Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TERMODINAMIKA KIMIA

KEKENTALAN DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN

Oleh :
Nama : Mochammad Syehfu Aref Ghozali
NIM : 151810301043
Kelompok :1
Asisten : Eka Ditasari

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekentalan merupakan suatu sifat fluida akibat adanya gaya gesekan antara molekul
zat cair dengan gaya kohesi pada molekul itu sendiri. Gesekan inilah yang menimbulkan
adanya hambatan pada aliran zat cair. Suatu zat cair memiliki kemampuan untuk menahan zat
padat yang dimasukkan kedalamnya akibat adanya gesekan antara zat cair tersebut dengan
permukaan zat padat sehingga pada kondisi tertentu,sehingga zat padat yang dijatuhkan dari
ketinggian tertentu dalam zat cair suatu saat akan memiliki kecepatan yang konstan atau
kecepatan terminal, hal inilah yang disebut dengan kekentalan atau viskositas.
Beberapa zat cair dapat mengalir lebih mudah dari zat cair yang lain. Sifat tersebut
merupakan karakteristik bagi cairan untuk melawan aliran yang dinamakan viskositas. Cairan
memiliki gaya gesek yang lebih besar dari pada gas sebagai fluida. Viskositas gas bertambah
dengan naiknya temperatur, sedangkan viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur.
Koefisiean viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak bergantung tekanan, tetapi
untuk cairan naik dengan naiknya tekanan.
Aplikasi viskositas sering kita jumpai pada oli motor. Seiring dengan pemakaian motor
maka kekentalan oli motor pun akan turun karena terjadi kenaikan temperatur saat motor
digunakan atau dengan kata lain terjadi pemanasan oli sering terjadi pada mesin motor,
akibatnya perlu adanya penggantian oli motor secara berkala untuk menunjang performa
mesin motor.

1.2 Tujuan
Mengamati angka kekentalan relatif suatu zat cair dengan menggunakan air sebagai
pembanding.
Menentukan tenaga pengaktifan aliran.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades
Akuades disebut juga dengan air , dengan rumus kimia H2O. Akuades memiliki berat
molekul 18,02 g mol-1 Akuades memiliki titik didih sebesar 100 C , massa jenis 1 g mol -1 dan
derajat keasaman netral (pH 7). Akuades memiliki bentuk fisik berupa cairan tidak berwarna
, tidak berasa , dan tidak berbau. Akuades apabila mengenai mata, kulit , terhirup ataupun
tertelan tidak menimbulkan efek yang berbahaya , sehingga tidak ada perlakuan khusus untuk
bagian tubuh yang kontak dengan akuades (Anonim, 2016).
2.1.2 Aseton
Aseton memiliki rumus kimia C3H6O , dengan berat molekul sebesar 58,08 g mol -1 .
aseton memiliki bentuk fisik cairan , berbau aromatik ,dan berasa pedas. Titik didih aseton
sebesar 56,2 C dan titik leleh sebesar -95,35C. Aseton memiliki tekanan uap sebesar 24 kPa.
Aseton mudah larut dalam air. Aseton apabila mengenai kulit dapat menimbulkan iritasi , cara
penanganan pada kulit yang kontak dengan aseton yaitu cuci dengan sabun desinfektan dan
tutupi kulit dengan krim anto bakteria, segera hubungi tim medis untuk mendapatkan
perhatian lebih lanju t(Anonim, 2016). .
2.1.3 Alkohol
Alkohol disebut juga dengan metanol, dan memiliki rumus kimia CH 3OH , denggan
berat molekul 32,04 g mol-1 . alkohol memiliki bentuk fisik cairan , tidak berwarna , dan
berbau khas. Alkohol memiliki titik didih sebesar 64,5 C dan titik leleh sebesar -97,8C
dengan temperatur kritis 240C. Alkohol memiliki tekanan uap sebesar 12,3 kPa pada 20 C.
Alkohol dapat larut dalam pelarut air. Alkohol apabila tertelan memiliki efek yang berbahaya,
jangan dimuntahkan kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh tenaga medis, dan jangan
pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Kendurkan pakaian
ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau pinggang. Dapatkan perhatian medis dengan
segera (Anonim, 2016).

2.2 Tinjauan Pustaka


Viskositas fluida adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak , atau
benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan yang ditimbulkan ini disebut
juga dengan derajat kekentalan zat cair. Semakin besar viskositas zat cair , maka semakin
terhambat gerakan zat padat dalam fluida tersebut. Gaya yang berperan dalam viskositas zat
cair yaitu gaya kohesi antar partikel zat cair (Bird, 1993).
Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan aliran cairan.
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju alir cairan yang melalui tabung silinder. Cara
ini merupakan salah satu cara paling mudah untuk digunakan pada fluida gas maupun cairan
(Bird,1993).
Koefisien kekentalan zat cair adalah sifat daya tahan zat cair terhadap aliran cairan.
Koefisien kekentalan zat cair dapat dihitung dengan membandingkan waktu yang digunakan
zat cair tersebut untuk mengalir dan massa jenis zat cair tersebut dengan nilai koefisien
kekentalan suatu zat tertentu yang telah diketahui. Viskositas dalam zat itu sendiri disebabkan
adanya gaya kohesi antar moeluk dan tumbukan yang terjadi antar molekul (Sukarjo , 2004).
Aliran dalam viskosirtas dikelompokkan menjadi dai tipe , yaitu aliran laminer atau
aliran kental dan aliran turbulen. Aliran laminer merupakan laju alir yang menggambarkan
aliran suatu zat cair melalui pipa berdiameter kecil, sedangkan aliran turbulen merupakan laju
alir yang menggambarkan aliran suatu zat cair melalui pipa dengan diameter yang lebih besar.
Konsep aliran ini digunakan sebagai dasar dalam viskometer, yaitu alat pengukur kekentalan
(Bird, 1993).
Tipe cairan dalam viskositas dibedakan menjadi dua, yaitu cairan tipe newtonian dan
non-newtonian, adapun penjelasan darikedua tipe cairan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Cairan newtonian adalah cairan yang viskositasnya berubah dengan berubahnya gaya
irisan. Aliran ini adalah aliran kental sejati. Contohnya adalah air , sirup , minyak, dan
gelatin. Cairan newtonian dibedakan menjadi dua jenis , yaitu cairan yang memiliki harga
viskositas tinggi disebut viscous , dan yang memiliki harga viskositas rendah disebut
mobile.
2. Cairan non-newtonian adalah cairan yang viskositasnya berubah dengan adanya
perubahan gaya irisan dan dipengaruhi kecepatan tidak linear
(Atkin, 1996).
Viskositas suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor , faktor-faktro tersebut
antara lain sebagai berikut :
1. Ukuran molekul
Viskositas suatu zat akan naik seiring dengan naiknya berat molekul , serta viskositas
akan meningkat jika ikatan rangkap yang dimiliki semakin banyak.

2. Gaya tarik intra molekul


Semakin kuat gaya tarik intra molekul , maka semakin besar pula hambatan alir suatu
zat tertentu, sehingga viskositasnya juga semakin tinggi.
3. Temperatur
Semakin tinggi temperatur maka semakin rendah nilai viskositasnya, hal ini
disebabkan gaya-gaya antar partikel pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan,
dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair maka akan menyebabkan turunnya
viskositas dari zat cair tersebut. Semakin tinggi suhu maka cairan akan semakin encer, karena
kerapatan komponen penyusun zat cair semakin renggang. Viskositas akan menjadi lebih
tinggi apabila temperatur mengalami penurunan ,karena pada saat suhu diturunkan maka
partikel-partikel penyusun zat tersebut tersebut tidak mengalami gerakan sehingga gaya gesek
yang bekerja juga semakin besar.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan , maka semakin besar pula viskositas suatu fluida. Tekanan
yang besar mengakibatkan jarak partikel semakin kecil , sehingga gaya yang terjadi antar
partikel menyebabkan terjadinya hamabatan pada laju aliran atau viskositas.
5. Waktu
Semakin besar nilai kekentalan suatu zat cair waktu yang dipakai untuk mengalir
semakin lama, artinya semakin kental suatu zat maka waktu yang dibutuhkan untuk mengalir
semakin lama, sedangkan semakin rendah kekentalan zat cair maka waktu laju alir yang
dibutuhkan semakin cepat
(Atkin, 2006).
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran suatu zat cair melalui tabung
berbentuk silinder dan cara ini dapat digunakan untuk cairan maupun gas. Harga kekentalan
mutlak suatu zat sukar untuk ditentukan sehingga dalam prakteknya yang dicari adalah
kekentalan relatifnya yaitu perbandingan antara kekentalan zat tertentu dengan kekentalan zat
lainnya sebagai perbandingan. Perbandingan inilah yang digunakan sebagai acuan dalam
menentukan suatu kekentalan (Sukardjo, 2004).
Viskositas dapat ditentukan viskometer oswald. Sejumlah zat cair dimasukkan dalam
viskometer yang dilakukan dalam termostat , cairan kemudian dihisap dengan pompa ke
dalam bola B , hingga permukaan cairan di bawah batas a. Cairan dibiarkan mengalir ke
bawah dan waktu yang diperlukan untuk mengalir dari a ke b dihitung dan dicatat. Percobaan
diulangi dengan cairan pembanding setelah dibersihkan , sehingga dapat ditentukan t 1 dan t2.
Pecobaan dengan cara ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan
tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh cairan itu
sendiri melalui batas a dan b dapat diukur (Respati, 1981).
Viskositas dapat juga ditentukan dengan cara hoppler yang didasarkan pda hukum
stokes. Hukum stokes berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair. Benda bulat
(bola) dengan jari-jari (r) dan massa jenis (i) yang jatuh karena gaya gravitasi melalui fluida
yang memiliki massa jenis () tertentu akan mempunyai gaya gravitasi sebesar :
6rv = (3/4)r3 ( -i)g ... (2.1)
(Atkin, 2004).
Benda yang jatuh memiliki kecepatan yang makin lama makin besar , tetapi dalam
medium yang memiliki gaya gesek , misalnya pada fluida tertentu, akan terapat gaya gesek
yang semakin besar apabila kecepatan benda bertambah besar. Sistem yang mencapai
kesetimbangan , besarnya kecepatan benda jatuh akan tetap. Persamaan Navier-Stokes
merupakan serangkaian persamaan yang menjelaskan pergerakan dari suatu fluida seperti
cairan dan gas. Persamaan persamaan ini menyatakan bahwa perubahan dalam momentum
partikel partikel fluida bergantung pada gaya viskos internal (Sukarjo, 2004)
Pengaruh dari kekentalan terhadap energi pengaktifan suatu aliran adalah semakin
tinggi tingkat kekentalan suatu zat cair maka energi pengaktifan akan semakin kecil sehingga
akan memperlambat aliran dari zat tersebut, tetapi jika semakin rendah kekentalan suatu zat
cair maka energi pengaktifannya semakin besar dan akan mempercepat aliran (Sukarjo,2004).

BAB 3. METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Viskometer
Piknometer
Corong
Stopwatch
Neraca
Beaker
3.1.2 Bahan
Akuades
Aseton
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Cara Ostwald

ditentukan kerapatan dengan piknometer


Akuades
diisikan kedalam piknometer dengan volume lebih tinggi dengan batas
paling atas (stopwatch dihidupkan) , setelah mengalir sampai tanda paling
bawah dicatat waktu (stopwatch dimatikan)
dilakukan prosedur yang sama untuk aseton
dilakukan tiga kali pengulangan dengan variasi suhu 27C, 33C,36C

Hasil

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1 Pengolahan Data
4.1.1 Akuades
T (oC) T (K) 1/T (K) Massa t rata- g air (poise)
( )
rata (s) m
(g)
27 300 0,00333 7,402 0,58 0,96 0,8545

33 306 0,00326 7,435 0,50 0,92 0,7523

36 309 0,00323 6,696 0,45 0,91 0,7085


4.1.2 Aseton
T (oC) T (K) 1/T (K) Massa t rata- g ln E
( )
rata (s) m
(g) aseton (J/mol)
(poise)
27 300 0,00333 9,760 0,49 0,73 0,549 -0,560 13177,96
33 306 0,00326 9,405 0,46 0,72 0,541 -0.614

36 309 0,00323 9,316 0,43 0,66 0,490 -0.713

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang kekentalan dan energi pengaktifan aliran.
Metode yang digunakan dalam penetuan kekentalan ini yaitu metode ostwald. Metode Oswald
berdasarkan hukum Heagen Poiseuille berdasarkan prinsip waktu yang digunakan oleh fluida
tertentu untuk mengalir pada pipa kapiler akibar dari adanya gaya berat dari fluida itu sendiri.
Alat yang digunakan disebut viskometer , viskometer berbentuk seperti tabung U dan
memiliki dua pipa yang terdiri dari satu pipa kapiler dan satu pipa besar. Fluida tertentu
dimasukkan sampai batas tertentu, kemudia di sedot menggunakan ball pipet hingga mencapai
batas atas dari viskometer. Fluida tersebut kemudian dibiarkan mengalir sampai batas bawah
dari beaker. Waktu alir yang dibutuhkan oleh fluida tertentu digunakan untuk mengalir pada
pipa kapiler dibandingkan dengan fluida lain yang digunakan sebagai pembanding. Fluida
yang digunakan sebagai pembanding umumnya adalah air. Massa jenis dari zat juga diukur
dengan menggunakan alat yang diseubut piknometer. Piknometer adalah salah satu alat yang
digunakan untuk mengukur massa jenis atau densitas fluida. Fluida adalah suatu zat yang bisa
mengalami perubahan-perubahan bentuknya secara terus-menerus bila terkena tekanan/gaya
geser walaupun relatif kecil atatu bisa juga dikatakan suatu zat yang mengalir, kata fluida
mencakup zat cair, gas, air, dan udara karena zat-zat ini dapat mengalir.Sebaliknya batu dan
benda-benda keras (seluruh zat-zat padat tidak dapat dikategorikan sebagai fluida karena zat-
zat tersebut tidak bisa mengalir secara kontinu).
Semakin tinggi temperatur maka semakin rendah nilai viskositasnya, hal ini
disebabkan gaya-gaya antar partikel pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan,
dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair maka akan menyebabkan turunnya
viskositas dari zat cair tersebut. Semakin tinggi suhu maka cairan akan semakin berkurang
kekentalannya, karena kerapatan penyusun zat cair semakin renggang. Viskositas akan
menjadi lebih tinggi apabila temperatur mengalami penurunan ,karena pada saat suhu
diturunkan maka partikel-partikel penyusun zat tersebut tersebut tidak mengalami gerakan
sehingga gaya gesek yang bekerja juga semakin besar.
Langkah pertama dalam percobaan ini yaitu menentukan massa jenis. Bahan yang
digunakan yaitu aseton dan air sebagai pembanding. Pengukuran massa jenis dilakukan
dengan memasukkan zat ke dalam piknometer 10,205 mL kemudian menimbangnya sebanyak
tiga kali. Pengulangan sebanyak tiga kali ini bertujuan agar didapatkan hasil rata-rata
sehingga dapat diperoleh data yang presisi. Massa jenis zat yang diukur pertama kali adalah
massa jenis air, data diperoleh dari pembagian massa dengan mengurangkan berat piknometer
yang berisi bahan dengan piknometer kosong sehingga diperoleh massa bahan sebenarnya,
sedangkan volume diperoleh dari pengukuran dengan piknometer. Data-data tersebut
kemudian diolah sehingga diperoleh massa jenis bahan, yaitu air. Air digunakan sebagai
pembanding untuk menentukan zat yang akan dicari kekentalannya. Pengukuran bahan lain
yang digunakan sebagai bahan target adalah aseton, perlakuan yang sama dilakukan pada
aseton seperti pada air untuk mengetahui massa jenis aseton. Pengukuran massa jenis ini
dilakukan pada tiga variasi temperatur yang berbeda yaitu pada suhu 27C , 33C, dan 36C,
berdasarkan percobaan terdapat pengaruh temperatur suatu zat terhadap massa jenisnya.
Semakin tinggi temperatur , maka massa jenis akan semakin menurun. Ketika temperatur naik
maka interaksi antar molekulnya akan menurun dan pergerakan partikel menjadi lebih cepat.
Penurunan interaksi ini akan mengakibatkan rapatan molekul juga menurun sehingga
massanya juga menurun. Karena massa jenis dipengaruhi oleh massa suatu zat, maka pada
temperatur yang meningkat massa jenis suatu zat akan menurun. Sebaliknya ketika temperatur
diturunkan pergerakan partikel berkurang, interaksi antar molekunya menjadi lebih besar, dan
rapatannya meningkat sehingga massa dari suatu zat akan bertambah. Massa yang bertambah
akan menyebabkan massa jenis suatu zat meningkat.

Langkah kedua yaitu penentuan kekentalan, alat yang digunakan yaitu viskometer.
Prinsip kerja viskometer yaitu cairan yang dialirkan melalui tabung U dengan ujung pipa
kapiler yang tersambung ke pipa lain dengan ukuran yang berbeda , bagian pipa kapiler yang
berisi cairan dihisap dan diukur waktu yang dibutuhkan untuk cairan melewati tanda batas
awal dan akhir. Bahan yang digunakan yaitu air dan aseton. Air digunakan sebagai
pembanding dengan aseton. Berdasarkan percobaan dengan pengulangan sebanyak tiga kali
dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang presisi dengan variasi suhu 27 C, 33C dan 36C
diperoleh data semakin meningkatnya suhu maka waktu yang dibutuhkan untuk cairan
melewati tanda batas semakin cepat, baik pada akuades maupun aseton.

Kekentalan suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui massa jenis dan waktu alir,
massa jenis diperoleh dengan pengukuran menggunakan piknometer sedangkan waktu alir
diperoleh dari pengukuran menggunakan viskometer. Massa jenis dan kecepatan alir zat yang
dicari kekentalannya dibandingkan dengan massa jenis dan kecepatan alir air sebagai
pembanding. Berdasarkan perhitungan diperoleh kekentalan aseton dengan air sebagai
pembanding seperti pada grafik. Hubungan kekentalan dengan temperatur dapat dijelaskan
dengan grafik hubungan ln terhadap 1/T, yaitu sebagai berikut :
Grafik ln terhadap 1/T
0.000
0 0 0 0 0 0 0
-0.100

-0.200

-0.300

lln -0.400 Linear ()


-0.500

-0.600 f(x) = 1585.71x - 5.83


R = 0.88
-0.700

-0.800

1/T

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa kekentalan berbanding terbalik


dengan temperatur, artinya semakin meningkat temperatur maka kekentalannya semakin
menurun , begitu juga sebaliknya semakin menurun temperatur maka semakin meningkat
kekentalannya. Hasil tersebut telah sesuai dengan literatur (Atkin, 2006) yang menyatakan
bahwa Semakin tinggi temperatur maka semakin rendah nilai viskositasnya, hal ini
disebabkan gaya-gaya antar partikel pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan,
dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair maka akan menyebabkan turunnya
viskositas dari zat cair tersebut. Semakin tinggi suhu maka cairan akan semakin encer, karena
kerapatan komponen penyusun zat cair semakin renggang. Viskositas akan menjadi lebih
tinggi apabila temperatur mengalami penurunan ,karena pada saat suhu diturunkan maka
partikel-partikel penyusun zat tersebut tersebut tidak mengalami gerakan sehingga gaya gesek
yang bekerja juga semakin besar.

Kekentalan suatu zat juga dapat digunakan untuk mengetahui besar energi pengaktifan
dari suatu zat. Energi pengaktifan aliran adalah energi yang dibutuhkan untuk mengaktifkan
gerakan gerakan zat cair secara kontinu sehingga menghasilkan sebuah aliran. Semakin kental
suatu zat cair maka energi pengaktifan semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat
kekentalan maka waktu yang dibutuhkan oleh suatu zat cair untuk bergerak mengalir akan
semakin cepat, sehingga energi pengaktifannya semakin kecil. Berdasarkan perhitungan
diperoleh energi pengaktifan untuk aseton sebesar 13,18 kJ mol-1 .
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

a. Angka kekentalan zat cair dapat ditentukan dengan cara oswald menggunakan air
sebagai pembanding, dimana semakin tinggi suhu maka semakin rendah angka
kekentalannya. Berdasarkan percobaan kekentalan aseton pada variasi suhu tertentu yaitu
0,549 poise (@27C) , 0,541 poise (@33) dan 0,490 poise (@36C).

b. Besarnya tenaga pengaktifan zat cair dengan menggambarkan grafik antara ln dan 1/T
yaitu pada aseton 13,18 kJ/mol

5.2 Saran
Praktikum sebaiknya dilakukan dengan cepat dan cekatan sebab dalam hal ini
pengaruh suhu sangat menentukan tingkat kerapatan zat, apabila tidak secepat mungkin
dilakukan prosedur selanjutnya dalam praktikum secara runtut maka akan terjadi sedikit
perubahan suhu yang berpengaruh pada data.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. MSDS Akuades. http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9927321. [23


Oktober 2016].

Anonim. 2016. MSDS Aseton. http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9927062. [23


Oktober 2016].

Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta : PT. Gramedia.

Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga

Sukardjo. 1989. Kimia Fisik. Yogyakarta : Rineka Cipta


LAMPIRAN

Massa piknometer = 29,490 gram.

gram
Volume cairan = 10,250 cm 3

1. Menghitung massa jenis

m
=
v

- Akuades

9,760 g g 9,405 g g
27oC = = =0,96 o = =0,92
10,205 mL mL 33 C = 10,205 mL mL

9,316 g g
36oC = = =0,91
10,205 mL mL

- Aseton
7,402 g g
27oC = = =0,73
10,205 mL mL

7,345 g g
33oC = = =0,72
10,205 mL mL

6,696 g g
36oC = = =0,66
10,205 mL mL

2. Kekentelan

tx x
=
t air air air

- Ratarataaquades

Rata-rata aquades 27oC

0,58+0,57+0,59
t rata- rata = =0,58
3

Rata-rata aquades 33oC

0,53+ 0,46+0,51
t rata- rata = =0,50
3

Rata-rata aquades 36oC

0,44+0,45+0,47
t rata- rata = =0,45
3

- Ratarataaseton

Rata-rata aseton 27oC

0,48+0,50+0,48
t rata- rata = =0,49
3

Rata-rata aseton 33oC

0,46+0,46+0,46
t rata- rata = =0,46
3
Rata-rata aseton 36oC

0,43+ 0,45+0,42
t rata- rata = =0,43
3

- Menghitung kekentalan

0,49 x 0,73 0,306


27oC = = 0,58 x 0,96 0,8545= 0,557 =0,549

0,46 x 0,72 0,249


33oC = = 0,50 x 0,92 0,7523= 0,460 =0,541

0,43 x 0,66 0,201


36oC = = 0,45 x 0,91 0,7085= 0,410 =0,490

Pengolahan Data

T (oK) 1/T massa akuades massa t rata-rata t rata-rata


(oK) (gram) aseton(gram) akuades (s) aseton (s)
300 0,0033 0,96 0,73 0,58 0,49
3
306 0,0032 0,92 0,72 0,50 0,46
7
309 0,0032 0,91 0,66 0,45 0,43
4

(massa (massa air ln

jenis) jenis) aseton aseton

0,96 0,73 0,8545 0,549 -0.560


0,92 0,72 0,7523 0,541 -0.614
0,91 0,66 0,7085 0,490 -0.713

ln aseton 1/T (oK)

-0.560 0,00333
-0.614 0,00327
-0.713 0,00324

Grafik ln terhadap 1/T


0.000
0 0 0 0 0 0 0
-0.100

-0.200

-0.300

lln -0.400 Linear ()


-0.500

-0.600 f(x) = 1585.71x - 5.83


R = 0.88
-0.700

-0.800

1/T

y = 1585.x - 5.830

R = 0.877

E=m x R

J
E=1585 K x 8,314
mol K

J kJ
13177,96 =13,18
mol mol

Anda mungkin juga menyukai