Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
”Penyakit Menular Kolera”. Salam serta salawat penulis peruntukkan kepada Nabi
Muhammad SAW. yang telah menjadi panutan umat manusia.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas individu
dari dosen pengampu Pak H. Gunawan, SKM, M.Kes pada mata kuliah Imu Dasar
Keperawatan II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
topik makalah yang diberikan oleh dosen bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan banyak terima kasih dalam pembuatan makalah ini dan Ibu
dosen, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum mencapai kesempurnaan, sehingga
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok XX
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………..…………………..…………..…………..………….i
Daftar Isi………….…..…………..…………..…………..…………..…………...........ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………..…………..…………..…………………..………….4
B. Rumusan Masalah…………..…………..…………..…………………..………5
C. Tujuan Penulisan…………..…………..………….……..…………..…….........5
D. Manfaat Penulisan…………..…………..…………..…………..………………6
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………..…………..…………..…………..……..………………16
B. Saran…………..…..…………..…………..…………..………………………..16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan
dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih
dari 1.3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita
disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-
rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak
berusia kurang dari dua tahun (Widoyono, 2011).
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian.
Laporan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit diare merupakan
penyebab kematian nomer satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%),
sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke
empat (13,2%) (Supriyantoro dkk, 2013).
Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi (Widoyono, 2011) :
1. Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus.
2. Bakteri: Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%), Vibrio
cholerae, dan lain-lain.
3. Parasit: Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lamblia,
Cryptosporidium
(4-11%).
4. Keracunan makanan.
5. Malabsorpsi: Karbohidrat, lemak, dan protein.
6. Alergi: Makanan dan susu sapi.
7. Immunodefisiensi: AIDS
Dari beberapa penyebab diare, Vibrio cholerae yang termasuk ke dalam
kategori bakteri telah menginfeksi jutaan orang di dunia dan menyebabkan
kematian. Diperkirakan sekitar 5,5 juta kasus kolera terjadi setiap tahunnya di
Asia dan Afrika, 8% dari pada kasus-kasus ini cukup berat sehingga
memerlukan perawatan rumah sakit da 20% dari kasus-kasus berat ini
berakhir dengan kematian, sehingga jumlah kematian berkisar 120.000 kasus
pertahun (Lesmana, 2006).
Di Indonesia sendiri, kasus penyakit kolera terjadi pada bulan Januari
tahun 1961 yang merupakan pandemi ke tujuh di dunia dan pandemi pertama
di Indonesia yang terjadi di kota Makassar dan Sulawesi. Penyakit kolera ini
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae yang sangat berbahaya dan jika
terinfeksi menyebabkan diare serta muntah sehingga penderita dapat
kehilangan nyawa jika tidak ditangani dengan secepat mungkin.
Vibrio cholerae pertama kali ditemukan oleh seorang ahli anatomi dari
Itala Filippo Pacini pada tahun 1854. Penemuannya mengungkapkan tentang
bakteri V. cholerae penyebab utama yang menjadi penyakit kolera. Namun
teori dari Filippo Pacini ini diabaikan oleh komunitas ilmiah karena pada masa
tersebut masih berkembang teori tentang penyakit kolera yang disebabkan
oleh racun. Pada tahun 1884 Robert Koch melaporkan hasil penelitiannya
tentang bakteri V. cholerae sebagai penyebab penyakit Kolera dan dikenal
secara luas oleh seluruh kalangan masyarakat (Lippi & Gotuzzo, 2013).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi penyakit kolera
2. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi penyakit kolera
3. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran klinik penyakit kolera
4. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan terhadap terinfeksi bakteri Vibrio
cholerae
5. Mahasiswa dapat mengetahui pengobatan terhadap penderita penyakit
kolera
6. Mahasiswa dapat mengetahui kekebalan tubuh pada penderita penyakit
kolera
D. Manfaat Penulisan
Hasil pembelajaran ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi penulis
dan pembaca.
1. Manfaat bagi penulis, pengkajian ini memberikan pengetahuan
tentang Penyakit Menular Kolera.
2. Manfaat dari pembaca, pengkajian ini dapat digunakan sebagai
bahan referensi tambahan bagi dunia ilmu kesehatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Klasifikasi Vibrio Cholerae
Vibrio cholerae merupakan salah satu bakteri paling banyak terdapat pada
permukaan air yang terkontaminasi limbah industri dan limbah rumah tangga.
Bakteri ini bersifat gram negatif berbentuk basil (batang) bengkok, bersifat
aerob dan motil, serta mempunyai satu flagel kutub. Vibrio cholera yang
menyebabkan penyakit kolera pada manusia adalah jenis serogrup O1 dan O139
(Kharirie, 2013).
Bakteri Vibrio cholerae mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom: Bacteri
Filum: Proteobacteria
Ordo: Vibrionales
Kelas: Gamma proteobacteria
Family: Vibrionaceae
Genus: Vibrio
Spesies: Vibrio cholera (Aditia, 2015).
Vibrio cholerae dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu serotype dan
biotype. Pada tipe serotype, bakteri V. cholerae memiliki kemampuan
mengaglutinasi antisera polyvalent O. Antisera polyvalent O terbagi atas tiga
tipe, yaitu: (1) Serotype Ogawa (AB); (2) Serotype Inaba (AC); (3) Serotype
Hikojima (ABC). Sementara untuk biotype, bakteri ini dibagi lagi berdasarkan
sensitifitasnya terhadap bakteriofaga, yaitu: (1) Biotype Klasikal & (2) Biotype
El-Tor (Widyastana, 2015). Berdasarkan variasi antigen, genomic, dan
toksisitasnya Vibrio cholerae dibagi lagi kedalam 30 strain (Moat et al., 2002).
V. cholerae serogrup O1 dibagi atas biotype Klasikal dan El-Tor.
Biotype Klasikal adalah penyebab penyakit kolera atau asiatik kolera. Biotype
El-Tor ini juga menghasilkan hemolisin selain menghasilkan toksin. Hemolisin
yang dihasilkan merupakan suatu protein yang dapat menyebabkan hemolisis
darah sehingga pada penderita diare mengalami diare yang berdarah
(Widyastana, 2015).
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri V. cholerae grup non O1 ini
dianggap tidak begitu berbahaya karena bakteri V. cholerae grup non O1 ini
hanya menyebabkan diare yang ringan pada penderita (Widyastana, 2015).
Akan tetapi, pada tahun 1991 dunia dikejutkan dengan adanya wabah kolera di
Bangladesh dan India yang disebabkan oleh bakteri V. cholerae grup non O1
yang memproduksi toksin seperti grup O1. Strain baru ini selanjutnya diberi
nama V. cholerae O139 Bengal (Amelia, 2005).
Efektivitas 85%
Kontra Indikasi Orang-orang yang diketahui
hipersensitif pada dosis sebelumnya,
anak-anak yang mudah sakit, bayi
berusia > 6 bula, dan Ibu hamil
3. Pantau terus keadaan pasien selama satu sampai dua jam dan terus lakukan
rehidrasi. Jika dnegan rehidrasi kondisi tidak membaik, berikan infus. 200
mL/kg atau lebih mungkin akan dibutuhkan dalam 24 jam pertama.
4. Setelah enam jam (bayi) atau tiga jam (pasien yang lebih tua), lakukan
observasi penuh. Beralih ke oralit jika rehidrasi berhasil dan pasien dapat
minum.
b. Terapi antibiotika
Pengobatan antibiotika merupakan upaya yang penting di samping
terapi cairan (Lesmana, 2006):
a) Pemberian antibiotika dapat mengurangi waktu ekskresi kuman V.
cholerae O1 di tinja di samping mengurnagi gejal-gejala penyakit.
b) Pemberian antibiotika dapat memperpendek lamanya diare.
c) Pemberian antibiotika dapat mengurangi jumlah cairan intravena
maupun oral yang diperlukan untuk rehidrasi penderita.
Meskipun dilaporkan dari beberapa negara seperti India, Thailand
dan beberapa negara di Afrika, adanya kuman-kuman V. cholerae O1 yang
telah resisten terhadap tetrasiklin, yaitu antibiotika yang merupakan obat
pilihan untuk kolera namun di banyak tempat termasuk Indonesia, V.
cholerae O1 masih sensitif terhadap tetrasiklin (Lesmana, 2006).
Jenis- jenis antibiotika yang efektif untuk kolera adalah (Lesmana, 2006) :
a) Tetrasiklin
b) Doksisiklin
c) Trimetoprin-sulfametokzasol
d) Norfloksasin
B. Saran
Penulis berharap pembaca dapat memahami dan memanfaatkan makalah
penyakit menular kolera untuk menambah ilmu pengetahuan di dunia kesehatan.
Penulis juga menyarankan kepada pembaca untuk menjaga kebersihan lingkungan
agar terhindar dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3576/1/05010682.pdf
https://www.academia.edu/10494635/Epidemiologi_Penyakit_Menular_Kolera
http://repository.unimus.ac.id/456/3/13.%20BAB%202.pdf