Nim : 651418064
Penanganan pasca panen komoditas pertanian adalah semua kegiatan yang dilakukan sejak
komoditas tersebut dipanen sampai dipasarkan kepada konsumen. Dengan demikian kegiatan penanganan
pasca panen meliputi semua kegiatan berikut yaitu pemanenan, pencucian, pengangkutan, pengeringan
(pilihan), penundaan, perontokan (pilihan), dan penyimpanan.
Kegiatan penanganan pasca panen pada umumnya dilakukan oleh petani, kelompok tani,
koperasi, dan pedagang pengumpul. Sedangkan lembaga yang terlibat dalam system penanganan pasca
panen dikenal sebagai struktur pendukung system penanganan pasca panen terdiri dari atas pelaku
kegiatan pasca panen, industry peralatan/bengkel local, industry pengolahan pangan, lembaga
perkreditan/perkembankkan, penyuluh pertanian, perguruan tinggi/lembaga penelitian dan pemerintah
selaku pengambil kebijakan.
1. Menjaga mutu komoditas tersebut supaya tetap sama seperti pada waktu panen
2. Mengurangi susut tercecer pada semua proses kegiatan yang dilakukan
3. Mendapatkan harga jual komoditas yang tinggi
Standar mutu adalah salah satu keterangan pasar yang sangat penting dan merupakan acuan
melakukan system perdagangan secara memuaskan antara produsen dan konsumen. Standar mutu jagung
yang berlaku di pasaran pada umumnya berdasarkan tingkat kadar air biji, presentase biji rusak dan
presentase kotoran.
Kegiatan pasca panen jagung dimulai dari pemanenan sampai siap dikonsumsi, umumnya berupa
pipilan kering, beras jagung, dan tepung jagung (26, 27). Penanganan pasca panen jagung terdiri dari
serangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Pemanenan, meliputi kegiatan penentuan waktu panen, pemungutan hasil, pengumpulan, dan
pengangkutan ketempat proses selanjutnya.
2. Pengupasan, meliputi kegiatan pelepasan kulit, pemisahan kulit, pemisahan jagung tongkol muda
dan rusak sehingga dihasilkan jagung baik.
3. Pengeringan, meliputi kegiatan mengangkut jagung ke tempat pengeringan, proses pengeringan
jagung, mengangkut jagung kering ke tempat selanjutnya.
4. Pemipilan, meliputi kegiatan melepas biji dari tongkol, memisahkan tongkol, memisahkan
kotoran dan mengangkut jagung pipilan kering ketempat proses selanjutnya.
5. Penyipanan, merupakan kegiatan mempertahankan kondisi bahan dari susut dan penurunan mutu,
sebelum digunakan atau diproses selanjutnya.
6. Pengangkutan, meliputi kegi;atan pewadahan atau pengemasan bahan dan pemindahan guna
proses selanjutnya.
7. Peningkatan daya guna jagung, pati jagung, sirup jagung, gula jagung dan minyak jagung, untuk
keperluan pangan dan bahan industry.
8. Peningkatan daya guna hasil sampingan dan limbah, meliputi kegiatan pembuatan biobriket dan
biogas dari bahan baku batang, daun, kulit, dan tongkol jagung untuk keperluan energy.
9. Grading dan standarisasi, meliputi kegiatan tehnik pengambilan contoh, penentuan standard an
klasifikiasi mutu.
Di Indonesia, kegiatan butir 1 sampai 6 umumnya dilakukan oleh petani. Kegiatan grading dan
standarisasi dilakukan oleh BULOG dan KUD, sedangkan pendayagunaan hasil, banyak
digunakan oleh sektor perindustrian.
Secara skematis, urutan proses penanganan pasca panen jagung ini dapat dilihat pada gambar
1, sedangkan pada gambar 2 ditunjukan bagian proses pembuatan tepung jagung sebagai hasil
sampingan.
Penanganan pasca panen jagung menyangkut masalah teknis, sosial dan ekonomi yang saling
berkaitan. Dari sudut teknis, masalah utama adalah sebagian besar produksi jagung dipanen pada
musim hujan (41), sering menimbulkan kerusakan dan kehilangan. Berikut disajikan
penggolongan masalah-masalah yang ada pada penanganan pasca panen..
Teknologi penanganan pasca panen jagung bila ditinjau dari segi teknis telah banyak
dihasilkan, tetapi teknologi yang tepat guna dari sudut social dan ekonomi bagi berbagai tingkat
terlaksana ( prosesor ) untuk menekan kehilangan, masih sangat terbatas. Oleh karena itu tingkat
kehilangan pasca panen masih tinggi sekitar 20-28% untuk palawija ( 11,16 ). Penanganan basah,
terutama pada pemanenan musim hujan dengan kadar air sekitar 35%, ketersediaan paket
teknologi pengolahan masih terbatas.
PEMANENAN
Pemanenan merupakan tahap awal yang sangat penting dari seluruh rangkaian kegiatan
penanganan pasca panen jagung, karena tidak hanya berpengaruh terhadap kuantitas hasil panen
melainkan juga berpengaruh terhadap kualitasnya.
Ada dua istilah yang biasa di gunakan untuk menentukan saat panen yang optimal, yaitu masak dan
matang. Kedua istilah tersebut sering saling di pertukarkan. Untuk menghindarkan salah pengertian maka
perlu di jelaskan hal berikut.
1. Biji jagung di sebut masak [mature] Apa bila berat kering [dry matter] individu butiran jagung
tersebut telah mencapai maksimum.
2. Biji jagung di sebut matang [Ripe] apabila kadar air individu butiran tersebut sudah mengalami
penurunan dan mendekati kadar air keseimbangan dengan kelembaban udara sekitarnya.
Pemipilan jagung adalah pemisahan biji jagung dari kelobot dan tongkolnya. Dalam proses pembijian
, tidak dapat dihindari terjadinya kerusakan mekanis pada butiran jagung, yang besarnya
proposionalnya terhadap kadar air butiran.
Dasar pengambilan contoh yang objektif ialah mengambil sebagian buji secara cermat dari
kelompok biji sehingga mencerminkan sifat kelompok biji tersebut secara keseluruhan. Secara teoritis,
kelompok biji bisa diasumsikan sebagai campuran yang homogeny, tetapi dalam prakteknya hal tersebut
sangat langkah terjadi. Suatau kelompok biji mempunyai tingkat heterogenitas sendiri-sendiri, dengan
keragaman yang dapat terjadi di lapang maupun selama penanganan pasca panen. Oleh karena itu untuk
pengambilan contoh harus digunakan tingkat homogenitas yang dapat diterima.
1. Timbangan
2. Kipas pembersih
3. Ayakan
4. Peralatan tangan
5. Alat pembesar
6. Mat pengukur kadar air
7. Mesin penggilingan
8. Desikator
9. Condrometer
Pemanenan
Pencucian
Sortasi dan grading (pengkelasan)
Pengemasan
Pengangkutan dan pemasaran
KMD periode pasca panen- mulai dari produk tersebut dipanen sampai produk dikonsumsi/
diproses lebih lanjut.
Cara pemetikan yang baik: dengan alat petik berkantong yang dapat diatur panjang pendeknya. Sebelum
mengetahui penenganan pasca panen, harus mengetahui factor -2 yang mempengaruhi:
o Biologi:
Respirasi, produksi etilen, perubahan nkomposisi kimia, tingkat kehilangan air.
o Lingkungan:
Suhu, kelembaban, komposisi atmosfer, etilen pada tempat.
A. Pemanenan
Cara panen yang tepat:
Hindari kerusakan secara mekanis
Hanya buah yang benar-2 memenuhi pesyaratan panen
Jangan diletakan dimpat yang terkena matahari langsung
Sebaiknya diangin-anginkan/dioprecoli
Mutu buah yanf baik diperoleh dengan baik jika dipanen dengan :
Pada tingkat kematangan yang cukup
Dilakukan pada suhu udara yang belum terlalu panas
Produk harus diletakan pada yang teduh
Dilakukan dengan hati-2 dan harus bebas dari luka binti penyakit dan kerusakan
lainnya.