Anda di halaman 1dari 15

Vibrio

cholerae

By :
1.Primastri Surya Afandi
(15010101010)
2.Rizki Nur Hidayat
KLASIFIKASI BAKTERI VIBRIO SP.
o Kingdom: Bacteria
o Fhylum : Proteobacteria
o Class : Gamma Proteobacteria
o Ordo : Vibrionales
o Family : Vibrionaceae
o Genus: Vibrio
o Spesies : Vibrio cholerae, Vibro anguillaru,
Vibrio vulnificus, Vibrio salmonicida,
Vibrio hollisae, Vibrio alginolyticu,
Vibrio damsel, Vibrio cholera,
Vibrio fluvialis, Vibrio parahaemolyticus,
Dan Vibrio mimicus

(Jawetz, 2007)
Morfologi Vibrio cholerae
I. Mikroskopis
Bakteri V.cholerae termasuk bakteri batang
melengkung yang berbentuk koma dengan
panjang 2 4 mikrometer. Bakteri ini dapat
bergerak secara aktif dengan menggunakan
flagel kutubnya. Pada biakan yang lama, vibrio
dapat terlihat bentuk batang lurus yang
menyerupai bakteri enterik gram-negatif.

(Jawetz, 2007)
Morfologi Vibrio cholerae
II. Makroskopis
Bakteri V.cholerae membentuk koloni
konveks, halus, dan bundar yang tampak opak
dan granular bila disinari cahaya. V.cholerae
dan sebagian besar vibrio lain dapat tumbuh
dengan baik pada suhu optimum 37o C. Bakteri
V. Cholerae tumbuh dengan baik pada agar
tiosulfat-sitrat-empedu-sukrosa (TCBS),

(Jawetz, 2007)
Karakteristik biokimia
1. Halofilik
2. Mempunyai sifat fermentatif
3. Hidup pada pH optimum 6,5 8,5
4. Uji katalase : (+)
5. Uji oksidase : (+)
6. Uji methyl red dan H2S : (+)
7. Uji glukosa, laktosa, galaktosa & Uji oksidase
manitol : (+)
8. Uji sellobiosa dan fruktosa : (-)

(Pelczar, 2006)
Gejala klinik
Seseorang yang terkena infeksi akibat Vibrio
cholerae yang mengalami gejala sebagai berikut:
a. Timbul mual, muntah, dan diare hebat yang
disertai kram yang abdomen.
b. Sedangkan fesesnya tampak seperti air cucian
beras mengandung pupus, sel epitel, dan banyak
vibrio.
c. Terjadi kehilangan cairan dan elektrolit secara
cepat sehingga mengakibatkan dehidrasi hebat,
kolaps sirkulasi, dan anuria.

(Pelczar, 2006)
Epidemilogi
Enam pandemik ( epidemik seluruh dunia )
kolera muncul antara tahun 1817 dan 1923,
yang paling banya disebabkan oleh V.cholerae
O1 biotope klasik dan sebagian besar berasal
dari Asia, yang biasanya merupakan anak benua
India. Pandemik yang ketujuh dimulai pada
tahun 1961 di pulau Sulawesi, Indonesia,
dengan penyebarannya ke daerah Asia, Timur
Tengah, dan Afrika. Pendemik ini disebabkan
oleh V.cholerae biotope El Tor. Mulai tahun 1991,
pandemik ketujuh memyebar ke Peru lalu ke
negara lain di Amerika Selatan dan Amerika
Tengah. (Jawetz, 2007)
Diagnosa Laboratorium

Uji biokimia
Uji TSIA
Isolat dari agar miring TCBS diambil
koloninya dengan menggunakan
jarum ose, kemudian dimasukkan ke
dalam media TSIA dengan cara
ditusukkan, setelah itu digores pada
lereng media. Inkubasi 370 C selama
24 jam. Kemudian, amati perubahan
warna pada dasar media, lereng dan
pembentukan H2S gas.

(Pelczar, 2006)
Diagnosa Laboratorium
Uji Motilitas
Isolat dari agar miring ditusukkan
pada agar tegak semi solid (media
SIM) kemudian diinkubasi selama
24 jam paada suhu 37o C dan
diamati uji motilitas bakteri. Uji
motilitas positif jika pertumbuhan
koloni menyebar luas pada agar.

(Pelczar, 2006)
Diagnosa Laboratorium
Uji Simmon Citrate
Isolat dari agar miring TCBS diambil
kolonimya dengan menggunakan
jarum ose, kemudian dimasukkan ke
dalam media Simmon Citrate
dengan cara digoreskan pada lereng
media. Inkubasi pada suhu 37oC
selama 24 jam. Citrate positif jika
terjadi perubahan warna pada
lereng dari lereng hijau menjadi biru
dan ada pertumbuhan bakteri.

(Pelczar, 2006)
FAKTOR VIRULENSI
Toksin Vibrio cholerae merupakan faktor virulensi pada kejadian
kolera, penyakit diare parah yang be1tanggung jawab terhadap
morbiditas dan mortalitas yang signifikan di seluruh dunia. Dua
determinan, cholera enterotoksin (CT) dan toxin coregulated pilus
(TCP) merupakan faktor penting yang bertanggung jawab terhadap
virulensi Vibrio cholerae.

(Pollitzer, 1959)
PENGOBATAN
Bagian pengobatan yang paling penting adalah
a. Penggantian air dan elektrolit untuk memperbaiki dehidrasi
hebat dan kekurangan garam.
b. Terdapat banyak obat antimikroba yang efektif melawan
V.cholerae. Obat tetrasiklin oral cenderung mengurangi
pengeluaran feses pada kolera dan memperpendek masa
ekresi vibrio. Pada beberapa daerah endemik, terjadi
resistansi V.cholerae terhadap tetrasiklin, yang dibawa oleh
plasmid yang dapat ditransmisikan.

(Pollitzer, 1959)
Pencegahan dan pengendalian

a) Menggunakan desinfektan untuk membersihkan air


dari kuman dan bakteri sebelum dimasak, yang mana
air tersebut akan dipergunakan sebagai :
) Memasak air untuk minum
) Memasak makanan
) Mencuci buah dan sayuran
) Mandi dan mencuci pakaian

b) Memberikan Vaksin kolera juga sangat efektif untuk


mencegah perkembangan kolera. Pemberian vaksin
dilakukan tingkat keberhasilannya mencapai 85% -
90% dan penurunan resiko terinfeksi penyakit ini
sekitar 62% setiap tahunnya (Entjang I. 2003)
DAFTAR PUSTAKA

1. Entjang I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : PT.


Citra Aditya Bakti.
2. Jawetz, M. dan Adelberg. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
23. Jakarta : EGC.
3. Pelczar, Michael dan E.C.S. Chan. 2006. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. UI Press : Jakarta
4. Pollitzer,R. 1959. Cholera. Geneva : World Health Organization
THANKS
YOU
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai