Anda di halaman 1dari 6

Praktikum 6

Judul Percobaan : Analisis Garam Beryodium Metode Iodometri

Nama Praktikum : Andi Fhatima Khairunnisa

NIM : PO713203191007

Hari/Tanggal : Rabu, 16 Desember 2020

Dosen Pembimbing : 1) Rahman, S. Si., M. Si

2) Artati, S. Si., M. Si

3) Mawar, S. Si., M. Kes

4) Zulfian Armah, S. Si., M. Si

A. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui kadar yodium yang terdapat pada garam halus kemasan

B. Landasan Teori

Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan
tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan sebagai garam
konsumsi harus memenuhi standar nasional indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium
sebesar 30–80 ppm. Yodium merupakan zat essensial bagi tubuh, karena merupakan komponen
dari Hormon tiroksin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktifitas hormon ini,
ialah trijodotyronin T3 dan Tetrajodotyronin T4, yang terakhir juga disebut juga Tiroksin
(Siswono, 2003).

Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar dalam semua jaringan
tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid, dan
yang relatif lebih tinggi dari itu ialah pada ovari, otot, dan darah. Yodium diserap dalam bentuk
yodida, yang di dalam kelenjar tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada
molekul tirosin dan tiroglobulin. Selanjutnya tiroglobulin dihidrolisis menghasilkan tiroksin dan
asam amino beryodium, tiroksin terikat oleh protein. Asam amino beryodium selanjutnya segera
dipecah dan menghasilkan asam amino dalam proses deaminasi, dekarboksilasi dan oksidasi
(Kartasapoetra, 2005).

Garam KIO3 mampu mengoksidasi iodida menjadi iodium secara kuantitatif dalam
larutan asam. Oleh karena itu digunakan sebagai larutan standar dalam proses titrasi Iodometri.
Selain itu, karena sifat Iodida yang mudah teroksidasi oleh oksigen dalam lingkungan,
menyebabkan iodida mudah terlepas. Reaksi ini sangat kuat dan hanya membutuhkan sedikit
sekali kelebihan ion hidrogen untuk melengkapi reaksinya. Namun kekurangan utama dari garam
ini sebagai standar primer adalah bahwa bobot ekivalennya yang rendah (Vogel 1994).

Alat : Bahan :

1) Neraca Analitik 1) Sampel Garam Halus Kemasa ± 25 gr


2) Labu Erlenmeyer 2) Aquadest 125 ml
3) Statif dan Klem 3) Larutan H3PO4
4) Buret 4) KI 0,1 gr (padatan)
5) Pipet Pasteur 5) Indikator Amlum

6) Ball Filler 6) Na2S2O3 0,005 N

7) Sendok Tanduk
8) Corong

D. Prosedur Kerja

1) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan


2) Mengisi buret dengan larutan Na2S2O3 0,005 N sampai tanda 0
3) Memasukkan sampel garam ke dalam Erlenmeyer
4) Menambahkan 125 ml aquadest ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi sampel garam,
kemudian dihomogenkan
5) Menambahkan 2 ml larutan H3PO4
6) Menambahkan 0, 1 gr KI
7) Menambahkan 2 ml indicator amilum sampai terjadi perubahan warna menjadi biru.
8) Menitrasi dengan larutan Na2S2O3 0,005 N sampai warna biru hilang.
9) Mencatat volume titrasi, menghitung kadar air, dan mendokumentasikan hasil percobaan
10) Mencuci dan merapikan alat dan bahan yang telah digunakan.

E. Hasil dan Pembahan

- Hasil

Sebelum titrasi Sesudah titrasi

Perhitungan Kadar KIO3

Dik : Bobot Sampel Garam : 25 gr =25.000 mg


Volume Titrasi : 18 ml
N Na2S2O3 : 0,005 N

Dit : Kadar zat organic (KMnO4)

Penyelesaiaan

a N Na 2 S 2 O 3 100
KIO 3= × 0,1784 × × × 1000 (mg/kg)
b 0,005 ❑

18 0,005 100
= ×0,1784 × × ×1000
25.000 0,005 100−20

100
= 0,00072 ×0,1784 × 1× × 1000
80

= 0,16 ppm
- Pembahasan

Analisis garam beryodium digunakan metode titrasi iodometri yaitu suatua analisa
titrimetri secara tidak langsung untuk zat – zat yang bersifat oksidator seperti Besi (III) dan
tembaga (II). Zat – zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan dan membentuk iodium

Pada perrcobaan ini praktikan menggunakan sampel garam halus kemasan yang
kemudian ditambahkan 125 ml aquadest yang selanjutnya dihomogenkan. Pada saat
ditambahkan larutan H3PO4 dan KI 0,1 gr terjadi perubahan warna, dan tak berwarna menjadi
berwarna kuning muda. Kemudian pada saat ditambahkan indicator amilum, terjadi lagi
perubahan warna menjadi biru. Larutan kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai
warna biru hilang yang artinya kadar airnya kembali pada keadaan normal. Pada praktikum ini
didapatkan volume titrasi yaitu 18 ml, sehingga dihitung kadarnya dan diperoleh nilai 0,16 ppm.

F. Simpulan

Dari hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan yaitu volume titrasi yang diperoleh pada sampel
garam kemasan ini sebesar 18 ml kemudian dihitung kadar iodiumnya diperoleh 0,16 ppm. Jadi
kadar iodium pada sampel garam halus kemasan sebesar 0,16 ppm
Makassar, 24 Januari 2021

Andi Fhatima Khairunnisa

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Rahman, S. Si., M. Si Artati, S. Si., M. Si

Dosen Pembimbing III Dosen Pembimbing IV

Mawar, S. Si., M. Kes Zulfian Armah, S. Si., M. Si


DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra. 2005. Kandungan Iodium.


Vogel. 1994. Analisa Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
Kapantow, A.N., dkk.(2013).Identifikasi dan Penetapan Kalium Iodat dalam Garam Dapur
yang Beredar di Pasar Kota Bitung dengan Metode Spektrofotometer UV-Vis.Jurnal
Ilmiah Farmasi.vol 2 (01).
Branen, A. L., Davidson P. M., and Salminen S., 1990, Food Additives, Marcel Dekker Inc.,
New York

Anda mungkin juga menyukai