Anda di halaman 1dari 34

CHOLERA

Shabrina Amalia Suci


1710211084
DEFINISI
Kolera adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Vibrio cholera
dengan manifestasi diare disertai muntah yang akut dan hebat akibat
enterotoksin yang dihasilkan bakteri tersebut.

Buku Ajar IPD Edisi VI


EPIDEMIOLOGI
Sejak 1817: 7 pandemi kolera telah terjadi. Berasal dari India
6 yang pertama (1817-1923) → V.cholerae O1 dari biotipe klasik.
Pandemi ke- 7 (1961) → V.cholerae O1 dari biotipe El Tor. Berasal dari Kepulauan
Celebes, Indonesia
Strain kolera baru: V.cholerae serogroup O139 (Bengal) muncul pada thn 1992 dan
menyebabkan wabah di Bangladesh dan India pada 1993 → Pandemi ke-8
Selama seabad terakhir, kolera jarang terjadi. Namun, masih umum di berbagai
wilayah, termasuk wilayah sekitar India dan Afrika.

Buku Ajar IPD Edisi VI; Medscape: Cholera


US: 0,50 kasus per 100.000 penduduk dari tahun 2003-2008
Menurut WHO, jumlah kasus melonjak lagi pada 2005 yang terjadi di Zimbabwe dan
Provinsi Guinea dan Yunnan, China. Dari 2005-2008, 178.000-237.000 kasus
dan 4000-6300 kematian dilaporkan.
Pada pertengahan Oktober 2010, wabah kolera terjadi di Haiti. Sampai dengan 20
Juni 2011, 363.117 kasus kolera dan 5.506 kematian telah dilaporkan.
Insidensi sama disemua jenis kelamin dan umur namun gejala yg timbul pada
orang dewasa lebih jarang daripada anak-anak

Buku Ajar IPD Edisi VI; Medscape: Cholera


FAKTOR RISIKO
Sanitasi air, makanan yang buruk, standar kebersihan pribadi dan komunitas
rendah → penularan melalui makanan yang terkontaminasi oleh tinja atau
air yang mengandung V.cholera
Infeksi H.pylori
Riwayat operasi lambung dan vagotomi
Penggunan antihistamin dan PPI
Orang dengan golongan darah O

NCBI: Cholera; Medscape: Cholera


MIKROBIOLOGI VIBRIO CHOLERAE
Vibrio cholera merupakan salah satu bakteri paling banyak terdapat
pada permukaan air yang terkontaminasi limbah industri dan limbah
rumah tangga.

Bakteri ini bersifat gram negatif berbentuk basil (batang) bengkok,


bersifat aerob dan motil, serta mempunyai satu flagel kutub. V. cholera
yang menyebabkan penyakit kolera pada manusia adalah jenis
serogrup O1 dan O139

Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
TAKSONOMI VIBRIO CHOLERAE
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo : Vibrionales
Kelas : Gamma proteobacteria
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio cholera

Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
MORFOLOGI
• V. cholerae termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang bengkok
seperti koma dengan ukuran panjang 2-4 μm.
• Bakteri V. cholerae memiliki satu buah flagela halus pada ujungnya
(Monotrikh) yang menyebabkan bakteri ini bergerak sangat aktif.
• Bakteri ini tidak membentuk spora, bentuk koloninya cembung (convex),
dan bergranula bila disinari

Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif dengan
suhu untuk pertumbuhan yang berkisar antara 18-37 oC. Bakteri ini
tumbuh baik pada jenis media yang mengandung garam mineral
dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Pada media
TCBS (thiosulfate-citrate-bile- sucrose) pertumbuhan V. cholerae
akan menjadi lebih baik dan cepat, menghasilkan koloni
berbentuk bulat, berwarna kuning, berdiameter 1-3 mm dan
mukoid sehingga dapat dibedakan dari koloni bakteri lain untuk
memudahkan dalam proses isolasinya

Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
V. cholerae dapat juga tumbuh pada pH yang sangat tinggi (8,5-9,5),
namun umumnya bakteri ini memerlukan pH yang netral untuk
pertumbuhan dengan kecepatan optimum dan pada pH asam akan
mengalami laju kematian yang sangat cepat. V. cholerae
memfermentasi sukrosa dan maltosa tanpa menghasilkan gas pada
media TCBS (thiosulfate-citrate-bile-sucrose).

Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
ANTIGEN, SEROTIPE, BIOTIPE
Vibrio cholerae O1 memiliki 2 jenis antigen:
• Antigen somatik (antigen O) bersifat termosibel, terdiri dari dari polisakarida
• Antigen flagela (antigen H) terdiri dari protein sifatnya termolabil .

Ada 3 serotipe Vibrio cholerae O1, yaitu:


• Serotipe Ogawa, yang mempunyai antigen O faktor A dan B
• Serotipe Inaba dengan antigen O faktor A dan C
• Serotipe Hikojima dengan antigen O faktor A, B, C.

Dengan reaksi biologis V. cholerae O1 dibedakan atas:


• Biotipe Klasik
• Biotipe El Tor

Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
Virulensi dari V. cholera dipengaruhi oleh Enterotoksin yg dikenal
sebagai Toksin Cholera. Enterotoksin ini merupakan molekul protein
yang terdiri dari 5 subunit B dan 2 subunit A. Subunit B bekerja untuk
mengikat reseptor gangliosida (monosialosil gangliosida, GM1) yang
terletak di permukaan sel yang melapisi mukosa usus.

Subunit A1 mengaktifkan adenylate cyclase → peningkatan cAMP →


cAMP memblok penyerapan Na dan Cl oleh mikrovili dan mendorong
sekresi Cl dan air oleh sel kripta. Hasilnya adalah diare encer dengan
konsentrasi elektrolit isotonik terhadap plasma.

Kehilangan cairan ini berasal dari duodenum dan jejunum atas. Dikarenakan, volume besar cairan
yang diproduksi di usus bagian atas melebihi daya serap usus bagian bawah, mengakibatkan
diare yang parah.

Enterotoksin bekerja secara lokal dan tidak menyerang dinding usus. Akibatnya, hanya sedikit
neutrofil yang ditemukan di tinja

Medscape: Cholera
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
Neeta, Patwardhan. 2016. Handbook of Practical Examination in Microbiology
PERJALANAN PENYAKIT
1. Tahap pre patogenesis ( stage of susceptibility )
Tahapan dimana terjadi interaksi antara host, bibit penyakit dan lingkungan. Pada tahap ini
penyakit belum ditemukan, daya tahan tubuh host masih kuat, walaupun sudah terancam
akibat interaksi tersebut. Pada tahap ini kondisi masih sehat.

2. Tahap inkubasi ( stage of presymtomatic diseases )


Tahapan dimana bibit penyakit sudah masuk kedalam tubuh host, namun gejala penyakit
belum nampak. Pada tahap ini, infeksi V. cholerae O1 terjadi karena masuknya kuman ini
ke dalam saluran cerna melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi atau
tercemar oleh V. cholerae O1. Tergantung dari jumlah inokulun dan kerentanan dari
individu yang bersangkutan, masa inkubasi infeksi V. cholerae O1 umumnya antara 12
sampai 72 jam

Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
3. Tahap penyakit dini ( stage of clinical diseases )

Pada tahap ini, V. cholerae O1 yang melewati lambung dan bertahan hidup dari
pengaruh asam lambung, akan mencapai bagian proksimal usus halus di mana terjadi
interaksi antara bakteri dan pejamu. Seperti pada semua kuman-kuman penyebab
diare, V. cholerae O1 juga harus mempunyai kemampuan untuk melekatkan diri pada
mukosa usus. Selanjutnya kuman berkembang biak sambil memproduksi toksin
( choleratoxin ). Cholera toxin (tidak tahan panas dan tidak tahan asam) merangsang
epitel usus, meningkatkan aktivitas enzim adenyl cyclase di usus yang selanjutnya
menyebabkan peningkatan cyclic adenosine 3,5-monophosate(cAMP) intraseluler.
cAMP ini menyebabkan sekresi cairan intestinal yang luar biasa sehingga terjadi diare
yang hebat yang sifatnya isotonik

Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
4. Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat melakukan pekerjaan
dan jika berobat umumnya memerlukan perawatan.

5. Tahap akhir penyakit


Pada tahap ini, perjalanan penyakit akan berhenti dengan beberapa keadaan yaitu :
a. Sembuh sempurna : kondisi host baik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula seperti
keadaan sebelum sakit.
b. Meninggal dunia : terbentuknya perjalanan penyakit dan pejamu meninggal dunia.
Tahapan ini merupakan keadaan yang tidak diharapkan

Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
Pada dehidrasi yang berat, tampak tanda-tanda:
GEJALA KLINIS • Penderita merasa haus
• Turgor kulit menurun
Gejala yang tampak adalah: • Selaput lendir dan kulit tampak kering
• Diare mendadak, berupa air yang rupanya • Mata cekung
seperti air bekas cucian beras (ricewater • Denyut nadi cepat
stool) • Urine berkurang
• Mual dan Muntah, biasanya mengikuti diare • Ujung jari keriput
• Kejang otot
• Gejala asidosis Pada penderita-penderita dengan dehidrasi
• Dehidrasi berat, dapat terjadi penurunan fungsi ginjal
sampai terjadi gagal ginjal akut

Buku Ajar IPD Edisi VI


KRITERIA DERAJAT DEHIDRASI
1. Penilaian Klinis 2. Skor Daldiyono
• Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 3-5% dari BB
normal → rasa haus yang berlebih
• Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-8% dari BB
normal → Hipotensi postural, takikardia,
kelemahan, selaput lendir kering atau mulut
kering
• Dehidrasi berat: kehilangan cairan >10% dari BB
normal → Oliguria; mata cekung; denyut nadi
lemah, sudah, atau tidak ada; kulit keriput,
somnolen; koma

Buku Ajar IPD Edisi VI Defisit cairan: skor/15 x BB (kg) x 10% x 1000
Berdasarkan klasifikasi WHO

Medscape
TANDA TANDA GAGAL SIRKULASI

● Suhu tubuh rendah


● Frek. Nadi menjadi cepat dengan isi
yang kurang
● Denyut jantung cepat
● Tekanan darah menurun
● Sianosis
● Asidosis metabolic
● Pernapasan cepat, mula-mula dangkal
namun akhirnya dalam (kussmaul)

Buku Ajar IPD Edisi VI


DIAGNOSIS
Anamnesis: gejala, dan tanyakan sanitasi lingkungan pasien
Pemeriksaan Fisik: Tanda Vital, tanda tanda dehidrasi dan asidosis

● Apabila dari gambaran klinis menunjukan dugaan yang kuat ke arah


kolera, pengobatan harus segera dimulai, sambil menunggu hasil
pemeriksaan bakteriologis

Pemeriksaan Penunjang:
● Bakteriologis
Jika tinja segar → tanpa pewarnaan → mikroskop lapang gelap →
tampak bentuk spiral yang memiliki pola motilitas seperti shooting star
Kultur: Pada agar TCBS → koloni berbentuk bulat, berwarna kuning,
dan mukoid
● Lab: Elektrolit

Buku Ajar IPD Edisi VI


TATALAKSANA

Mencakup:
1. Penggantian kehilangan cairan tubuh dg segera dan cermat
2. Koreksi gangguan elektrolit dan bikarbonat
3. Terapi antimikroba

Buku Ajar IPD Edisi VI


REHIDRASI
● Rehidrasi dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu terapi rehidrasi dan pemeliharaan.
● Perhitungkan kebutuhan harian akan cairan dan nutrisi, terutama bila diare
berlangsung lama dan pada pasien pediatri.
● Pada dehidrasi berat yang disertai renjatan hipovolemik, muntah yang tak terkontrol,
atau pasien dengan penyulit yang berat → infus intravena.
● Pada kasus sedang dan ringan → secara per oral dengan cairan rehidrasi oral atau oral
rehydration solution (ORS).
● Sedang tahap pemeliharaan → cairan rehidrasi oral
● Untuk keperluan rumatan dapat diberikan cairan dengan konsentrasi garam yang rendah
seperti: air minum biasa, atau susu yang diencerkan, dan air susu ibu terutama untuk
bayi dan anak-anak.
● Pemilihan jenis cairan → ringer laktat yang komposisinya kurang lebih sama dengan
susunan elektrolit tinja kolera dan terbukti dapat perfusi ke sel tubuh dengan baik.

Buku Ajar IPD Edisi VI


Tindakan rehidrasi oral dengan cairan khusus rehidrasi oral (ORS). Dasar patofisiologinya ialah
kemampuan usus pasien kolera untuk resorpsi elektrolit dan cairan dari dalam lumen bila
ditambahkan glukosa dalam jumlah yang tepat akan meningkatkan resorpsi tersebut.

Terapi rehidrasi dengan cairan oral (ORS) pelaksanaannya sederhana sekali, namun
memerlukan pencatatan yang seksama tentang pengeluaran cairan tinja dan pemasukan
cairan oral.

Cara pengobatan yang efektif ini mempunyai efisiensi dalam segi klinis berupa meminimalkan
risiko seperti hidrasi berlebihan dengan segala akibatnya, efek samping pada terapi infus, di
samping keuntungan dalam penghematan cairan infus dengan 50-80 %

Buku Ajar IPD Edisi VI


Buku Ajar IPD Edisi VI
● Cairan lainnya: NaCI fisiologis dan larutan segar isotonik bikarbonas natrikus 132 %
dalam perbandingan 2:1.

● Sebagai pengganti bikarbonas, dapat diberikan larutan 1/6 mol Na laktat dalam larutan
Darrow glukosa, diamana larutan ini lebih stabil berada dalam larutan daripada
bikarbonas natrikus.
● Dalam pemakaian jenis cairan ini perlu diberikan substitusi kalium dalam bentuk oral atau
parenteral.

Buku Ajar IPD Edisi VI


ANTIBIOTIK

Terapi antibiotik dini mungkin dapat segera mengeradikasi Vibrio dan


mengurangi frekuensi serta volume diare secara bermakna,

Tetrasiklin dengan dosis 500 mg 4 kali sehari secara oral selama 3 hari \
Mekanisme: menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat subunit
ribosom 50S

Sebagai altenatif dapat dipilih obat- obat lain seperti siprofloksasin,


doksisklin dan trimetoprim-sulfametoksasol.

Buku Ajar IPD Edisi VI


Buku Ajar IPD Edisi VI
PENCEGAHAN
● Menjaga sanitasi dan kebersihan lingkungan sekitar terutama yang selalu
berhubungan dengan kebutuhan yaitu air.

● Imunisasi dengan vaksin yang mengandung 10 milyar Vibrio yg telah mati per
ml, memberikan proteksi 60-80% untuk masa 3-6 bulan.

● Vaksin ini tidak berpengaruh pada karier dalam pencegahan penularan hingga
vaksinasi kolera tidak lagi mejadi persyaratan sertifikat kesehatan
internasional, sehingga pada saat ini perbaikan higiene saja yang
memberikan perlindungan yang berarti dalam mencegah kolera.

Buku Ajar IPD Edisi VI


VAKSIN KOLERA
● Vaksin kolera (oral) mengandung strain Inaba yang diinaktivasi (termasuk biotipe El-
Tor) dan strain Ogawa dari Vibrio cholerae serogrup O1 dan juga mengandung subunit
B dari toksin kolera rekombinan yang dihasilkan dalam strain Inaba dari V.
cholerae, serogrup O1.

● Vaksin kolera oral diindikasikan untuk wisatawan yang berkunjung ke daerah endemik
atau epidemic

● Imunisasi harus sudah selesai sedikitnya 1 minggu sebelum potensi paparan. Tetapi,
tidak ada persyaratan untuk vaksinasi kolera untuk perjalanan internasional. WHO tidak
merekomendasikan pemberian vaksin kolera (injeksi) yang diinaktivasi karena hanya
memberikan proteksi sampai dengan 50%. Imunisasi vaksin kolera tidak memberikan
proteksi 100% dan semua wisatawan yang berkunjung ke negara yang ada kolera harus
diperingatkan untuk memperhatikan makanan, air, dan kebersihan individu.

● Efek samping vaksin kolera oral adalah diare, sakit perut, sakit kepala; efek samping
yang jarang adalah mual, muntah, tidak nafsu makan, pusing, demam dan gangguan
saluran napas.
KOMPLIKASI

1. Syok hipovolemik
2. Gagal ginjal akut
3. Hipokalemia
PROGNOSIS

● Tanpa hidrasi, angka kematian lebih dari 50% telah dilaporkan.


● Angka kematian lebih tinggi pada anak-anak, wanita hamil dan orang tua.
● Secara keseluruhan, angka kematian menurun karena akses yang lebih baik ke
perawatan kesehatan, sanitasi dan pendidikan yang lebih baik.

NCBI
Thanks!
• Buku Ajar IPD Edisi ke VI
• NCBI: Cholera
• Medscape: Cholera
• Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta.
Penerbit Universitas Trisakti
• Neeta, Patwardhan. 2016. Handbook of Practical Examination in
Microbiology

Anda mungkin juga menyukai