1. Tipe linier
2. Tipe peralihan (switching)
Kelebihannya terutama pada pengubah daya secara jauh lebih efisien dan pemakaian
komponen yang ukurannya lebih kecil. Pengubah daya DC-DC (DC-DC Converter) tipe
peralihan atau dikenal juga dengan sebutan DC Chopper dimanfaatkan terutama untuk
penyediaan tegangan keluaran DC yang bervariasi besarannya sesuai dengan permintaan
pada beban. Daya masukan dari proses DC-DC tersebut adalah berasal dari sumber daya
DC yang biasanya memiliki tegangan masukan yang tetap. Tegangan keluaran DC yang
ingin dicapai adalah dengan cara pengaturan lamanya waktu penghubungan antara sisi
keluaran dan sisi masukan pada rangkaian yang sama. Komponen yang digunakan untuk
menjalankan fungsi penghubung tersebut tidak lain adalah switch (solid state electronic
switch) seperti misalnya Thyristor, MOSFET, IGBT, GTO.
4.1 Dc Chopper
Salah satu aplikasi elektronika daya adalah konverter DC-DC atau yang lazim di
sebut DC Chopper.[15] Konverter DC-DC berfungsi untuk mengkonversi tegangan
masukan searah konstan menjadi tegangan keluaran searah yang dapat divariasikan
berdasarkan perubahan duty cycle rangkaian kontrol chopper-nya.
Dc chopper digunakan untuk mengubah sumber tegangan dc yang tetap menjadi
tegangan dc yang variabel dengan mengatur kondisi on-off (duty cycle) rangkaian dc
chopper melalui rangkaian kontrol PWM, komponen yang digunakan untuk menjalankan
fungsi penghubung tersebut tidak lain adalah switch (solid state electronic switch) seperti
misalnya Thyristor, MOSFET, IGBT, GTO.
Sumber tegangan dc dapat diperoleh dari baterai, atau dengan menyearahkan sumber
tegangan ac yang kemudian dihaluskan dengan filter kapasitor untuk mengurangi riak.
Kelebihannya terutama pada pengubah daya secara jauh lebih efisien dan pemakaian
komponen yang ukurannya lebih kecil.
Blok diagram dc chopper dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.
VS D1 vL E
a) Gambar rangkaian
+
i1 Vo
Tegangan beban
L
Vs
Vs t1 t2
R
0 t
T
E
- i
Mode 1
+ i2
i2 i1 i2 Arus beban
i1
L
kT (1 - k)T
Dm 0 t
kT T
R
c) Bentuk gelombang
E
-
Mode 2
b) Rangkaian ekivalen
(V S − V L ) t1 VO . t 2
∆I = = dimana ∆I = I2 – I1 …………… (2.1)
L L
Jika t1 = kT dan t2 = (1-k) T maka tegangan keluaran rata-rata(VL) adalah
t1
VL = VS = k VS …………… (2.2)
T
Sedangkan arus masukan rata-rata(IL) adalah [12]
IS = k IL …………… (2.3)
2.1.2 Dc chopper Kelas B
Aliran arus beban keluar pada beban. Tegangan beban positif tetapi arus beban
negatif, seperti gambar 2.2(b), ini juga merupakan dc chopper satu kuadran, tetapi
operasinya pada kuadran dua dan beroperasi seperti inverter. Dc chopper kelas B dapat
dilihat pada gambar 2.4 dimana baterai (E) adalah bagian pada beban dan mungkin emf
balik pada motor dc. [12]
Sedangkan arus induktor turun secara linier dari I2 ke I1 pada waktu t2,
I1 − I 2 ∆I
V L − VS = L = −L
t2 t2
∆I
t2 = L ………… (2.5)
V L −VS
Arus beban selalu positif. Tegangan beban dapat positif atau negatif, seperti pada
gambar 2.2(d). Dc chopper kelas D dapat juga beroperasi sebagai penyearah atau
pembalik, yang ditunjukkan pada gambar 2.6 dibawah ini
Gambar 2.6 Dc chopper kelas D [12]
Ketika saklar (S1 dan S4) on maka arus mengalir melalui beban, vL dan iL menjadi
positif dan saat saklar (S1 dan S4) off maka arus beban iL akan akan terus mengalir untuk
beban induktif yang tinggi melalui dioda (D2 dan D3) dengan arah tetap tetapi tegangan
keluaran (VL) berbalik arah.
Besarnya tegangan keluaran rata-rata(VL) untuk dc chopper kelas D adalah
k
VL = VS [10]
…………… (2.10)
1−k
iL E
L
VS
R
+ vL -
S2 D2 S4 D4
a) rangkaian
vL
Inverting Rectifying
vL +ve vL +ve S2,D4 S1,S4
iL -ve iL +ve D4,D1 D2,D4
vL -ve vL -ve iL S3,S2 S4,D2
iL -ve iL +ve S2,D4 D2,D3
Rectifying Inverting
tegangan keluaran akan lebih rendah atau sama dengan tegangan masukan.
Gambar. (a) Skema buck converter (b) Bentuk gelombang tegangan switching
kombinasi antara Buck dan Boost, tegangan keluaran dapat diatur menjadi lebih tinggi
atau lebih rendah dari tegangan masukan
tegangan keluaran memiliki tanda berlawanan dengan tegangan masukan. Oleh karena itu
metoda ini pun ditemui pada aplikasi yang memerlukan pembalikan tegangan (voltage
inversion) tanpa transformer. Walaupun memiliki rangkaian sederhana, metoda Buck-
Boost memiliki kekurangan seperti tidak adanya isolasi antara sisi masukan dan keluaran,
dan juga tingkat ripple yang tinggi pada tegangan keluaran maupun arus keluaran.
Jika kombinasi Buck dan Boost diinginkan tanpa adanya proses pembalikan tegangan,
maka salah satu pilihannya adalah dengan konfigurasi SEPIC.
Keuntungan pada SEPIC adalah memiliki arus masukan dengan tingkat ripple rendah,
tidak memakai transformer, penjagaan kerusakan pada rangkaian melalui kapasitor jika
switch gagal berfungsi (capacitive isolation).
Kekurangan yang ditemui misalnya tidak adanya isolasi antara sisi masukan dan keluaran
serta tegangan keluaran memiliki riple yang tinggi. SEPIC sering digunakan pada aplikasi
perbaikan faktor daya (Power Factor).
tegangan keluaran yang dihasilkan dapat diatur menjadi lebih tinggi atau lebih rendah
dari tegangan masukan. Cuk juga digunakan pada aplikasi yang memerlukan pembalikan
tegangan (voltage inversion) tanpa transformer, namun dengan kelebihan tingkat ripple
yang rendah pada arus masukan maupun arus keluaran.
4.2. CONVERTER DC-DC ISOLATED
In many DC-DC applications, multiple outputs are required and output isolation may
need to be implemented depending on the application. In addition, input to output
isolation may be required to meet saftey standards and / or provide impedance
matching.
TRAFO PENGISOLASI.
Trafo Pemisah
Operasi dasar trafo dalam konverter daya dapat dimengerti dengan menggantikan
[24]
trafo dengan sebuah model sederhana seperti tampak pada gambar 2.14 . Model ini
terdiri dari trafo ideal ditambah dengan sebuah induktor shunt yang dikenal dengan
induktansi magnetik LM (magnetizing inductance). Induktor ini memodelkan magnetisasi
inti trafo.
Keseimbangan volt-second (volt-second balance) harus terbentuk dalam
induktansi magnetik. Selanjutnya, karena tegangan dari semua belitan pada trafo ideal
adalah sebanding, keseimbangan volt-second harus terbentuk pada masing-masing
belitan. Kesalahan dalam pencapaian keseimbangan volt-second mengakibatkan trafo
saturasi dan dapat merusakkan konverter. Tercapainya keseimbangan vol-second
selanjutnya disebut sebagai mekanisme reset trafo (transformer reset mechanism).
Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen suatu trafo dalam konverter dc-dc off-line.
Perancangan trafo daya pada regulator pensaklaran meliputi pemilihan inti yang
disesuaikan dengan nilai daya yang akan disalurkan. Langkah selanjutnya
adalah menentukan jumlah belitan primer hingga memenuhi nilai volt-second
(E-T) berdasarkan siklus tugas maksimal (Dmaks) yang direncanakan dan
frekuensi pensaklaran pensaklaran (fs) sebagai berikut:
1
E −T = ( Dmaks )(Vmin ) (2.30)
f ⋅ 10 6
Persamaan tersebut memberikan jawaban dalam V-µs. Jumlah belitan sisi
primer Np minimal yang diperlukan guna mendukung produk E-T tersebut
ditentukan menurut persamaan berikut: [8, 10, 16]
E − T ⋅ 10 2
NP ≥ (2.31)
B ⋅ Ae
atau:
V DC min ⋅ Ton(max)
Np ≥ ⋅ 10 4 (2.32)
∆B ⋅ Ae
Dimana Ae adalah luas inti, dan B adalah nilai fluks yang digunakan seperti
diindikasikan dalam kurva histerisis, seperti pada gambar 2.15.
Dalam rangkaian forward seperti pada gambar 2.12 dan 2.13, trafo beroperasi
dalam kuadran pertama kurva histerisis. Nilai fluks dari inti ferit yang digunakan, ∆B (B
maks) adalah 2400 gauss atau B yang digunakan untuk persamaan adalah ± 1200 gauss.
Pulsa unipolar diumpankan oleh komponen semikonduktor menyebabkan inti trafo
terkemudi dari nilai BR-nya menuju saturasi. Saat pulsa beralih ke nol, inti akan kembali
ke nilai BR-nya. Untuk mendapatkan efisiensi tinggi, induktansi primer dijaga tetap tinggi
agar mengurangi arus magnetisasi dan mengurangi rugi tembaga. Hal ini berarti inti harus
mempunyai celah nol atau seminimal mungkin.
Dalam pengubah Forward, transformer digunakan untuk mengisolasi sisi masukan dari
keluaran. Seperti Buck, tegangan keluaran yang dihasilkan lebih rendah atau sama
dengan tegangan masukan.
Dalam topologinya, pengubah Forward dapat menggunakan satu switch seperti pada
Gambar 9 atau dengan dua switch seperti pada Gambar 10. Keduanya memiliki
karakteristik tegangan keluaran yang ripplenya rendah, namun ripple arus masukan yang
tinggi. Konfigurasi Forward dapat digunakan pada aplikasi yang membutuhkan keluaran
lebih dari satu (multiple outputs).
Pada Push-Pull, persamaan tegangan yang dipakai sama dengan persamaan untuk Full
Bridge, namun bila dilihat dari rangkaiannya, hanya dua switch yang digunakan. Dengan
demikian Push-Pull merupakan alternatif yang lebih murah dari Full Bridge pada aplikasi
tegangan masukan yang rendah. Sama halnya dengan Full Bridge, pengubah Push-Pull
memiliki tegangan keluaran yang rendah tingkat ripplenya, namun cukup tinggi ripple
pada arus masukannya.
4.2.3. PUSH-PULL BOOST CONVERTER
Jika kombinasi yang diinginkan adalah seperti Buck-Boost namun menggunakan isolasi
antara sisi masukan dan keluaran, maka konfigurasi yang dapat dipakai adalah Flyback.
The concept behind the foward converter is that of the ideal transformer converting
the input AC voltage to an isolated secondary output voltage. For the circuit in Fig.
15, when the transistor is ON, Vin appears across the primary and then generates
The diode D1 on the secondary ensures that only positive voltages are applied to the
output circuit while D2 provides a circulating path for inductor current if the
transformer voltage is zero or negative.
The problem with the operation of the circuit in Fig 15 is that only positive voltage is
applied across the core, thus flux can only increase with the application of the
supply. The flux will increase until the core saturates when the magnetising current
increases significantly and circuit failure occurs. The transformer can only sustain
operation when there is no significant DC component to the input voltage. While the
switch is ON there is positive voltage across the core and the flux increases. When
the switch turns OFF we need to supply negative voltage to rset the core flux. The
circuit in Fig. 16 shows a tertiary winding with a diode connection to permit reverse
current. Note that the "dot" convention for the tertiary winding is opposite those of
the other windings. When the switch turns OFF current was flowing in a "dot"
terminal. The core inductance act to continue current in a dotted terminal, thus
Gambar. Rekonfigurasi flyback konverter.
Flyback memiliki ripple yang tinggi pada tegangan keluarannya dan sering dijumpai pada
aplikasi daya rendah, dan juga pada aplikasi yang membutuhkan keluaran banyak
(multiple outputs).
Konfigurasi lain yang fungsinya serupa dengan Buck namun memiliki isolasi antara sisi
masukan dan keluaran dikenal dengan Half Bridge dan Full Bridge. Pada dasarnya,
rangkaian half bridge menggunakan dua switch sedangkan pada full bridge menggunakan
empat switch. Tegangan keluaran yang dihasilkan Full Bridge adalah dua kali dari Half
Bridge pada frekuensi peralihan dan Duty ratio yang sama
Kedua konfigurasi tersebut sering dimanfaatkan dalam aplikasi tegangan masukan tinggi,
tegangan keluaran yang bersih dari ripple dan juga untuk aplikasi daya tinggi (high
power). Selain jumlah komponen yang bertambah dibandingkan dengan Buck, kedua
konfigurasi ini juga memiliki arus masukan yang tingkat ripplenya tinggi.
Modulasi lebar pulsa merupakan suatu teknik modulasi dimana nilai sampel dari suatu
gelombang digunakan untuk menentukan lebar sinyal pulsa setelah dilewatkan
pada komparator. Rangkaian ini mengubah tegangan masukan menjadi pulsa-
pulsa dengan lebar pulsa sebanding dengan besarnya sinyal masukan. Prinsip
dasar modulasi lebar pulsa dapat dilihat pada gambar 2.23.
Tegangan
Referensi V CC
+
VO
Tegangan V EE
Input
V +V CC
V
+
t
-
+V CC
R1 t
-V EE
R2
Gambar 2.21 Rangkaian Pembangkit Pulsa Dengan Lebar Pulsa Dapat Diatur
Rangkaian dasar modulasi lebar pulsa ini menggunakan sebuah penguat operasional (Op-
Amp) yang berfungsi sebagai komparator atau pembanding untuk
membandingkan tegangan referensi dengan tegangan pengendali. Tegangan
referensi diperoleh dari oscillator pembangkit gelombang gigi gergaji,
sedangkan tegangan pengendali berasal dari keluaran controller yang nilainya
dapat diatur dari minimum sampai maksimum sesuai tegangan input DC yang
dihubungkan pada controller.
Apabila sebuah gelombang gigi gergaji (Vref) diumpankan ke masukan inverting (-) dari
sebuah komparator dan sinyal modulasi (Vinp) diumpankan ke masukan non
inverting-nya (+), maka sinyal on diperoleh apabila tegangan kontrol lebih besar
dari tegangan gigi gergaji, sebaliknya sinyal off diperoleh apabila tegangan
kontrol lebih kecil dari tegangan gigi gergaji.
Siklus kerja (duty cycle,D) didefinisikan sebagai perbandingan antara waktu saklar on
terhadap perioda Ts. Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam persentase.
Secara matematis definisi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
ton
D= x100% ………………………………………………………... (2.13)
Ts
dimana : D : siklus kerja (duty cycle)
ton : waktu saklar on.
Ts : perioda pensaklaran.
Perioda Ts didefinisikan sebagai selang waktu antara dua titik yang saling berhubungan
pada satu gelombang penuh.
1. Konverter Buck.
Konverter ini menghasilkan tegangan keluaran Vo yang lebih kecil dari
tegangan masukan Vg. Rasio konversi M(D) = D. Polaritas tegangan keluaran
sama dengan tegangan masukan.
2. Konverter Boost.
Konverter ini menghasilkan tegangan keluaran yang lebih besar dari tegangan
masukan. Rasio konversinya adalah M(D) = 1/(1-D). Konverter ini juga
menghasilkan tegangan output dengan polaritas yang sama dengan tegangan
masukan.
3. Konverter Buck-Boost,
Konverter ini dapat menaikkan atau menurunkan tegangan dengan rasio
konversinya M(D) = -D/(1-D). Disamping itu konverter ini membalik polaritas
tegangan.
iS, IS Q1 L
+ +
+ iC,IC iO,IA
B
DM
e
VC b
Kendali
a
VC
n
_ _ _
atau
∆I ⋅ L
t1 = (2.11)
V s − Va
dan arus induktor turun secara liner dari I2 ke I1 dalam waktu t2,
∆I
−Va = −L
t2
(2.12)
∆I ⋅ L
atau: t2 = (2.13)
Va
dimana ∆ I adalah aruas riak puncak ke puncak dari induktor L. Nilai ∆ I dapat
dicari dengan persamaan 2.10 dan 2.12 sehingga menjadi persamaan berikut:
(V − V ) ⋅ t V ⋅ t
∆I = s a 1 = a 2 (2.14)
L L
Dengan mengganti t1 = kT dan t2 = (1-k)T, akan menjadikan tegangan output rata-
rata Va = kVs . Dengan anggapan transistor saklar tanpa rugi-rugi, maka
Vs ⋅ I s = Va ⋅ I a = kVs ⋅ I a dan arus rata-rata input , I s = kI a .
VD
VS
0 t
kT T
iL
I2
Δ
IL I
+ I1
0
is=IL L iC kT T
t
io=Ia
iS
I2
VS Beban
I1
0 t
kT T
_
Ragam 1 iC
I2 - I a
0 T
kT t
I1 - I a
IL L VC = V O
IC Io=Ia Va ΔVC
DM Beban 0 t
kT T
Io
Ia
0 t
Ragam 2 Bentuk Gelombang
G
ambar 2.7 Operasi Regulator Buck[14]
V ( V − Va )
∆I = a s (2.16)
f ⋅ L ⋅ Vs
Vs ⋅ k ⋅ ( 1 − k )
atau ∆I = (2.17)
f ⋅L
Dengan menggunakan hukum arus Kirchoff, kita dapat menyatakan arus beban sebagai
berikut:
i L = ic + i o
Jika kita menganggap bahwa arus riak beban ∆io, adalah sangat kecil dan dapat diabaikan,
∆iL = ∆ic. Arus kapasitor rata-rata, yang mengalir selama t1/2 + t2/2 = T/2, adalah:
∆I
Ic =
4
Nilai kapasitor dapat dinyatakan sebagai:
1
C∫
vc = i c dt + vc ( t = 0 )
dengan memasukkan nilai ∆I dari persamaan 2.16 atau 2.17 ke dalam persamaan 2.18,
dihasilkan persamaan berikut:
Va ⋅ ( V s − V a )
∆ Vs = (2.19)
8 ⋅ L ⋅ C ⋅ f 2 ⋅ Vs
atau
Vs ⋅ k ⋅ ( 1 − k )
∆Vs = (2.20)
8 ⋅ L ⋅C ⋅ f 2
Setelah transistor beralih off, arus magnetisasi trafo membias maju dioda D1 dan D2 dan
mengumpankan tegangan –Vg melintas belitan primer, sehingga akan mereset trafo.
Siklus tugas juga dibatasi hingga D<0,5. Konverter ini mempunyai keuntungan yaitu
tegangan bloking puncak dari transistor dibatasi sampai Vg . Trafo daya lebih sederhana
karena mekanisme reset trafo telah dilakukan oleh dioda D1 dan D2. Rangkaian ini sangat
popular pada catu daya dengan tegangan masukan 240 Vac.
OSC
REF
Komparator
_ PWM
+ +
_ Q1
Penguat
Kesalahan
Tegangan Umpan Balik
V
t
CLOCK VCC
VOUT
Acuan
Penguat
Kesalahan Komparator
VERROR PWM S
VOUT R Q
LATCH
RSENSE
Rf
Cf
Ci
Rf Cf
Rip R1
VO + VO
VC + VC
Riz Rd E/A E/A
- Rd -
Vref Vref
(a) (b)