Anda di halaman 1dari 32

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESES PENELITIAN

2.1 Kinerja Guru

2.1.1 Pengertian Kinerja Guru

Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (bahasa Inggris) yang

berarti pekerjaan, perbuatan. Menurut Ruky dalam Supardi kata performance

memberikan tiga arti yaitu: (1). Prestasi seperti dalam konteks atau kalimat “high

performance car” atau mobil yang sangat cepat. (2). Pertunjukan, seperti dalam

konteks atau kalimat “ Folk dance performance” atau pertunjukan tari-tarian

rakyat. (3). Pelaksanaan tugas, seperti dalam konteks atau kalimat “in performing

his/her duties” atau dalam pelaksanaan kewajibannya.

Kinerja dalam arti di atas dimaksudkan sebagai prestasi kerja. Hasil kerja

seseorang dalam periode tertentu jika dibandingkan dengan sasaran, standar yang

telah ditentukan dan telah disepakati bersama. Bila diaplikasikan dalam lembaga

pendidikan kinerja mengandung makna hasil kerja, kemampuan atau prestasi,

dorongan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.

Kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan,

menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan tujuan yang

telah ditetapkan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,

Kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu

organesasi untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi atau ukuran dan

waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan

etika yang telah ditetapkan. Sedang indikator kinerja guru dalam pelaksanaan

7
tugasnya terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, penilaian/evaluasi, hubungan

dengan siswa, program pengayaan dan program remedial.

Bernardin dan Russel berpendapat “performance is defined as the record

of outcome produced on a specified job function or activity during time period“3

Kinerja atau prestasi adalah catatan tentang hasil- hasil yang diperoleh dari fungsi-

fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu. Smith dalam

Mulyasa menyatakan bahwa Kinerja adalah: output drive from processes, human

or otherwise. Prestasi atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu

proses. Selanjutnya Mulyasa mengatakan bahwa kinerja atau performance dapat

diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil hasil

kerja.

Menurut Donni Juni Priansa bahwa Kinerja merupakan hasil kerja yang

dicapai guru di sekolah dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Sekolah

merupakan jaringan budaya yang dapat menjadi ukuran dari semua panutan

budaya yang ada di sekelilingnya. Sebagaimana pendapat Leo “Schools, in

crarrying out their transmitter of the culture role can be viewed as a barometer

that reflect thecomplexcity of the surrounding culture”.

Kinerja guru merupakan perwujudan dari kemampuan dalam bentuk karya

nyata, hasil kerja dan tanggung jawab dalam menjalankan amanah, profesi yang

diembannya, serta moral yang dimilikinya. Suprihanto, dalam Supardi,

menjelaskan, bahwa Kinerja adalah hasil kerja seseorang dalam suatu periode

8
tertentu yang dibandingkan dengan beberapa kemungkinan, misalnya standar

target, sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Robbins dalam Supardi berpendapat lain mengenai kinerja, Kinerja

merupakan fungsi dari interaksi antara ability (kemampuan dasar) dengan

motivasi, teori tersebut menunjukkan orang yang mempunyai kemampuan dasar

yang tinggi, tetapi memiliki motivasi yang rendah akan menghasilkan kinerja

yang rendah, demikian pula apabila orang yang memiliki motivasi tinggi tetapi

kemampuan rendah maka akan menghasilkan kinerja rendah.

Seseorang dengan kinerja tinggi di samping memiliki kemampuan dasar

yang tinggi juga harus memiliki motivasi yang tinggi. Motivasi dapat diartikan

sebagai suatu usaha yang menimbulkan dorongan untuk melakukan suatu tugas.

Konsep penting dari teori di atas adalah bahwa untuk mengungkap dan mengukur

kinerja guru dapat dilakukan dengan menelaah kemampuan dasar guru atau

pelaksanaan kompetensi dasar guru atau memotivasinya dalam bekerja.

Dari beberapa konsep teori kinerja di atas adalah bahwa untuk mengungkap

dan mengukur kinerja dengan menelaah kemampuan dasar guru atau pelaksanaan

kompetensi dasar dalam bekerja. Kinerja guru merupakan prestasi seorang guru

yang diukur melalui standar yang telah ditentukan dan telah disepakati bersama

ataupun kemungkinan - kemungkinan lain dalam suatu rencana pembelajaran

yang sudah distandarisasikan melalui silabus berdasarkan ketetapan yang baku.

Supardi berpendapat bahwa kinerja dapat diidentifikasi dari beberapa sudut

diantaranya: (1). Perusahaan harus dapat menghasilkan barang atau jasa yang

9
semangkin meningkat. (2). Pelayanan kepada konsumen makin cepat dan makin

efesien, (3). Penekanan biaya produksi sehingga harga pokok penjualan dapat

stabil sehingga dapat dirasakan oleh seluruh konsumen, (4). Peningkatan

pengetahuan dan ketrampilan para pekerja agar dapat berinovasi dalam memenuhi

kebutuhan konsumen yang selalu berubah dengan dinamika dan tuntutan zaman.

Jika dilaksanakan dalam institusi/lembaga pendidikan, pendapat di atas /

kinerja guru adalah sebagai prestasi kerja dalam melaksanakan program

pendidikan yang harus mampu menghasilkan lulusan/output yang semakin

meningkat kualitasnya, mampu menunjukkan kepada masyarakat berupa

pelayanan yang baik, biaya yang ditanggung konsumen atau masyarakat yang

menitipkan anaknya terjangkau dan tidak memberatkan, pelaksana tugas semakin

baik dan berkembang serta mampu mengikuti dinamika kebutuhan masyarakat

yang selalu berubah sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Tempe adalah

lingkungan, perilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan balik

dan administrasi pengupahan. Sedang menurut Kopelman kinerja ditentukan oleh

empat faktor, yaitu lingkungan, karakteristik individu, karakteristik organisasi dan

karakteristik pekerjaan. Dengan demikian kinerja guru dipengaruhi oleh

karakteristik individu yang berupa pengetahuan, ketrampilan, kemauan, motivasi,

kepercayaan dan sikap. Karakteristik individu sangat dipengaruhi oleh

karakteristik organisasi dan karakteristik pekerjaan. Kondisi individu, organisasi

serta pekerjaan yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik.

10
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan tergantung pada awal perekrutan

tenaga guru, pelatihan dan pengembangan, perlu juga diperhatikan kondisi sosial

dan keadaan pekerjaan para guru, sebab mereka membutuhkan/memiliki

pengetahuan dan ketrampilan agar guru-guru memiliki karakter pendidik yang

baik, profesional, memiliki motivasi sesuai dengan tujuan pendidikan. Guru yang

memiliki kinerja baik sebagaimana mempunyai kriteria di atas juga harus dapat

menjadi suri tauladan bagi peserta didik dan lingkungannya menuju perubahan

pendidikan yang berkualitas.

Hendarman menyatakan bahwa kinerja guru dapat ditingkatkan melalui

kompetensi kepemimpinan Kepala Sekolah yang profesional. Hal ini berarti

keberhasilan kerja guru berkaitan langsung dengan Kepala Sekolah. Kepala

Sekolah merupakan decision maker dan menjadi rujukan semua kebijakan dalam

sekolah. Termasuk di dalamnya para guru dalam melaksanakan tugasnya.

Razik Taher berpendapat “ Another school of thought maintains that

decisionmakking is the key to understanding organezational effectiveness. In older

theories, rationality is throught to be aconnerstone to decisionmaking. Maksud

pernyataan di atas adalah kunci organisasi yang efektif adalah tergantung pada

mainset/pola pikir pemegang kebijakan (Kepala sekolah). Jadi Kepala Sekolah

ikut berperan dalam pencapaian tujuan pendidikan di sekolah yang dilaksanakan

oleh para guru.

11
2.1.3 Peningkatan Kinerja Guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

Menurut Hansley Guru adalah “ teacher is a person who delivers an

educational program, assesses student partipation in an educational program,

and/or administer or providers consisten and substantial leadership to an

educational program20.” Artinya Guru adalah seseorang/diri yang menyampaikan

program pendidikan, menetapkan keikutsertaan siswa dalam program pendidikan

dan atau pengendali administrasi atau pemelihara tetap dan pemimpin yang nyata

program pendidikan.

Sedang menurut Ranvel “ teacher is a person or thing that teacher

something, especially a person whose job is to tech students a bout certain

subjects.” Maksudnya; Guru adalah seseorang diri atau sesuatu yang mengajar

beberapa macam, khusus / istimewa, seseorang diri yang pekerjaannya adalah

mengajar siswa tentang subjek tertentu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan tenaga

profesional yaitu suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan

menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,

atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi. Untuk menjadi guru yang profesional guru harus

12
memiliki empat kompetensi yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, sosial dan profesional.

Seorang guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap

peserta didik sebagaimana orang tua yang menjadi sebab lahirnya dan dapat hidup

di dunia, sedang guru menjadi sebab anak itu memperoleh bekal hidup.

Untuk menjadi guru, seseorang harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji.

Menurut Suyanto, kepribadian yang harus dimiliki seorang guru adalah ;

kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Kepribadian

yang mantap dan stabil dengan indikator bertindak sesuai dengan norma hukum,

norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak

dan berperilaku.

Kepribadian yang dewasa memiliki indikator tampil mandiri dalam

bertindak sebagai pendidik dan mempunyai etos kerja yang tinggi. Kepribadian

yang arif memiliki indikator menampilkan tindakan yang berdasarkan pada

kemanfaatan siswa, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan

dalam berfikir dan bertindak. Kepribadian berwibawa dengan indikator memiliki

perilaku yang berpengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar siswa,

berakhlak mulia, jujur, ikhlas dan suka menolong.

13
2.1.4 Tugas Utama Guru

Ketentuan tentang guru mengamanatkan bahwa paling tidak tugas utama

guru sebagai guru professional ada tujuh macam, yaitu:

1. Guru sebagai pendidik. Ingat apa yang terlihat, terdengar dan terasa oleh

siswa dari guru harus berfungsi sebagai teladan yang akan ditiru dan

diamalkan oleh siswa, karena itu beri teladan baik buat siswa dalam segala

kesempatan.

2. Guru sebagai pengajar. Pada posisi ini guru harus menjadikan dirinya

sebagai seorang professional dan memiliki kompetensi sesuai dengan mata

Pelajaran yang diajarkan, karena bagaimana mungkin dapat melahirkan

siswa yang memiliki kompetensi kalau guru immpotensi

3. Guru sebagai pembimbing. Pada posisi ini seharusnya guru berada di

barisan depan untuk membimbing siswa kearah tujuan yang diharapkan.

Karena itu guru harus pro aktif dalam memahami kondisi dan potensi yang

dimiliki siswa.

4. Guru sebagai pengarah. Arahkan siswa untuk dapat mengembangkan

seluruh potensi dan kreatifitas siswa kepada tujuan pembelajaran,

merangsang siswa untuk mampu merespon dan melakukan sendiri apa yang

seharusnya mereka lakukan.

5. Guru sebagai pelatih. Pada posisi ini guru harus mampu memberikan latihan

secara secara terukur dan terus menerus agar apa yang menjadi target

pembelajaran tercapai.

14
6. Guru sebagai penilai. Menilai siswa berarti sebuah upaya untuk mengetahui

apakah proses pembelajaran yang sudah dilakukan telah dilakukan secara

efektif, karena itu lakukan kegiatan penilaian ini secara teratur dan terukur.

7. Guru melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran. sebabnya itulah seluruh

rangkaian kegiatan proses pembelajaran harus dilakukan kajian dan analisis.

Kalau nilai siswa sudah dianggap baik, tentu cari tahu apa sebabnya,

demikian pula sebaliknya. Sedangkan langkah- langkah guru dalam

melaksanakan tugas di atas adalah :

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran

yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, tehnologi, dan seni.

c. Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan

jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu , atau latar

belakang keluarga, dan status sosial peserta didik..

d. Menjunjung tinggi perundang – undangan, hukum, dan kode etik

guru, serta nilai- nilai agama dan etika.

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam melaksanakan tugas guru dituntut memiliki kepribadian dan

tingkah laku dan ahlak mulia sebagaimana tersebut dalam kode etik guru, yaitu:

a. Hubungan guru dengan murid / siswa

b. Hubungan guru dengan jabatan profesi guru

15
c. Hubungan guru dengan rumah dan masyarakat

d. Hubungan guru dengan atasan

e. Hubungan guru dengan badan- badan komersial

f. Hubungan guru dengan pegawai tata usaha.

Karena tanggung jawab yang berat, maka guru wajib berpedoman hal berikut :

a. Guru harus memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum

sesuai dengan kebutuhan anak.

b. Guru harus mengadakan komunikasi dengan peserta didik tetapi

menghindarkan bentuk penyalahgunaan.

c. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah, memelihara hubungan

dengan orang tua murid demi kepentingan peserta didik.

d. Guru selalu bicara, bersikap dan bertindak sesuai dengan martabat

profesinya.Guru melaksanakan ketentuan yang merupakan kebijakan

pemerintah dalam bidang pendidikan.

2.1.5 Indikator Kinerja Guru

Menurut Locke and Latham (1990:253) tiap individu, kelompok atau

organisasi memiliki kriteria penilaian tertentu atas kinerja dan tanggung jawab

yang di berikan. Contoh tentang kriteria kinerja seseorang "trainer" sebagai

berikut:

1. Jumlah pelatihan yang dilakukannya sepanjang tahun,

2. Jumlah keseluruhan peserta program pelatihan,

3. Peningkatan dalam diri peserta pelatihan,

4. Pertambahan nilai peserta dibandingkan dengan yang tidak mengikuti

16
program, dan

5. Jumlah kesalahan, ketidakhadiran, atau kelambanan peserta pelatihan

dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program. Sebagai individual,

kinerja seseorang ditentukan oleh beberapa bidang sebagai berikut:

a. Kemampuan (ability)

b. Komitmen ( commitment)

c. Umpan balik (feedback)

d. Kompleksitas tugas (task complexity)

e. Tantangan (challenge)

f. Tujuan (goal)

g. Fasilitas, keakuratan dirinya (self-afficacy)

h. Arah (direction), usaha (effort)

i. Daya tahan/ ketekunan (persistence)

j. Strategi khusus dalam menghadapi tugas (task specific strategies)

Kinerja pegawai dapat dilihat dari: seberapa baik kualitas pekerja yang

dihasilkan, tingkat kejujuran dalam berbagai situasi, inisiatif dan prakasara

memunculkan ide-ide baru dalam pelaksanaan tugas, sikap karyawan terhadap

pekerjaan dalam (suka atau tidak suka, menerima atau menolak), kerja sama

dan keandalan, pengetahuan dan keterampilan tentang pekerjaan, pelaksanaan

tanggung jawab, pemanfaatan waktu serta pemanfaatan waktu secara efektif.

Sedangkan yang dapat dijadikan indicator standar kinerja guru di antaranya:

1. Standar 1: knowledge, skills, and disposition

2. Standar 2: assessment system and unit evalution

17
3. Standar 3 : field experience and clinical practice

4. Standar 4: faculaty qualification, performance and development

5. Standar 5: unit governance and resources (the national council for

acredition of teacher education, 2002:10)

Indikator di atas menunjukan bahwa standar kinerja guru merupakan

suatu bentuk kualitas atau patokan yang menunjukan adanya jumlah dan mutu

kerja yang harus dihasilakan guru meliputi: pengetahuan, keterampilan,

kemampuan praktis, kualifikasi, hasil pekerjaan, dan pengembangan.

Berdasarkan riset, teacher quality is the most important determinant of the

school quality yang tergabung dalam national center for educational statistic di

amerika serikat dilaporkan bahwa standar kualitas yang harus dihapus oich guru

adalah : "1) the academic skills of teacher, 2) teacher assignment, 3) teacher

experience, dan 4) professional development" (Rivkin, Hamushek And Kain,

2005:5).

Kemampuan akademik berkaitan dengan penguasaan tingkat pendidikan,

penguasaan kompetensi pedagogik. Kemampuan assignmen adalah berkaitan

dengan kemampuan dalam membina hubungan dan kepribadian yang mantap.

Pengalaman guru adalah seberapa besar pengalaman ang telah dijalani oleh

guru dapat meningkatkan kinerjanya. Pengembangan profesional pada guru

diharapkan guru dapat mengembangkan profesinya yang dilandasi penguasaan

dasar-dasar profesional guru dalam kegiatan pembelajaran terhadap peserta

didik didalam maupun diluar sekolah. (Supardi, 2013:48-50).

18
1. Prestasi Kerja, pada dasarnya merupakan hasil-hasil kerja yang diunjukan

oleh setiap guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang mejadi

tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku.

2. Tanggung jawab, guru harus bisa menuntut murid untuk belajar, yang

terpenting adalah membuat rencana dan menuntut murid untuk

melaksanakan kegiatan belajar guru agar mencapai pertumbuhan serta

perkembangan seperti yang diharapkan. Guru mempunyai tanggung jawab

untuk turut ikut serta dalam membina kurikulum sekolah. Guru

sesungguhnya adalah seorang kunci yang paling tahu mengenai keperluan

kurikulum yang sesuai dengan perkembangan siswa.

3. Ketaatan, sebagai guru yang professional maka sudah seharusnya dia taat

dan patuh terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku disetiap sekolah

dimana dia mengajar, taat disini juga diartikan sebagaimana cara dia dalam

melaksanakan tugasnya dengan baik

4. Kejujuran. Artinya guru itu adalah orang yang jujur dan anak dan pencapaian

dalam setiap hasil belajar yang memuaskan dan yang diinginkan. (Arikunto

1998:115).

2.1.6 Supervisi Kepala Sekolah

Istilah supervisi di Indonesia belum populer. Indonesia lebih mengenal

istilah inspeksi yang mana bersifat otoriter karena dalam inspeksi seorang

pemimpin mencari kesalahan guru kemudian menghukumnya, sedangkan

supervisi bersifat demokratis dimana dalam pelaksanaannya kepala sekolah

menemukan kekurangan pada kinerja guru atau pegawainya kemudian

19
mendiskusikannya kepada guru dan secara bersama-sama menyelesaikan

masalah yang dihadapi. Oleh karena itu dalam kegiatan supervisi guru tidak

diangggap pasif melainkan dijadikan sebagai partner bekerja.

Menurut Asmani (2012) supervisi artinya mengamati dari atas, hal itu

biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap segala aktivitas pekerjanya. Dalam

konteks pendidikan atau lingkungan sekolah, supervisi diartikan sebagai bentuk

peninjauan kepala sekolah terhadap aktivitas guru. Kegiatannya mencakup

menggiatkan kinerja guru, memilah kemajuan dan perkembangan jabatan guru-

guru, mamilah dan memperbaiki tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan

metode-metode mengajar serta melakukan penilaian perihal pengajaran.

Menurut Purwanto (2019:76) menjelaskan supervisi adalah kegiatan

memajukan kemampuan kerja guru yang dilakukan secara struktur agar

karyawan bekerja lebih efektif. Supervisi merupakan upaya pemberian fasilitas

dari kepala sekolah kepada guru untuk membantu memecahkan masalah yang

bisa dilakukan secara perorangan atau bersama-sama (Sahertian, 2010:19).

Melihat pengertian tersebut supervisi adalah bentuk pemberian fasilitas yang

berguna demi meningkatkan kinerja guru yang bisa dilaksanakan secara

perorangan maupun berkelompok dengan tujuan guru dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi.

Penjelasan tersebut selaras dengan simpulan riset yang dikerjakan Sola

(2018) berjudul “Ada Apa dengan Supervisi Pendidikan?”, yang menyatakan

bahwa di beberapa sekolah hasil pelaksanaan supervisi masih jauh dari yang

diharapkan. Ada kesan bahwa kehadiran supervisor itu seperti "monster" untuk

20
para guru. Itu karena sikap supervisor yang tidak menyenangkan, seperti mencari

kesalahan guru, sombong, dan sikap negatif lainnya. Sikap negatif ini membuat

guru merasa rendah diri, tidak berdaya. Kondisi ini akan berpengaruh negatif

pada motivasi guru dalam mengeksplorasi kreativitas dalam mengajar.

Melalui penelitian ini diharapkan kepada kepala sekolah untuk tidak

menjadikan kegiatan supervisi kepala sekolah sebagai kegiatan yang tidak

disukai guru, karena bagaimanapun juga upaya kepala sekolah dalam

meningkatkan kualitas kinerja guru adalah dengan mengadakan kegiatan

supervisi. Apabila kegiatan supervisi tidak rutin dilaksanakan, maka tidak heran

jika kualitas kinerja guru dapat menurun.

2.1.7 Tujuan Supervisi Kepala Sekolah

Tujuan utama dilaksanakannya kegiatan supervisi adalah untuk

meingkatkan kinerja karyawan atau guru. Berikut penulis paparkan beberapa

tujuan supervisi menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam

Mushlih dan Rudi (2018:59) sebagai berikut:

1. Kemampuan guru dalam mempersiapkan perencanaan pembelajaran.

2. Ketepatan guru dalam memilih teknik, model, metode menyesuaikan dengan

target pembelajaran.

3. Kompetensi guru sebagai kewajiban guru mengajar didalam kelas secara

profesional.

4. Kompetensi guru dalam mengembangkan instrumen penilaian evaluasi.

5. Kemampuan guru dalam memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah

atau tugas kelompok/ individu kepada siswa.

21
6. Adanya media pendukung kegiatan belajar mengajar.

7. Didalam Mushlih dan Rudi (2018:60) terdapat tiga

8. Tujuan supervisi yang dikutip dari Sergiovani (1987) sebagai berikut.

Pengembangan

Profesionalis

Tiga
Tujuan
Penumbuhan Pengawasan

Motivasi Kualitas

Gambar 2.1. Alur Supervise Kepala Sekolah

Supervisi kepala sekolah dilaksanakan dengan tujuan membantu guru

mengembangkan kemampuan profesionalnya mulai dari keterampilan dalam

mengajar, menggunakan media, serta menggunakan strategi belajar yang inovatif.

Kegiatan supervisi kepala sekolah dilaksanakan dengan tujuan memonitor

kegiatan belajar mengajar. Kegiatan monitor biasa dilakukan kepala sekolah

melalui kunjungan kelas. Supervisi kepala sekolah dilaksanakan untuk mendorong

guru mengerahkan kemampuanya dalam mengajar di kelas, mendorong guru

mengembangkan kemampuannya, serta mendorong guru agar melaksanakan tugas

dengan penuh rasa tanggungjawab.

22
2.1.8 Prinsip-Prinsip Supervisi Kepala Sekolah

Rifai dalam Purwanto (2019:117) menjelaskan dalam melakukan kegiatan

supervisi perlu memerhatikan prinsip-prinsip berikut:

1. Supervisi memiliki karakter yang membangun, sehingga guru

mendapatkan stimulus untuk bekerja lebih baik.

2. Supervisi dilaksanakan menyesuaikan kenyataan sebenarnya.

3. Pelaksanaan supervisi sederhana dan informal, sehingga muncul suasana

yang nyaman.

4. Harus memberikan suasana tidak mengancam dan tegang kepada pekerja

yang disupervisi.

5. Supervisi dilakukan tidak memandang hubungan pribadi, harus

profesional.

6. Pastikan kesanggupan guru dan pegawai sebelum disupervisi.

7. Supervisi bersifat demokratis, bukan otoriter.

8. Pelaksanaan supervisi tidak didasarkan pangkat, kedudukan, atau

kekuasaan pribadi.

9. Supervisi bukan inspeksi (tidak mencari kesalahan).

10. Tidak boleh mengharapkan hasil yang cepat dan tidak boleh kecewa.

11. Supervisi sebaiknya mencegah, memperbaiki, dan kooperatif dalam

memecahkan masalah.

23
2.1.9 Teknik Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Secara umum teknik

pelaksanaan supervisi dibagi menjadi dua yaitu perseorangan dan kelompok

(Purwanto, 2019:120).

Pertama, teknik perseorangan ialah kegiatan supervisi yang dilaksanakan

secara personal, jadi hanya ada supervisor dan guru/ pegawai yang disupervisi.

Ada lima macam kegiatan dalam teknik supervisi perseorangan yaitu: kunjungan

kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai

diri sendiri. Penjelasan sebagai berikut:

a. Kunjungan kelas, adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah

dengan mengamati langsung kinerja guru di dalam kelas. Tujuannya untuk

menemukan kelebihan dan kekurangan yang perlu diperbaiki. Setelah

kegiatan mengamati selesai, supervisor memberi saran dan nasihat kepada

guru yang disupervisi dan guru yang bersangkutan dapat mengajukan ide-

ide kreatif dalam rangka memperbaiki kekurangannya mengajar di kelas.

b. Observasi Kelas, adalah kegiatan mengamati secara langsung kinerja guru

di dalam kelas. Kegiatan observasi kelas biasanya dilakukan untuk

mengamati guru yang sedang mendemonstrasikan metode atau penggnaan

media terbaru. Persis dengan teknik kunjungan kelas, kegiatan observasi

kelas diakhiri dengan diskusi bersama.

c. Membimbing guru mengatasi masalah, umumnya jenjang sekolah dasar di

Indonesia tidak menyediakan jasa konselor, seluruh masalah siswa

ditanggung oleh guru kelas, padahal seharusnya setiap jenjang sekolah

24
memerlukan jasa konselor guna membantu siswa mengatasi masalah yang

dialaminya. Oleh karenanya guru dibantu kepala sekolah dalam menghad

api masalah siswa yang sedang dihadapi.

d. Membimbing guru perihal pelaksanaan kurikulum sekolah, kegiatan yang

bisa dilakukan kepala sekolah bersama guru kelas diantaranya: menyusun

program semester, membuat program satuan pelajaran, mengorganisasi

kegiatan pengelolaan kelas, melaksanakan teknik evaluasi pengajaran,

menggunakan media dalam pembelajaran, mengorganisasi kegiatan siswa

di luar pembelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan secara berkelompok

maupun perseorangan bergantung pada tujuan dan situasi.

Kedua, teknik kelompok yaitu supervisi yang dilakukan secara bersama-

sama atau berkelompok. Kegiatannya antara lain:

a. Mengadakan rapat, hal yang dapat dibahas dalam rapat periodik antara

lain: hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum,

administrasi sekolah/ tata laksana sekolah, termasuk BP3 dan pengelolaan

keuangan sekolah.

b. Mengadakan diskusi kelompok, hal yang dapat dibahas dalam diskusi

kelompok yaitu yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan

peranan proses belajar mengajar. Di dalam diskusi, supervisor dapat

membantu dengan memberikan arahan, bimbingan, atau saran.

c. Mengadakan penataran, mengingat bahwa penataran biasanaya diadakan

oleh pusat dan dihadiri oleh perwakilan sekolah (kepala sekolah) maka

sudah menjadi kewajiban bagi kepala sekolah untuk membagikan hasil

25
penataran sehingga dapat dipraktekan oleh guru.

2.1.10 Model Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi kepala sekolah memiliki beberapa model dalam pelaksanaannya,

sehingga memungkinkan kepala sekolah untuk menerapkan salah satu model yang

paling sesuai dengan kondisi di sekolah. Penjelasan beberapa model sebagai

berikut:

1. Model Konvensional (Tradisional)

Supervisi yang dilakukan seorang supervisor yang cenderung

mengawasi, inspeksi untuk mencari kesalahan atau kekurangan guru. Supervisor

merasa dirinya “super atau ahli”. Supervisi konvensional ini bersifat korektif yaitu

mengoreksi kesalahan guru dalam pelaksanaan tugasnya, misalnya kesalahan

penyusunan rencana pembelajaran, penyampaian materi, penggunaan alat peraga

atau media pembelajaran dan sebagainya.

Supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan tanpa dapat

membantu guru dalam mengatasi kelemahannya sangat kurang sesuai dengan

prinsip-prinsip supervisi kepala sekolah. Akibatnya guru-guru merasa tidak puas

sehingga bisa muncul beberapa sikap yang tampak dalam perilaku guru ketika

bertemu dengan si supervisor atau ketika mau disupervisi seperti acuh tak acuh,

menantang dan takut untuk disupervisi dengan berbagai alasan. Praktek mencari

kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para

pengawas datang ke sekolah kemudian menanyakan RPP guru, lalu mengoreksi

dengan mengatakan ini salah dan seharusnya begini.

26
Pelaksanaan supervisi tersebut adalah cara supervisi yang konvensional.

Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan, dan harus

ditunjukkan, akan tetapi bagaimana cara supervisor mengkomunikasikan apa

yang dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa mereka harus

memperbaiki kekurangan bukan menyalahkan mereka. Para guru dengan terbuka

dan senang hati menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus secara

taktis pedagogis, andragogis dengan menerapkan prinsip-prinsip supervisi yang

tepat. Komunikasi perlu dibangun dari sisi keberhasilan guru untuk membantu

perbaikan kelemahan guru.

2. Model Supervisi Ilmiah

Model supervisi ilmiah adalah supervisi yang dilaksanakan bersifat ilmiah

dengan ciri-ciri sebagai berikut: dilaksanakan secara berencana dan kontinu,

sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, menggunakan

instrumen pengumpulan data, ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan

yang riil.

Model supervisi ilmiah ini, menyerupai metode ilmiah yang sering

dilakukan dalam penelitian. Supervisi dilakukan dengan rencana yang matang

dengan urutan atau langkah-langkah yang sistematis dengan menggunakan

instrumen yang telah di susun kemudian diberikan kepada peserta didik untuk

diisi. Instrumen dikumpulkan lalu di olah oleh supervisor hasilnya diberikan

kepada guru sebagai balikan terhadap penampilan mereka dalam pembelajaran.

Jadi sistematika model ini adalah supervisor dalam hal ini kepala sekolah

membagikan angket kepada peserta didik untuk kemudian diisi sebagai bentuk

27
penilaian peserta didik terhadap kinerja guru.

3. Model Supervisi Klinis

Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada

peningkatan mengajar guru dengan melalui siklus yang sistematik, dalam

perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang

penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan

cara yang rasional. Supervisi klinis ibarat klien dengan dokter, klien

membutuhkan dokter lalu datang menemuinya untuk mengobati penyakitnya.

Pada kegiatan ini guru yang secara terbuka meminta pengawas atau kepala

sekolah untuk membantu mengatasi persoalan dalam proses pembelajaran

sehingga mereka bersepakat tentang aspek yang harus diamati supervisor dan

waktu pelaksanaanya, artinya inisiatif muncul dari guru karena merasa perlu

bantuan dari seorang ahli atau yang dapat membantu dalam memperbaiki proses

pembelajaran. Supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil

kesenjangan antara tingkah laku rnengajar yang nyata dengan tingkah laku

mengajar yang ideal.

Dari beberapa model supervisi tersebut, sudah barang tentu menjadi kuasa

penuh pengawas dan kepala sekolah untuk memilih dan memilah model mana

yang sesuai dengan realita, sebab dalam hal ini pengawas dan kepala sekolah

dianggap paling memahami keadaan yang sebenarnya. apabila kepala sekolah atau

pengawas memilih model yang kurang tepat maka bukan tidak mungkin hasilnya

dapat memengaruhi kinerja guru kedepannya. Oleh karena itu sangat penting bagi

kepala sekolah atau pengawas untuk memahami kondisi sekolah yang sedang

28
dialami sehingga dapat memilih model supervisi yang tepat.. Adapun indikator

yang digunakan dalam membuat instrumen supervisi kepala sekolah diadopsi dari

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar

Kepala Sekolah/ Madrasah meliputi tiga indikator yaitu: merencanakan program

supervisi kepala sekolah, melaksanakan supervisi kepala sekolah terhadap guru,

dan menindaklanjuti hasil supervisi kepala sekolah terhadap guru.

Dari beberapa model supervisi tersebut, sudah barang tentu menjadi kuasa

penuh pengawas dan kepala sekolah untuk memilih dan memilah model mana

yang sesuai dengan realita, sebab dalam hal ini pengawas dan kepala sekolah

dianggap paling memahami keadaan yang sebenarnya. apabila kepala sekolah atau

pengawas memilih model yang kurang tepat maka bukan tidak mungkin hasilnya

dapat memengaruhi kinerja guru kedepannya. Oleh karena itu sangat penting bagi

kepala sekolah atau pengawas untuk memahami kondisi sekolah yang sedang

dialami sehingga dapat memilih model supervisi yang tepat.. Adapun indikator

yang digunakan dalam membuat instrumen supervisi kepala sekolah diadopsi dari

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar

Kepala Sekolah/ Madrasah meliputi tiga indikator yaitu: merencanakan program

supervisi kepala sekolah, melaksanakan supervisi kepala sekolah terhadap guru,

dan menindaklanjuti hasil supervisi kepala sekolah terhadap guru.

29
2.1.11 Indikator Supervisi Kepala Sekolah

Menurut Rismawan, A., (2015,119) yang menjadi indikator dalam

supervise kepala sekolah yaitu:

1. Melaksanakan Penelitian

2. Melaksanakan penilaian

3. Melaksanakan perbaikan, dan

4. Melaksanakan pengembangan

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Judul/ Persama
Rumusan
Nama Metode an dan
Masalah/T Kesimpulan
Peneliti/tah Penelitian Perbeda
opik
un an
(1) (2) (3) (4) (5)
Efektifitas Efektivitas Penelitian Terdapat Persama
Pembelajara pembelajar ini hubungan an:
n Ditinjau an mengguna positif yang Sama-
dari merupakan kan sangat sama
Supervisi kunci metode signifikan melakuka
Akademik keberhasila survey antara n
Kepala n dalam dengan supervisi penelitian
Sekolah dan pendidikan. teknik kepala tentang
Budaya korelasion sekolah dan supervisi
Sekolah al budaya kepalaa
(Nurpuspita penelitian, sekolah secara sekolah
sari) (2019) dengan bersama-sama Perbeda
rancangan dengan an:
penelitian efektivitas Selain
korelasion pembelajaran. lokasi

30
al. Oleh karena penelitian
itu untuk yang
meningkatkan berbeda
efektivitas peneliti
pembelajaran, terdahulu
kepala menggun
sekolah harus akan 2
melakukan varibel
perbaikanperb terikat
aikan dalam (Y)
melakukan
supervisi
kepala
sekolah dan
mmeningkatk
an budaya
sekolah.
(1) (2) (3) (4) (5)
PENGARU pengaruh Penelitian Dari hasil Persama
H supervisi ini penelitian dan an:
SUPERVIS kepala merupaka pembahasan Persamaa
I KEPALA sekolah n yang telah nya
SEKOLAH terhadap penelitian dikemukakan berada di
TERHADA kinerja korelasion pada Variabel
P guru di al dengan babsebelumny X Dan Y,
KINERJA SMK jenis a, dapat Metode.
GURU(Han Negeri 2 penelitian disimpulkan Perbedaa
a Khairi Padang. kuantitatif. hal-hal n:
Afriyanli , sebagai Perbedaa
dan Ahmad berikut:kinerj nya
Sabandi) a guru pada terletak di

31
SMK Negeri Subjek,
2 Padang Lokasi
sudah baik dan
dengan Tahun
capaian skor Penelitian
3,57. .
Supervisi
kepala
sekolah pada
SMK Negeri
2 Padang
sudah baik
dengan
capaian skor
3,18.Terdapat
pengaruh
yang
signifikan
antara
supervisi
kepala
sekolah
terhadap
kinerja guru
sebesar 66%.
Oleh sebab
itu,
diharapkan
dengan
supervisi
kepala

32
sekolah yang
baik dalam
hal
merencanakan
supervisi,
melaksanakan
supervisi dan
menindaklanj
uti hasil
supervisi
dapat
meningkatkan
kinerja guru
dalam hal
kuantitas,
kualitas,
kerjasama,
dan tanggung
jawab.Terdap
at pengaruh
yang
signifikan
antara
supervisi
kepala
sekolah
terhadap
kinerja guru
pada SMK
Negeri 2
Padang.

33
Diharapkan
kepala
sekolah untuk
lebih
meningkatkan
supervisi
terhadap
kinerja guru
sehingga
dapat kinerja
guru menjadi
lebih
meningkat.
(1) (2) (3) (4) (5)
Pengaruh Apakah Penelitian Berdasarkan Persama
Orientasi kepemimpina ini hasil penelitian an :
Kepemimpi n kepala mengguna dan analisis Persamaa
nan Kepala sekolah dan kan data, nya di
Sekolah dan Kinerja penelitian sebagaimana Variabel
Kinerja Guru secara kuantitati pada bab X
Guru parsial sebelumnya Perbeda
Terhadap berpengaruh maka dapat di an :
Mutu signifikan tarik kesimpulan Berbeda
Pendidikan terha sebagai berikut : di
Pada SD dap mutu 1.Secara Variabel
Negeri pendidikan simultan X karena
Tanjung pada SD Orientasi penelitian
2”/Majeri Negeri kepemimpinan ini
(2017) Tanjung 2 ? Kepala menggun
2. Apakah Sekolah dan akan 2
kepemimpina K inerja guru Variabel,

34
n kepala berpengaruh Variabel
sekolah dan signifikan Y,
Kinerja Guru terhadap Lokasi.
secara Mutu
simultan pendidikan
berpengaruh . Konstribusi
signifikan pengaruh
terhadap Orientasi
mutu kepemimpinan
pendidikan Kepala Sekolah
pada SD dan K inerja
Negeri guru
Tanjung 2? terhadap mutu
3.Diantara sekolah
variabel sebesar
kepemimpina 47.0%,
n kepala sedangkan
sekolah dan sebesar 53.0%
K inerja mutu sekolah
Guru dipengaruhi
manakah oleh variabel
yang selain
berpengaruh orientasi
dominan kepemimpinan
terhadap Kepala Sekolah
mutu dan kinerja
pendidikan guru pada
pada SD SD
Neheri Negeri
Tanjung 2 Tanjung
? 2.

35
2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Guru memiliki peran yang sangat penting bagi pendidikan,

ketidakmampuan guru dalam mengemas pembelajaran dengan baik dapat

berdampak negatif bagi kualitas pendidikan karena dampaknya akan langsung

terjadi di dalam kelas. Apabila guru tidak mampu menjelaskan materi dengan

baik maka bisa dilihat dari hasil belajar siswanya. Oleh karena itu guru wajib

menguasai kompetensi profesional sebab berkaitan langsung dengan kinerja guru.

Apabila terdapat guru yang kurang menguasai kompetensi profesional maka

perlu di tingkatkan, untuk meningkatkan kompetensi profesional perlu adanya

pembinaan kompetensi profesional dimana hal tersebut dapat dilakukan oleh

kepala sekolah melalui kegiatan supervisi kepala sekolah.

Dalam hal ini terdapat indikator dalam varibel x sebagai berikut:

1. Jumlah pelatihan yang dilakukannya sepanjang tahun

2. Jumlah keseluruhan peserta program pelatihan

3. Peningkatan dalam diri peserta pelatihan

4. Pertambahan nilai peserta dibandingkan dengan yang tidak mengikuti

program

5. Jumlah kesalahan, ketidakhadiran, atau kelambanan peserta pelatihan

dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program. Dapat berpengaruh

terhadap indikator variabel y yang memiliki indikator sebagai berikut :

36
a. Melaksanakan Penelitian

b. Melaksanakan penilaian

c. Melaksanakan perbaikan

d. Melaksanakan pengembangan

Variabel X Variabel Y
(Kinerja Guru)
(Supervisi Kepala Sekolah)
1. Jumlah pelatihan
1. Penelitian
2. Jumlah keseluruhan
2. Penilaian
peserta
3. Perbaikan
3. Peningkatan diri peserta
4. Pengembangan
4. Pertambahan nilai peserta
5. Jumlah kesalahan
(Rismawan, A., (2015;119)
(Lock and latham, 1990:253)

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teori maka peneliti

mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut : “Pengaruh Supervisi

Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS Se-SMP Negeri Bolaang Mongondow Utara.

37

Anda mungkin juga menyukai