Anda di halaman 1dari 23

OSILASI

TERGANDENG
C. SISTEM OSILASI DUA DERAJAT
KEBEBASAN:OSILASI GANDENG

 Satu derajat kebebasan:


Misalkan: pegas yang memiliki satu simpangan

 Dua derajat kebebasan:


Misalkan: pegas yang memiliki dua simpangan
berbeda
C.1 OSILASI GANDENG
PEGAS

k m k m k
Keadaan Setimbang

1 2

Keadaan Umum

Sistem pegas gandeng, terdiri dari tiga pegas yang


konstanta pegasnya sama yakni k, dan dua benda yang massanya sama
juga yakni
m. Sistem ini terletak pada permukaan datar tanpa gesekan.
Persamaan umum gelombang

dengan

. . . (1.16)

. . . (1.17)

Masukan solusi umum penyelesaian persamaan gelombang kedalam (1.16)


dan (1.17)

andhy setiawan
Jika

Maka Mode tinggi

Perbandingan amplitudo

Mode I

Mode II
? A1
 a12
andhy setiawan
A2

II
2


a 11 
OSILASI GANDENG RANGKAIAN LC
I1 I2

C2
C1 I II C3

Osilasi Gandeng Rangkaian LC

Rangkaian LC gandeng yang terdiri dari tiga kapasitor yang


kapasitansinya sama yakni C, dan dua induktor yang
induktansinya juga sama yakni L, seperti pada gambar.
Mula-mula rangkaian ini dihubungkan dengan suatu sumber,
dan setelah tercapai resonansi sumber dilepas kembali.
d2 I 1 1 dQ 1 1 dQ
2
  0 d2 I 1 1 1
 I1 I2 
dt2 L1 C1 dt L1 C2 dt dt 2
L1 1 L1C 2 0
C
Dari hukum I Kirchoff I1 = I 2 + I 3 I =I -I 
2 1 3 Maka :

d2 I 1 1
 I1 
1dt 2
L1 C1 L1 2 I1 - I3  
C 0
d2 I 1  1 1  1
   0 . . . (1.19)
L C  I1  I3 L1C 2
dt 2
L
1 1 1 2

C
Loop II VL  VC  VC 
2
0
2 3
dI3 Q2 Q3 d2 I 3 1 1
L2     I2  I3  0
dt C2 C3 dt 2
L2 L 2C 3
0 2
C
d2 I 3 1 1
I3  0
dt 2 
L2 2  I1  I3  L 2C
C  3

d2 I 3 1  1 1 
2  I   I  0 . . . (1.20)
dt L2 2 1 
 L 2C 3 L 2C 2   3

C
 1 1  1
 2   I1 0

    I
L C
 1 1 L C
1 2 
3
L 1C 2
1  1 1
 I32
I1   3
 L 2C 2  2 3  2 2  I  0
LC LC

 1 1  1
  2
I
 3  I1 
 2 3 L 2C 2  L 2C 2 0
LC
Dalam bentuk matrik

1 1  1 
   2


  L1C 2 
 L 2C 3  L C
1
  I   0
2 2

1  1 1  
    I3 
  L C   
2
 L2 C2

2 3
  2 2
L C


Determinan matrik
 1 1 1 1   1  1
 2    2

     L2C 2   0
  L1C 2 
 L 2C 3 L2 2  L 2C 3  L 2C 2
C

 2  1

LC
L1C  2 L C1 L C 1  2
   
2
 2 2

2 3   1 1 1 2

 1  1   1  1    1 X 1 
   
      0 Ingat!!!
 L 1C1 L1 C2   L2C2 L2C 3   L1 C2 L2 C2  Rumus
abc

A    B  2   C 
2 2

0 Persamaan kuadrat

Silahkan selesaikan!!!!
ANALISIS OSILASI HARMONIS
Fungsi gangguan ψ(t) yang periodik dapat diuraikan sebagai
superposisi linier dari fungsi harmonik sederhana dengan amplitudo
dan frekuensi tertentu, melalui uraian deret Fourier sebagai berikut:

1 (1.21)
a cosnt   b sin nt
 t   2 a  n1 0 n n

dengan an dan bn disebut koefisien-koefisien Fourier.


 T
2 2

(1.22)
an 
T   t cosnt
T 2

2 T2

dt (1.23)
bn 
T   t sin nt
T 2

dengan n = 0,1,2,3,…, 2
dt dan  T
Untuk gangguan ψ(t) yang tidak periodik dapat diuraikan
sebagai superposisi linier dari fungsi harmonik sederhana,
melalui transformasi Fourier sebagai berikut:

1  i
(1.24)
dengan  t  2  g  e

t
d
 
1

 i
(1.25)
g    2 
f  t e t
dt

Persamaan 1.24 menunjukkan bahwa gangguan yang tidak periodik


dapat dinyatakan sebagai superposisi linier dan fungsi harmonik
dalam spektrum ω yang kontinu.
Analisis energi potensial dari sistem osilasi:

1
(1.26)
V   0 F  .d 2 k
2
Jadi, fungsi energi potensial V(ψ) yang sebanding dengan
ψ2,mengungkapkan gerak osilasi harmonis dari sistem tersebut.
Sebaliknya dapat ditunjukkan bahwa setiap sistem dengan fungsi
energi potensial yang berharga minimum pada suatu titik tertentu
(misalnya di ψ= ψ0), maka sistem tersebut akan berosilasi di sekitar
titik ψ0 tersebut.
Syarat Minimum:
d
 0
V   0
dan (1.27)
d
d 2V
0
d 2
  0

Fungsi potensial V(ψ) diekspansikan kedalam deret Taylor untuk ψ=


ψ0 maka

d
  
  0 2
2
..
V  V 0   V d

2  .
d 0 d2V!
0 
0

Anda mungkin juga menyukai