Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Judul : Ekstraksi Pigmen dan Analisa TLC-nya


Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pemisahan senyawa pigmen (karotenoid)
dari sampel padatan
2. Mempelajari teknik analisa tin layer chromatography (TLC)
Pendahuluan
Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, atau
merah orange yang sering ditemukan pada tumbuhan, kulit, cangkang atau kerangka luar
(eksoskeleton) hewan air serta hasil laut lainnya seperti molusca (calm, oyster, scallop),
crustacea (lobster, kepiting, udang), dan ikan (salmon, trout, sea beam, kakap merah dan
tuna). Karotenoid juga banyak ditemukan pada kelompok bakteri, jamur, ganggang, dan
tanaman hijau (Winarno, 1997).
Karotenoid termasuk dalam kategori tetrapenoid yang dapat dibedakan dalam dua
jenis yaitu :
a. Karotenoid dengan molekul yang mengandung oksigen, seperti lutein, zeaxanthin,
yang dikenal dengan xanthophill;
b. Karotenoid yang tidak mengandug molekul oksigen, seperti -karoten, -karoten,
likopen yang dikenal dengan karoten. Karoten hanya mengandung karbon dan hirogen.
Struktur dari karotenoid adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur -karoten


H3C CH3 CH3 CH3
O

CH3 CH3
CH3

Gambar 2. Struktur -karoten


(Herianto, 2008)
KLT (kromatografi lapis tipis) atau Thin Layer Chromatography (TLC) adalah
pemisahan campuran oleh dua atau lebih senyawa yang berbeda melalui distribusi antara
dua fase (fase diam dan fase gerak). Metode tersebut bergantung pada perbedaan
kelarutan, atau adsorpsivitas dari substansi untuk terpisah relatif terhadap dua fasa
dimana sampel akan terpartisi. Fase diam dalam TLC merupakan silika yang terikat pada
lempengan aluminium. Silika merupakan substansi atau senyawa polar karena
permukaan kristalnya mengandung gugus polar hidroksi (OH). Fase geraknya
merupakan sistem pelarut organik yang dengan perilaku kapiler dimana terus bergerak
ke atas melewati lempengan silika (Day dan Underwood, 2006).
Sampel yang ditotolkan pada pelat silika akan terpartisi dalam pelarut yang terus
bergerak keatas dan juga tertahan dalam fasa stationernya. Proses ini disebut dengan
pengembangan pada pelat TLC. Campuran dalam sampel akan terpisah sesuai dengan
kesetimbangan distribusinya terhadap pelarut dan adsorben. Senyawa yang lebih non
polarakan terdistribusi lebih baik pada pelarut yang bergerak sehingga akan melaju lebih
cepat dibandingkan senyawa yang lebih polar karena lebih tertahan dengan pelat silika.
Laju ini perbedaannya ditandai dengan jarak tempuh senyawa yang berbeda, akan
menjadi dasar dalam analisa TLC dengan melalui penentuan Rf, retention factor. Pigmen
yang terkait dalam percobaan ini adalah senyawa karotenoid. Senyawa kaarotenoid

diantaranya yaitu -karoten, lycopene, lutein, klorofil, astaxanthin dan alain-lain.

Rumus Rf adalah sebagai berikut :


jarak tempuh substansi
Rf = jarak tempuh pelarut

(Tim Penyusun, 2017)


Material Safety Data Sheet (MSDS)
1. Aseton (C3H6O)

Aseton merupakan cairan tidak berwarna yang berbau mint. Aseton memiliki rumus
kimia C3H6O, berat molekul 58,08 g/mol, titik didih 56,2C (133,2F), titik leleh
-95,35C (-139,6F), dan dapat larut dalam air dingin maupun air panas. Aseton
berbahaya bila kontak kulit (iritasi, permeator), kontak mata (iritasi), tertelan dan
terhirup. Pertolongan pertama bila terhirup adalah pindah ke udara segar dan segera beri
perawatan medis (Sciencelab, 2017).
2. Heksana (C6H14)
Heksana merupakan cairan tidak berwarna yang berbau seperti bensin. Heksana
memiliki rumus kimia C6H14, berat molekul 86,18 g/mol, titik didih 68 C, titik leleh
sebesar -95 C dan dapat mudah larut dalam dietil eter dan aseton tetapi tidak larut
dalam air dingin dan air panas. Heksana dapat menyebabkan iritasi pada saluran
pernafasan yang ditandai dengan batuk dan bersin. Pertolongan pertama jika heksana
terhirup adalah pindahkan korban ke tempat yang terdapat udara segar (Sciencelab,
2017).
Prinsip Kerja
Kromatografi Lapis Tipis merupakan metode pemisahan kimia yang didasarkan
pada perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Kromatografi
lapis tipis memiliki dua fase yaitu fase diam (berupa lapis tipis silika atau alumina) dan
fase gerak (pelarut atau campuran pelarut (eluen) yang sesuai). Fase gerak akan bergerak
disepanjang fasa diam dibawah pengaruh kapiler (ascending), pengaruh gravitasi
(desending) atau pengaruh potensial listrik.

Alat
Mortar, pestle, spatula, tabung reaksi, chamber TLC, gelas ukur, pipet tetes, pinset,
penggaris, lampu UV.
Bahan
Aseton, kertas saring, pelarut aseton:heksana (3:7), lempeng silika.
Prosedur Kerja
Preparasi sampel, dipotong-potong kecil 5 gram sampel (daun, buah atau umbi)
yang sudah bersih dan kering (dengan jumlah air minimum). Digerus sampel
menggunakan mortar dan pastle dengan menambahkan aseton 5 mL, Didekantasi larutan
ekstrak sambil diperas padatan yang tersisa menggunakan spatula (pada dinding mortar)
hingga maksimum diperoleh atau digunakan bantuan kertas saring unutk memeras pasta
tersebut. Dimasukkan ektrak dalam tabung reaksi atau vial 5mL (sampel). Disiapkan
chamber TLC dan ditempatkan pelarut aseton : heksana (3:7) kira-kira setinggi 0,5 cm.
Ditempatkan lempeng silika ukuran tertentu, yang sebelumnya telah ditotolkan sedikit

sampel ekstrak: sampel 1 dan sampel 2 ( 1 cm dari batas bawah kertas). Diambil

lempeng dengan menggunakan pinset dan dikeringkan. Jika sudah kering, amati
pemisahan pigmen yang terjadi pada lempeng menggunakan sinar UV. Diukur jarak
yang ditempuh senyawa dan pelarut tersebut, dihitung faktor retensi (R f) untuk masing-
masing komponen.
Waktu yang dibutuhkan

No Kegiatan Pukul Waktu yang dibutuhkan


1. Preparasi alat 14.20-14.35 WIB 15 menit
2. Dekantasi 14.35-15.05 WIB 30 menit
3. Ekstraksi sampel 15.05-16.05 WIB 60 menit
4. Isolasi sampel 16.05-16.35 WIB 30 menit
5. Pengukuran Rf 16.35-16.50 15 menit
Data
Massa Tomat Tumbuk (1) : 5 gram
Massa Tomat Tumbuk (2) : 10 gram
Volume aseton : 5 mL
Jarak yang ditempuh oleh pelarut : 5,5 cm
Jarak yang ditempuh oleh karotenoid (1) : 0,20 cm
Jarak yang ditempuh oleh karotenoid (2) : 0,25 cm
Perhitungan
Jarak yang ditempuh olehkomponen
Rf = Jarak yang ditempuh oleh pelarut
Jarak yang ditempuh olehkomponen 0,2cm
Rf1= = =0,04
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 5,5 cm
Jarak yang ditempuh olehkomponen 0,25 cm
Rf1= = =0,045
Jarak yang ditempuh oleh pelarut 5,5 cm

No Gambar Keterangan
1. Tomat dihaluskan dan terdapat cairan
berwarna merah keorangean

2. Penambahan aseton 5 mL, warna menjadi


orange, karoten terekstrak
3. Padatan dipisahkan dari pelarutnya, dan
diambil residunya untuk diambil
ekstraknya.

4. Hasil ekstrak dipindah dalam tabung


reaksi, pada ekstrak tomat 10 gram warna
lebih merah dibandingkan ekstrak tomat 5
gram

5. Chamber berisi larutan pengembang


benzene : heksana dan sampel mulai di uji

6. Hasil kromatografi lapis tipis dengan jarak


komponen 1 dan 2 berturut-turut adalah
0,02 dan 0,025 cm dengan nilai Rf
masing-masing 0,04 dan 0,045.

Pembahasan
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya
dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi
menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain
dalam campuran. Pelarut polar akan melarutkan padatan yang polar dan pelarut non
polar akan melarutkan padatan non polar karena senyawa dengan kepolaran yang hampir
sama akan aling melarutkan. Teknik ekstraksi lainnya misalnya menggunakan air untuk
mengambil pigmen alami dari tumbuhan seperti daun. Ekstraksi pigmen adalah proses
pemisahan pigmen dari suatu bahan campurannya dalam jaringan tumbuhan
menggunakan suatu pelarut.
Pemisahan pigmen dari tumbuhan, dapat dilakukan dengan kromatografi lapis
tipis atau TLC dan dalam proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis fase gerak
berasal dari larutan pengembang berupa larutan volatil yang dapat menjenuhkan
chamber .Selain itu, kondisi yang jenuh berperan untuk memudahkan proses elusi.
Kromatografi lapis tipis bertujuan untuk mengisolasi komponen dari campurannya.
Kromatogarfi lapis tipis ini ini menggunakan pelat silika sebagai fase diam dan larutan
pengembang sebagai fase gerak.
Langkah pertama pada percobaan ini adalah persiapan plat (lempeng silika)
untuk kromatografi, harus dibuat garis atas dan garis bawah dengan ukuran 1 cm pada
lempeng silika untuk mempermudah menghitung jarak noda yang terelusi sehingga R f
noda dapat dihitung dan komponen senyawa dari noda bayam dapat di analisis. Garis-
garis ini harus dibuat dengan menggunakan pensil, tidak boleh menggunakan bulpoin
atau alat tulis lain yang menggunakan tinta karena apabila menggunakan tinta maka tinta
dari alat tulis akan ikut terelusi pada saat kromatografi berlangsung sehingga dapat
mempengaruhi proses kromatografi dan apabila menggunakan pensil, karbon dari pensil
tidak akan ikut terelusi karena karbon bersifat inert sehingga tidak mempengaruhi proses
kromatografi.
Langkah kedua yaitu pembuatan sampel dari ekstraksi tomat. Bauh tomat
dihancurkan dan dihaluskan menggunakan mortar dan alu. Tomat yang telah dihaluskan
kemudian ditimbang beberapa gram dan dilarutkan dalam aseton. Tujuan dari pelarutan
tersebut yaitu untuk mengekstrak karotenoid yang akan dilakukan analisi TLC-nya.
Ektraksi menggunakan pelarut aseton karena aseton memiliki sifat kepolaran yang
hampir sama dengan karotenoid yaitu bersifat nonpolar. Sampel yang telah terekstraksi
kemudian didekantasi dan tomat yang telah diekraksi diperas untuk mengeluarkan lebih
banyak kandungan karotenoid di dalamnya, namun sebenarnya yang terekstraksi
bukanlah hanya senyawa karotenoid tetapi juga senyawa lain yang terkandung
didalamnya. Metode ekstraksi ini sebenarnya kurang efektif untuk analsisi TLC dari
karotenoid.
Langkah berikutnya yaitu ditempatkan plat (lempeng silika) yang sebelumnya
telah ditotolkan sedikit sampel fraksi I, sampel fraksi II, pada TLC chamber yang sudah
terisi pelarut aseton:heksana (3:7) setinggi 0,5 cm. pelarut aseton:heksana (3:7) ini
berfungsi sebagai fasa geraknya. Sampel ditutup dalam chamber yaitu untuk
menghindari penguapan dan untuk menjenuhkan chamber agar proses penyerapan lebih
mudah. Setelah pelarut mencapai tanda batas yang telah ditentukan. Lempeng silika
tersebut diangkat dan dikeringkan, kemudian diamati pemisahan pigmen yang terjadi
pada lempeng menggunakan sinar UV. Hasil yang didapatkan yaitu berupa noda-noda
pada lempeng silica tersebut,. Namun noda-noda ini belum pasti senyawa -karoten,
klorofil a, dan klorofil b, karena banyak senyawa yang memiliki warna yang sama dan
untuk mengetahui dengan pasti jenis noda-noda ini merupakan senyawa -karoten,
klorofil a dan klorofil b maka harus dihitung harga R f nya, karena harga Rf merupakan
identitas dari suatu senyawa. Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi
lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan perpindahan suatu senyawa pada
kromatogram. Harga Rf dihitung dengan menggunakan persamaan:
jarak yang ditempuh senyawa
Rf =
jarak yang ditempuh pelarut
dimana jarak yang ditempuh oleh senyawa yang didapatkan dari masing-masing
fraksi pada percobaan ini yaitu sebesar 0,20 cm; 0,25 cm; dan untuk jarak yang
ditempuh pelarut didapatkan hasil sebesar 5,5 cm. Setelah dihitung didapatkan nilai R f
dari masing-masing fraksi adalah fraksi I sebesar 0,04, fraksi II sebesar 0,045. Harga Rf
ini menunjukkan noda-noda tersebut bukan senyawa -karoten, klorofil a, dan klorofil b
karena berdasarkan literatur harga Rf klorofil a, klorofil b dan -karoten masing-masing
sebesar 0,4; 0,38; dan 0,625. Namun bisa saja noda-noda tersebut merupakan senyawa
yang dimaksud mengingat warna-warna dari noda tersebut hampir sama dengan warna
noda yang ada dalam literatur dan sering kali harga Rf berbeda dari satu kertas ke kertas
lainnya. Kemungkinan harga Rf dari literatur menggunakan kertas yang berbeda dengan
kertas yang digunakan saat praktikum sehingga nilai Rf yang diperoleh juga berbeda.
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ekstraksi pigmen dan analisis TLC-nya kali ini
yaitu :

- Senyawa pigmen dari tumbuhan dapat dipisahkan dengan metode ekstraksi, namun
pada percobaan kali ini yang terekstraksi bukan hanya pigmen karotenoid ,namun
senyawa senyawa lain yang terdapat dalam tomat.
- TLC dapat digunakan sebagai analsisis suatu senyawa dengan menggunakan harga
Rf yang diperoleh dari hasil kromatogram di bandingkan dengan hasil literautru.
Harga Rf yang digunakan merupakan harga Rf berdasarkan literatur yang ada.
Referensi
Day dan Underwood.2006.Analisi Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Harianto,E.2008. Pertumbuhan Produksi Minyak Sawit Indonesia 1964-2017. Jakarta:
Ekonomi Kelapa Sawit.
Tim Penyusun.2017. Penuntun Praktikum Kimia Organik 2. Jember : Universitas
Jember.
Winarno, F.G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Nama Praktikan
Mochammad Syehfu Aref Ghozali (151810301043)

Anda mungkin juga menyukai