Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Judul : Ektraksi Kafein dan Pemurniannya dengan Proses Sublimasi


TujuanPercobaan :
- Mempelajari teknik pemisahan kafein dari teh menggunakan prinsip ektraksi pelarut
polar-non polar.
- Mempelajari teknik pemurnian melalui proses sublimasi.
Pendahuluan
Teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Terdapat 3.000
jenis teh yang berasal dari satu jenis tanaman dengan hasil perkawinan silangnya. Teh
merupakan salah satu minuman yang populer di dunia dengan posisi berada pada urutan
kedua setelah air. Kepopulerannya tersebut dikarenakan teh mempunyai rasa dan aroma
yang aktraktif. Teh diklasifikasikan ke dalam tiga jenis berdasarkan proses pengolahannya,
yaitu teh fermentasi (teh hitam), teh semi fermentasi (teh oolong), dan teh tanpa fermentasi
(teh hijau) (Rohdiana et al., 2005).
Daun teh mengandung beberapa zat kimia yang dapat digolongkan menjadi
empat. Keempat golongan itu adalah substansi fenol, bukan fenol (karbohidrat, pektin,
alkaloid, protein, asam amino, klorofil, asam organik), senyawa aromatis, dan enzim. Daun
teh kering terdapat kira-kira 3% kafein. Kandungan inilah yang menimbulkan rasa nikmat
dari air teh. Daun teh yang termuda mengandung kafein yang terbanyak, yaitu 3-4%, daun
kelima dan keenam 1,5%, sedang dalam tangkai hanya terdapat 0,5% kafein (Adisewojo,
1964).
CH3

N N O

N
N CH3
H3C O

Gambar 1. Struktur Kafein


Kafein atau 1,3,5-trimetilxantin adalah basa yang sangat lemah dalam air atau
alkohol tidak terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih dengan
berat molekul 194,19 g/mol. Titik leleh kafein berkisar antara 227 228C untuk anhidrat
dan 234 235C untuk monohidrat. Titik didih kafein adalah 178C. Kelarutannya dalam
air bergantung pada variasi suhu yaitu 2,17 g/100 mL (25C); 18,0 g/100 mL (80C) dan
67,0 g/100 mL (100C) (Mumin et al., 2006).
Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu
serta diproduksi secara sintetis. Mayoritas produksi kafein bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan industri minuman. Kafein biasanya juga digunakan sebagai penguat rasa atau
bumbu pada berbagai industri makanan. Jumlah kafein yang terkandung di dalam teh
bergantung pada berbagai faktor seperti jenis daun teh, tempat tumbuhnya tanaman teh,
ukuran partikel teh, serta metode dan lamanya waktu penyeduhan. Kafein bekerja pada
sistem saraf pusat, otot jantung, dan ginjal. Pengaruh pada sistem saraf pusat terutama pada
pusat-pusat yang lebih tinggi. Kafein juga dapat meningkatkan kinerja dan hasil kerja otot,
merangsang pusat pernapasan, dan meningkatkan kecepatan bernafas. Kafein dapat
mengakibatkan ketagihan ringan, dimana orang yang biasa minum kopi atau teh akan
menderita sakit kepala pada pagi hari atau kira-kira setelah 12-16 jam dari waktu ketika
terakhir kali mengkonsumsinya. Metabolisme di dalam tubuh manusia akan mengubah
kafein menjadi lebih dari 25 metabolit, terutama paraxanthine, theobromine, dan
theophylline. Kafein yang di konsumsi terlalu banyak akan menyebabkan sakit maag,
insomnia, diuresis, pusing dan gemetaran (Utami, 2008).
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian
sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat
terlarut tersebut dari suatu pelarut ke pelarut lain. Campuran bahan padat dan cair
(misalnya bahan alami) biasanya tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode
pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Tujuan ekstraksi adalah untuk
menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam sampel. Ekstraksi didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi
pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Basset, 1994).
Penentuan kadar kafein dalam teh dapat dilakukan dengan menggunakan cara
ekstraksi pelarut. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu senyawa dari campurannya
dengan bantuan pelarut cair. Pemisahan ini terjadi berdasarkan kemampuan kelarutan yang
berbeda dari komponen-komponen dalam campuran tersebut. Zat terlarut antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur akan di transfer dari satu pelarut ke pelarut yang lain.
Ekstraksi pelarut merupakan proses pemisahan suatu campuran larutan berdasarkan pada
kecenderungan salah satu komponen untuk terlarut dalam pelarut yang digunakan. Zat cair
yang dapat melarutkan solut (zat terlarut) disebut sebagai diluen, sedangkan zat cair yang
dikontakkan dengan solut disebut solven. Solven harus mempunyai sifat yang tidak dapat
larut atau dapat larut di dalam diluent tetapi dalam jumlah yang terbatas. Proses ekstraksi
melibatkan dua tahapan, yaitu tejadinya kontak solven dengan diluen sehingga komponen
yang dapat larut (solut) akan berpindah ke solven dan terjadi pemisahan larutan dari diluen
sisa. Hasil yang mengandung konsentrasi solven terbesar dan konsentrasi cair terkecil
disebut ekstrak, sedangkan hasil yang mengandung konsentrasi solven terkecil dan
konsentrasi cair terbesar disebut rafinat (Fessenden, 1982).
Materila Safety Data Sheet (MSDS)
1. Diklorometana
Diklorometana disebut juga dengan metilen klorida dengan rumus kimia CH 2Cl2.
Diklorometana berbentuk cairan dengan berat molekul 84,93 gmol -1 dengan titik didih
sebesar 39,75C dan titik leleh sebesar -96,7C. Diklorometana memiliki tekanan uap
sebesar 46,5 kPa pada temperatur 20C. Diklorometana mudah larut dalam metanol, dietil
eter, oktanol, dan aseton, serta larut sebagian dalam air dingin. diklorometana sangat
berbahaya apabila mengenai mata, segera lepas kontak lens dan segera siram dengan air
mengalir selama 15 menit dan dianjurkan menggunakan air dingin (Anonim, 2017).
2. Sodium Sulfat Anhidrat
Sodium Sulfat Anhidrat Na2SO4 dengan berat molekul sebesar 142,06 gmol-1.
Sodium sulfat anhidrat memiliki bentuk fisik berupa padatan beruwarna putih dan berasa
asin. Natrium sulfat anhidrat memiliki titik didih sebesar 1100C dengan titik leleh 888C.
Sodium sulfat anhidrat larut dalam air, hidrogen iodida, dan gliserol serta tidak larut dalam
alkohol. Sodium sukfat anhidrat apabila mengenai kulit memiliki efek yang cukup
berbahaya karena dapat menyebabkan iritasi, segera cuci bagian kulit yang kontak dengan
sodium sukfat anhidrat sengan sabun desinfektan dan lumuri dengan krim antibakteri
(Anonim,2017).
3. Akuades
Akuades disebut juga dengan air , dengan rumus kimia H2O. Akuades memiliki
berat molekul 18,02 g mol-1 . Akuades memiliki titik didih sebesar 100 C , massa jenis 1 g
mol-1 dan derajat keasaman netral (pH 7). Akuades memiliki bentuk fisik berupa cairan
tidak berwarna , tidak berasa , dan tidak berbau. Akuades apabila mengenai mata, kulit ,
terhirup ataupun tertelan tidak menimbulkan efek yang berbahaya , sehingga tidak ada
perlakuan khusus untuk bagian tubuh yang kontak dengan akuades (Anonim, 2017).
4. Sodium Bikarbonat Anhidrat
Sodium Bikarbonat anhidrat memiliki rumus kimia NaHCO 3 dengan berat
molekul sebesar 84,01 gmol-1. Sodium bikarbonat nahidrat memiliki bentuk fisik berupa
padatan berwarna putih dengan warna asin. Sodium nikarbonat anhidrat memiliki densotas
sebesar 2,159. Sodium bikarbonat anhidrat larut dalam air dan alkohol. Sodium bikarbonat
anhidrat meiliki efek berbahaya apabila mengenai mata, segera cuci dengan air mengalir
selama 15 menit (Anonim,2017).
5. Natrium Klorida
Natrium klorida disebut juga dengan garam dapur, dengan rumus kimia NaCl.
Natrium klorida memiliki berat molekul sebesar 58,44 gmol-1 . Natrium klorida memiliki
bentuk fisik berupa padatan berwarna putih , dan berasa asin. Natrium klorida memiliki
titik didih sebesar 1413C dan titik leleh sebesar 801C serta memiliki pH netral. Natrium
klorida larut dalam air , gliserol, amonia, dan tidak larut dalam asam klorida. Natrium
klorida memiliki efek yang berbahaya apabila mengenai mata, segera siram dengan air
mengalir selama 15 menit dan dianjurkan menggunakan air dingin (Anonim, 2017).
Prinsip Kerja
Prinsip percobaan ini adalah ekstraksi kafein dan pemurniannya dengan metode ektraksi
polar-nonpolar serta pemurnian dengan sublimasi
Alat
Beaker, gelas ukur 100mL, erlenmeyer, corong pisah, corong buchner, gelas arloji, neraca
analitik, hot plate, rotary evaoprator, alat penentu titik leleh.
Bahan
Sodium Bikarbonat Anhidrat,
Prosedur Kerja

Timbang 5 buah tea bag atau 5 gram teh tubruk, lalu masukkan dalam beaker
glass 250 mL. Tambahkan 75 mL aquades dan 5 gram sodium karbonat anhidrat. Tutup
beaker dengan gelas arloji lalu didihkan selama 10 menit. Jika tea bag muncul
kepermukaan air, tekan dengan batang pengaduk agar tenggelam. Dekantasi cairan
panas (I) tersebut pada erlenmeyer 150 mL. Kemudian diambahkan 30 mL aquades pada
beaker glass awal dan didihkan kembali. Lalu dekantasi cairannya jadikan satu dengan
cairan (I). Dinginkan ekstrak teh tersebut. Jika menggunakan teh tubruk sebagai sampel,
maka saring cairan menggunakan buchner agar terpisah dari padatannya. Ekstrak the
dimasukkan pada corong pisah dan tambahkan 3 gram NaCl, lalu ekstrak dengan 15 mL
diklorometana. Kocok corong pisah dengan pelan dan berhati-hati, jangan terlalu kuat
seperti saat anda melakukan ekstraksi eugenol. Diamkan corong pisah beberapa waktu.
Pisahkan lapisan bawah yang berisi fraksi diklorometana. Ekstrak kembali lapisan atas
dengan 15 mL diklorometana dengan menggunakan corong pisah. Gabung fraksi
diklorometana yang diperoleh sekarang dengan fraksi sebelumnya. Ditambahkan sodium
sulfat anhidrat secukupnya hingga fasa diklorometana menjadi jernih. Dekantasi fraksi
diklorometana jernih, lalu evaporasi pelarut menggunakan rotary evaporator. Diambil
sebisa mungkin kafein yang terdapat dalam labu alas bulat rotary evaporator dan letakkan
dalam cawan petri yang telah ada diatas pemanas. Lalu tutup atasnya dengan 3 lembar
kertas saring dan tekan dengan beaker glass atau erlenmeyer 250 mL yang berisi 50 mL air.
Panaskan hot plate dengan setting medium. Amati apa yang terjadi! Setelah sekitar 5 atau
10 menit hentikan pemanasan dan biarkan sistem dingin kembali. Buang air dalam beaker
dengan hati-hati lalu gores atau kerok kafein murni yang menempel pada kertas saring dan
tampung dalam kertas saring baru yang sudah ditimbang sebelumnya. Amati wujud fisik
dari kafein yang diperoleh: bentuk, bau, warna, dan titik lelehnya! Bandingkan dengan
wujud fisik ekstrak kasar kafein yang diperoleh sebelum proses pemurnian.

No. Kegiatan Waktu


1. Preparasi 30 menit
2. Pendidihan teh 15 menit
3. Dekantasi 20 menit
4. Penyaringan 10 menit
5. Pemisahan dengan corong pisah 10 menit
6. Ekstraksi 10 menit
7. Evaporasi pelarut 20 menit
8. Pemanasan kafein 10 menit
Total 125 menit
Waktu

Data dan Perhitungan


A. Data
No Zat yang diuji Perlakuan Pengamatan
1 5 g teh bubuk + 75 Dicampur dan dipanaskan Teh tidak larut dan air sedikit
mL aquades + sodium berkurang karena menguap,
karbonat anhidrat dan cairan menjadi coklat tua
2 5 g teh bubuk + 75 Dipanaskan Warna larutan coklat tua pekat
mL aquades + sodium
karbonat anhidrat
3 sampel Dipisahkan antara filtrat Air berwarna coklat pekat
dengan residu dengan
buchner
4 + 30 mL aquades Ditambahkan dan diaduk Teh tidak larut dan filtrat
dekantasi ulang dan ditambahkan dengan yang
didinginkan sebelumnya
5 + 3 gram NaCl Ditambahkan dalam NaCl larut dalam sampel
sampel
6 Filtrat + 30 mL Dicampur dan dikocok Terbentuk 2 fasa. Atas lapisan
klorofom menggunakan corong air berwarna coklat pekat dan
pisah bawah lapisan klorofom
berwarna kuning pudar
bening.
7 Lapisan atas air + 30 Diekstrak lagi dengan Terbentuk 2 fasa. Atas lapisan
mL klorofom dicampur dan dikocok air berwarna coklat pekat dan
menggunakan corong bawah lapisan klorofom
pisah berwarna kuning pudar sedikit
keruh.
8 Ekstrak pemisahan awal Warna kuning pudar atas
digabung dengan ekstrak terdapat lapisan coklat keruh
pemisahan akhir pada permukaannya.
9 + sodium sulfat Ditambahkan dalam Sampel berubah menjadi
anhidrat sampel jernih
10 Hasil ekstrak Di evaporasi Terbenk padatan berwarna
putih

B. Perhitungan
Padatan yang di peroleh
Rendemen % = Massa Awal x 100%

Hasil
No Zat yang diuji Perlakuan Pengamatan
1 5 g teh bubuk + Dicampur dan dipanaskan Air sedikit berkurang karena
75mL aquades + 5 g menguap, dan cairan menjadi
sodium bikarbonat coklat pekat

2 Campuran air, teh Dipisahkan antara filtrat Air berwarna coklat pekat
dan natrium dengan residu dengan
bikarbonat corong buchner.

3 Residu ditambahkan Didihkan kembali dan di Larutan berwarna coklat


30 mL air saring menggunakan
corong bucner kembali

4 Diekstrak filtrat + 30 Sebelum diekstrak + NaCl Terbentuk 2 fasa. Atas lapisan


mL klorofom dicampur dan dikocok air berwarna coklat pekat dan
menggunakan corong bawah lapisan klorofom
pisah. Dipisahkan bagian berwarna kuning pudar bening.
bawah, kemudian bagian
atas diekstrak lagi
menggunakan 30 mL
klorofom.

5 Hasil 2 kali ekstraksi Ekstrak pemisahan awal Warna kuning pudar atas
digabung dengan ekstrak terdapat lapisan coklat keruh
pemisahan akhir pada permukaannya.
6 Hasil ekstraksi + Ditambahkan sodium Filtrat menjadi jernih
sodium sulfat sulfat anhidrat sampai
jernih

7 Hasil ekstrak Di evaporasi Larutan habis membentuk


padatan

8 Hasil ekstrak Di evaporasi Terbentuk padatan berwarna


putih

Pembahasan Hasil
Percobaan kali ini merupakan ekstraksi kafein. Kafein yang diekstraksi merupakan
kafein yang berasal dari teh. Berdasarkan ilmu kimia dan , proses pemisahan digunakan
untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa
kimia. Karena sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak
murni dan biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan
senyawa lain. Komponen utama dari teh adalah selulosa. Selulosa dalam sel tanaman
merupakan polimer dari glukosa, tidak larut dalam air, tapi tidak mengganggu proses
isolasi. Berdasarkan literatur, kafein yang terdapat dalam daun teh sebesar 3% dan kafein
larut dalam air, serta merupakan zat utama yang diekstraksi dalam larutan teh. Warna
coklat yang dihasilkan dari larutan teh disebabkan adanya pigmen dari flavonoid dan
klorofil sebagai hasil oksidasi. Ekstraksi kafein dari teh ini menggunakan ekstraksi padat-
cair dan ekstraksi cair-cair.
Ekstraksi padat-cair adalah proses pemisahan cairan dari padatan dengan
menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya. Ekstraksi padat-cair dilakukan dengan
mencampur bahan ekstraksi berupa padatan yaitu teh dengan pelarut yang digunakan
adalah air dan membiarkannya saling berkontak. Hal ini akan terjadi perpindahan massa
dengan cara difusi pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian
terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarutan ekstraksi. Teh dalam tea bag yang
digunakan memiliki berat 5 gram. Teh ini kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker
dan ditambahkan 30 ml akuades. Campuran tersebut kemudian dipanaskan sampai
mendidih. Salah satu faktor yang mempercepat ekstraksi adalah temperatur, kelarutan zat
terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan
kenaikan temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi. Sehingga dengan
pemanasan pada temperatur yang tinggi akan mempercepat pelarutan teh dalam air, begitu
pula senyawa-senyawa lain yang ada dalam teh tersebut dapat melarut lebih cepat pada
pelarut air. Larutan yang diperoleh kemudian di dekantasi sehingga kafein yang akan
diekstrak berasal dari kafein yang larut dalam air selama proses pemanasan. Larutan ini
kemudian disaring menggunakan corong buchner, dilakukan penyaringan agar dapat
memisahkan senyawa cairan dari senyawa padatan sehingga diperoleh filtrat yang berupa
cairan teh yang mengandung kafein dan tanin.
Filtrat teh ini dilakukan penambahan Na2CO3 sebanyak 75 ml. Filtrat teh secara
keseluruhan mengandung berbagai senyawa seperti tanin dan kafein. Sifat kedua molekul
tersebut relatif sama, dengan penambahan Na2CO3 ini akan memberikan sifat basa dan
pengendapan alkaloid sehingga diperoleh alkaloid dalam bentuk garamnya ataupun
alkaloid dalam bentuk basa bebas. Kafein dalam bentuk ini mampu diekstrak atau larut
dalam klorofom sedangkan senyawa tanin akan lebih melarut dalam fasa air dibandingkan
dengan kloroform.
Ekstraksi selanjutnya adalah ekstraksi cair-cair yang dilakukan dalam corong pisah.
Ekstraksi ini berdasarkan pelarut polar-nonpolar dimana pelarut yang digunakan terdapat
dua macam yaitu air yang bersifat polar dan klorofom yang bersifat nonpolar. Ekstraksi ini
juga berdasarkan perbedaan kerapatan, kerapatan yaitu besar antara pelarut dan bahan
ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Kerapatan klorofom lebih besar
daripada air yaitu sebesar 1,2361 gram/mL sedangkan kerapatan air sebesar 0,99602
gram/ml. Sehingga kloroform dengan kerapatan yang lebih besar daripada air akan berada
di bawah dan air berada di atas. Prinsip kerja pada ekstraksi ini adalah pemisahan senyawa
berdasarkan perbedaan kelarutan. Filtrat kemudian di ekstrak kafeinnya dengan
menambahkan pelarut kloroform sebanyak 30 ml didalam corong pisah. Fungsi
penambahan kloroform ini adalah untuk mengikat kafein yang ada di dalam teh. Sampel
juga ditambahkan NaCl dengan tujuan untuk mengikat pengotor selain zat yang
diperlukan. Campuran yang ada dalam corong pisah dikocok perlahan-perlahan. Apabila
ekstraksi kafein ini dikocok kuat akan mengakibatkan pembentukan emulsi dan ikatan
yang terbentuk antara air dan kafein yang bereaksi tidak terlalu kuat agar nantinya dapat
dipisahkan kembali. Kloroform merupakan bahan yang berbahaya, sehingga dalam
menggunakannya harus memperhatikan keselamatan kerja. Kloroform bersifat volatil
sehingga selama dilakukan pengocokan pasti akan menghasilkan produk samping berupa
gas. Semakin lama pengocokan tekanan udara didalam corong pisah akan lebih besar dari
pada diluar, untuk mengatasinya harus membuka penutup corong pisah secara perlahan
setelah dilakukan pengocokan kurang lebih 1 menit untuk mengeluarkan gas tersebut.
Campuran yang ada di dalam corong pisah didiamkan beberapa saat hingga terbentuk
dua fasa. Fasa atas berwarna coklat kehitaman yaitu fasa air, sedangkan fasa di bawah
berwarna kuning pucat yang merupakan kloroform. Kafein yang sebelumnya sudah dalam
keadaan basa akan mudah larut dan terekstrak ke dalam fasa kloroform. Sedangkan
senyawa lainnya seperti tanin akan tetap berada di dalam fasa air. Fasa bawah atau
kloroform kemudian dipisahkan dan ditampung di dalam erlenmayer. Fase atas yang
berwarna coklat kehitaman yang tersisa di dalam corong pisah diekstrak kembali dengan
menambahkan kloroform sebanyak 30 ml. Ekstraksi cair-cair ini dilakukan 2 x 30 ml,
artinya dilakukan ekstraksi sebanyak 2 kali dengan masing-masing ekstraksi menggunakan
30 ml klorofom. Metode ini lebih menguntungkan dari pada ekstraksi yang 1 x 60 ml,
dimana ekstraksi dilakukan 1 kali dengan menggunakan 60 ml kloroform. Ekstraksi 2 x 30
ml lebih menguntungkan karena, hasil senyawa yang akan terpartisi atau yang akan di
ekstrak akan lebih banyak daripada 1 x 60 ml. Sehingga penambahan kloroform yang
kedua kalinya ini bertujuan untuk mengikat kafein yang masih tersisa di dalam teh,
sehingga dapat diperoleh ekstrak kafein yang maksimal. Fase berwarna kuning pucat agak
keruh pada pencampuran kedua ini dikeluarkan, dan ditampung di dalam erlenmayer,
digabung dengan hasil pemisahan pertama.
Cairan ini kemudian dievaporasi dengan menggunakan penangas air. Evaporasi ini
bertujuan untuk mengupkan pelarut yaitu kloroform. Pelarut kloroform berbahaya,
sehingga evaporasi ini dilakukan di dalam lemari asam. Evaporasi ini dilakukan sampai
keseluruhan pelarut menguap dan menghasilkan kristal kafein yang menempel pada
dinding erlenmayer. Sublimasi tidak dilakukan karena hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan literatur, sehingga dilakukan pengujian dengan KLT. Ketika sampel diuji
menggunakan KLT dengan kafeisn standar ternyata terdapat kafein di dalam sampel.

Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil percobaan ini bahwa
1. Kafein dapat dipisahkan menggunakan ekstraksi pelarut dimana prinsip kerjanya adalah
memisahkan senyawa yang diinginkan berdasarkan perbedaan kelarutan, sifat kepolaran
serta perbedaan kerapatan. Proses pemisahan campurannya berdasarkan kecenderungan
salah satu komponen untuk terlarut dalam solvent yang digunakan.
2. Kafein yang diperoleh diuji dengan KLT menggunakan kafein standar.
Referensi
Adisewojo.1964. Jurnal Pembuatan Teh Rendah Kafein melalui Proses Ekstraksi dengan
Pelarut Etil Asetat. Semarang.

Basset,J.1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kualitatif Anorganik. Jakarta:Erlangga.

Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S. 1993. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Mumin, A et al. 2006. Determination and Characterization of Caffeine in Tea, Coffee, and
Soft Drink by Solid Phase Extraction and High Performance Luquid
Chromatography (SPE-HPLC). Malaysia: Malaysian Journal of Chemistry.

Rohdiana, et al. 2005.Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Jakarta: Penebar Swadaya.

Utami, N. 2008. Identifikasi Senyawa Alkohol dan Heksana Daun. Lampung: Universitas
Negeri Lampung
Nama Praktikan
Mochammad Syehfu Aref Ghozali (151810301043)

Anda mungkin juga menyukai