PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroba di alam hampir terdapat di semua tempat. Masuknya mikroba ke
dalam jaringan tubuh, kemudian berkembang biak dan menimbulkan gejala penyakit
disebut infeksi. Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih
tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu
spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.
Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki
ciri-ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup yang lain. Bakteri adalah
organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan
berukuran renik atau mikroskopik.
Bakteri terdapat ditempat dimana manusia hidup. Terdapat pada udara yang
kita hirup, pada makanan yang kita makan, juga terdapat pada permukaan kulit, pada
jari tangan, pada rambut, dalam rongga mulut, usus, dalam saluran pernafasan dan
pada seluruh permukaan yang terbuka dan dianggap sebagai flora normal. Salah satu
jenis bakteri adalah Vibrio cholerae dimana bakteri ini merupakan bakteri berbentuk
batang bengkok seperti koma dan berukuran 2-4
Koch berhasil mengisolasi Vibrio cholerae dari saluran cerna penderita kolera dan
membuktikan bahwa spesies ini merupakan penyebab penyakit kolera.
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut
yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk ke dalam tubuh
seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut
mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare
(diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu
hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi
dehidrasi.
Diagnosa ditegakkan dengan mengisolasi Vibrio cholerae dari serogrup O1
atau O139 dari tinja. Jika fasilitas laboratorium tidak tersedia, media transport carry
and blair dapat digunakan untuk membawa atau menyimpan spesimen apus dubur
(Rectal Swab). Berdasarkan uraian di atas penting untuk kita mengetahui teknik
pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae menggunakan sampel rectal swab.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana teknik pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae dari sampel
rectal swab pada media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS)
1.2.2
agar?
Bagaimana hasil pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae dari sampel
rectal swab pada media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS)
agar?
1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
(TCBS).
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae dari
sampel rectal swab pada media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose
(TCBS) agar.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.4.1 Manfaat praktis :
Sebagai sarana informasi untuk mengetahui bagaimana teknik
pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae melalui pemeriksaan sampel
rectal swab pada media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS)
1.4.2
agar.
Manfaat teoritis :
Dengan pembuatan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
tambahan referensi di bidang mikrobiologi khususnya mengenai
pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae dengan sampel rectal swab.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vibrio cholerae
2.1.1 Morfologi
dan
antigen
somatik
akuatik
dan
umumnya
O,
berhabitat
berasosiasi
gammaalami
di
dengan eukariot.
pertama
kali
oleh
ahli
anatomi
dari
Italia
bernama Filippo Pacini pada tahun 1854. Namun, penemuan awal ini baru
dikenal luas setelah Robert Koch, yang mempelajari penyakit kolera di
Mesir, pada tahun 1883 berhasil membuktikan bahwa bakteri tersebut
adalah penyebab kolera (Wikipedia, 2013).
(http://adhinningtyasrachmawati.blogspot.com/2011/03/tugas-mata-kuliah-dasarpemberantasan.html)
Klasifikasi dari Vibrio cholerae (Jawetz, 1996) :
Kingdom : Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Ordo
: Vibrionales
Famili
: Vibrionaceae
Genus
: Vibrio
Spesies
: Vibrio cholerae
Morfologi dari bakteri Vibrio cholera adalah bakteri ini bersifat gram
negatif (-) , fakultatif anaerobik, bentuk sel batang dengan ukuran panjang antara
2-3 m, menghasilkan katalase dan oksidase ,dan bergerak dengan satu flagel
pada ujung sel. Tidak memiliki kapsul dan tidak berspora (Anonim, 2012).
2.1.2 Kolera
Kolera adalah penyakit infeksi yang terjadi di saluran pencernaan yang
disebabkan oleh bakteri gram negative Vibrio cholera. Kolera adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh Vibrio cholerae dengan manifestasi diare disertai
muntah yang akut dan hebat akibat enterotoksin yang dihasilkan bakteri tersebut.
Bentuk manifestasi klinisnya yang khas adalah dehidrasi, berlanjut dengan
renjatan hipovolemik dan asidosis metabolik yang terjadi dalam waktu yang
sangat singkat akibat diare sekretorik dan dapat berakhir dengan kematian bila tak
ditanggulangi dengan adekuat. Kolera dapat menyebar sebagai penyakit endemik,
epidemik atau pandemik (Soemarsono, 2006).
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut
yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh
seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut
mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare
(diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam
waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada
kondisi dehidrasi (Dunia Kesehatan, 2008).
Gejala dan tanda penyakit kolera adalah dimana pada orang yang feacesnya
ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu belum merasakan keluhan
berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare dan
muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan
samarnya jenis diare yg dialami (Dunia Kesehatan, 2008).
Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan
gejala yang ditampakkan, antara lain ialah (Dunia Kesehatan, 2008) :
1. Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau
tenesmus.
2. Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah
menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun
amis, tetapi seperti manis yang menusuk.
3. Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan
mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
4. Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak
5. Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita
tidaklah merasakan mual sebelumnya.
6. Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
7. Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan
tanda-tandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata
cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan
pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.
2.1.3 Patogenitas dan Patologi
V. cholerae adalah bakteri patogen terhadap manusia. Jika mediator adalah
makanan sebanyak 102-104 organisme diperlukan, karena kapasitas bufer yang
cukup dari makanan. Beberapa pengobatan dapat menurunkan kadar asam dalam
perut membuat seseorang lebih sensitif terhadap infeksiV. Cholerae (Nophie,
2013).
Kolera bukan merupakan infeksi yang invasif. Tidak mencapai aliran darah
tetapi tetap di dalam saluran usus. V. Cholerae yang virulen menempel pada
mikrovili permukaan sel epitelial. Disana mereka akan memperbanyak dan
melepaskan racun kolera (Nophie, 2013).
Toksin dari V. cholerae ditularkan melalui jalur oral. Bila Vibrio berhasil
lolos dari pertahanan primer dalam mulut dan tertelan, bakteri ini akan cepat
terbunuh dalam asam lambung. Bila Vibrio dapat selamat melalui asam lambung,
maka ia akan berkembang di usus halus, ini merupakan medium yang
menguntungkan baginya. Untuk hidup dan memperbanyak diri. Jumlahnya bisa
mencapai 10 per ml cairan tinja. Langkah awal dari pathogenesis terjadinya
kolera yaitu menempelnya vibrio pada mukosa usus halus. Penempelan ini dapat
terjadi karena adanya membrane protein terluar membrane dan adhesion flagella
(Nophie, 2013).
Vibrio cholerae merupakan bakteri non-invasif, pathogenesis yang
mendasari terjadinya penyakit ini disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan V.
cholerae yang menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit yang massif yang
disebabkan oleh kerja toxin pada sel epitel usus halus, terutama pada jejunum
(Nophie, 2013).
Enterotoxin adalah suatu protein, yang tahan panas dan tak tahan asam,
resisten terhadap tripsin tapi dirusak oleh protease. Patologi penyakit ini
dihubungkan
dihasilkan
V.cholerae. Toksin
Cholera mempunyai sub unit A (bersifat toksin) dan sub unit B yang berikatan
dengan sel. Sub unit B akan berikatan dengan reseptor GM1, yang terdapat pada
sel epitel usus halus. Sub unit A kemudian dapat masuk menembus membrane sel
epitel.
Sub
unit
ini
memiliki
aktifitas Adenosine
diphospate
(ADP)
ribosyltransferase dan menyebabkan transfer ADP ribose dari nicotinamideadenine dinucleotide (NAD) ke sebuahguanosine triphospate (GTP) binding
protein yang
mengatur
aktifitasadenilat
siklase.
Hal
ini
menyebabkan
cholera.
Vibrio
mampu
sumber karbon akan berwarna kuning, sedangkan yang lainnya berwarna hijau.
Akan tetapi terdapat beberapa mikroba yang juga dapat tumbuh pada media ini,
seperti Staphylococcus, Flavobacterium, Pseudoalteromonas, dan Shewanella.
Sedangkan untuk perbanyakan Vibrio cholerae, dapat digunakan media Alkaline
Peptone Water (APW) yang memiliki pH relatif tinggi, yaitu berkisar 8.4 dan
mengandung NaCl sebesar 1-2%. Adapun pertumbuhan optimum Vibrio adalah
pada suhu berkisar antara 20-350C (Anonim, 2012).
Vibrio cholerae membentuk koloni yang konveks, halus, bulat, opak, dan
bergranula pada sinar cahaya. Vibrio cholera tumbuh dengan baik pada suhu
370C. Pada berbagai pembenihan, termasuk pembenihan khusus yang
Hari / Tanggal
Kegiatan
media
Tempat
TCBS Lab.
Jurusan Analis
Kesehatan,
Poltekkes
2.
sampel
Denpasar
rectal Lab.
Bakteriologi
Jurusan Analis
Kesehatan
Poltekkes
3.
Denpasar
Kamis / 15 Juni Pengamatan Spesimen rectal Lab.
2013
Jurusan Analis
Kesehatan,
Poltekkes
Denpasar
3.2 Alat dan Bahan :
a. Alat :
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Lampu spiritus
3. Pinset
4. Aluminium foil
5. Spatel/sendok
6. Neraca Analitik
7. Plate
8. Tabung reaksi 10 ml dan 15 ml
9. Pipet ukur 5 ml
10. Ball pipet
11. Gelas ukur 250 ml
12. Batang pengaduk
13. Gelas beaker 50 ml
14. Kompor listrik
15. Autoclave
16. Kapas lemak
17. Lap
18. Tissue
b. Bahan :
1. Sampel rectal swab
2. Bubuk TCBS OXOID CM 0333
3. Bubuk Sulfite Indole Motility OXOID
4. Bubuk Simmons Citrate Agar OXOID
5. Bubuk Triple Sugar Iron Agar OXOID
6. Aquades steril
3.3 Prosedur Kerja :
a. Pembuatan Media TCBS
analitik.
Dilarutkan dengan 60 ml aquadest di dalam erlenmeyer sambil
menit.
Media dalam tabung reaksi diletakkan pada posisi slant, dibiarkan
hingga memadat.
Media TSI Agar siap digunakan.
analitik.
Dilarutkan dengan 60 ml aquadest di dalam erlenmeyer sambil
menit.
Media SIM siap digunakan.
4. Lidi kapas yang berisi specimen rectal swab diambil dari dalam
botol fial dengan menggunakan pinset lalu dioleskan satu titik pada
media TCBS agar.
5. Olesan tersebut kemudian diratakan dengan cara digores
menggunakan ose disposible pada media TCBS Agar dengan
teknik 4 kuadran.
6. Media TCBS yang telah dioleskan specimen rectal swab
diinkubasi mengguakan incubator selama 1 x 24 jam pada suhu
37oC
f. Pembacaan hasil penanaman
1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan terlebih dahulu
2. Spesimen yang telah diinkubasi diambil dari incubator
3. Media TCBS diamati, dicatat apakah terbentuk pertumbuhan
koloni dan diamati ciri-ciri morfologi koloni yang terbentuk secara
makroskopis.
gar, TSI Agar, SIM, dan Simmons Citrate Agar disiapkan untuk media penanaman dan sebagai media uj
3.4 Skema Langkah Kerja Pemeriksaan Vibrio cholera dari Sampel Rectal Swab
Penanaman sampel pada media TCBS dengan metode gores
edia TCBS yang telah dioleskan specimen rectal swab diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Sampel
Sampel 1a,
1b, dan 1 c
SAMPEL I
Gambar
Keterangan
- Hasil pengamatan
terdapat
Sampel
SAMPEL 2
Gambar
Keterangan
- Hasil pengamatan
pada media TCBS,
Sampel 2a,
tidak
terdapat
2b, dan 2c
Sampel
SAMPEL 3
Gambar
Keterangan
- Hasil pengamatan
pada media TCBS,
tidak
terdapat
tumbuh
- Interpretasi : ( - )
4.2 Pembahasan
Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil
(batang) dan bersifat motil (dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari
antigen flagelar H dan antigen somatik O, gamma-proteobacteria, mesofilik dan
kemoorganotrof, berhabitat alami di lingkungan akuatik dan umumnya
berasosiasi dengan eukariot.
Vibrio cholerae mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna kuning, datar,
diameter 2-3 mm, warna media berubah menjadi kuning. Karakteristik biokimia
adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H 2S,
glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa,
bersifat negatif.
Bakteri Vibrio umumnya memerlukan faktor pertumbuhan yang relatif
sedehana dan dapat tumbuh dengan baik dalam media yang mengandung garam
mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Beberapa media
pertumbuhan yang sering digunakan adalah Alkaline Taurocholate Tellurite Agar
(ATTA) dan Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS) agar.
Vibrio cholerae tidak tahan asam dan hidup pada pH optimum 8,5-9,5.
Suhu pertumbuhan optimum 370C. Koloni Vibrio cholerae berbentuk cembung,
bulat, halus, dan tampak bergranul. Spesies ini meragi laktosa dan manosa tanpa
menghasilkan gas. Dalam media pepton, bakteri ini akan membentuk indol, yang
dengan asam sulfat akan membentuk warna merah.
Pada praktikum, pemeriksaan bakteri Vibrio dilakukan pada sampel
rectal swab yang telah disimpan dan media yang digunakan sebagai media
pertumbuhannya adalah media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose Agar
(TCBS). Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose Agar (TCBS) merupakan media
selektif untuk isolasi dan pemurnian Vibrio. Vibrio mampu menggunakan
sukrosa sebagai sumber karbon akan berwarna kuning, sedangkan yang lainnya
berwarna hijau. Akan tetapi terdapat beberapa mikroba yang juga dapat tumbuh
pada media ini, seperti Staphylococcus, Flavobacterium, Pseudoalteromonas,
secara makroskopis terhadap pertumbuhan koloni sampel rectal swab pada media
Thiosulfate Citrate Bile Salts Agar (TCBS) yang diinkubasi selama 1x24 jam
diperoleh hasil negatif terhadap bakteri Vibrio cholerae. Pertumbuhan sampel 1,
2, dan 3 pada media Thiosulfate Citrate Bile Salts Agar (TCBS) tidak
menunjukkan adanya ciri-ciri pertumbuhan koloni Vibrio cholera. Media tampak
sama seperti media sebelum penanaman bakteri dilakuakan, dimana tidak
terdapat adanya pertumbuhan bakteri sama sekali.
Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti :
1. Pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae pada media agar secara optimal,
tumbuh pada hari ketiga setelah penanaman. Pada praktikum hanya
dilakukan inkubasi selama 1 x 24 jam karena waktu praktikum yang tidak
mendukung sehingga bakteri kemungkinan belum tumbuh secara optimal
pada media.
2. Sampel rectal swab yang diperiksa pada pemeriksaan Vibrio cholera ini
merupakan sampel yang telah disimpan pada jangka waktu tertentu pada
kulkas dan sampel ini telah pernah diuji sebelumnya dengan metode gores.
Dari kondisi ini kemungkinan sampel yang diuji sudah tidak stabil.
3. Dari
teknik
penggoresan,
ose
yang
digunakan
menggoreskan/menginokulasikan
sampel
rectal
swab
untuk
sebelumnya
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Pemeriksaan bakteri Vibrio cholera dapat dilakukan dengan sampel rectal
swab. Pemeriksaa dilakukan melalui pembiakan/penanaman sampel rectal
swab pada media selektif Vibrio cholera yaitu media Thiosulfate Citrate
Bile Salt Agar (TCBS Agar), yang kemudian diikuti dengan melakukan
serangkaian uji biokimia dengan media SIM, TSI Agar dan media Simmons
Citrate Agar untuk mendukung/konfirmasi bakteri Vibrio cholera melalui
uji sifat-sifat dan bakteri yang tumbuh pada media TCBS.
2. Dari pemeriksaan Vibrio cholera yang dilakukan pada sampel rectal swab X
diperoleh hasil negative, dimana tidak terjadi pertumbuhan bakteri Vibrio
cholera pada media selektif TCBS setelah dilakukan inkubasi pada
incubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37 oC.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010.
Pemeriksaan
Rectal
Swab.
Diakses
di
http://www.scribd.com/doc/45639174/Bakteri-Uas-Pemeriksaan-Rectal-Swab.
Diakses pada : Minggu, 13 Mei 2012
Anonim.
2011.
Isolasi
Mikroorganisme.
http://healthtecnical.blogspot.com/
Dyane.
2011.
Vibrio
Diakses
di
Diakses
di
http://dyanelekkodhog.blogspot.com/2011/06/vibrio-cholera.html.
:
Diakses
Info.
2009.
Vibrio
Cholerae.
Diakses
di
http://www.food-
Ryumaki.
TT.
Virus
Vibrio.
Diakses
di
Info
Penyakit.
2007.
Penyakit
Kolera.
Diakses
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-kolera-cholera.html.
di
Diakses
Jurusan
KELOMPOK III :
1.
2.
3.
4.
5.
(P07134011005)
(P07134011009)
(P07134011011)
(P07134011029)
(P07134011033)
1.........................
2.........................
3.........................
4.........................
5.........................
Penanggungjawab
Mata Kuliah Bakteriologi
Pembimbing I