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis
dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Ruang Lingkup........................................................................................
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................
1.4 Tujuan Penulisan......................................................................................
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................
1.6 Metode Penelitian....................................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
2.1 Pengertian sunnah....................................................................................
2.2 Macam macam sunnah.........................................................................
2.3 Macam macam dhaif............................................................................
2.4 Kedudukan sunnah dan fungsinya terhadap agama.................................
BAB III
BAB
IV DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sebagai agama yang berlaku abadi dan berlaku untuk seluruh umat
manusia mempunyai sumber yang lengkap pula. Sebagaimana diuraikan di awal
bahwa sumber ajaran islam adalah Al-Quran dan Sunnah yang sangat lengkap.
Seperti diketahui bahwa Al-Quran adalah merupakan sumber ajaran yang
bersifat pedoman pokok dan global, sedangkan penjelasannya banyak diterangkan
dan dilengkapi oleh As-Sunnah secara komprehensif, memerlukan penelaahan dan
pengkajian ilmiah yang sungguh-sungguh serta berkesinambungan.
Selain Al-Quran dan As-Sunnah, terdapat pula Ijtihad. Para ulama
bersepakat tentang pengertian ijtihad secara bahasa berbeda pandangan, mengenai
pengertiannya secara istilah muncul belakangan, yaitu pada massa tasyri
dan massa sahabat. Ijtihad mempunyai definisi dan mempunyai landasan serta
dasar-dasar dan mempunyai hukum dan mempunyai unsur-unsur.
Melalui makalah yang kecil lagi tipis ini, kami akan membahas mengenai
As-Sunnah dan Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam. Kami juga berusaha
menjelaskan kepada pembaca sekelumit tentang kedua perkara di atas, dan juga
menjelaskan pentingnya pembahasan mengenai kedua sumber hukum Islam
tersebut. Secara bahasa, hadits dapat berarti baru, dekat dan khabar (cerita).
Sedangkan dalam tradisi hukum Islam, hadits berarti segala perkataan, perbuatan
dan keizinan Nabi Muhammad SAW (aqwal, afal wa taqrir). Akan tetapi para
ulama Ushul Fiqh, membatasi pengertian hadits hanya pada ucapan-ucapan Nabi
Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum, sedangkan bila mencakup, pula
perbuatan dan taqrir yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka
namai dengan Sunnah.
b.
c.
1.4
Tujuan Penulisan
Dari latar belakang di atas, maka tujuan penulisan ini setidaknya mencakup
beberapa hal, yaitu:
1.
2.
Memperluas wawasan keislaman mengenai beberapa hal yang dapt dijadikan
sebagai sumber hukuym isalm
3.
1.5
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
2.
Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis dapat mengerti mengenai
definisi sumber hukum islam
1.6
Metode Penelitian
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini penyusun mencari materi makalah
dari internet dan dari referensi buku lalu dirangkum hal hal yang pentingnya
saja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Sunnah
Sunnah secara harfiyah berarti perjalanan, pekerjaan atau cara. Secara
terminologis, menurut hukum islam ialah segala perkataan, perbuatan dan
persetujuan nabi Muhammad.
Sunnah menurut para ahli hadist identik dengan hadist, yaitu: seluruh yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik perkataan, perbuatan, maupun
ketetapan ataupun yang sejenisnya (sifat keadaan atau himmah). Sunnah menurut
ahli ushul fiqh adalah segala yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW,
berupa perbuatan, perkataan , dan ketetapan yang berkaitan dengan hukum.
Sedangkan sunnah menurut para ahli fiqh , di samping pengertian yang
dikemukakan para ulama ushul fiqh di atas, juga dimaksudkan sebagai salah satu
hokum taqlifih, yang mengandung pengertianperbuataan yang apabila dikerjakan
mendapat pahaladan apabila ditinggalkan tidak medapat siksa (tidak berdosa).
Atau terkadang dengan perbuatan, beliau menerangkan maksudnya, seperti
pelajaran shalat yang beliau ajarkan kepada mereka (para sahabat) secara praktek
dan juga cara-cara ibadah haji. Dan kadang para sahabatnya brbuat sesuatu di
hadiratnya atau sampai berita-berita berupa ucapan atau tindakan mereka kepada
beliau, tetapi hal ini tidak di ingkarinya, bahkan didiamkannya saja, padahal
beliau sanggup untuk menolaknya(kalau tidak dibenarkan) atau nampak padanya
setuju dan senang, sebagai mana diriwayatkan bahwa beliau tidak mengingkari
orang yang makan daging biawak di tempat makan beliau.
2.2
a.
Persamaan Antara Hadits Nabawi dan Hadits Qudsi
Persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut:
Hadits NB
Hadits Qds
b.
Sumber dr Allah
Sumber dr Allah
Hadits Qds
Bukan mujizat
Bukan mujizat
Hadist qudsi adalah hadist yang maknanya dari Allah dan lafazdnya dari
Rasul Allah Dan Hadist Nabawi maksudnya hadist dan makna lafasz kata-kata
sepenuhnya berasal dari nabi, hal ini dibagi kepada tiga macam: yaitu:
1)
Sunnah Qauliyah (perkataan): yaitu hadist yang bersumber dari perkataan
Nabi SAW. Berisi informasi yang menerangkan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan hukum-hukum agama dan maksud kandungan AL-Quran.
2)
Sunnah Filiyah (Perbuatan), yaitu hadist yang bersumber dari perbuatan
Nabi SAW. Hadist Filiyah ini merupakan informasi visual (gerak lakon yang
dapat dilihat) dari perbuatan ytang dalam melakukan perintah Allah, misalnya
bewudu, sholat, puasa, zakat, haji, dan lain-lainnya. Contoh hadits filiyah
:
)
[6]2
. (
3)
Sunnah Taqririyah (persetujuan), yaitu hadist yang bersumber dari sikap
Nabi SAW. Terhadap kasis tertentu, bila Nabi SAW. Mendengar sahabat
mengatakan suatu perkataa, lalu beliau membiarkan (tidak merespon) dengan cara
tidak menyuruh atau melarang. Sikap seperti itu mengisyaratkan persetujuan dari
beliau, bahwa apa yang dilakukan itu boleh-boleh saja dan tidak melanggar
hukum.
Mutawatir
Menurut bahasa, kata al-mutawatir adalah isim fail berasal dari mashdar altawatur semakna dengan at-tatabuu yang berarti berturut-turut atau beriringiringan seperti kata tawatara al-matharu yang berarti hujan turun berturutturut.
Menurut istilah, hadis mutawatir adalah hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah
perawi pada semua thabaqat (generasi) yang menurut akal dan adat kebiasaan
tidak mungkin mereka bersepakat untuk berdusta
Contohnya: Perkataan Nabi yang diriwayatkan oleh orang banyak kepada orang
banyak.
Artinya : Barang siapa berdusta atas (nama)-ku dengan sengaja, maka hendaklah
ia mengambil tempat duduknya dari neraka
2.
Masyhur
Hadist masyhur dipahami sebagai suatu hadist yang telah dikenal dikalangan para
ahli ilmu tertentu atau dikalangan masyarakat umum tanpa memperhatikan
ketentuan syarat di atas, yakni banyaknya perawi yang meriwayatkannya,
2
sehingga kemungkinannya hanya mempunyai satu jalur sanad saja atau bahkan
tidak berasal (bersanad) sekalipun.
Contohnya: seperti hadist yang diriwayatkan Anas ra:
Artinya: Bahwa Nabi saw pernah membaca doa qunut setelah ruku selama satu
bulan untuk mendoakan keluarga Riil dan Dzakwan (HR. Bukhari Muslim).
3.
Ahad
Menurut bahasa kata ahad bentuk plural (jama) dari kata ahad yang berarti:
satu (hadist wahid) berarti hadis yang diriwayatkan satu perawi.
Menurut istilah, hadist ahad adalah:
Artinya: Hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk menjadi hadis
mutawwatir3[8]
Yang dimaksud hadist ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh beberapa perawi
yang jumlahnya tidak mencapai batasan hadist mutawwatir. Mayoritas hadist yang
diriwayatkan dari Rasulullah SAW dan terdapat dalam kitab-kitab referensi adalah
jenis hadist ahad
Contohnya: Hadis Nabi SAW:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan menggenggam ilmu pengetahuan dengan
mencabutnya dari para hamba.
Shahih