Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
TAKSONOMI VIBRIO CHOLERAE
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo : Vibrionales
Kelas : Gamma proteobacteria
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio cholera
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
MORFOLOGI
• V. cholerae termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang bengkok
seperti koma dengan ukuran panjang 2-4 μm.
• Bakteri V. cholerae memiliki satu buah flagela halus pada ujungnya
(Monotrikh) yang menyebabkan bakteri ini bergerak sangat aktif.
• Bakteri ini tidak membentuk spora, bentuk koloninya cembung (convex),
dan bergranula bila disinari
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif dengan
suhu untuk pertumbuhan yang berkisar antara 18-37 oC. Bakteri ini
tumbuh baik pada jenis media yang mengandung garam mineral
dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Pada media
TCBS (thiosulfate-citrate-bile- sucrose) pertumbuhan V. cholerae
akan menjadi lebih baik dan cepat, menghasilkan koloni
berbentuk bulat, berwarna kuning, berdiameter 1-3 mm dan
mukoid sehingga dapat dibedakan dari koloni bakteri lain untuk
memudahkan dalam proses isolasinya
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
V. cholerae dapat juga tumbuh pada pH yang sangat tinggi (8,5-9,5),
namun umumnya bakteri ini memerlukan pH yang netral untuk
pertumbuhan dengan kecepatan optimum dan pada pH asam akan
mengalami laju kematian yang sangat cepat. V. cholerae
memfermentasi sukrosa dan maltosa tanpa menghasilkan gas pada
media TCBS (thiosulfate-citrate-bile-sucrose).
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
ANTIGEN, SEROTIPE, BIOTIPE
Vibrio cholerae O1 memiliki 2 jenis antigen:
• Antigen somatik (antigen O) bersifat termosibel, terdiri dari dari polisakarida
• Antigen flagela (antigen H) terdiri dari protein sifatnya termolabil .
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
Virulensi dari V. cholera dipengaruhi oleh Enterotoksin yg dikenal
sebagai Toksin Cholera. Enterotoksin ini merupakan molekul protein
yang terdiri dari 5 subunit B dan 2 subunit A. Subunit B bekerja untuk
mengikat reseptor gangliosida (monosialosil gangliosida, GM1) yang
terletak di permukaan sel yang melapisi mukosa usus.
Kehilangan cairan ini berasal dari duodenum dan jejunum atas. Dikarenakan, volume besar cairan
yang diproduksi di usus bagian atas melebihi daya serap usus bagian bawah, mengakibatkan
diare yang parah.
Enterotoksin bekerja secara lokal dan tidak menyerang dinding usus. Akibatnya, hanya sedikit
neutrofil yang ditemukan di tinja
Medscape: Cholera
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
Neeta, Patwardhan. 2016. Handbook of Practical Examination in Microbiology
PERJALANAN PENYAKIT
1. Tahap pre patogenesis ( stage of susceptibility )
Tahapan dimana terjadi interaksi antara host, bibit penyakit dan lingkungan. Pada tahap ini
penyakit belum ditemukan, daya tahan tubuh host masih kuat, walaupun sudah terancam
akibat interaksi tersebut. Pada tahap ini kondisi masih sehat.
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
3. Tahap penyakit dini ( stage of clinical diseases )
Pada tahap ini, V. cholerae O1 yang melewati lambung dan bertahan hidup dari
pengaruh asam lambung, akan mencapai bagian proksimal usus halus di mana terjadi
interaksi antara bakteri dan pejamu. Seperti pada semua kuman-kuman penyebab
diare, V. cholerae O1 juga harus mempunyai kemampuan untuk melekatkan diri pada
mukosa usus. Selanjutnya kuman berkembang biak sambil memproduksi toksin
( choleratoxin ). Cholera toxin (tidak tahan panas dan tidak tahan asam) merangsang
epitel usus, meningkatkan aktivitas enzim adenyl cyclase di usus yang selanjutnya
menyebabkan peningkatan cyclic adenosine 3,5-monophosate(cAMP) intraseluler.
cAMP ini menyebabkan sekresi cairan intestinal yang luar biasa sehingga terjadi diare
yang hebat yang sifatnya isotonik
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
4. Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat melakukan pekerjaan
dan jika berobat umumnya memerlukan perawatan.
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti
Pada dehidrasi yang berat, tampak tanda-tanda:
GEJALA KLINIS • Penderita merasa haus
• Turgor kulit menurun
Gejala yang tampak adalah: • Selaput lendir dan kulit tampak kering
• Diare mendadak, berupa air yang rupanya • Mata cekung
seperti air bekas cucian beras (ricewater • Denyut nadi cepat
stool) • Urine berkurang
• Mual dan Muntah, biasanya mengikuti diare • Ujung jari keriput
• Kejang otot
• Gejala asidosis Pada penderita-penderita dengan dehidrasi
• Dehidrasi berat, dapat terjadi penurunan fungsi ginjal
sampai terjadi gagal ginjal akut
Buku Ajar IPD Edisi VI Defisit cairan: skor/15 x BB (kg) x 10% x 1000
Berdasarkan klasifikasi WHO
Medscape
TANDA TANDA GAGAL SIRKULASI
Pemeriksaan Penunjang:
● Bakteriologis
Jika tinja segar → tanpa pewarnaan → mikroskop lapang gelap →
tampak bentuk spiral yang memiliki pola motilitas seperti shooting star
Kultur: Pada agar TCBS → koloni berbentuk bulat, berwarna kuning,
dan mukoid
● Lab: Elektrolit
Mencakup:
1. Penggantian kehilangan cairan tubuh dg segera dan cermat
2. Koreksi gangguan elektrolit dan bikarbonat
3. Terapi antimikroba
Terapi rehidrasi dengan cairan oral (ORS) pelaksanaannya sederhana sekali, namun
memerlukan pencatatan yang seksama tentang pengeluaran cairan tinja dan pemasukan
cairan oral.
Cara pengobatan yang efektif ini mempunyai efisiensi dalam segi klinis berupa meminimalkan
risiko seperti hidrasi berlebihan dengan segala akibatnya, efek samping pada terapi infus, di
samping keuntungan dalam penghematan cairan infus dengan 50-80 %
● Sebagai pengganti bikarbonas, dapat diberikan larutan 1/6 mol Na laktat dalam larutan
Darrow glukosa, diamana larutan ini lebih stabil berada dalam larutan daripada
bikarbonas natrikus.
● Dalam pemakaian jenis cairan ini perlu diberikan substitusi kalium dalam bentuk oral atau
parenteral.
Tetrasiklin dengan dosis 500 mg 4 kali sehari secara oral selama 3 hari \
Mekanisme: menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat subunit
ribosom 50S
● Imunisasi dengan vaksin yang mengandung 10 milyar Vibrio yg telah mati per
ml, memberikan proteksi 60-80% untuk masa 3-6 bulan.
● Vaksin ini tidak berpengaruh pada karier dalam pencegahan penularan hingga
vaksinasi kolera tidak lagi mejadi persyaratan sertifikat kesehatan
internasional, sehingga pada saat ini perbaikan higiene saja yang
memberikan perlindungan yang berarti dalam mencegah kolera.
● Vaksin kolera oral diindikasikan untuk wisatawan yang berkunjung ke daerah endemik
atau epidemic
● Imunisasi harus sudah selesai sedikitnya 1 minggu sebelum potensi paparan. Tetapi,
tidak ada persyaratan untuk vaksinasi kolera untuk perjalanan internasional. WHO tidak
merekomendasikan pemberian vaksin kolera (injeksi) yang diinaktivasi karena hanya
memberikan proteksi sampai dengan 50%. Imunisasi vaksin kolera tidak memberikan
proteksi 100% dan semua wisatawan yang berkunjung ke negara yang ada kolera harus
diperingatkan untuk memperhatikan makanan, air, dan kebersihan individu.
● Efek samping vaksin kolera oral adalah diare, sakit perut, sakit kepala; efek samping
yang jarang adalah mual, muntah, tidak nafsu makan, pusing, demam dan gangguan
saluran napas.
KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik
2. Gagal ginjal akut
3. Hipokalemia
PROGNOSIS
NCBI
Thanks!
• Buku Ajar IPD Edisi ke VI
• NCBI: Cholera
• Medscape: Cholera
• Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta.
Penerbit Universitas Trisakti
• Neeta, Patwardhan. 2016. Handbook of Practical Examination in
Microbiology