N N O
N
N CH3
H3C O
Timbang 5 buah tea bag atau 5 gram teh tubruk, lalu masukkan dalam beaker
glass 250 mL. Tambahkan 75 mL aquades dan 5 gram sodium karbonat anhidrat. Tutup
beaker dengan gelas arloji lalu didihkan selama 10 menit. Jika tea bag muncul
kepermukaan air, tekan dengan batang pengaduk agar tenggelam. Dekantasi cairan
panas (I) tersebut pada erlenmeyer 150 mL. Kemudian diambahkan 30 mL aquades pada
beaker glass awal dan didihkan kembali. Lalu dekantasi cairannya jadikan satu dengan
cairan (I). Dinginkan ekstrak teh tersebut. Jika menggunakan teh tubruk sebagai sampel,
maka saring cairan menggunakan buchner agar terpisah dari padatannya. Ekstrak the
dimasukkan pada corong pisah dan tambahkan 3 gram NaCl, lalu ekstrak dengan 15 mL
diklorometana. Kocok corong pisah dengan pelan dan berhati-hati, jangan terlalu kuat
seperti saat anda melakukan ekstraksi eugenol. Diamkan corong pisah beberapa waktu.
Pisahkan lapisan bawah yang berisi fraksi diklorometana. Ekstrak kembali lapisan atas
dengan 15 mL diklorometana dengan menggunakan corong pisah. Gabung fraksi
diklorometana yang diperoleh sekarang dengan fraksi sebelumnya. Ditambahkan sodium
sulfat anhidrat secukupnya hingga fasa diklorometana menjadi jernih. Dekantasi fraksi
diklorometana jernih, lalu evaporasi pelarut menggunakan rotary evaporator. Diambil
sebisa mungkin kafein yang terdapat dalam labu alas bulat rotary evaporator dan letakkan
dalam cawan petri yang telah ada diatas pemanas. Lalu tutup atasnya dengan 3 lembar
kertas saring dan tekan dengan beaker glass atau erlenmeyer 250 mL yang berisi 50 mL air.
Panaskan hot plate dengan setting medium. Amati apa yang terjadi! Setelah sekitar 5 atau
10 menit hentikan pemanasan dan biarkan sistem dingin kembali. Buang air dalam beaker
dengan hati-hati lalu gores atau kerok kafein murni yang menempel pada kertas saring dan
tampung dalam kertas saring baru yang sudah ditimbang sebelumnya. Amati wujud fisik
dari kafein yang diperoleh: bentuk, bau, warna, dan titik lelehnya! Bandingkan dengan
wujud fisik ekstrak kasar kafein yang diperoleh sebelum proses pemurnian.
B. Perhitungan
Padatan yang di peroleh
Rendemen % = Massa Awal x 100%
Hasil
No Zat yang diuji Perlakuan Pengamatan
1 5 g teh bubuk + Dicampur dan dipanaskan Air sedikit berkurang karena
75mL aquades + 5 g menguap, dan cairan menjadi
sodium bikarbonat coklat pekat
2 Campuran air, teh Dipisahkan antara filtrat Air berwarna coklat pekat
dan natrium dengan residu dengan
bikarbonat corong buchner.
5 Hasil 2 kali ekstraksi Ekstrak pemisahan awal Warna kuning pudar atas
digabung dengan ekstrak terdapat lapisan coklat keruh
pemisahan akhir pada permukaannya.
6 Hasil ekstraksi + Ditambahkan sodium Filtrat menjadi jernih
sodium sulfat sulfat anhidrat sampai
jernih
Pembahasan Hasil
Percobaan kali ini merupakan ekstraksi kafein. Kafein yang diekstraksi merupakan
kafein yang berasal dari teh. Berdasarkan ilmu kimia dan , proses pemisahan digunakan
untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa
kimia. Karena sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak
murni dan biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan
senyawa lain. Komponen utama dari teh adalah selulosa. Selulosa dalam sel tanaman
merupakan polimer dari glukosa, tidak larut dalam air, tapi tidak mengganggu proses
isolasi. Berdasarkan literatur, kafein yang terdapat dalam daun teh sebesar 3% dan kafein
larut dalam air, serta merupakan zat utama yang diekstraksi dalam larutan teh. Warna
coklat yang dihasilkan dari larutan teh disebabkan adanya pigmen dari flavonoid dan
klorofil sebagai hasil oksidasi. Ekstraksi kafein dari teh ini menggunakan ekstraksi padat-
cair dan ekstraksi cair-cair.
Ekstraksi padat-cair adalah proses pemisahan cairan dari padatan dengan
menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya. Ekstraksi padat-cair dilakukan dengan
mencampur bahan ekstraksi berupa padatan yaitu teh dengan pelarut yang digunakan
adalah air dan membiarkannya saling berkontak. Hal ini akan terjadi perpindahan massa
dengan cara difusi pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian
terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarutan ekstraksi. Teh dalam tea bag yang
digunakan memiliki berat 5 gram. Teh ini kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker
dan ditambahkan 30 ml akuades. Campuran tersebut kemudian dipanaskan sampai
mendidih. Salah satu faktor yang mempercepat ekstraksi adalah temperatur, kelarutan zat
terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan
kenaikan temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi. Sehingga dengan
pemanasan pada temperatur yang tinggi akan mempercepat pelarutan teh dalam air, begitu
pula senyawa-senyawa lain yang ada dalam teh tersebut dapat melarut lebih cepat pada
pelarut air. Larutan yang diperoleh kemudian di dekantasi sehingga kafein yang akan
diekstrak berasal dari kafein yang larut dalam air selama proses pemanasan. Larutan ini
kemudian disaring menggunakan corong buchner, dilakukan penyaringan agar dapat
memisahkan senyawa cairan dari senyawa padatan sehingga diperoleh filtrat yang berupa
cairan teh yang mengandung kafein dan tanin.
Filtrat teh ini dilakukan penambahan Na2CO3 sebanyak 75 ml. Filtrat teh secara
keseluruhan mengandung berbagai senyawa seperti tanin dan kafein. Sifat kedua molekul
tersebut relatif sama, dengan penambahan Na2CO3 ini akan memberikan sifat basa dan
pengendapan alkaloid sehingga diperoleh alkaloid dalam bentuk garamnya ataupun
alkaloid dalam bentuk basa bebas. Kafein dalam bentuk ini mampu diekstrak atau larut
dalam klorofom sedangkan senyawa tanin akan lebih melarut dalam fasa air dibandingkan
dengan kloroform.
Ekstraksi selanjutnya adalah ekstraksi cair-cair yang dilakukan dalam corong pisah.
Ekstraksi ini berdasarkan pelarut polar-nonpolar dimana pelarut yang digunakan terdapat
dua macam yaitu air yang bersifat polar dan klorofom yang bersifat nonpolar. Ekstraksi ini
juga berdasarkan perbedaan kerapatan, kerapatan yaitu besar antara pelarut dan bahan
ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Kerapatan klorofom lebih besar
daripada air yaitu sebesar 1,2361 gram/mL sedangkan kerapatan air sebesar 0,99602
gram/ml. Sehingga kloroform dengan kerapatan yang lebih besar daripada air akan berada
di bawah dan air berada di atas. Prinsip kerja pada ekstraksi ini adalah pemisahan senyawa
berdasarkan perbedaan kelarutan. Filtrat kemudian di ekstrak kafeinnya dengan
menambahkan pelarut kloroform sebanyak 30 ml didalam corong pisah. Fungsi
penambahan kloroform ini adalah untuk mengikat kafein yang ada di dalam teh. Sampel
juga ditambahkan NaCl dengan tujuan untuk mengikat pengotor selain zat yang
diperlukan. Campuran yang ada dalam corong pisah dikocok perlahan-perlahan. Apabila
ekstraksi kafein ini dikocok kuat akan mengakibatkan pembentukan emulsi dan ikatan
yang terbentuk antara air dan kafein yang bereaksi tidak terlalu kuat agar nantinya dapat
dipisahkan kembali. Kloroform merupakan bahan yang berbahaya, sehingga dalam
menggunakannya harus memperhatikan keselamatan kerja. Kloroform bersifat volatil
sehingga selama dilakukan pengocokan pasti akan menghasilkan produk samping berupa
gas. Semakin lama pengocokan tekanan udara didalam corong pisah akan lebih besar dari
pada diluar, untuk mengatasinya harus membuka penutup corong pisah secara perlahan
setelah dilakukan pengocokan kurang lebih 1 menit untuk mengeluarkan gas tersebut.
Campuran yang ada di dalam corong pisah didiamkan beberapa saat hingga terbentuk
dua fasa. Fasa atas berwarna coklat kehitaman yaitu fasa air, sedangkan fasa di bawah
berwarna kuning pucat yang merupakan kloroform. Kafein yang sebelumnya sudah dalam
keadaan basa akan mudah larut dan terekstrak ke dalam fasa kloroform. Sedangkan
senyawa lainnya seperti tanin akan tetap berada di dalam fasa air. Fasa bawah atau
kloroform kemudian dipisahkan dan ditampung di dalam erlenmayer. Fase atas yang
berwarna coklat kehitaman yang tersisa di dalam corong pisah diekstrak kembali dengan
menambahkan kloroform sebanyak 30 ml. Ekstraksi cair-cair ini dilakukan 2 x 30 ml,
artinya dilakukan ekstraksi sebanyak 2 kali dengan masing-masing ekstraksi menggunakan
30 ml klorofom. Metode ini lebih menguntungkan dari pada ekstraksi yang 1 x 60 ml,
dimana ekstraksi dilakukan 1 kali dengan menggunakan 60 ml kloroform. Ekstraksi 2 x 30
ml lebih menguntungkan karena, hasil senyawa yang akan terpartisi atau yang akan di
ekstrak akan lebih banyak daripada 1 x 60 ml. Sehingga penambahan kloroform yang
kedua kalinya ini bertujuan untuk mengikat kafein yang masih tersisa di dalam teh,
sehingga dapat diperoleh ekstrak kafein yang maksimal. Fase berwarna kuning pucat agak
keruh pada pencampuran kedua ini dikeluarkan, dan ditampung di dalam erlenmayer,
digabung dengan hasil pemisahan pertama.
Cairan ini kemudian dievaporasi dengan menggunakan penangas air. Evaporasi ini
bertujuan untuk mengupkan pelarut yaitu kloroform. Pelarut kloroform berbahaya,
sehingga evaporasi ini dilakukan di dalam lemari asam. Evaporasi ini dilakukan sampai
keseluruhan pelarut menguap dan menghasilkan kristal kafein yang menempel pada
dinding erlenmayer. Sublimasi tidak dilakukan karena hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan literatur, sehingga dilakukan pengujian dengan KLT. Ketika sampel diuji
menggunakan KLT dengan kafeisn standar ternyata terdapat kafein di dalam sampel.
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil percobaan ini bahwa
1. Kafein dapat dipisahkan menggunakan ekstraksi pelarut dimana prinsip kerjanya adalah
memisahkan senyawa yang diinginkan berdasarkan perbedaan kelarutan, sifat kepolaran
serta perbedaan kerapatan. Proses pemisahan campurannya berdasarkan kecenderungan
salah satu komponen untuk terlarut dalam solvent yang digunakan.
2. Kafein yang diperoleh diuji dengan KLT menggunakan kafein standar.
Referensi
Adisewojo.1964. Jurnal Pembuatan Teh Rendah Kafein melalui Proses Ekstraksi dengan
Pelarut Etil Asetat. Semarang.
Mumin, A et al. 2006. Determination and Characterization of Caffeine in Tea, Coffee, and
Soft Drink by Solid Phase Extraction and High Performance Luquid
Chromatography (SPE-HPLC). Malaysia: Malaysian Journal of Chemistry.
Utami, N. 2008. Identifikasi Senyawa Alkohol dan Heksana Daun. Lampung: Universitas
Negeri Lampung
Nama Praktikan
Mochammad Syehfu Aref Ghozali (151810301043)