A. Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai
dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible.
Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan behubungan dengan respon inflamasi
paru terhadap partikel atau gas yang beracun/ berbahaya. Istilah penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructif Pulmonary Disease (COPD) ditujukan
terhambatnya arus udara pernapasan. Istilah ini mulai dikenal pada akhir 1950an dan
tersebut bisa terletak pada saluran pernapasan maupun pada parenkim paru. Kelompok
penyakit yang dimasksud adalah Bronkitis Kronik (masalah dalam saluran pernapasan),
emfisema (masalah dalam parenkim). Ada beberapa ahli yang menambahkan ke dalam
kelompok ini yaitu Asma Bronkial Kronik, Fibrosis Kistik dan Bronkiektasis. Secara logika
penyakit asma bronkial seharusnya dapat digolongkan ke dalam golongan arus napas
yang terhambat, tetapi pada kenyataannya tidak dimasukkan ke dalam golongan PPOK.
Suatu kasus obstruksi aliran udara ekspirasi dapat digolongkan sebagai PPOK bila
obstruksi aliran udara ekspirasi tersebut cenderung progresif. Kedua penyakit tadi
(bronkitis kronik, emfisema) hanya dapat dimasukkan ke dalam kelompok PPOK jika
keparahan penyakitnya telah berlanjut dan obstruksinya bersifat progresif. Pada fase
kecil. Pada PPOK yang stabil, ciri peradangan yang dominan adalah banyaknya sel
neutrofilik yang ditarik oleh IL-8. Walaupun jumlah limfosit juga meningkat, namun yang
meningkat hanya sel T CD8 helper tipe 1. Berbeda pada asma, yang dominan adalah
eosonofi, sel mast, dan sel T CD4 helper tipe 2. Ketika terjadi eksaserbasi akut pada
PPOK maka jumlah eosonofil meningkat tiga puluh kali lipat. Perbedaan jenis sel yang
kortikosteroid.
B. Epidemologi
dengan faktor alergi dan hiperreaktifitas bronkus. Di daerah perkotaan, insiden PPOM 1
½ kali lebih banyak daripada pedesaan. Bila seseorang pada saat anak-anak sering
batuk, berdahak, sering sesak, kelak pada masa tua timbul emfisema.
Faktor risiko penyakit paru obstruktif (PPOK) adalah hal-hal yang berhubungan
dan atau yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya PPOK pada seseorang atau
jauh lebih penting dari factor penyebab yang lainnya. Dalam pencatatan riwayat
1. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
2. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-
rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
c. Hipereaktiviti bronkus
C. Anatomi Pulmo
thorax pada waktu inspirasi dan expirasi. Bentuknya dipengaruhi oleh organ-organ yang
berada disekitarnya. Pulmo terdiri dari pulmo kiri dan pulmo kanan. Pulmo kiri terdiri
D. Patofisiologi
karena inflamasi saluran napas atau bronkospasme akut atau keduanya. Sesuatu yang
dapat memicu serangan ini sangat bervariasi antara satu individu dengan individu yang
lain. Beberapa hal diantaranya adalah alergen, polusi udara, infeksi saluran nafas,
kecapaian, perubahan cuaca, makanan, obat atau ekspresi yang berlebihan. Faktor lain
keterbatasan aliran udara yang bersifat akut ini bervariasi sesuai dengan rangsangan.
Allergen akan memicu terjadinya bronkokonstriksi akibat dari pelepasan Ig-E dependent
dari mast sel saluran pernapasan dari mediator, termasuk di antaranya histamin,
prostaglandin, leukotrin, sehingga akan terjadi kontraksi otot polos. Keterbatasan aliran
udara yang bersifat akut ini kemungkinan juga terjadi oleh karena saluran pernapasan
pada pasien asma sangat hiper responsif terhadap bermacam-macam jenis rangsangan.
Pada kasus asma akut mekanisme yang menyebabkan bronkokonstriksi terdiri dari
kombinasi antara pelepasan mediator sel inflamasi dan rangsangan yang bersifat lokal
atau refleks saraf pusat. Akibatnya keterbatasan aliran udara timbul oleh karena adanya
pembengkakan dinding saluran napas dengan atau tanpa kontraksi otot polos.
oleh inflamasi saluran pernapasan dan atau peningkatan tonus otot polos bronkioler
merupakan gejala serangan asma akut dan berperan terhadap resistensi aliran,
hiperinflasi pulmoner dan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi (V/Q). Apabila tidak
dilakukan koreksi terhadap obstruksi saluran pernapasan ini akan terjadi gagal napas
gas dan kelelahan otot-otot pernapasan. Interaksi kardiopulmoner dan sistem kerja
akut. Gangguan ini akan menghambat aliran udara selama inspirasi dan ekspirasi dan
dapat dinilai dengan tes fungsi paru yang sederhana seperti peak expiratory flow rate
(PEFR) dan FEV1 (Forced Expiration Volume). Ketika terjadi obstruksi aliran udara saat
ekspirasi yang relatof cukup berat akan menyebabkan pertukaran aliran udara yang
kecil untuk mencegah kembalinya tekanan alveolar terhadap tekanan atmosfer maka
akan terjadi hiperinflasi dinamik. Besarnya hiperinflasi dapat dinilai dengan derajat
penurunan kapasitas cadangan fungsional dan volume cadangan. Fenomena ini dapat
pula dapat terlihat pada foto thoraks, yang memperlihatkan gambaran volume paru
Hiperinflasi paru akan meningkatkan after load pada ventrikel kanan oleh karena
E. Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala
ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda
1. Gambaran klinis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisis
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rutin
b. Pemeriksaan khusus
F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
- Mencegah eksaserbasi berulang
- Edukasi
- Obat – obatan
- Terapi oksigen
- Nutrisi
- Rehabilitasi
1. Edukasi
PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK
adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah
Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari pencetus dan
memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan dari asma.
berulang pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya.
Edukasi dapat diberikan di poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat
ataupun di ICU dan di rumah. Secara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi
atau klinik konseling, karena memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat
peraga. Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK,
aktivitas dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualiti hidup
pasien PPOK.
Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat
5. Penyesuaian aktivitas
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan
a. Berhenti merokok
ditegakkan
c. Penggunaan oksigen
- Berapa dosisnya
d. Tanda eksaserbasi :
- Sputum bertambah
langsung ke pokok permasalahan yang ditemukan pada waktu itu. Pemberian edukasi
sebaiknya diberikan berulang dengan bahan edukasi yang tidak terlalu banyak pada
Ringan
Sedang
Berat
2. Obat-obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat
- Golongan antikolinergik
penderita.
- Golongan xantin
panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa
atau puyer untuk mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk suntikan bolus
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1
c. Antibiotika
d. Antioksidan
N - asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak
e. Mukolitik
sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi
f. Antitusif
3. Terapi Oksigen
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal
kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ lainnya. Manfaat oksigen :
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
4. Nutrisi
kebutuhan energy akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia
Antropometri
pipi)
mengatasi masalah, karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan
ventilasi semenit oxygen comsumption dan respons ventilasi terhadap hipoksia dan
hiperkapni. Tetapi pada PPOK dengan gagal napas kelebihan pemasukan protein dapat
karena berkurangnya fungsi muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan
Hipofosfatemi
Hiperkalemi
Hipokalsemi
Hipomagnesemi
nutrisi dengan komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan waktu pemberian yang
lebih sering.
5. Rehabilitas PPOK
yang disertai:
multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog. Program
rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihan
Latihan ini diprogramkan bagi penderita PPOK yang mengalami kelelahan pada
pernapasan ini akan besar manfaatnya. Apabila ke dua bentuk latihan tersebut
bisa dilaksanakan oleh penderita, hasilnya akan lebih baik. Oleh karena itu bentuk
pada otot pernapasan, maka porsi latihan otot pernapasan diperbesar, sebaliknya
apabila didapatkan CO2 darah tinggi dan peningkatan ventilasi pada waktu latihan
Endurance exercise,
Respons kardiovaskuler tidak seluruhnya dapat terjadi pada penderita
otot kaki. Pada penderita PPOK berat, kelelahan kaki mungkin merupakan faktor
penurunan kekuatan otot, diameter serat otot, penyimpangan energi dan activiti
enzim metabolik. Berbaring ditempat tidur dalam jangka waktu yang lama
Psikososial
Status psikososial penderita perlu diamati dengan cermat dan apabila
Latihan Pernapasan
Tujuan latihan ini adalah untuk mengurangi dan mengontrol sesak napas.
Teknik latihan meliputi pernapasan diafragma dan pursed lips guna memperbaiki
ventilasi dan menyinkronkan kerja otot abdomen dan toraks. Serta berguna juga