EKSTRAK
HASIL
PRINSIP PENJAMINAN
MUTU
Bhn uji (benar, murni)
b. Toksisitas
• pelarut-pelarut yang toksik sebagai contoh:
kloroform, eter.
• Selain itu, asetonitril (metilsianida) dan
metanol merupakan senyawa yang sangat
beracun.
• Karbon tetraklorida hepatotoksik,
benzene karsinogenik.
• Selain itu, banyak pelarut yang merusak kulit
gunakan pakaian pelindung, alat yang
sesuai, dan pembuangan sisa yang aman.
c. Reaktivitas
• pelarut mungkin bereaksi dengan ekstrak
• pelarut yang mengandung karbonil (aseton,
metiletil keton) dapat bereaksi dengan
substansi nukleofilik dalam ekstrak.
• etanol dan metanol dapat menyebabkan metilasi
maupun etilasi atau etilasi golongan fungsional
dari asam karbosilik
• peroksida hasil penguraian dari eter, dpt
mengakibatkan oksidasi (perlu ditambahkan
anti oksidan butilated hydroxy toluene (BHT)
d. Harga
Harga perlu dipertimbangkan harga tanpa
mengurangi maksud dan tujuan ekstraksi.
Misal: penggunaan PE dan n-heksan.
METODE EKSTRAKSI
METODE-METODE EKSTRAKSI UMUM
Pemilihan metode tergantung tujuan serta
keuntungan dan kerugiannya.
Metode dingin
Maserasi
Perkolasi
Metode panas
Infundasi/dekokta
Destilasi (minyak atsiri)
Soxhletasi
MASERASI
• merupakan cara penyarian yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari
• Cairan penyari akan menembus dinding
sel dan masuk ke dalam rongga sel yg
mengandung zat aktif
• Zat aktif akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dgn di luar sel, maka larutan yg terpekat
didesak ke luar.
CON
T..
• Peristiwa berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi (equilibrium)
antara larutan di luar dan di dalam sel.
• setelah disaring, sisa-nya dpt dimaserasi
kembali (RE-maserasi)
Keuntungan : cara pengerjaan & peralatan
sederhana serta mudah diusahakan, dibanding
dg perkolasi waktu lebih cepat
Kerugian : penyarian kurang sempurna,
pelarut yg digunakan relatif besar.
MASERASI DGN MESIN
PENGADUK
• Penggunaan mesin pengaduk yg berputar terus
menerus.
• Waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi
6–24 jam.
REMASERASI
Cairan penyari dibagi dua (2)
Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dgn cairan penyari
pertama.
Dienap tuangkan dan diperas.
Ampas dimaserasi lagi dgn cairan penyari ke-2.
Pemilihan cara penyarian:
Kelarutan pelarut : Non polar, Semi polar, Polar
Pelarut yg ditetapkan Farmakope Indonesia:
Air
Etanol
Etanol – Air
Etanol - Eter
*DIGESTI
Cara maserasi dgn menggunakan pemanasan lemah (suhu
40o–50o C)
Hanya dilakukan untuk simplisia yg zat aktifnya tahan
terhadap pemanasan
Jika cairan penyari mudah menguap pd suhu yg digunakan,
maka perlu dilengkapi dgn pendingin balik
Keuntungan :
o Kekentalan pelarut berkurang
o Daya melarutkan cairan penyari meningkat
o Kelarutan zat aktif meningkat karena koefisien difusi
berbanding lurus dgn suhu absolut & berbanding terbalik
dgn kekentalan, hingga kenaikan suhu akan
berpengaruh pd kecepatan difusi
PERKOLASI
• Cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi
• Bila kran dibuka akan menetes, tetesan
dpt diatur kecepatannya
• Keuntungan: tidak memerlukan langkah
tambahan untuk menyaring bahan
• Dibanding dg refluks tidak memerlukan
pemanasan
• Namun ekstraksinya lama
ALAT PERKOLATOR
PERKOLATOR
CAIRAN PENGEKSTRAKSI
Kapas
Kran
Penampung
SOKLETASI
Merupakan proses
penyarian gabungan dari
maserasi & perkolasi
Proses utk menghasilkan
simplisia
Uap penyari akan mengembun karena
A Pemanasan 15 menit
dihitung dari penangas mulai
B mendidih
INFUNDASI
Infusa : sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia
dengan air pada suhu 90o selama 15 menit
digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut
dalam air dengan perebusan dalam panci infusa
menggunakan pelarut air pemanasan tidak langsung
(90C, 15 menit)
cocok untuk senyawa yang tahan pemanasan
Kadar pd umumnya 10%
air yang menguap dapat ditambah
untuk penelitian penggunaan cocok seperti pemakaian
Jamu di masyarakat
Sari yg dihasilkan tidak stabil & mudah tercemar oleh
kuman dan kapang tidak boleh disimpan > 24 jam.
untuk dibuat ekstrak kering butuh waktu penguapan lama
CARA PEMBUATAN INFUSA:
1. Membasahi bahan baku.
- biasanya dgn 2 x bobot bahan
- bunga 4 x bobot bahan
- karagen 10 x bobot bahan
2. Untuk memindahkan penyarian, kadang
diperlukan ditambahkan bahan kimia :
a. Asam sitrat untuk infus kina
b. Kalium/ Natrium Karbonat utk infusa kelembak
3. Penyaringan, dilakukan pada saat cairan masih
panas, kecuali yang mengandung bahan yg
mudah menguap
DERAJAT HALUS SIMPLISIA
UNTUK PEMBUATAN INFUSA
Sebuah hubungan kolektif yang terintegrasi dari reaksi kimia yang dimediasi secara enzimatik dan
ditata secara rapi dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas disebut sebagai metabolisme
antara, sedangkan jalur yang terlibat diistilahkan sebagai jalur metabolisme. Beberapa biomolekul
yang sangat penting diantaranya adalah karbohidrat, protein, lemak, dan asam nukleat.
HUBUNGAN METABOLIT SEKUNDER DAN PRIMER
Proses dan produk metabolism primer sama pada hampir semua organisme sedangkan
metabolisme sekunder lebih spesifik
Dalam tumbuhan, metabolism primer dibuat melalui fotosintesis, respirasi dan lain-lain
menggunakan CO2 , H2 O, dan NH3 sebagai bahan baku dan membentuk produk seperti
glukosa, asam amino, asam nukleat. Sedangkan di dalam metabolism sekunder, tahap biosintesis,
substrat dan produknya khas untuk tiap famili dan spesies. Spesies-spesies yang dekat secara
toksonomi memiliki kesamaan jenis metabolit sedangkan spesies yang jauh secara taksonomi
memiliki metabolit sekunder yang sangat berbeda.
FUNGSI METABOLIT SEKUNDER BAGI
TUMBUHAN
mengat asi
Melindungi hama dan
dari stress penyakit
lingkungan
menarik
polinator saat
penyerbukan
alelopat i bunga dan
sebagai
molekul
sinyal.
Zat
Pengat ur Proteksi
Tumbuh
PRODUK METABOLIT SEKUNDER
Bioinsektisida
BIOSINTESIS
Jalur biosintesis adalah ringkasan dari reaksi kimia ini, dipecah oleh setiap langkah. Untuk
mendeskripsikan suatu jalur, informasi ekstra relevan sering dimasukkan, seperti enzim, koenzim, dan
kofaktor yang digunakan dalam setiap reaksi.
Pemahaman tentang urutan biosintesis dapat membantu kita mengidentifikasi enzim dan gen, memahami
hubungan antara organisme yang berbeda (seperti simbiosis, interaksi tumbuhan-serangga).
JALUR BIOSINTESIS
Berdasarkan senyawa pembangunnya (building block) maka jalur biosintesis metabolit sekunder dalam
tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 jalur
ASAM ASETAT
asam mevalonat
asam sikimat
dan deoksisilulosa
ASAM ASETAT
• Asetil KoA dibentuk oleh reaksi dekarboksilasi oksidatif dari jalur glikolitik produk asam piruvat.
Asetil Ko-A juga dihasilkan oleh proses β-oksidasi asam lemak, secara efektif membalikkan proses
dimana asam lemak itu sendiri disintesis dari asetil-KoA.
• Metabolit sekunder penting yang terbentuk dari jalur asetat meliputi senyawa fenolik, prostaglandin,
dan antibiotik makrolida, serta berbagai asam lemak dan turunan pada antarmuka metabolisme
primer / sekunder.
ASAM SIKIMAT
• Asam shikimat diproduksi dari kombinasi fosfoenolpiruvat, jalur glikolitik antara,dan erythrose 4-
fosfat dari jalur pentosa fosfat. Reaksi siklus pentosa fosfat dapat digunakan untuk degradasi
glukosa, tetapi mereka juga fitur dalam sintesis gula oleh fotosintesis.
• Jalur sikimat mengarah ke berbagai senyawa fenolik, turunan asam sinamat, lignan, dan alkaloid
ASAM MEVALONAT DAN DEOKSISILULOSA
Asam mevalonik sendiri terbentuk dari tiga molekul asetil Ko-A, tetapi saluran jalur mevalonatasetat
menjadi serangkaian senyawa yang berbeda daripada jalur asetat. Deoksisilulosa pospat muncul dari
kombinasi dua intermediet jalur glikolitik, yaitu asam piruvat dan gliseraldehida-3-fosfat. Jalur fosfat
mevalonat dan deoksisilulosa bersama-sama bertanggung jawab untuk biosintesis dari arah besar
metabolit terpenoid dan steroid
PRODUKSI METABOLIT SEKUNDER DENGAN JALUR BIOSINTESIS
Jalur asam
mevalonat
MODIFIKASI
JALUR
BIOSINTESIS
Blocking suatu
jalur untuk
Penambahan enzim, mengoptimalkan
precursor, senyawa jalur yang lain
intermediet, atau
substrat ( aktivasi enzim )
Modifikasi kondisi
lingkungan
pertumbuhan
CARA UNTUK MENGETAHUI JALUR BIOSINTESIS PADA KULTUR
JARINGAN
(>40) (C15)
Politerpenoid Seskuiterpenoid
Terpenoid
Semua terpenoid berasal dari molekul
isoprene, Kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan dua atau lebih satuan C5
(C40) (C20)
Tetraterpenoid Diterpenoid
(c30)
Triterpenoid
• Secara umum biosintesis dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar
yaitu :
1. pembentukan isopren aktif berasal dari asam asetat melalui asam
mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor 2 unit isopren akan membentuk
monoterpen, sesquiterpen, diterpen, sesterterpen dan politerpen
3. Kombinasi satuan C5, C10, dan C15 akan membentuk triterpenoid
SENYAWA FENOLIK
• Senyawa fenol meliputi beragam senyawa dari tumbuhan dengan ciri sama berupa cincin
aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih hidroksil
• Cenderung mudah larut dalam air krn berikatan dengan gula sbg glikosida dan biasanya terdapat
dalam vakuola sel
• Struktur yang paling banyak adalah flavan, flavanon, flavonol, antosian, dan isoflavon.
• Fenilpropanoid mempunyai bbrp hidroksil fenol bebas mudah dioksidasi di udara terutama
dalam lingkungan basa
• Kerangka dasar: cincin benzena (C6) yang terikat pada ujung dari rantai karbon propana (C3)
• Contoh fenilpropanoid yang paling dikenal adalah sinamaldehid pada kayu manis, eugenol pada
cengkeh dan apiol pada petersili
SENYAWA NITROGEN
• Adapun yang termasuk senyawa metabolit sekunder golongan senyawa nitrogen adalah alkaloid
• Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan
dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik
• Hampir semua alkaloida yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang
sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan
stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efeksifiologis dan psikologis
ALKALOID
• Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti
biji, daun, ranting dan kulit batang
• Alkaloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus
dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari
jaringan tumbuhan
• Alkaloida tidak mempunyai tata nama sistematik, shg suatu alkaloida
dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan stiknin.
Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang mencirikan
alkaloida
LANJUTAN..
• Alkaloid umumnya berbentuk padatan kristal dengan rasa pahit. Sebagian besar alkaloid berasal dari
tanaman berbunga dan tanaman rendah.
• Alkaloid dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a. True alkaloid (gugus N yang berada dalam cincin siklis (mengandung cincin heterosiklis))
b. Proto alkaloid (gugus N yang berada di luar siklis (tidak mengandung inti heterosiklis))
c. Pseudo alkaloid (dihasilkan selain dari asam amino)
KULTUR JARINGAN
METABOLIT SEKUNDERYANG BANYAK DIKENAL KOMERSIAL
(1983)
1. Lithospermum erithorhizon
Rauvolvia sp
5 . M o r i n d a citrif o l i a L .
KULTUR
KALUS
Anthraquinon
(golongan kuinon)
damnachant al
Antikanker
BEBERAPA SENYAWA YANG SUDAH BERHASIL
DIPRODUKSI
DENGAN KULTUR JARINGAN
• Sikonin • Lithospermum erythrorrhizon
• Antrakinon • Morinda citrifolia
• Diosgenin • Dioscorea deltoidea
• Asam rosmarinat • Coleus blumei
• Reserpina • Catharanthus roseus
• Atropina • Coptis japonicum
• Capsaisin • Capsicum frutescens
• Artemisinin • Artemisia annua
TERIMA KASIH
PENDAHULUAN
FITOKIMIA
ETNOBOTANI KEMOTAKSONOMI
FITOFARMAKA
HERBAL
TERSTANDAR
JAMU
Bagaimana cara
memeperoleh
komponen kimia
Fraksinasi dan
Ekstraksi Identifikasi
Pemurnian
Ektraksi
Penetrasi pelarut ke dalam sel tanaman, menyebabkan sel mengembang, melarut
kan komponen yang diekstraksi, dan difusi komponen yang terlarut keluar dari sel
tanaman.
Dalam ilmu kimia, konstanta dielektrik dapat dijadikan pengukur relatif dari kepolaran suatu pelarut.
Misalnya air yang merupakan pelarut polar memiliki konstanta dielektrik 80 pada 20 °C sedangkan n-
heksana (sangat non-polar] memiliki nilai 1,89 pada 20 °C.
Pelarut
Protik polar
Klasifikasi
kepolaran pelarut
Pelarut aprotik
Pelaut Non Polar Polar
Pelarut protik polar
Protik menunjukkan atom hidrogen yang menyerang atom
elektronegatif yang dalam hal ini adalah oksigen. Dengan kata
lain pelarut protik polar adalah senyawa yang memiliki rumus
umum ROH. Contoh dari pelarut protik polar ini adalah air H2O,
metanol CH3OH, dan asam asetat (CH3COOH).
Pelarut Aprotik Polar
Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan O-H.
Pelarut dalam kategori ini, semuanya memiliki ikatan yang memilki
ikatan dipol besar. Biasanya ikatannya merupakan ikatan ganda
antara karbon dengan oksigen. Contoh dari pelarut yang termasuk
kategori ini adalah aseton [(CH3)2C=O] dan etil asetat
(CH3CO2CH2CH3).
Pelarut non polar
Pelarut nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta
dielektrik yang rendah dan tidak larut dalam air. Contoh pelarut
dari kategori ini adalah benzena (C6H6), karbon tetraklorida
(CCl4) dan dietil eter (CH3CH2OCH2CH3).
Jenis pelarut
• Hidrokarbon alifatik : Utk mengekstraksi komponen yg bersifat lipofilik . Misal :
n-heksana, n-oktana
• Hidrokarbon aromatik Benzena, toluena flammability, toksik
• Kloro hidrokarbon, Diklorometana, kloroform, tetrakloromethana toksik
• Alkohol = Metanol, etanol, propanol, butil alkohol.
• Keton = Aceton, metil etil keton
• Asam karboksilat = asam asetat
• Ester = etil asetat
• Eter = dietyl eter
• Air = drinking water
• Minyak = jarang digunakan, untuk beberapa komponen yang tidak
larut minyak olive, sesame, almond
• Pelarut campuran.
Metode ekstraksi
Semua proses hasil dari keseimbangan konsentrasi antara
Berdasarkan larutan dan residu. Misalnya pada maserasi.
keseimbangan Maserasi ekstraksi dengan merendam komponen yang
konsentrasi diekstraksi menggunakan pelarut tertentu selama beberapa
hari sambil di ‘shaking’ pada suhu kamar.