Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bakteri adalah organisme prokariot yang tidak mempunyai inti sel. Organisme prokariot
terdiri atas sel tunggal, meskipun sering berkembang dalam kelompokbakteri yang saling
melekat satu sama lain. Kelompok bakteri ini disebut koloni. Genom bakteri terdiri atas suatu
molekul DNA untaian ganda yang berbentuk lingkaran, terdapat dalam sitoplasma sel.
Molekul DNA yang besar atau kromosom bakteri, mengandung sebagian besar gen bakteri.
Molekul DNA berbentuk lingkaran yang lebih kecil yang disebut plasmid (Sabdono, 2001).

Bakteri adalah salah satu makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat
melalui mikroskop, tetapi memilki peran yang sangat penting dalam kehidupan yaitu dapat
menguraikan makhluk hidup. Bisa kita bayangkan jika seandainya tidak ada makhluk hidup
yang dapat menguraikan maka dunia ini akan penuh dengan timbunan pepohonan, dedaunan
dan makhluk hidup karena tidak adanya proses penguraian oleh makhluk kecil ini.

Bakteri terdapat ditempat dimana manusia hidup. Terdapat pada udara yang kita hirup,
pada makanan yang kita makan, juga terdapat pada permukaan kulit, pada jari tangan, pada
rambut, dalam rongga mulut, usus, dalam saluran pernafasan dan pada seluruh permukaan
yang terbuka dan dianggap sebagai flora normal.

Feliatra (2001) menyatakan bahwa secara imium. Vibrio berbentuk poros kurva atau
bengkok, motil dengan satu flagella pada kutub sel, gram negatif, tidak acid-fast, tidak
menghasilkan endospora, tidak mempunyai kapsul, metabolism respirasi dan fermentatif,
fermentasi karbohidrat menghasilkan produk campuran, tetapi bukan CO 2 dan H2 , okidasi
positif, fakultatif anaerob, G +C 40-59 moles%. Penyakit Vibriosis disebabkan oleh bakteri
gram negatif Vibrio, yaitu V.alginolyticus, V. anguillarum, dan V. Parahaemolyticus.
Penyakit tersebut dapat dideteksi dengan mengisolasi bakteri dari tubuh udang sakit dan
menanamnya pada media agar selektif Vibrio, yaitu TCBS agar. Pada media ini koloni bakteri
yang tumbuh tampak berwama kuning dan hijau (Eflfendi, 1998).
B. Tujuan praktikum
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengisolasi dan
mengidentifaki bakteri pseudomonas dalam urine dan penyakit-penyakit yang
ditimbulkannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Vibrio sp adalah bakteri gram negatif berbentuk batang melengkung (seperti
koma), hidup anaerob fakultatif di air asin, tidak membentuk spora, dan uji positif pada
oksidase. Semua anggota bakteri ini aktif bergerak (motil) dengan flagel di ujung sel dan
mempunyai selubung (Soedarto, 2015).
Vibrio sp merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan pada permukaan air
di seluruh dunia. Vibrio sp dapat ditemukan di laut dan perairan dangkal (Jawetz, 2012).
Berikut adalah klassifikasi saintifik bakteri Vibrio sp:
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Species : Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio vulnificus, Vibrio fluvialis,
Vibrio mimicus, Vibrio hollisae, Vibrio damsela, Vibrio anginolyticus, Vibrio
metschnikovii (Jawetz, 2007). Adapun beberapa spesies bakteri Vibrio yang
patogenik diantaranya, yaitu Vibrio cholerae, dan Vibrio parahaemolyticus
(Soedarto, 2015)
B. Morfologi dan Identifikasi
A. Vibrio cholerae
1. Ciri Khas Organisme
Pada isolasi pertama, Vibrio cholerae merupakan bakteri batang yang melengkung
berbentuk koma dengan panjang 2 – 4 µm. Bakteri ini dapat bergerak secara aktif
menggunakan flagel. Pada biakan lama, Vibrio cholerae dapat terlihat dalam bentuk
batang lurus yang menyerupai bakteri enterik gram negatif (Jawetz, 2007)
2. Kultur
Vibrio cholerae membentuk koloni bundar, cembung dan licin. Vibrio cholerae dan
sebagian besar Vibrio sp lainnya dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37°C (Jawetz,
2012). Vibrio cholerae tumbuh dengan baik pada agar Thiosulfate Citrate Bile Salt
Sucrosa (TCBS), tempat bakteri tersebut menghasilkan koloni kuning yang dapat
dilihat langsung dengan latar belakang agar yang bewarna hijau gelap. Vibrio sp
bersifat oksidase-positif, yang membedakannya dari bakteri enterik gram-negatif.
Secara khas, Vibrio sp tumbuh pada pH yang sangat tinggi (8,5 - 9,5) dan dapat
dibunuh dengan cepat oleh asam (Jawetz, 2007).
3. Sifat Pertumbuhan
Vibrio cholerae memfermentasi sukrosa dan mannitol. Hasil pemeriksaan oksidase
yang positif merupakan langkah utama dalam identifikasi praduga Vibrio cholerae
dan Vibrio lainnya. Sebagian besar spesies Vibrio sp bersifat halotolerant (tahan
terhadap garam), dan NaCl seringkali merangsang pertumbuhannya. Beberapa Vibrio
sp bersifat halofilik, memerlukan NaCl untuk dapat tumbuh (Jawetz, 2012).
4. Patogenesis
Dalam kondisi alami, Vibrio cholerae hanya patogen pada manusia. Kolera bukan
merupakan infeksi yang bersifat invasif. Organisme ini tidak mencapai aliran darah,
tetapi tetap berada di saluran cerna (Jawetz, 2012).
5. Temuan Klinis
Sekitar 60% infeksi akibat Vibrio cholerae klasik bersifat asimptomatik. Masa
inkubasinya adalah 1 – 4 hari untuk orang yang mengalami gejala, tergantung dari
ukuran inokulum yang tertelan. Secara tiba-tiba timbul mual, muntah dan diare hebat
yang disertai dengan kram perut. Feses yang tampak seperti air cucian beras
mengandung mukus, sel epitel, dan banyak vibrio. Terjadi kehilangan cairan dan
elektrolit secara cepat sehingga mengakibatkan dehidrasi hebat, dan anuria (Jawetz,
2007).
B. Vibrio parahaemolyticus
Bakteri ini berbentuk batang, halophilic, fakultatif anaerobik, dan hidup di air payau
daerah pantai yang menyebabkan penyakit gastrointestinal pada manusia (Soedarto,
2015). Sifat Biakan Vibrio parahaemolyticus biasanya diidentifikasi dengan
pertumbuhan oksidase positifnya pada agar darah. Bakteri ini juga tumbuh dengan
baik pada media TCBS yang akan menghasilkan koloni hijau (Jawetz, 2007). Biakan
pada TCBS agar menumbuhkan koloni yang berukuran besar sesudah dibiakkan pada
suhu 37°C, selama 24 jam pada atmosfir aerobik (Soedarto, 2015).

1. Patogenesis
Vibrio parahaemolyticus merupakan bakteri halofilik yang menyebabkan
gastroenteritis akut setelah memakan makanan laut seperti ikan mentah atau kerang
(Jawetz, 2007). Berbagai hewan laut yang sering mengandung bakteri ini adalah
cumi-cumi, tuna, kepiting, udang, dan kerang (oyster dan clams). Orang- orang yang
sering berenang atau bekerja di daerah terpapar, dapat mengalami infeksi pada mata,
telinga atau luka-luka terbuka (Soedarto, 2015). Penyakit akibat Vibrio
parahaemolyticus, sesudah melalui masa inkubasi selama 12 – 24 jam, muncul gejala
mual, muntah, kram perut, demam, dan diare encer sampai berdarah. Sering
ditemukan leukosit pada feses. Infeksi cenderung
mereda secara spontan dalam waktu 1 - 4 hari tanpa terapi selain pemulihan
keseimbangan air dan elektrolit. Penyakit ini muncul di seluruh dunia dengan
insidensi tertinggi pada daerah yang masyarakatnya memakan makanan laut mentah
(Jawetz, 2007).
2. Infeksi
Sesudah makan makanan mentah atau tidak matang yang mengandung bakteri ini,
dalam waktu 24 jam penderita akan mengalami diare cair yang sering disertai kram
perut, mual, muntah, demam dan menggigil. Penderita dengan sistem imun yang
lemah akan mengalami penyakit berat yang berlangsung lebih lama. Infeksi dengan
Vibrio parahaemolyticus dapat terjadi pada kulit dengan luka terbuka yang terpapar
bakteri pada air laut yang hangat (Soedarto,2015).
3. Diagnosis
Organisme ini dapat diisolasi dari kultur tinja, luka atau darah. Untuk mengisolasi
bakteri dari tinja, digunakan medium agar TCBS. Biakan tinja dilakukan jika
penderita mengalami diare cair sesudah makan kerang atau seafood mentah, tidak
matang atau jika diduga mengalami infeksi melalui luka sesudah terpapar air laut
(Soedarto, 2015). .
BAB III

METODE DAN CARA KERJA


A. Alat-alat Praktikum
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah:
- Kaca Arloji - Petridish - Rak tabung
- Objeck glass - Pipet tetes - Korek gas
- Ose - Inkubator
- Nahl - Mikroskop
- Lampu spiritus - Autoclave

B. Bahan praktikum
Reagen :
 CGV (Carbol Gentien Violet)
 Lugol
 Alkohol 96%
 Safranin
 α- naftol
 NaCI 0,9 %
 Indikator Methyl Red
Medium Perbenihan :
- Media Alkali Pepton
-Media Thiosulfat Citrat Bile salt sucrose Agar (TCBS)
-Media Mac Conkay Agar (MCA)
- Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
-Media Gula-gula (glukosa, sukrosa, fruktosa, mannitol,laktosa)
-Media Biokimia (Urea,Simin Citrat,Methyl Red,Voges Proskauer, Sulfur Indol
Motility,Lysin Iron Agar)
Sampel : Ikan Laut Rajawali
C. Cara Kerja
Cara kerja isolasi dan identifikasi bakteri Vibrio Sp
Hari I (Pertama)
- Sampel Ikan dihancurkan kemudian ditanam pada media Alkali Pepton dan
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37o C selama 24 jam.

Hari II (Kedua)
- Dilakukan pewarnaan gram terhadap bakteri yang tumbuh dalam media Alkali
Pepton
- Bakteri yang tumbuh pada media Alkali Pepton ditanam dengan menggunakan
ose steril pada media TCBS dan MCA. Semua media yang telah ditanami
diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37o C dalam inkubator.

Hari III (Ketiga)


- Dilakukan pewarnaan gram terhadap bakteri yang tumbuh dalam media TCBS
(Thiosulfat Citrat Bile salt agar sucrose Agar) dan MCA (Mac Conkay Agar) yang
ciri-cirinya sesuai dengan ciri Vibrio
- Koloni tersangka pada media selektif MCA atau TCBS, ditanam pada media
TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
- Media yang telah ditanami dengan biakan, diinkubasikan pada suhu 37 oC selama
24 jam.

Hari IV (Keempat)
- Dilakukan Pewarnaan Gram terhadap bakteri yang tumbuh pada media TSIA
(Triple Sugar Iron Agar)
- Kemudian ditanam pada media gula-gula (Glukosa,Maltosa, Manitol,
Laktosa,Sukrosa) dan Media Biokimia (Urea,Simin Citrat,Methyl Red,Voges
Proskauer, Sulfur Indol Motility, Lisin Iron Agar)
- Media yang telah ditanami dengan biakan, diinkubasikan pada suhu 37 oC selama
24 jam.
Hari V (Kelima)
- Diamati pertumbuhan bakteri di media gula-gula (Glukosa,Maltosa, Manitol,
Laktosa)
Untuk media SIM tabahkan dengan reagen covac’s 2-3 tetes.
 Untuk media MR ditetesi dengan indicator Methyl Red 3 tetes.
  Untuk media VP ditetesi dengan KOH 10% 4 tetes dan α- naftol 12 tetes.
Hasil pengamatan, disesuaikan dengan tabel pengamatan biokimia untuk
menentukan spesies bakteri yang ditemukan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Penanaman pada Media BHIB (Brain Heart Infusion Broth)

Gambar Hasil

Media Alkali Pepton yang ditanami dengan sampel


nanah setelah diikubasikan selama 24 jam pada suhu 370
C terlihat ada endapan putih dan menjadi keruh . hal ini
dikarenakan adanya pertumbuhan bakteri.

Bentuk : Basil
Susunan : Monobasil
Sifat : Gram Negatif
Pengamatan Hasil Isolasi

TCBS Hasil MCA Hasil


(Thiosulfat Citrat (Mac Conkay Agar)
Bile Salt Sucrose
Agar)

Bentuk Koloni: Bentuk Koloni: Bulat


Bulat Ukuran :Kecil
Ukuran : Sedang Warna Koloni : Tidak
Warna Koloni: berwarna,
kuning Sifat : Smooth
Sifat : Smooth Permukaan :
Permukaan : Cembung
keeping
Tepinya : Tipis,
Dilingkari oleh
zone yang
berwarna kuning

Hasil Pengamatan pada Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)

Salmonella Shigella Agar


(SSA)
Lereng : Alkali
Dasar : Acid
H2S :-
Gas : +

Hasil Pengamatan pada media Gula-Gula

Glukosa Manitol Maltosa Laktosa Sukrosa


(+) (+) (+) (+) (+)/(+)

Hasil Pengamatan pada media Biokimia

Sulfur :- Methyl Red Voges Proakauer


Indol :+ (+) (-)

Motility : +

Simon Citrat Urea LIA

(+) (-) (+)

B. Pembahasan
Hari II
 Terjadi kekeruhan pada media Alkali Pepton yang menandakan adanya
pertumbuhan bakteri pada Media setelah diikubasikan selama 24 jam pada suhu
370 C .
 Dilakukan Pemeriksaan Mikroskopik dengan hasil Bakteri berbentuk bacil dan
Monobasil. Bakteri berwarna merah artinya bakteri luntur pada pelunturan dengan
alcohol, namun mampu mengikat zat warna pembanding yaitu safranin sehingga
berwarna merah.

Hari III

- Media Mac Conkay Agar (MCA)


Pada media MCA didapatkan pertumbuhan bakteri dengan Bentuk Koloni:
Bulat,Ukuran Kecil,Warna Koloni Tidak berwarna,,Sifat Smooth dan Permukaan
Cembung
- Media Thiosulfat Citrat Bile Salt Sucrose Agar (TCBS) didapatkan pertumbuhan
bakteri dengan Bentuk Koloni Bulat.Ukuran Sedang,Warna Koloni
kuning,Smooth,Permukaan keeping dan Tepinya Tipis, Dilingkari oleh zone yang
berwarna kuning

Hari IV

- Hasil pengamatan pada media TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang ditanami
koloni dari biakan TCBS didapatkan hasil Lereng berwarna merah karena bakteri
bersifat basa ini menandakan bakteri tidak memfermentasikan laktosa dan
sukrosa.pada bagian dasar media berubah warna menjadi kuning ini menandakan
bakteri memfermentasikan glukosa. Tidak terdapat endapan hitam pada media
yang menandakan bahwa bakteri tidak memiliki enzim desulfarase. Dan adanya
ruang kosong atau udara pada media yang menandakan bahwa bakteri tidak
mampu menghasilkan gas.

Hari V

- Gula-Gula: HasilPositifpada Semua Gula-gula (Glukosa,Laktosa,Manitol,Sukrosa


dan Maltosa) yang ditanami koloni dari biakan TSIA Blood Agar Plate dari TCBS
ditandai dengan adanya perubahan warna indicator dari biru menjadi warna
kuning. Perubahan tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh dapat
memfermentasikan gula-gula berupa produk asam
- SIM :
S (sulfur) : Bakteri tidak menghasilkan sulfur. Hal ini ditandai dengan tidak
terbentuknya endapan hitam pada media, karena bakteri ini tidak mampu
mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.
- I (indol) : Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media
ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat
cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang
merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan
penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan
bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon.
Pada hasil pengamatan diperoleh Indol positif sehingga dapat disimpulkan bakteri
yang tumbuh menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
- M (motility) : Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas
putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM
merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility
positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses
pertumbuhannya.
- MR : setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media yang ditanami
biakan TSIA TCBS terjadi perubahan warna. Berarti terjadi fermentasi asam
campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.
- VP :  setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media tidak
mengalami perubahan. Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol
oleh bakteri.
- Urease : hasil yang didapatkan adalah Negatif sebab tidak terjadi perubahan
warna pada Media. Artinya bakteri tidak dapat menghidolisis urea.
- Lisin Iron Agar didapatkan hasil postif yang ditandai dengan perubahan warna
pada media.
- Simmon’s Citrate didapatkan hasil positif, sebab terjadi perubahan warna pada
media yakni dari hijau menjadi biru.  Ini disebabkan bakteri Proteus merupakan
salah satu spesies yang menggunakan sitrat sebagai sumber karbon untuk
metabolisme dengan menghasilkan suasana basa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ditemukan bakteri Vibrio Cholerae pada sampel Ikan Laut
Rajawali.

A. Saran
Sebaiknya pada praktikum setiap tindakan dilakukan dengan hati-hati dan dengan
penuh ketelitian. Jangan lupa pada saat melakukan praktikum harus menggunakan APD
agar meminimalisir adanya percikan/terkena zat berbahaya dan kontak dengan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

Choopun N, Louis V, Huq A, Colwell RR. 2002. Simple procedure for rapid
identification of Vibrio cholerae from the aquatic environment. Appl Environ
Microbiol 68(2): 995-8.

Feliatra 1999. Identifikasi bakteri patogen (Vibrio sp) di perairan Nongsa Batam propinsi
Riau. J Natur Indones

Kim YB, Okuda J, Matsumoto C, Takahashi N, Hashimoto S, Nishibuchi M. 1999.


Identification of Vibrio parahaemolyticus strains at the species level by PCR targeted to
the toxR gene. J Clin Microbiol 37(4): 1173-77.

Lee KK, Chen FR, Yu SR, Yang TI, Liu PC. 1997. Effects of extracellular products of
Vibrio alginolyticus on penaeid prawn plasma components. Lett Appl Microbiol 24: 98-
100.

Anda mungkin juga menyukai