3
Jenis Ekstrak
4
JENIS-JENIS EKSTRAK
Ekstrak Cair : ekstrak hasil penyarian bahan alam
dan masih mengandung pelarut
Contoh : chinae liquidum, ekstrak hepatis liquidum
5
Faktor Penentu mutu ekstrak
✗ Kualitas bahan baku yang digunakan
✗ Jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
✗ Metode ekstraksi yang digunakan (maserasistatis atau
dinamis, perkolasi, reperkolasi dan ekstraksiarus balik)
✗ Ukuran partikel bahan
✗ Suhu proses ekstraksi
✗ Ph ekstrak
✗ Metoda pemurniannya
6
Setelah didapatkan hasil ekstraksi dilakukan beberapa
proses, yakni :
✗ Pemisahan
✗ Pemurnian
✗ Rekristalisasi
7
Pemisahan
✗ Pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa tahapan ekstraksi
dan metode pemisahan. Misalnya dimulai dengan melakukan
maserasi atau perkolasi menggunakan pelarut alcohol
(methanol atau ethanol).
✗ Ekstrak kasar yang diperoleh selanjutnya dapat dipisahkan
menggunakan metode vacuum liquid chromatography dan
kromatografi.
8
Kromatografi
12
metode pemurnian dari ekstrak bahan alami
✗ Ekstraksi menggunakan pelarut yang immiscible
(tidak dapat bercampur) dan mempunyai densitas
yang berbeda
✗ Pengendapan
✗ Penyaringan
✗ Pemanasan
✗ Adsorpsi menggunakan adsorben ataupun
✗ Dengan resin penukar ion
13
Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian yang didasarkan pada perbedaan
kelarutannya dalam keadaan panas atau dingin dalam suatu pelarut
Proses Rekristalisasi :
1. Melarutkan zat tak murni dalam pelarut tertentu pada atau dekat titik leleh
2. Menyaring larutan panas dari partikel bahan tak terlarut
3. Memisahkan kristal dari larutan supernatan
14
jenis pengotor yang sebelumnya becampur dengan padatan sebelum rekristalisasi
16
Nama Pelarut Titik Didih (° Sifat
C)
Air 100 Sedikit mudah terbakar; uap
menyengat
Asam asetat 118 Mudah terbakar
Metanol 65 Mudah terbakar
Etanol 78 Mudah terbakar
2-Propanol 83 Mudah terbakar
PELARUT Aseton
Nama Pelarut
56
Titik Didih (°
Mudah terbakar
Sifat
REKRISTALISASI
C)
Etil asetat 77 Mudah terbakar
Diklorometana 40 Uap toksik
Kloroform 61 Uap toksik
Benzena 80 Sangat mudah terbakar; sangat toksik
CCl4 77 Uap toksik
Toluena 111 Mudah terbakar
Sikloheksana 81 Mudah terbakar
Petroleum eter 35-60 Sangat mudah terbakar
n-heksana 68 Mudah terbakar
17
PEMIILIHAN PELARUT
1. Kira-kira 10 gram sampel padat yang akan direkistralisasi diletakkan dalam
sebuah tabung reaksi atau dalam sebuah erlenmeyer kecil, kemudian
ditambahkan 3 ml pelarut. (Jika padatan dapat larut dengan mudah dalam
pelarut tersebut pada suhu kamar atau dengan sedikit pemanasan, maka pelarut
tersebut tidak dapat di pakai untuk rekistralisasi sampel)
2. Jika pelarut yang digunakan tidak melarutkan padatan, campuran di panaskan
sampai hampir mendekati titik didih pelarut dengan pengocokan atau
pengadukan kemudian di tambahkan lagi beberapa ml pelarut sedikit demi
sedikit hingga semua padatan larut (Hati-hati jangan sampai terlalu banyak
menambahkan pelarut karena jika melewati keadaan jenuh, kristal tidak akan
dapat terbentuk
18
Rekristalisasi Beberapa Golongan
Senyawa
Rekristalisasi
Rekristalisasi Rekristalisasi
Stigmasterol
Kapsantin Hesperidin
Ekstrak pekat yang
Padatan merah yang Rekristalisasi dilakukan diperoleh dilarutkan dalam
diperoleh kemudian menggunakan asam asetat 100 ml petroleum eter
direkristalisasi encer dan diperoleh kristal kemudian campuran
menggunakan CS2 hingga jarum putih dengan titik diuapkan sampai sampai
diperoleh kapsantin yang leleh 252-254. dicapai titik jenuhnya dan
berbentuk bulatan dengan Rekristalisasi dengan cara dibiarkan semalam hingga
warna merah karmin, titik lain dapat dilakukan terbentuk kristal tak
leleh 176 . dengan menggunakan bewarna yang mengendap
formamida berair.
19
Rekristalisasi Beberapa Golongan
Senyawa
Rekristalisasi Rein
Rekristalisasi Kafein
Untuk rekistalisasi rein yang
Padatan yang diperoleh berhasil, akan lebih baik jika
direkristalisasi sebelumnya dilakukan
penghilangan pigmen gelap
menggunakan aseton atau menggunakan aseton, dilanjutkan
air kristal kafein berbentuk dengan asam asetat. Senyawa
jarum kecil dengan titik yang diperoleh berupa kristal
leleh 235. jarum berwarna kuning pucat
dengan titik leleh 326-329.
20
PERTANYAAN & JAWABAN
1. Kan tadi di parameter standar ekstrak kan ada 2. Yaitu spesifik dan non spesifik. Itu
tesnya berbeda atau gimana ya? (Rizkyana Kelompok 17 )
Jawab : Spesifik : identitas, organoleptis, uji kandungan kimia (kromatografi) Non
spesifik : kadar air, kadar abu, cemaran logam berat. (Anisa Putri)
2. Itu kan tadi ada macam2 rekristalisasi nah itu contoh penggunaan rekristalisasi
hesperidin itu untuk apa aja? (Uswatun hasanah Kelompok 18)
Jawab : Hespiridin adalah glikosa flavanon terdiri dari hespiritin flavon terikat pada
rutinose disakarida. Para hesperidin menyebabkan gula menjadi menjadi lebih larut dari
hesperitin. Hesperidin ditemukan terutama dalam buah jeruk seperti lemon dan jeruk.
(Anggun)
3. Kan kromatografi banyak macemnya. Nah kromatografi yg paling sering digunakan itu
yang mana? (Raha dewi neta Kelompok 19)
Jawab : Kromatografi kolom dan kromatigrafi kertasKkolom : kromatografi pertama
ditemukanKkertas : kromatigrafi yang paling sederhana, murah, murahDan juga Klapis
tipis (Annisa nindya)
21
Daftar Pustaka
✗ Farmakognosi dan Fitokimia Komprehensif
✗ Depkes RI 2000
✗ Depkes RI 1995
✗ Jurnal Pemilihan Pelarut pada Pemurnian kstrak Lengkuas
(Alpinia Galanga) secara Ekstraksi Hernani, Tri Marwati dan
Christina Winarti
✗ Jurnal Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa
Aktif Mukhriani
✗ Buku Ajar Fitokimia (Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining
Fitokimia) Tatang Shabur Julianto
22
Thanks!
23
Hello!
KROMATOGRAFI
KERTAS
Hi!
Kelompok 12
Decely Rana Dwi Putri P24840119012
Destimela Ramadhini P24840119014
Diki Kurniawan P24840119015
Ditha Wardana P24840119016
Dwi Puspita Sari P24840119018
Pengertian
❖
K romatografi adalah salah satu teknik pemisahan
dengan konsep dua fase yang memiliki perlakuan
masing-masing sebagai stasioner dan bergerak.
❖ Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. hRf
adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0 – 100.
❖ Jika keadaan luar misalnya sifat penjerap yang agak menyimpang, menghasilkan
kromatogram yang agak menyimpang, menghasilkan kromatogram yang secara umum
menunjukkan angka Rf lebih rendah atau lebih tinggi, maka sistem pelarut harus diganti
dengan yang lebih sesuai.
❖ Jika angka hRf lebih tinggi dari hRf yang dinyatakan, kepolaran pelarut harus dikurangi, jika
hRf lebih rendah maka komponen polar pelarut harus dinaikkan.
Kromatografi kertas satu arah
Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam.
Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Sampel tinta
diteteskan pada garis dasar pinsil pada selembar kromatografi kertas. Beberapa
pewarna larut dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu
juga di teteskan pada garis yang sama. Kertas digantungkan pada wadah yang
berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang sesuai didalamnya. Perlu
diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak diatasnya.
Kadang-kadang kertas hanya digulungkan secara bebas pada silinder dan diikatkan
dengan klip kertas pada bagian atas dan bawah. Silinder kemudian ditempatkan
dengan posisi berdiri pada bawah wadah.
Kromatografi kertas dua arah
Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah
pemisahan substansi yang memiliki nilai Rf yang sangat serupa. Waktu ini
kromatogram dibuat dari bercak tunggal dari campuran yang ditempatkan kedepan
dari garis dasar. Kromatogram ditempatkan dalam sebuah pelarut sebelum dan
sesudah sampai pelarut mendekati bagian atas kertas.
Kromatografi Kertas Ascending, Descending, dan
Mendatar/Melingkar
ASCENDING/ DESCENDING/
PENAIKAN PENURUNAN
Kromatografi
o Dapat diperoleh hasil yang baik
walaupun dengan peralatan dan
materi yang sederhana
Kekurangan
gerak, perambatan fasa gerak, dan
penggumpalan
Kromatografi
o Membutuhkan waktu lama
1 2
Penentuan Analisa kualitatif Menganalisa asam-asam
dan kuantitatif amino yang terdapat
dalam protein
3 4
Pemisahan molekul-molekul Pemurnian suatu senyawa
penting
Kesimpulan
• Kromatografi adalah salah satu teknik pemisahan dengan konsep dua fase yang memiliki
perlakuan masing-masing sebagai stasioner dan bergerak.
• Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran
• Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai fase diam yang
terserap di antara struktur pori kertas.
• Harga Rf (retordation factor) merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas
dan kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa
pada kromatogram dan pada kondisi konstan.
• Klasifikasi kromatografi ; Berdasarkan sifat fenomena yang terjadi pada pemisahan dan
Berdasarkan teknik pemisahan
• Klasifikasi kromatografi kertas
✔ Berdasarkan arahnya : kromatografi kertas satu arah dan kromatografi kertas dua arah
✔ Berdasarkan arahnya kromatografi kertas dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu;
Ascending, Descending, dan Mendatar/Melingkar
QnA
1. Di dalam ppt slide ke 16 kan tertutulis penyebab kesalahan percobaan dan ada katakata "eluen
yang digunakan kurang jenuh" saya kuran paham eluen tersebut itu apa (Widi Rizkia Yusellina)
Jawab :
Fase gerak pada kromatografi kertas merupakan eluen berupa campuran yang terdiri atas satu
komponen organik yang utama, air, dan berbagai tambahan seperti asam-asam, basa, atau pereaksi-pereaksi
kompleks untuk memperbesar kelarutan dari beberapa senyawa atau untuk mengurangi yang lainnya.
Eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati
fase diam (adsorbent). Eluent yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis
silika. Rf merupakan nilai dari Jarak relative pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh
komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap senyawa. Eluen yaitu pelarut
senyawa organik seperti alkohol, etanol, aseton, asetat, dll. (Dwi Puspita)
QnA
2. Pada Faktor yang mempengaruhi gerakan noda di poin ke 3 ada bacaan Derajat aktifitas adsorben
mksdnya bagaimana (Anggun Retno Palupi)
Jawab :
Adsorben pada kromatografi kertas adalah kertas saring. Derajat aktivitas adsorben adalah kemampuan
kertas saring dalam melakukan adsorbsi sedangkan derajat afinitas adalah kemampuan kertas sari terhdap
eluen untuk bercampur atau menarik zat yang ada pada sampel. (Destimela Ramadhini)
3. Mengapaa proses kromatografi kertas membutuhkan waktu yang lama (Uswatun Hasanah)
Jawab :
Karena pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen
bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.
Gaya kapiler merupakan fenomena naik atau turunnya permukaan zat cair dalam suatu pipa kapiler. Pori-pori
kertas mempengaruhi hal tsb karena pada saat pori-pori nya kecil maka komponen sukar diikat, tetapi jika
pori-pori besar komponen mudah diikat.
(Ditha Wardana)
Daftar Pustaka
Basset, J. Dkk. 1994. “VOGEL” Kimia analis kuantitatif. EGC : Jakarta
Gandjar, GI.dkk, 2003. “Analisis obat secara spektrofotometri dan kromatografi” Pustaka
Pelajar : Yogyakarta
Khopkar, S.M,. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakartaa. UI Press.
Rohman.A, 2003. “Kromatografi untuk Analisis Obat” Graha Ilmu : Jakarta
https://srirusmiyati.wordpress.com/2016/10/05/kromatografi-kertas/
http://nopitapurnamadewi.blogspot.com/2014/03/makalah-instrumen-kromatografi-kertas.html
http://chemistry-analyst1.blogspot.com/2013/06/definisi-dan-macam-kromatografi.html
http://imansyahrul.blogspot.com/2014/06/kromatografi-kertas-dan-klt.html
https://pendidikankimiaunivriau.wordpress.com/2016/08/20/kromatografi-kertas/
Underwood A.L dan R.A Day, Jr. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 2010.
Rahmania, Inti S.Si .2008. Modul Praktikum Kimia Analitik. Universitas Al-Ghifari. Bandung.
Hello!
THANK YOU
Hello!
Kromatografi Lapis
Tipis
(KLT)
KELOMPOK 13 LOKAL 2B
Friends:Maghfiroh (P24840119025)
Fatihatul
Kromatografi lapis tipis juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan
sangat sedikit
TUJUAN PENGGUNAAN KLT
01. Chamber
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan chamber adalah kondisi chamber
dan jenis chamber. Chamber harus dipastikan dalam kondisi bersih (bebas dari kotoran) dan
kering (bebas dari adanya air). Adanya kotoran dan air dalam chamber akan menggangu
kromatogram yang dihasilkan dan mempengaruhi reprodusibilitas pemisahan KLT.
jenis chamber KLT :
Chamber
N
Chamber normal merupakan chamber dengan alas datar dimana semua komponen pelarut
berada dalam kesetimbangan dengan uap pelarut yang berada didalam chamber baik
sebelum maupun ketika proses kromatografi berlangsung.
Sumber: Wall,
2005
1.MACAM – pengikat.A.
Silika gel dengan MACAM SILIKA
pengikat gypsum, GEL
(CaSO4
5-15%). Jenis ini diberi nama Silika gel G.
B. Pengikat pati (starch) dan dikenal Silika gel S, penggunaan
pati sebagai pengikat mengganggu penggunaan asam sulfat
sebagai pereaksi penentuan bercak
C. Silika gel dengan pengikat dan indicator flouresensi. Jenis
silica gel ini sama seperti silika gel diatas dengan tambahan
zat berfluoresensi bila diperiksa dibawah lampu UV A,
panjang atau pendek. Sebagai indicator digunakan timah
kadmium sulfida atau mangan-timah silikat. Jenis ini disebut
Silika gel GF atau Silika gel GF254 (berflouresensi pada ,ג
254nm).
2. Silika gel tanpa pengikat, dikenal dengan nama Silika gel H
atau Silika gel N. 3. Silika gel tanpa pengikat tetapi dengan
indicator flouresensi.
4. Silika gel untuk keperluan pemisahan preparative
KELENGKAPAN ALAT
Pada eluen Heksan : Etil dengan perbandingan 1:1 terdapat 1 senyawa tunggal, akan
tetapi pada perbandingan 2:1 ada 3 senyawa yang terlihat. Oleh karena itu, dilakukan
KLT Preparatif kembali.
Pada saat KLTP, digunakan eluen Aseton:Kloroform dengan perbandingan 0,5:2 dalam
50 mL, jadi digunakan perbandingan eluen 10:40 dan didapatkan 5 pita.
Setelah itu, dilakukan multi eluen ke semua pita di eluen Heksan : Etil dengan
perbandingan 2:1 dan 1:1, akan tetapi tidak ada noda yang muncul.
Sebelum melakukan preparasi sampel terlebih dahulu ditentukan jenis sampel dan
sifat fisika kimia analit yang dianalisis. Jenis sampel terbagi menjadi:
a. Sampel larutan jernih
preparasi sampel larutan jernih itu cara pembuatannya lebih mudah karena hanya
dengan cara mengencerkan sampel yg biasanya sifat sampelnya yg mudah
menguap.
b. Sampel larutan keruh
Cerium sulfat-asam sulfat berisfat umum, dapat digunakan untuk semua senyawa
organik.
Pereaksi dragendorf (menurut Munier) untuk alkaloid (uji positif ditandai dengan munculnya
warna coklat kemerahan) dan senyawa lain yang mengandung nitrogen.
Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna
dapatlangsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak
relative pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh
komponen dibagi dengan jaraktempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap
senyawa. Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam.
Karena itu Rf juga disebut factor referensi.
Menentukan hRf
hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0
sampai 100, harga hRf-lah yang dicantumkan untuk menunjukkan letak suatu
senyawa pada kromatogram (Stahl, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis
yang juga mempengaruhi harga Rf adalah :
GC-MS merupakan gabungan metode analisis antara GC dan MS. Dalam hal ini GC hanya
berfungsi sebagai sarana pemisah, dan MS berfungi sebagai detektornya. Kromatografi
ini memiliki prinsip kerja masing-masing, namun keduanya dapat digabungkan untuk
mengidentifikasi suatu senyawa baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
PRINSIP KERJA GC-MS
Pada dasarnya ialah memvolatilkan sample pada injector yang dipanaskan, yang
disusul dengan pemisahan tiap komponen dari campuran pada kolom khusus. Setelah
itu setiap komponen akan melalui ruang pengion dan dibombardir oleh electron
sehingga terjadi ionisasi. Fragmen- fragmen ion yang dihasilkan akan ditangkap oleh
detector dan dihasilkan spektrum massa.
SAMPLE
Adalah senyawa yang dapat menguap tanpa mengalami dekomposisi. Senyawa –
senyawa ini meliputi pelarut, pestisida, berbagai perisa, minyak esensial, bahan bakar
hidrokarbon, dll.
Selain itu senyawa seperti asam, asam amino, amina, steroid (non volatile) juga dapat
dilakukan Analisa GC/MS, namun dengan diturunkan menjadi zat ber volatilitas
tinggi.
KOMPONEN GC-MS
1 KOMPONEN GC
2 INTERFASE GC – MS
3 KOMPONEN MS
KOMPONEN GC
1. GAS PEMBAWA (carrier gas)
Fungsi utama gas pembawa adalah untuk memindah kan analit dari injector menuju
detector.
Gas pengangkut/pembawa harus memenuhi persyaratan :
• Harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikanpelarut,
• dan material dalam kolom.
• Murni dan mudah diperoleh, serta murah.
• Sesuai/cocok untuk detektor.
• Harus mengurangi difusi gas.
2. KOLOM
Kolom yang dipakai pada GC/MS adalah kolom kapiler, karena tekanan yang
dihasilkan lebih rendah sehingga memenuhi syarat MS. Kolom pak tidak dipakai
karena tak sesuai untuk MS.
• Fase stationer GC terlapis didalam kolom kromatografi ini.
Jenis kolom kapiler yang umum dipakai pada GC/MS adalah WCOT(Wall Coated
Open Tubular) yaitu kolom kapiler kaca yang dinding luarnya dilapisi silicon dioksida
dengan kemurnian tinggi dan poliamida guma mengatasi kerapuhannya. Fase
dalamnya adalah lapisan polimer yang tipis.
3. OVEN
Oven berperan dalam mengatur suhu seluruh komponen lain agar sample tetap dalam
kondisi volatilnya.
PENGATURAN SUHU KOLOM
Terbagi menjadi :
1) Isotermal Suhu konstan selama analisis
2) Tempratur-terprogram Suhu meningkat secara konstan selama analisis
3) Multi level Peningkatan suhu tidak secara konstan
Isotermal dipakai jika senyawa dalam sample hanya sedikit serta memiliki titik didih dan
polaritas yang mirip. Jika sample mengandung banyak senyawa dengan titik didih yang
beragam suhu harus diprogram supaya semua senyawa dapat teridentifikasi.
4. INJEKTOR
4 jenis injektor pada kromatografi gas
• a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan
diuapkan dalam injector yang panas dan 100 % sampel masuk menuju kolom.
• b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan
diuapkan dalam injector yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.
• c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua
sampel diuapkan dalam injector yang panas dan dibawa ke dalam kolom karena
katup pemecah ditutup; dan
• d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung semprit
dimasukkan langsung ke dalam kolom.Teknik injeksi langsung ke dalam kolom
digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap; karena kalau
penyuntikannya melalui lubang suntik secara langsung dikhawatirkan akan
terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi
PENANGANAN SAMPEL
SENYAWA VOLATIL TANPA MENGIKUTKAN
PEMBAWANYA
1 STATIC HEADSPACE
Teknik ini telah dilakukan sejak 1950-an dan masih dipakai hingga sekarang.
Hal yang digemari dari Teknik ini ialah simple & bersih. Pada Teknik ini hanya
fase gas dari sample yang di pakai untuk uji GC.
Sample dimasukkan dalam vial (tidak sampai full) lalu vial di seal dan
dipanaskan. Sehingga zat yang bersifat volatile akan berada pada fase gasnya.
Fase gas inilah yang diambil untuk diuji GC/MS.
Teknik ini umumnya dipakai untuk uji kadar alcohol darah, sisa pelarut di
farmasi, dan perisa di makanan.
2 DYNAMIC HEADSPACE
Pada Teknik ini gas yang inert dialirkan ke sample dimana analit yang volatile
akan ditransfer ke adsorben (polimer inert, gel silika, dll). Adsorben ini lalu akan
melepaskan analit tersebut saat pemanasan untuk dianalisis GC/MS.
2 KATUP GAS
Pada dasarnya sama dengan injector – injector yang telah dijelaskan. Hanya
saja bersifat kedap udara.
PENANGANAN SAMPEL
TEKNIK SAMPLING LAINNYA
1 DIRECT SAMPLE INTERFACE (DSI)
Tekhnik ini memanfaatkan sebuah microvial yang
terbuat dari kaca. Sample diletakkan dalam microvial
kemudian microvial langsung dimasukkan dalam
injector untuk analisis GC/MS. Berfungsi agar
komponen nonvolatile akan tertahan dan komponen
volatile akan teranalisa
DSI dapat dipakai untuk Analisa pestisida dalam
makanan, sample biologis, & aerosol.
Sedangkan jika diameter kolom dalam lebih besar (530 - 750μm) dapat dipakai :
1) Open – Split Interface Selalu memberikan aliran analit yang tetap, namun tidak
cocok untuk senyawa dengan massa atau titik didih yang tinggi
2) Jet Separator Lebih ssedikit gas inert yang masuk ke dalam MS, namun butuh
aliran gas minimum ~ 20 ml/mnt untuk bekerja secara baik
SKEMA ANALISA DI MS
KOMPONEN MS
1. ION SOURCE
1. ION SOURCE
1) Magnetic and electric sector = ion-ion dipercepat melalui tabung terbang, di mana
ion-ion tersebut dipisahkan oleh rasio muatan terhadap massa. Perbedaan antara bidang
magnet dan TOF adalah medan magnet digunakan untuk memisahkan ion. Saat muatan
bergerak memasuki medan magnet, muatan dibelokkan menjadi gerakan melingkar
dengan radius unik ke arah tegak lurus terhadap medan magnet yang diterapkan. Ion di
medan magnet mengalami dua gaya yang sama; gaya karena medan magnet dan gaya
sentripetal.
2) Time of Flight Analyzer (TOF) = memisahkan ion berdasarkan waktu tanpa
menggunakan medan listrik atau magnet. Dalam pengertian kasar, TOF mirip dengan
kromatografi, kecuali tidak ada fase diam / gerak, melainkan pemisahan didasarkan pada
energi kinetik dan kecepatan ion.
3) Quadrupole mass analyzer = Memisahkan ion dalam medan listrik yang divariasikan
terhadap waktu. Medan ini dibuat menggunakan voltase frekuensi radio (RF) yang
berisolasi dan voltase arus searah (DC) yang konstan yang diaplikasikan pada satu set (4
batang) logam yang dibuat secara presisi
3. DETECTOR
Mendeteksi ion-ion yang sudah dipisahkan menurut m/z atau mass analyz.
Hasil analisis dengan GC/MS berupa spectrum yang harus dibandingkan dengan
spectrum standard yang ada dalam library atau pustaka.
Alat akan menunjukan berapa % kesesuaian spektrum sample dengan yang ada di
library.
Komputer berperan sebagai perangkat lunak yang menyimpan data anlisis standar SRM
(Standard Reference Material) sebagai perbandingan terhadap data analisis analit hasil
penentuan.
Identifikasi analit terhadap SRM dinyatakan dengan persen kemiripan dan keduanya
dinyatakan identic jika computer menilai persen keduanya diatas 90%
INTERPRETASI MASS SPECTRA
Mass Spectra
Adalah data hasil dari
GC/MS. Data ini berupa
diagram 3 dimensi yang
masih harus diterjemahkan
maknanya.
Berikut contoh diagramnya :
INTERPRETASI MASS SPECTRA
Pada dasarnya interpretasi dari hasil di mass spectra ialah dengan melihat
kecocokannya dengan basis data yang ada (program).
Contoh identifikasi sample dengan GC/MS
Identifikasi tanaman
Tambalepen
1. Pengambilan Sampel 2. Analisis GC-MS
Sampel batang dan akar Sampel ekstrak yang dilanjut ke analisis GC-MC
tanaman diambil dengan yaitu ekstrak etanol akar, ekstrak etanol batang dan
memotong bagian batang dan ekstrak etanol daun. Sampel yang berupa ekstrak
akar tanaman Tambalepen lalu di pekat diinjeksi ke dalam inlet alat GC (Kromatografi
potong-potong kecil kemudian Gas), kemudian hasil pemisahan GC akan
dilakukan maserasi. diteruskan ke alat MS (Spektroskopi Masa).
Detektor ionisasi nyala GC (FID) akan
menyuguhkan TRC (Total Respond
Chromatogram), dan MS akan memberikan data
hasil analisis spesifik pada setiap titik atau puncak
TRC.
2. Analisis GC-MS
a. Hasil analisa GC-MS sampel ekstrak etanol akar tanaman Tambalepen
Perminyakan
SUMBER ION
ANALISIS MASSA
DETEKTOR
1. HPLC
❑ Detektor titik : Ion tidak spasial ❑ Detektor array : Ion secara spasial
diselesaikan dan berurutan diselesaikan dan semua ion tiba
menimpa detektor yang terletak secara bersamaan (simultan atau
pada satu titik dalam geometri dekat) dan dicatat di sepanjang
spektrometer pesawat menggunakan bank detector
4.
CARA
KERJA
LCMS
CARA KERJA LCMS
Cara kerja spektrometer massa menggunakan metode ESI adalah sebagai berikut :
1. Analit yang terikut dalam eluen masuk 3. Tetesan tersebut masuk ke dalam
ke dalam spray needle/capiler counterelectrode (biru)
2. Eluen bersama analit disemprotkan 4. Tetesan melewati kapiler transfer
menjadi bentuk tetesan (droplet) kemudian menuju mass
❑ Pada capillary needle terdapat taylor cone dimana daerah tersebut bermuatan negatif sehingga analit
dalam solven yang memiliki muatan positif akan berkumpul di daerah taylor cone.
❑ Pada saat terjadi penyemprotan, tetesan (Droplet) permukaannya memiliki muatan positif
❑ Droplet mengalami evaporasi solven. Kibatnya droplet menyusut sampai titik dimana tegangan
permukaan pada droplet tidak dapat menopang muatan dipermukaannya
Akibatnya terjadi perpecahan menjadi bagian-bagian :
1. Analit dengan satu muatan dan beberapa muatan (analit ion)
2. Satu analit bersama solven yang diliputi oleh muatan positif
3. Beberapa analit bersama beberapa molekul solven dan diliputi oleh beberapa muatan positif
CONTOH SPEKTRA
APLIKASI
LCMS
DALAM
KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
APLIKASI LC-MS DALAM
KEHIDUPAN
BIDANG
BIOKIMIA
❑ Identifikasi protein
BIDANG BIDANG
KLINIK LINGKUNGAN
❑ Deteksi sensitifitas ❑ Deteksi herbisida fenil urea
trimipramin dan ❑ Deteksi rendahnya tingkat
thioridazine dalam sampel karbaril dalam makanan
urin
BIDANG BIDANG
MAKANAN TOKSIKOLOGI
❑ Identifikasi aflatoksin dalam ❑ Menganali berbagai macam obat
makanan dalam satu waktu.
❑ Determinasi vitamin D3 dalam ❑ Menganalisis obat-obatan terlarang
suplemen pakan ternak yang terdapat pada rambut, darah,
❑ Analisis keamanan dan urin, dan cairan dari mayat maupun
kualitas pangan banyak manusia yang masih hidup.
Beberapa contoh narkotik yang
dilakukan untuk mendeteksi
sering dideteksi dengan LC-MS
toksin (terutama mikotoksin),
adalah amfetamin, morfin, kodein,
pestisida, atau penambahan dan kokain
bahan-bahan terlarang ke
dalam makanan.
BIDANG
FARMASI
❑Identifikasi benzodiazepin
❑Identifikasi metabolisme asam empedu
❑ Dalam Farmakokinetik:
LC-MS digunakan dalam studi absorpsi, metabolisme, dan ekskresi obat. Metode
bio analitik digunakan untuk kuantitatif dan penjelasan struktural obat dan
metabolitnya disampel biologis (plasma, urin, saliva, serum dll)
https://www.youtube.com/watch?v=mSznv1efqrg
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik and illustrations by Stories
DAFTAR
PUSTAKA
● Wikipedia.org. 2020. Liquid chromatography mass spectrometry. Diakses pada 10
Desember 2020, dari wikipedia.org/wiki/Liquid-chromatography-mass-spectrometry
● CHROMacademy. 2019. LC-MS introduction. Minnesota. Crawford scientific
● Pratima, Nikalje Anna and Ramesh Gadikar. 2018. Liquid Chromatography-Mass
Spectrometry and Its Applications: A Brief Review. Department of Pharmaceutical
Chemistry, YB Chavan College of Pharmacy, India.
● Itheng.blogspot.com. 2010, 4 April. LIQUID CHROMATOGRAPHY MASS
SPECTROSCOPY. Diakses pada 10 Desember 2020, dari
http://itheng.blogspot.com/2010/04/liquid-chromatography-mass-spectroscopy.html
● Ceaaery.blogspot.com. 2015, 11 November. Liquid Chromatography Mass
Spectrofotometry (LC-MS). Diakses pada 10 Desember 2020, dari
http://ceaaery.blogspot.com/2015/11/liquid-chromatography-mass.html
SKRINING
FITOKIMIA
Kelompok 16
Lokal 2B
Muhammad Rizqi Ramadhan
Nadira Rusma
Naufal Dafia Firdausi
Nola Utomo
Pengertian
• Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan yang dapat memberikan gambaran mengenai
kadnungan senyawa tertentu dalam bahan alam yang akan diteliti
• Skrining fitokimia merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan alam.
• Metode skrining fitokimia secara kualitatif dapat dilakukan melalui reaksi warna dengan
menggunakan suatu pereaksi tertentu.
• Hal penting yang mempengaruhi dalam proses skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan
metode ekstraksi.
• Pelarut yang tidak sesuai memungkinkan senyawa aktif yang diinginkan tidak dapat tertarik
secara baik dan sempurna
2
Kriteria skrining Fitokimia
Proses yang sederhana
Cepat
Memiliki batas limit deteksi yang cukup lebar (dapat mendeteksi keberadaan senyawa meski
3
Alat alat yang dibutuhkan
4
Macam-Macam Golongan Skrining Fitokimia
1. Alkaloid
2. Tanin
3. Glikosida
4. Flavonoida
5. Sianogenik
6. Triterpen
5
Skrining fitokimia alkaloid
Persiapan :
⦁ Kemudian dikeringkan dengan penambahan 2,5 gram Natrium sulfat anhidrat dan disaring.
6
Skrining fitokimia alkaloid
⦁ Pembuatan pereaksi dragendorf :
⦁ campur Bismuth subnitrat sebanyak 1 gram dilarutkan dalam campuran 10 ml asam asetat
glasial dan 40 ml akuades.
⦁ Di tempat lain 8 gram KI dilarutkan dalam 20 ml akuades.
⦁ Kedua larutan yang telah dibuat dicampur kemudian diencerkan dengan akuades sampai
volumenya 100 ml.
⦁ pereaksi Dragendorf ini harus disimpan dalam botol yang berwarna gelap dan hanya dapat
digunakan selama periode beberapa minggu setelah dibuat.
⦁ Pereaksi Wagner ini juga harus disimpan dalam botol yang gelap.
7
Skrining fitokimia alkaloid
Metode reaksi pengendapan :
❑ Bahan tanaman segar sebanyak 5-10 gram diekstraksi dengan kloroform beramonia lalu
disaring.
❑ Selanjutnya ke dalam filtrat ditambahkan 0,5-1 ml asam sulfat 2N dan dikocok sampai terbentuk
dua lapisan.
❑ Lapisan asam (atas) dipipet dan dimasukkan ke dalam tiga buah tabung reaksi.
⦁ tabung reaksi 1 : ditambahkan dua tetes pereaksi Mayer.
⦁ tabung reaksi 2 : ditambahkan dua tetes pereaksi wagner
Adanya senyawa alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada tabung reaksi yang
pertama dan timbulnya endapan berwarna coklat kemerahan pada tabung reaksi kedua
8
Skrining fitokimia flavonoid
Uji skrining senyawa ini dilakukan dengan cara menggunakan uji Wilstater/ Sianidin.
Metode skrining :
⦁ Bahan sampel tanaman sebanyak 5 gram diekstraksi dengan pelarut n-heksana atau petroleum
eter sebanyak 15 ml kemudian disaring.
⦁ Ekstrak yang diperoleh selanjutnya diekstraksi lebih lanjut menggunakan methanol atau
etanol sebanyak 30 ml.
⦁ Selanjutnya, 2 ml ekstrak metanol atau etanol yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditambah dengan 0,5 ml asam klorida pekat (HCl pekat) dan 3-4 pita logam
Mg.
Adanya flavonoid ditandai dengan warna merah, oranye dan hijau tergantung struktur flavonoid
yang terkandung dalam sampel tersebut.
9
Skrining fitokimia flavonoid
Uji Wilstater
⦁ Larutan IIIA sebagai blanko, larutatan IIIC ditambah 0,5 ml HCl pekat dan 4 potong magnesium
⦁ Diamati warna yang terjadi, diencerkan dengan air suling kemudian ditambah 1 ml butanol
⦁ Diamat warna yang terjadi disetiap lapisan
⦁ Perubahan warna merah jingga menunjukkan adanya flavon
⦁ Perubahan warna merah pucat menunjukkan adanya flavonolol
⦁ Perubahan warna merah tua menunjukkan adanya flavanon
10
Skrining fitokimia tanin
⦁ Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tanaman, yang mampu
mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena
kemampuannya menyambung silang proteina.
⦁ Secara kimia terdapat dua jenis tanin yang tersebar merata dalam dunia
tumbuhan.
⦁ Tanin-terkondensasi yang terdapat di dalam tumbuhan paku-pakuan dan
gymnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis
tanaman berkayu.
⦁ tanin yang terhidrolisiskan penyebarannya terbatas pada tanaman berkeping
dua; di Inggris hanya terdapat dalam suku yang nisbi sedikit.
⦁ Tetapi, kedua jenis tanin itu dijumpai bersamaan dalam tumbuhan yang sama
seperti yang terjadi pada kulit daun ek, Quercus.
11
Skrining fitokimia tanin
Metode skrining fitokimia
Uji skrining tanin dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu
1. Uji gelatin
2. Uji ferriklorida
12
Skrining fitokimia tanin
Uji Gelatin
⦁ Larutan IV A digunakan sebagai blanko, larutan IV B ditambah
dengan sedikit larutan gelatin 5 ml larutan NaCl 10%
⦁ Jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya tanin
13
Skrining fitokimia tanin
Uji Ferriklorida
⦁ Sebagian larutan IVC diberi beberapa tetes larutan FeCl3, kemudian diamati
terjadinya perubahan warna
⦁ Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tannin
⦁ Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan tetapi setelah
ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi warna hijau
biru hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa polifenol
14
Skrining fitokimia tanin
Reaksi
⦁ FeCl3 positif, uji gelatin positif Tanin (+)
⦁ FeCl3 positif, uji gelatin negatif Polifenol (+)
⦁ FeCl3 negatif Polifenol (-), Tanin (-)
15
Daftar Pustaka
16
Thank
You
17
Skrining fitokimia
Senyawa Terpenoid dan Senyawa antrakuinon
Kelompok 17
Pramesti Widya Adeyana (P24840119058)
Puspita Berliyanti (P24840119060)
Putri Sholihatud Diniyah (P24840119062)
Raha Dewi Neta (P24840119064)
Reza Sisilia Putri Herdianto (P24840119066)
Skrining fitokimia
Sederhana Cepat
Mendeteksi
senyawa meski Khas satu
dalam konsentrasi golongan
cukupkecil
Macam-macam golongan skrining fitokimia
04 Antrakuinon 08 Triterpen
Terpenoid
Suatu senyawa alam yang terbentuk
dengan proses biosintesis, terdistribusi
luas dalam dunia tumbuhan dan hewan
Metode Metode
Ekstraksi Identifikasi
Metode
Ekstraksi
Metode ekstraksi yang umum dilakukan untuk terpenoid
adalah semua metode ekstraksi menggunakan pelarut
eter, petroleum eter, atau aseton.
Terpenoid dalam bentuk minyak atsiri baik mono- dan
sesquiterpena dipisahkan menggunakan metode klasik
seperti hidrodestilasi.
Metode
Identifikasi
1. Reagen Liebermann-Buchard
Pembentukan cincin coklat mengindikasikan adanya
pitosterol
2. Uji Salkowski
Penampakan warna kuning emas mengindikasikan adanya
triterpen
3. Uji Tembaga asetat
Pembentukan warna hijau emerald mengindikasikan adanya
diterpen
4. Metode Kedde
Hasil akan menunjukan warna ungu
5. Metode Keller-Killiani
Hasil positif jika terlihat cincin merah bata menjadi biru/ungu
Metode
Identifikasi
6. Antimon(III)klorida
Berpendar pada panjang gelombang 360 nm.
7. p-anisaldehida / asam sulfat
Hasil yang terlihat spot berwarna ungu, biru, merah abu- abu atau
hijau
8. Timah(IV)klorida
Periksa dengan sinar UV pada panjang gelombang tampak dan
besar.
9. Vanilin / asam sulfat
Pembentukan warna merah-ungu mengindikasikan terpenoid
10. Asam Fosfat
Untuk deteksi sterol, steroid
11. Asam trifluoroasetat
Untuk deteksi steroid
Antrakuinon
sejenis elemen antioksidan yang memiliki faktor
pembawa warna, yakni biasanya warna kekuningan
atau kehijauan. Kandungan ini lazim terdapat pada
berbagai jenis tanaman dan buah. Biasanya senyawa
ini diekstraksi dan dimanfaatkan sebagai senyawa
pewarna untuk tekstil.
Dalam dunia kimia modern, antrakuinon juga sudah
diproduksi dalam bentuk sintetis, yaitu dengan
metode rekayasa kimiawi yang menghasilkan
senyawa antrakuinon kimiawi. Konon hasil dari
proses rekayasa kimiawi ini menghasilkan
kemampuan antrakuinon dengan pigmen warna yang
lebih kuat dan tahan lama.
Sifat fisika kimia antrakuinon
• Senyawa antrakinon dan turunannya seringkali bewarna kuning sampai merah
sindur (oranye), larut dalam air panas atau alkohol encer.
• Semua antrakinon memberikan warna reaksi yang khas dengan reaksi
Borntraeger jika Amonia ditambahkan larutan berubah menjadi merah untuk
antrakinon dan kuning untuk antron dan diantron.
• Nainggolan, Marline, et al. 2019. Penuntun dan Laporan Praktikum : Fitokimia. Universitas
Sumatra Utara
Question:
1. Kenapa terpenoid bentuk minyak atsiri dipisahinnya dengan cara hidrodestilasi? (Honey)
Jawab : Metode hidrodistilasi mempunyai keuntungan karena dapat mengekstrak minyak dari bahan yang
berbentuk bubuk (akar, kulit, kayu dan sebagainya) dan beberapa bahan yang mudah menggumpal jika disuling
dengan uap seperti jenis bungabungaan (bunga mawar dan orange blossom). Pengolahan minyakatsiri dengan
metode hidrodistilasi dikenal sebagai metodekonvensional
Tujuan Standarisasi
Agar di peroleh bentuk bahan baku atau produk kefarmasian yang
bermutu,aman serta bermanfaat
Keseragaman
Menjaga stabilitas dan keamanan, serta mempertahankan konsistensi
kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia maupun
ekstrak
Pengertian Ekstrak
• Menurut farmakope Indonesia edisi III dikenal tiga macam ekstrak yaitu :
1. Ekstrak cair
2. Ekstrak kental
3. Ekstrak kering
Faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak
Faktor Kimia (DEPKES RI, 2000)
NO Faktor Keterangan
1 Internal • Janis senyawa aktif dalam bahan
• Komposisi kualitatif senyawa aktif
• Komposisi kuantitatif senyawa aktif
• Kadar total rata-rata senyawa aktif
NO Faktor Keterangan
1 ldentitas jenis (species) -
2 Lokasi tumbuhan asal meliputi : lingkungan (tanah dan atmosfer), energi (cuaca,
temperatus, cahaya), dan materi (air, senyawa organik dan
anorganik)
5 Umur tumbuhan dan bagian yang Untuk simplisia dari tumbuhan hasil budidaya, dipengaruhi
digunakan juga oleh proses GAP (Good Agricultural Practice)
Perkolasi
Destilasi
Menekstraksi dngan cara mengalirkan cairan
metode dalam pemisahan antara zat cair terhadap
penyari yang sesuai melalui serbuk simplisia
campurannya menurut perbedaan titik didih
menggunakan alat perkolator.
Refluks
Infusa metode ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
mengekstraksi simplisia nabati dengan air didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang
suhu 90° C selama 15 menit. Yang mana relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
extraksinya dilakukan secara infundasi.
Sokhletasi
Dekokta suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang
mengekstraksi simplisia nabati dengan air terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan
menggunakan penangas air pada suhu 90⁰C berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu
selama (30 menit).
Parameter Standarisasi
6. Parameter sisa pestisida
Parameter Spesifik 7. Parameter cemaran mikroba
8. Parameter cemaran kapang, khamir
1. Aspek kualitatif dan aflatoksin
2. Aspek kuantitatif 9. Cemaran logam berat
Parameter Nonspesifik
1. Penetapan susut pengeringan
2. Parameter bobot jenis
3. Kadar air
4. Kadar abu total & Kadar abu tidak larut
asam
5. Parameter sisa pelarut
Parameter Spesifik
1. Identitas Ekstrak
• Prinsip : deskripsi tata nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian
tumbuhan yang digunakan serta senyawa identitas yang menjadi petunjuk
spesifik metode tertentu.
• Deskripsi tata nama (Depkes RI, 2000) :
• Nama ekstrak (generik, dagang, paten)
• Nama latin tumbuhan
• Bagian tumbuhan yang digunakan
• Nama indonesia tumbuhan
• Tujuan : memberikan identidas objektif dari nama dan spesifik dari senyawa
identitas
2. Organoleptik ekstrak
• yaitu dengan pengenalan secara fisik dengan menggunakan panca
indera dalam mendeskripsikan bentuk, bau, warna, rasa, ukuran
Bentuk : padat, serbuk kering, kental, cair
Warna: kuning, coklat dll
Bau: aromatik, tidak berbau
Rasa : pahit dll
• Tujuan : sebagai pengenalan awal
3. Kadar senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Prinsip :
Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan
jumlah solut yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara
gravimetri. Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam
pelarut lain misainya heksana, diklorometan metanol.
Tujuan : memberikan gambaran awal jumlah senyawa
Metode :
• Kadar senyawa yang larut dalam air
• Kadar senyawa yang larut dalam etanol
Prosedur kadar senyawa terlarut dalam perlarut tertentu
Tujuan :
memberikan batasan tentang besarnya massa per satuan volume
yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat
(kental) yang masih daoat dituang (Depkes RI, 2000)
Prosedur parameter bobot jenis
1. Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikaliberasi dengan menetapkan
bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25°C.
2. Atur hingga suhu ekstrak cair lebih kurang 20°C, masukkan ke dalam piknometer.
3. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25°C, buang kelebihan ekstrak
cair dan ditimbang.
4. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi.
5. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot
ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu 25°C.
3. Kadar Air
Prinsip :
pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan.
Tujuan :
memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air
di dalam bahan.
Metode :
1. cara titrasi
2. cara destilasi
3. cara gravimetri
Syarat kadar air dalam ekstrak :
Tidak lebih dari 10% (Depkes RI)
Prosedur susut pengeringan
Sebuah labu 500 ml (A) dihubungkan dengan pendingin air batik (C) dengan
pertolongan alat penampung (B). Tabung penerima 5 ml (E), berskala 0, 1 ml. Pemanas
yang digunakan sebaiknya pemanas listrik yang suhunya dapat diatur atau tangas
minyak. Bagian atas labu tabung penyambung (D) sebaiknya dibungkus dengan asbes.
Masukkan lebih kurang 10 gram ekstrak dan timbang saksama dalam wadah yang
telah ditara. Keringkan pada suhu 105°C selama 5 jam dan ditimbang. Lanjutkan
pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan
berturut-turuttidak lebih dari 0,25%. Penetapan kadar air dengan metode ini tidak
sesuai untuk ekstrak y·ang mempunyai kandungan minyak atsiri tinggi. Dalam hal
demikian metode ini lebih tepat disebut penetapan susut pengeringan.
4. Kadar Abu & kadar abu tidak larut asam
Prinsip :
bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan
turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan
anorganik (Depkes RI, 2000).
Tujuan :
memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal
yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak
(Depkes RI, 2000)
Perhitungan penetapan kadar abu :
Prosedur kadar abu
Lebih kurang 2 g sampai 3 g ekstrak yang telah digerus dan ditimbang saksama, dimasukkan ke
dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, ratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga
arang habis, dinginkan, timbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air
panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam krus
yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang.
Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
Prinsip :
menentukan kandungan sisa pelarut tertentu (yang memang
ditambahkan ) yang secara umum dengan kromatografi gas (Depkes RI,
2000)
Tujuan :
memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa
pelarut yang memang seharusnya tidak boleh ada. (Depkes RI, 2000)
Prosedur Kerja :
• Cara destilasi (penetapan kadar etanol)
• Cara kromatografi gas-cair
PROSE DUR
(1) Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, lakukan penetapan dengan cara
destilasi. Cara ini sesuai untuk penetapan sebagian besar ekstrak cair dan tingtura asalkan
kapasitas labu destilasi cukup (umumnya 2 sampai 4 kali cairan yang akan dipanaskan) dan
kecepatan destilasi diatur sedemikian sehingga diperoleh destilat yang jernih. Destilat yang keruh
dapat dijernihkan dengan pengocokan menggunakan talk P atau kalsium karbonat P, saring,
setelah itu suhu filtrat diatur dan kandungan etanol ditetapkan dari bobot jenis. Lakukan semua
pekerjaan dengan hati-hati untuk mengurangi kehilangan etanol oleh penguapan. Untuk
mencegah buih yang mengganggu dalam cairan selama destilasi. tambahkan asam kuat seperti
asam fosfat P, asam sulfat P atau asam tanat P atau cegah dengan penambahan larutan kalsium
klorida P sedikit berlebih, atau sedikit parafin P atau minyak silikon sebelum destilasi. Cegah
gejolak selama destilasi dengan penambahan keping• keping berpori dari bahan yang tidak larut
seperti silikon karbida P, atau manik-manik. Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung
etanol 30% atau kurang. Pipet tidak kurang dari 25 ml cairan uji ke dalam alat destilasi yang sesuai,
catatdestilasi hingga diperoleh destilat lebih kurang 2 ml lebih kecil dari volume cairan uji yang
dipipet. Atur suhu destilat hingga sama dengan suhu pada waktu pemipetan.
Tambahkan airsecukupnya hingga volume sama dengan volume cairan uji. Destilatjemih atau keruh
lemah dan hanya mengandung lebih dari sesepora sisa zat mudah menguap lainnya.
Pipet tidak kurang dari 25 ml cairan uji ke dalam alat destilasi yang sesuai, catatdestilasi hingga
diperoleh destilat lebih kurang 2 ml lebih kecil dari volume cairan uji yang dipipet. Atur suhu destilat
hingga sama dengan suhu pada waktu pemipetan. Tambahkan airsecukupnya hingga volume sama
dengan volume cairan uji. Destilatjemih atau keruh lemah dan hanya mengandung lebih dari sesepora
sisa zat mudah menguap lainnya. Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25°C seperti yang tertera
pada Penetapan Bobot Jenis. Hitung persentase dalam volume dari etanol dalam cairan menggunakan
Tabel Bobot Jenis dan Kadar Etanol. Untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih dari
30% lakukan menurut cara di atas, lebih kurang dua kali volume cairan uji. Kumpulkan destilat hingga
lebih kurang 2 ml lebih kecil dari dua kali volume cairan uji yang dipipet, atur suhu sama dengan cairan
uji. Tambahkanair secukupnya hinggavolume dua kali volume cairan uji yang dipipet, campur, dan
tetapkan bobot jenis. Kadar etanol dalam volume destilat, sama dengan setengah kadar etanol dalam
cairan uji etanol atau kurang. Pipet 25 ml cairan uji, masukkan ke dalam corong pisah, tambahkan air
volume sama. Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25 ml heksana P dan kocok
untuk mengekstraksi zat mudah menguap lain yang mengganggu .
Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua. Ulangi ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 25
ml heksana P. Ekstraksi kumpulan larutan heksana P tiga kali, tiap kali dengan 10 ml larutan jenuh
natrium klorida P. Destilasi kumpulan arutan garam, tampung destilat hingga sejumlah volume
mendekati volume cairan uji semula.
Untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih dari 50% encerkan cairan uji dengan air
hingga kadar etanol lebih kurang 25%, kemudian laniutkan menurut cara di atas mulai dari
"Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P..." Jika hanya mengandung sedikit minyak atsiri dan
hasil destilasi keruh, perlakuan dengan pelarut heksana P seperti di atas tidak
dilakukan,destilatdapat dijemihkandan dapat digunakanuntuk penetapan bobot jenis dengan
mengocok dengan heksana P lebih kurang seperlima bagian volume atau dengan apenyaringan
melalui lapisan tipis talk.
Tujuan :
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak megandung pestisida
melebihi nilai YANG DITETAPKAN KARENA BERBAHAYA (toksik) bagi
kesehatan (Depkes RI, 2000)
Metode :
KLT dan Kromatografi Gas cair
Prosedur sisa pestisida
Berdasarkan besarnya frekuensi penggunaan pestisida di Indonesia dan persyaratan yang sering
diminta oleh importir luar negeri terhadap ekspor bahan obat tradisional, maka metode analisis yang
digunakan adalah untuk multiresidu pestisida organoklor dan organofosfat menurut Metode
Pengujian Residu Pestisida Dalam Hasil Pertanian dari Komisi Pestisida Departemen Pertanian 1997
(Lampiran 4) dengan modifikasi
sebagai berikut:
(1) Jika kandungan kimia pengganggu analisis yang bersifat non polar relatif kecil seperti pada
ekstrak yang diperoleh dengan penyari air atau etanol berkadar kurang dari 20%, analisis dapat
dilakukan secara semi kuantitatif menggunakan metode kromatografi lapis tipis secara
langsung tanpa melalui tahap pembersihan lebih dahulu atau menggunakan kromatografi gas
jika tidak terdapat kandungan kimia dengan unsur N seperti klorofil, alkaloid dan amina non
polar lain.
(2) Ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etanol berkadar tinggi dan tidak mengandung senyawa
nitrogen non polar dapat dicoba menggunakan metode kromatografi lapis tipis atau
kromatografi gas secara langsung tanpa pembersihan. Jika tidak dapat dilakukan karena
banyaknya kandungan kimia pengganggu maka harus dilakukan pengujian sesuai metode baku.
Agar memudahkan penelusuran kembali jika ada masalah analisis maka penomoran dan
perincian terhadap analisis disesuaikan dengan buku aslinya.
7. Parameter Cemaran Mikroba
Prinsip :
menentukan adanya mikroba yang patogen secara analisis
mikrobiologis (Depkes RI, 2000).
Tujuan :
memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung mikroba
patogen dan tidak mengandung mikrorba non patogen melebihi batas yang
ditetapkan karena berpengaruh terhadap kestabilan ekstrak dan berbahaya
bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
Metode :
ALT dan uji nilai duga terdekat (MPN) Coliform
Prosedur cemaran mikroba
• Disiapkan 5 buah tabung atau lebih yang masing-mnsing telah diisi dengan 9 ml pengencer PDF.
• Dari hasil homogenisasi pada penyiapan contoh dipipet pengenceran 10-1 sebanyak 1 ml ke
dalam tabung yang berisi pengencer PDF pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2 dan
dikocok hingga homogen.
• Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai dengan yang diperlukan. Dari setiap
pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan dibuat duplo. Ke dalam tiap cawan petri
dituangkan 15-20 ml media PCA (45 ± 1°).
• Segera cawan petri digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspensi tersebar merata.
Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji kontrol (blangko).
• Pada satu cawan hanya diisi 1 ml pengencer dan media agar, dan pada cawan yang lain diisi
pengencer dan media.
• Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35- 37°C selama 24-48 jam dengan
posisi terbalik.
• Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
8. Parameter Cemaran Kapang, Khamir dan Alfatoksin
Prinsip :
menentukan adanya jamur secara mikrobiologis dan adanya
aflatoksin dengan KLT (Depkes RI, 2000).
Tujuan :
memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran
jamur melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh terhadap
kestabilan ekstrak dan aflatoksin berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI,
2000)
Prosedur cemaran kapang/khamir
- Disiapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah diisi 9 ml ASA.
- Dari hasii homogenisasi pada penyiapan contoh dipipet 1 ml pengenceran 10-1 ke dalam tabung -
- ASA pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2, dan dikocok sampai homogen.
- Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-4.
- Dari masing masing pengenceran dipipet 0,5 ml, dituangkan pada permukaan PDA, segera
digoyang sambil diputar agar suspensi tersebar merata dan dibuat duplo.
- Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer, dilakukan uji blangko.
- Ke dalam satu cawan petri dituangkan media dan dibiarkan memadat.
- Ke dalam cawan petri lainnya dituangkan media dan pengencer, kemudian dibiarkan memadat.
- Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 20- 250C selama 5-7 hari.
- Sesudah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur yang tumbuh, pengamatan terakhir pada
inkubasi 7 hari.
- Koloni ragi dibedakan karena bentuknya bulat kecil-kecil putih hampir menyerupai bakteri.
- Lempeng Agar yang diamati adalah lempeng dimana terdapat 40 - 60 koloni Kapang/Khamir.
Syarat : Pertumbuhan kapang dan khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media yang
sesuai dan diinkubasikan pada suhu 20-25°C
Prosedur cemaran aflatoksin
- Kultur Aspergillus flavus hasil isolat dan identifikasi dari ekstrak diinokulasikan pada
permukaan media YES.
- Tabung diinokulasi pada suhu 25°C selama satu minggu dalam posisi miring untuk
mendapatkan permukaan yang luas.
- Biakan diautoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit, biakan dibiarkan sampai dingin.
- Sejumlah kecil media biakan diambil dengan menggunakan pipet pasteur dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kecil atau vial.
Prinsip :
Menentukan kandungan logam berat secara spektroskopi serapan atom
atau lainnya yang lebih valid
Tujuan:
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandunglogam berat
tertentu (Hg, Pb, Cd dll.) melebihi nilai yangditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi
kesehatan.
Prosedur cemaran logam berat
- Pengujian ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa cemaran logam yang dengan ion
sulfida menghasilkan warna pada kondisi penetapan, tidak melebihi batas logam berat yang
dipersyaratkan, dinyatakan dalam % (bobot) timbal dalam zat uji, ditetapkan dengan
membandingkan secara visual seperti yang tertera pada pembandingan visual dalam
Spektrofotometri dan Hemburan Cahaya dengan pembanding Larutan baku timbal.
- Tetapkan jumlah logam berat menggunakan Metode I, kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing monografi.
- Metode I digunakan untuk zat yang pada kondisi penetapan memberikan larutan jernih dan
tidak berwarna.
- Metode Ill digunakan untuk zat yang pada kondisi Metode I tidak menghasilkan larutan jernih
dan tidak berwarna, atau untuk zat yang karena sifat alam yang kompleks, menganggu
pengendapan logam oleh ion sulfida, atau untuk minyak digesti basah, hanya digunakan bila
Metode I dan Metode Ill tidak dapat digunakan.
Tahapan Standarisasi
Contoh data hasil uji mutu
Daun Murbei (Morus alba L.) merupakan salah satu famili Moraceae yang sudah lama
digunakan sebagai obat tradisional. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk
menetapkan standar spesifik dan non spesifik dari ekstrak etanol daun murbei. Ekstrak
diperoleh dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% dengan rendamen
sebesar 19.52%. Parameter spesifik meliputi pengamatan organoleptik ekstrak kental
menunjukkan, berwarna hijau tua, berbau khas, serta memiliki rasa pahit. Mengandung
flavonoid, tanin, steroid, alkaloid. Dengan pola kromatogram yang menunjukan
adanya beberapa noda dan nilai Rf yang berbeda. Kadar senyawa yang larut dalam air
sebesar 0,805%, sedangkan kadar senyawa yang larut dalam etanol sebesar 0,474%.
Kadar abu total sebesar 6,89%. Parameter non spesifik meliputi kadar abu tidak larut
asam sebesar 1,8575%. Berat jenis ekstrak sebesar 1,045 g/ml. Total cemaran bakteri
yang memenuhi syarat ekstrak sebanyak 10,66 X 10-2 koloni/g, dan total cemaran
kapang sebanyak13,6 X 10-2 dan 14,3 X 10-3 koloni/g.
Uji parameter ekstrak non-spesifik
Daftar Pustaka
• https://sabilitime.wordpress.com/tag/tujuan-standarisasi/
• file:///C:/Users/User/Downloads/40-1-117-1-10-20180314.pdf
• Mukhriani. 2014. ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif
• Yuri Pratiwi U, Burhanuddin Taebe, Fatmawati. 2016. Standardisasi Parameter
Spesifik Dan Non Spesifik Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba L.) Asal
Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan
• https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/CE/article/download/2139/21
• Euis Reni Yuslianti, Boy.M. Bachtiar, Dewi Fatma Suniarti, Afifah. B.Sutjiatmo. 2016.
Standardisasi Farmasitikal Bahan Alam Menuju Fitofarmaka untuk Pengembangan
Obat Tradisional Indonesia
• Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat (Link :
https://kupdf.net/queue/parameter-standar-umum-ekstrak-tumbuhan-
obat_58ad11736454a73b15b1e99f_pdf?queue_id=-
1&x=1609589316&z=MTI1LjE2MS4xMzkuMTAz )
• Link video : https://www.youtube.com/watch?v=dXEW9bwBBGE&t=517s
Pertanyaan
1. Uswatun Hasanah : di slide 10 ada metode kadar senyawa, ada 2 senyawa yang larut
dalam air sma yg larut dalam etanol. Apakah pengujian tersebut harus dilakukan keduanya
atau salah satu aja?
jawab: Penetapan kadar terlarut pada pelarut tertentu dilakukan dengan menggunakan
etanol dan air. pada penetapan kadar senyawa yang terlarut dalam air dan etanol ini
bertujuan sebagai perkisaran kasar kandungan senyawa aktif yang bersifat polar (larut air)
dan senyawa aktif yang bersifat semi polar–non polar (larut etanol). Jadi keduanya tetap
diuji
2. Widi Rizkia Yusellina :Faktor apa yang mempengaruhi parameter non spesifik?
Jawab : Paramater non spesifik dipengaruhi oleh faktor diluar kandungan ekstraknya yaitu
seperti proses pembuatan ekstrak, proses penyimpanan ekstrak dan akan mempengaruhi
stabilitas ekstrak
Thanks!
Do you have any questions?
• .
• Sisa larutan organik diekstraksi 2 kali dengan asam klorida (1:10 v/v). Kedalam dua
tabung reaksi yang masing-masing berisi 5 mL larutan organik tersebut
ditambahkan beberapa tetes pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer
Berdasarkan hasil yang didapatkan, dengan menggunakan metode analisis saponin, didapatkan interpretasi
negative yaitu tidak terbentuk busa, artinya kandungan saponin pada kunyit tidak ada atau sedikit. Hal ini tidak
sesuai dengan hasil penelitian Agustina (2016), bahwa hasil uji saponin pada rimpang kunyit menunjukan hasil
positif yaitu terbentuknya busa pada hasil uji menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan
membentuk buih dalam air. Kemungkinan kesalahan terjadi karena jumlah sampel yang belum ideal
Analisis Fenol Hidroquinon
1. Sampel ekstrak 0,5 gram ditambahkan etanol 70% (dihomogenkan).
2. Dipindahkan sebanyak 1ml ke tabung reaksi
3. Ditambah 2 tetes FeCl3 5%.
4. Diamati. Interpretasi positif larutan berwarna hijau-hitam. Interpretasi negatif tidak ada
perubahan warna.
Hasil dari analisis menggunakan metode analisis Fenol Hidroquinon, didapatkan hasil
interpretasi positif yaitu larutan berubah warna menjadi warna hijau kehitaman, hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Agustina (2016), Perubahan warna terjadi akibat
pembentukan senyawa kompleks antara tanin dengan FeCl3. Tanin merupakan golongan
polihidroksi fenol (polifenol) yang dapat dibedakan dari fenol lain karena kemampuannya
mengendapkan protein.
Analis
1.
Tanin dan Polifenol
Sampel ekstrak sebanyak 2 gram dimasukkan ke beaker glass.
2. Ditambahkan 10 ml akuades.
3. Dididihkan. Dibagi ke dalam 2 tabung reaksi. Tabung ke-1 disaring dan dimasukkan ke tabung reaksi 1
(filtrat 1), tabung ke-2 disaring dan dimasukkan ke tabung reaksi 2 (filtrat 2)
4. Filtrat 1 ditetesi 2 tetes FeCl3 5%.
5. Diamati warna perubahannya. Interpretasi positif warna larutan biru hitam. Interpretasi negatif tidak ada
perubahan warna
6. Filtrat 2 ditetesi gelatin 1%.
7. Endapan gelatin disaring.
8. Ditetesi 2 tetes FeCl3 5 %
9. Diamati warna perubahannya. Interpretasi positif warna larutan hitam. Interpretasi negatif tidak ada
peruabahan warna.
Cont’d
Hasil uji analisis tannin dan polifenol menunjukan hasil dengan interpretasi positif, yaitu
terjadi perubahan warna larutan menjadi biru kehitaman pada filtrat I dan larutan berwarna
hitam pada filtrat II, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Agustina (2016), Perubahan
warna terjadi akibat pembentukan senyawa kompleks antara tanin dengan FeCl3. Tanin
merupakan golongan polihidroksi fenol (polifenol) yang dapat dibedakan dari fenol lain
karena kemampuannya mengendapkan protein.
Hasil Analisis
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4.
Uji saponin Uji tannin Uji polifenol Uji fenol hidroquinon
Hasil : - (negatif) Hasil : + (Positif) Hasil : + (positif) Hasil : + (positif)
Identifikasi Golongan Senyawa Pada Ekstrak:
1. Salah satu cara dengan KLT
2. Komponen utama KLT: fase gerak, fase diam, chamber, pembanding
3. Plat KLT silika gel F254 dilapisi senyawa fluorosence sehingga saat disinari
dengan UV 254, silika nya berpendar sedangkan spot sampel meredam.
4. Perbedaan sinar UV 254 dan 366 adalah pada panjang gelombang 254, silika
dapat berpendar dikarenakan adanya fluorescence dan senyawanya redam.
Sedangkan pada panjang gelombang 366, senyawa akan berpendar jika
menyerap gelombang dan silika akan redam.
5. Prinsip: Silika dipanaskan untuk diaktifkan, disiapkan fase geraknya, dan
ditotolkan
Cont’d
http://etheses.uin-malang.ac.id/13653/1/13630065.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131872520/pendidikan/Handout-INSTRUMEN-Spektrometri+Massa-Susi.pdf
urnal.untan.ac.id/index.php/jmfarmasi/article
http://dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/2087221015145983976505April2016.pdf
THANK YOU
Identifikasi
Jamu
Kelompok 20 lokal 2B :
• Aman • Bermutu
Sesuai dengan persyaratan yang Memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan. berlaku
• Klaim Berkhasiat
Dibuktikan dengan empiris.
Bahan Kimia
Obat
Bahan Kimia obat adalah senyawa kimia obat yang
ditambahkan dengan sengaja ke dalam jamu, dengan tujuan
agar efek yang diingikan tercapai lebih cepat dari biasanya.
Salah satu cara yang paling efektif untuk mendeteksi adanya
BKO dalam jamu yaitu dengan melihat efek yang penyembuhan
yang dirasakan konsumen. Jika waktu
penyembuhan/pengobatan tersebut singkat, maka dapat
dicurigai bahwa jamu tersebut menggandung bahan kimia obat
dengan dosis yang berlebihan (Jayanti dkk, 2015).
BKO yang sering
ditambahkan dalam
jamu
Klaim kegunaan BKO yang sering ditambahkan
Metode Kromatografi banyak digunakan karena dapat memisahkan analit dari matriks
sampel yang dapat mengganggu analisis.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam
analisis BKO dalam jamu