Anda di halaman 1dari 5

Nama : JULPA DANIAL

Nim : 651418064

Kelas : ITP.B (2018)

Uts : FISIOLOGO TEKNOLOGI PASCA PANEN

Penanganan pasca panen komoditas pertanian adalah semua kegiatan yang dilakukan sejak
komoditas tersebut dipanen sampai dipasarkan kepada konsumen. Dengan demikian kegiatan penanganan
pasca panen meliputi semua kegiatan berikut yaitu pemanenan, pencucian, pengangkutan, pengeringan
(pilihan), penundaan, perontokan (pilihan), dan penyimpanan.

Kegiatan penanganan pasca panen pada umumnya dilakukan oleh petani, kelompok tani,
koperasi, dan pedagang pengumpul. Sedangkan lembaga yang terlibat dalam system penanganan pasca
panen dikenal sebagai struktur pendukung system penanganan pasca panen terdiri dari atas pelaku
kegiatan pasca panen, industry peralatan/bengkel local, industry pengolahan pangan, lembaga
perkreditan/perkembankkan, penyuluh pertanian, perguruan tinggi/lembaga penelitian dan pemerintah
selaku pengambil kebijakan.

Penanganan pasca panen komoditas pertanian bermaksud untuk:

1. Menjaga mutu komoditas tersebut supaya tetap sama seperti pada waktu panen
2. Mengurangi susut tercecer pada semua proses kegiatan yang dilakukan
3. Mendapatkan harga jual komoditas yang tinggi

A. SUSU TERCECER DAN MENJAGA MUTU KOMODITAS


Susut cecer untuk setiap komoditas pertanian berbeda-beda dan sangat bergantung pada bentuk
dan jumlahnya. Komoditas yang paling sering terjadi susut tercecer atau hilang adalah biji-bijian
seperti padi, jagung dan kacang-kacangan. Sebagai ilustrasi dalam pembahasan ini digunakan
komoditas jagung yang merupakan entry point pada program agropolitan provinsi gorontalo.
Kisaran besar susut berubah-ubah menurut kebiasaan kegiatan pasca panen yang dilakukan
dimasing-masing daerah.
1. Tingkat kadar air waktu panen
2. Pengaruh musim, musim kering atau musim penghujan
3. Cara pengangkutan
4. Cara penjemuran dan
5. Cara pemipilan
B. PENGARUH PENANGANA PASCA PANEN TERHADAP MUTU KOMODITAS
Cara penanganan panen dan pasca panen yang kasar akan memberikan dampak yang buruk
terhadap mutu semua jenis komoditas. Apabila mutu suatu komoditas menurun, maka harga jual akan
menurun pula dan pendapatan petani/pengolah menjadi lebih rendah. Pengaruh aspek penanganan
pasca panen terhadap masing-masing komoditas berbeda antara satu dengan lainnya. Akan tetapi
untuk memperoleh ilustrasi terhadap pengaruh ini digunakan komoditas jagung seperti diterangkan
berikut ini.
Factor mutu komoditas jagung secara sederhana meliputi kadar air, butir rusak dan butir warna
lain serta kotoran yang dapat terikut selama kegiatan pasca panen. Jenis factor mutu jagung yang
terpengaruh oleh penanganan panen dan pasca panen.

C. PENANGANAN YANG SEGERA


Setiap komoditas dibidang pertanian memerlukan penanganan yang segera dan tepat sehingga
penurunan mutu dapat ditekan serendah mungkin. Demikian juga halnya dengan komoditas buji-
bijian seperti padi, jagung dan kacang-kacangan.
Penundaan kegiatan kegiatan penjemuran karena berbagai alas an dapat merusak mutu jagung.
Hal yang perlu dicegah adalah tumbuhmnya jamur dan cendawan yang ditandai dengan warna
kehitam-hitaman, kehijau-hijauan atau putih. Salah satu jamur yang sering tumbuh disebut
aspergillus sp. Yang dapat menghasilkan racun aflatoxin yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Jamur dapat dimatikan dengan pemanasan, tetapi racun yang telah dikeluarkan oleh jamur tidak dapat
ditangkal dengan pemanasan.
Kasus kontaminasi aflatoksin pada komoditas jagung adalah permasalahan yang sangat penting
diperhatikan dan dicarikan solusinya agar tidak berdampak buruk pada penghasilan petani.

D. STANDAR MUTU KOMODITAS

Standar mutu adalah salah satu keterangan pasar yang sangat penting dan merupakan acuan
melakukan system perdagangan secara memuaskan antara produsen dan konsumen. Standar mutu jagung
yang berlaku di pasaran pada umumnya berdasarkan tingkat kadar air biji, presentase biji rusak dan
presentase kotoran.

PENANGANAN PASCA PANEN

Kegiatan pasca panen jagung dimulai dari pemanenan sampai siap dikonsumsi, umumnya berupa
pipilan kering, beras jagung, dan tepung jagung (26, 27). Penanganan pasca panen jagung terdiri dari
serangkaian kegiatan sebagai berikut:

1. Pemanenan, meliputi kegiatan penentuan waktu panen, pemungutan hasil, pengumpulan, dan
pengangkutan ketempat proses selanjutnya.
2. Pengupasan, meliputi kegiatan pelepasan kulit, pemisahan kulit, pemisahan jagung tongkol muda
dan rusak sehingga dihasilkan jagung baik.
3. Pengeringan, meliputi kegiatan mengangkut jagung ke tempat pengeringan, proses pengeringan
jagung, mengangkut jagung kering ke tempat selanjutnya.
4. Pemipilan, meliputi kegiatan melepas biji dari tongkol, memisahkan tongkol, memisahkan
kotoran dan mengangkut jagung pipilan kering ketempat proses selanjutnya.
5. Penyipanan, merupakan kegiatan mempertahankan kondisi bahan dari susut dan penurunan mutu,
sebelum digunakan atau diproses selanjutnya.
6. Pengangkutan, meliputi kegi;atan pewadahan atau pengemasan bahan dan pemindahan guna
proses selanjutnya.
7. Peningkatan daya guna jagung, pati jagung, sirup jagung, gula jagung dan minyak jagung, untuk
keperluan pangan dan bahan industry.
8. Peningkatan daya guna hasil sampingan dan limbah, meliputi kegiatan pembuatan biobriket dan
biogas dari bahan baku batang, daun, kulit, dan tongkol jagung untuk keperluan energy.
9. Grading dan standarisasi, meliputi kegiatan tehnik pengambilan contoh, penentuan standard an
klasifikiasi mutu.

Di Indonesia, kegiatan butir 1 sampai 6 umumnya dilakukan oleh petani. Kegiatan grading dan
standarisasi dilakukan oleh BULOG dan KUD, sedangkan pendayagunaan hasil, banyak
digunakan oleh sektor perindustrian.
Secara skematis, urutan proses penanganan pasca panen jagung ini dapat dilihat pada gambar
1, sedangkan pada gambar 2 ditunjukan bagian proses pembuatan tepung jagung sebagai hasil
sampingan.

Masalah Pasca Panen

Penanganan pasca panen jagung menyangkut masalah teknis, sosial dan ekonomi yang saling
berkaitan. Dari sudut teknis, masalah utama adalah sebagian besar produksi jagung dipanen pada
musim hujan (41), sering menimbulkan kerusakan dan kehilangan. Berikut disajikan
penggolongan masalah-masalah yang ada pada penanganan pasca panen..

Teknologi penanganan pasca panen jagung bila ditinjau dari segi teknis telah banyak
dihasilkan, tetapi teknologi yang tepat guna dari sudut social dan ekonomi bagi berbagai tingkat
terlaksana ( prosesor ) untuk menekan kehilangan, masih sangat terbatas. Oleh karena itu tingkat
kehilangan pasca panen masih tinggi sekitar 20-28% untuk palawija ( 11,16 ). Penanganan basah,
terutama pada pemanenan musim hujan dengan kadar air sekitar 35%, ketersediaan paket
teknologi pengolahan masih terbatas.

PEMANENAN

Pemanenan merupakan tahap awal yang sangat penting dari seluruh rangkaian kegiatan
penanganan pasca panen jagung, karena tidak hanya berpengaruh terhadap kuantitas hasil panen
melainkan juga berpengaruh terhadap kualitasnya.

Penentuan saat panen

Ada dua istilah yang biasa di gunakan untuk menentukan saat panen yang optimal, yaitu masak dan
matang. Kedua istilah tersebut sering saling di pertukarkan. Untuk menghindarkan salah pengertian maka
perlu di jelaskan hal berikut.

1. Biji jagung di sebut masak [mature] Apa bila berat kering [dry matter] individu butiran jagung
tersebut telah mencapai maksimum.
2. Biji jagung di sebut matang [Ripe] apabila kadar air individu butiran tersebut sudah mengalami
penurunan dan mendekati kadar air keseimbangan dengan kelembaban udara sekitarnya.
Pemipilan jagung adalah pemisahan biji jagung dari kelobot dan tongkolnya. Dalam proses pembijian
, tidak dapat dihindari terjadinya kerusakan mekanis pada butiran jagung, yang besarnya
proposionalnya terhadap kadar air butiran.

Teknik pengambilan contoh

Dasar pengambilan contoh yang objektif ialah mengambil sebagian buji secara cermat dari
kelompok biji sehingga mencerminkan sifat kelompok biji tersebut secara keseluruhan. Secara teoritis,
kelompok biji bisa diasumsikan sebagai campuran yang homogeny, tetapi dalam prakteknya hal tersebut
sangat langkah terjadi. Suatau kelompok biji mempunyai tingkat heterogenitas sendiri-sendiri, dengan
keragaman yang dapat terjadi di lapang maupun selama penanganan pasca panen. Oleh karena itu untuk
pengambilan contoh harus digunakan tingkat homogenitas yang dapat diterima.

Peralatan grading dan standarisasi

1. Timbangan
2. Kipas pembersih
3. Ayakan
4. Peralatan tangan
5. Alat pembesar
6. Mat pengukur kadar air
7. Mesin penggilingan
8. Desikator
9. Condrometer

TUJUAN PASCA PANEN

Untuk mempertahankan kualitas komoditas holtikultura

Adapun tindakan tersebut adalah:

 Pemanenan
 Pencucian
 Sortasi dan grading (pengkelasan)
 Pengemasan
 Pengangkutan dan pemasaran
KMD periode pasca panen- mulai dari produk tersebut dipanen sampai produk dikonsumsi/
diproses lebih lanjut.

Cara pemetikan yang baik: dengan alat petik berkantong yang dapat diatur panjang pendeknya. Sebelum
mengetahui penenganan pasca panen, harus mengetahui factor -2 yang mempengaruhi:

o Biologi:
Respirasi, produksi etilen, perubahan nkomposisi kimia, tingkat kehilangan air.
o Lingkungan:
Suhu, kelembaban, komposisi atmosfer, etilen pada tempat.
A. Pemanenan
Cara panen yang tepat:
 Hindari kerusakan secara mekanis
 Hanya buah yang benar-2 memenuhi pesyaratan panen
 Jangan diletakan dimpat yang terkena matahari langsung
 Sebaiknya diangin-anginkan/dioprecoli
Mutu buah yanf baik diperoleh dengan baik jika dipanen dengan :
 Pada tingkat kematangan yang cukup
 Dilakukan pada suhu udara yang belum terlalu panas
 Produk harus diletakan pada yang teduh
 Dilakukan dengan hati-2 dan harus bebas dari luka binti penyakit dan kerusakan
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai