Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR ISONIAZID DALAM SEDIAAN SIRUP


SECARA TITRASI NITRIMETRI

Responser : Dr. Arry Yanuar, M.Si., Apt.


Oleh : Asma Fitriani 1506677396
Harry Prayoga 1506677572
Nela Rohmah 1506677484
Syarafina 1506677465

LABORATORIUM KIMIAFARMASI MEDISINAL DAN BIOANALISIS

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, NOVEMBER 2018


DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................................ 1
Daftar Isi .................................................................................................................. 2
1. Tujuan Percobaan ……………........................................................................... 3
2. Prinsip Percobaan ................................................................................................ 3
a. Isoniazid ......................................................................................................... 3
b. Metode Titrasi Nitrimetri ............................................................................... 3
3. Alat dan Bahan ………………………………………………………………...5
a. Alat ................................................................................................................. 5
b. Bahan ............................................................................................................. 5
4. Cara Kerja dan Data Pengamatan ……………………………………………...6
a. Pembuatan Larutan Natrium Nitrit 0,1 N ....................................................... 6
b. Pembuatan Indikator Tropeolin 0,1%............................................................. 6
c. Pembuatan Indikator Metilen Blue 0,1% LP ………………………………. 6
d. Pembuatan Pasta Kanji Iodide ……………………………………………... 6
e. Identifikasi Sediaan Sirup Isoniazid ……………………………………….. 6
f. Pembakuan Larutan NaNO2 dengan Asam Sulfanilat ………………………7
g. Titrasi Orientasi Baku Isoniazid ………………………………….…………8
h. Uji Akurasi dan Presisi ................................................................................ 10
Uji Akurasi dan Presisi 80%......................................................................... 10
Uji Akurasi dan Presisi 100%....................................................................... 11
Uji Akurasi dan Presisi 120%....................................................................... 14
i. Penetapan Kadar Sampel Sirup Isoniazid..................................................... 15
5. Pembahasan ………………………..………………………………………… 17
Identifikasi Sediaan Sirup Isoniazid .................................................................. 17
Pembakuan NaNO2 ………...…………………………………………………18
Titrasi Orientasi Baku Isoniazid........................................................................ 19
Uji Akurasi dan Presisi...................................................................................... 20
Penetapan Kadar Sampel Sirup Isoniazid ......................................................... 23
6. Kesimpulan ....................................................................................................... 25
7. Daftar Pustaka ................................................................................................... 25
8. Lampiran ........................................................................................................... 25

2
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SIRUP ISONIAZID DENGAN
METODE TITRASI NITRIMETRI

Tanggal Responsi : 30 November 2018


Tanggal Percobaan : 14 November 2018
Responser : Dr. Arry Yanuar, M.Si., Apt.
Metode Penetapan Kadar : Titrasi Nitrimetri

1. Tujuan Percobaan
Mengkonfirmasi kesesuaian kandungan dan kadar Isoniazid dalam sampel tablet
dengan persyaratan yang telah ditentukan.
2. Prinsip Percobaan
A. Isoniazid
Isoniazid atau yang biasa disingkat INH merupakan salah satu obat bagi pasien
tuberkulosis. INH ini bersifat bakterisid terhadap mikobakterium yang sedang tumbuh
dan bersifat bakteriostatik terhadap mikobakterium yang sedang dalam fase istirahat.
Mekanisme kerjanya menghambat biosintesa asam mikolat yang merupakan unsur
penting dinding sel mikobakterium teberkulosis.
INH ini memiliki gugus hidrazida sehingga dapat dianalisis dengan titrasi
nitrimetri. Dari gugus hidrazida ini nanti akan terbentuk senyawa azida. Pada suasana
asam, NaNO2 berubah menjadi HNO2 (asam nitrit) yang akan bereaksi dengan sampel
yang dititrasi membentuk garam diazonium.
B. Metode Titrasi Nitrimetri
Nitrimetri adalah metoda titrasi yang menggunakan NaNO2 sebagai pentiter
dalam suasana asam. Pada suasana asam, NaNO2 berubah menjadi HNO2 (asam nitrit)
yang akan bereaksi dengan sampel yang dititrasi membentuk garam diazonium
(Gandjar et al, 2007). Pembentukan garam diazonium berjalan lambat, oleh karena itu
untuk mempercepatnya dapat ditambahkan KBr sebagai katalisator (Hamdani, 2013).
Zat yang dapat dititrasi dengan nitrimetri adalah zat yang mengandung gugus –
NH2 (amin) aromatis primer atau zat lain yang dapat dihidrolisis/direduksi menjadi
amin aromatis primer (Setyawati et al, 2010). Persamaan berlangsung dalam dua tahap
seperti dibawah ini.

3
Gambar 1. Skema Reaksi Diazotasi

Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatic primer misalnya benzokain,
sulfa; yang mempunyai gugus amin alifatis sekunder misalnya Na siklamat; yang
memiliki gugus hidrazida misalnya INH; yang memiliki gugus amin aromatis sekunder
adalah parasetamol, fenasetin, dan yang memiliki gugus nitroaromatik adalah
kloramfenikol.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi nitrimetri adalah :

a. Suhu. Pada saat melakukan titrasi suhu antara 5 - 15oC. Pembentukan garam
diazonium berlangsung pada 5oC. Maka pada temperature 5 - 15oC digunakan
KBr sebagai katalisator. Titrasi tidak dapat dilakukan pada suhu tinggi karena
HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu yang tinggi. Garam diazonium
yang terbentuk akan terurai menjadi fenol.
b. Keasaman. Titrasi berlangsung pada pH 2, hal tersebut diperlukan untuk
mengubah NaNO2 menjadi HNO2 dan pembentukan garam diazonium.
c. Kecepatan reaksi Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali sehingga agar
reaksi sempurna, maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan
pengocokkan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1ml/menit,
lalu menjelang titik-titik akhir menjadi 2 tetes/menit.

Untuk menentukan titik akhir titrasi nitrimetri dapat digunakan dua macam indikator,
yaitu:

a. Indikator Dalam
Indikator dalam yang digunakan terdiri dari campuran tropeolin 00 dan Metilen
Blue (5:3). Tropeolin 00 merupakan indikator asam–basa yang berwarna merah
dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasikan oleh adanya
kelebihan asam nitrit. Sedangkan metilen blue sebagai pengkontras titik akhir
titrasi akan terjadi perubahan warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi

4
perubahan dari ungu menjadi biru sehingga hijau tergantung senyawa yang
dititrasi.
b. Indikator Luar
Indikator luar adalah indikator yang dipakai tidak dengan memasukkan ke
dalam larutan yang akan dititrasi, tetapi hanya dengan menggoreskan larutan
yang akan diperiksa pada indikator ini pada saat titik akhir hampir dicapai.
Contohnya pasta kanji iodida.
KI +HCl → KCl + HI
2 HI + 2 HNO2 → I2 + 2 NO + H2O
I2 + Kanji yod (biru)
3. Alat dan Bahan
a. Alat
- Buret mikro 10 mL
- Erlenmeyer 100 mL
- Beaker glass 100 mL
- Gelas ukur
- Labu ukur
- Keramik
- Timbangan Analitik
- Statif dan klem
- Balon karet
- Lumpang dan alu
- Stirer
- Pipet volume 2 mL
- Pipet tetes
b. Bahan
- Larutan NaNO2
- Asam sulfanilat
- Sirup isoniazid
- Zat aktif isoniazid
- Larutan ammonia 25%
- HCl P
- Pasta Kanji Iodida
- Serbuk KBr

5
- Indikator tropeolin OO 0,1% dan biru metilen 0,1%
- Es batu
4. Cara Kerja dan Data Pengamatan
a. Pembuatan Larutan Natrium Nitrit 0,1N
Timbang dengan seksama 7,5 gram natrium nitrit p.a. Larutkan dalam labu takar 1000
ml, tambahkan aquadest ad 1 L. Buat sesuai keperluan.
b. Pembuatan Indikator Tropeolin 0,1%
(1) Timbang seksama 50 mg TOO serbuk, kemudian larutkan dengan aquadest
hingga 50 ml.
(2) Bila tidak larut, panaskan diatas kompor listrik atau dengan sonikasi.
(3) Tunggu hingga semua bahan serbuk terlarut sempurna.
(4) Angkat. Lalu tunggu hingga dingin dan saring jika perlu. Simpan larutan didalam
botol reagen coklat.
c. Pembuatan Indikator Metilen Blue 0,1% LP
(1) Timbang seksama 50 mg metilen blue P, masukkan kedalam labu takar 50 ml.
(2) Larutkan bahan tersebut dengan 20 ml etanol P. Aduk hingga homogen.
Cukupkan dengan etanol hingga batas.
(3) Simpan larutan indikator dalam botol coklat.
d. Pembuatan Pasta Kanji Iodide
(1) Larutkan 750 mg kalium iodida dalam 5 ml aquadest.
(2) Larutkan 2 gram zink klorida dalam 10 ml aquadest.
(3) Campurkan kedua larutan tersebut dan tambahkan 100 ml aquadest.
(4) Panaskan hingga mendidih.
(5) Tambahkan suspensi 5 gram pati dalam 35 ml air dingin, sambil diaduk terus.
Didihkan selama 2 menit dan dinginkan.
(6) Kanji iodida harus disimpan dalam wadah yang tertutup baik dan diletakkan
ditempat sejuk.
e. Identifikasi Sediaan Sirup Isoniazid
(1) Masukkan sejumlah sampel setara dengan 50 mg isoniazid, masukkan dalam labu
tentukur 500 mL, tambahkan air hingga tanda dan saring.
(2) Masukkan 10 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100 mL, tambahkan 2,0 mL
asam klorida 0,1 N.
(3) Encerkan dengan air sampai tanda, saring larutan

6
(4) Uji menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Spektrum serapan menunjukkan
maksimum dan minimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti
isoniazid BPFI.

Tabel 1. Data Hasil Identifikasi Sirup Isoniazid

Pengamatan Hasil

Mengukur serapan isoniazid pada Panjang gelombang maksimum = 262


panjang gelombang maksimum dan nm
minimum
Panjang gelomang minimum = 242 nm

f. Pembakuan Larutan NaNO2 0,1 N dengan Asam Sulfanilat


(1) Timbang seksama lebih kurang 50 mg asam sulfanilat, masukkan kedalam
erlenmeyer 100 ml. Tambahkan larutan amonia 25% (1-2 tetes) sehingga larut
lalu tambahkan aquadest 20 ml.
(2) Tambahkan 2 ml HCl P dan 500 mg KBr, kocok hingga larut sempurna.
(3) Tambahkan 5 tetes indikator tropeolin OO 0,1% dan 3 tetes biru metilen 0,1%
sehingga larutan akan berwarna ungu.
(4) Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N pada suhu < 150C secara perlahan-lahan
sampai warna ungu menjadi biru terang dan lakukan titrasi sebanyak 3 kali.
Kemudian hitung normalitas NaNO2.
Data Pengamatan Pembakuan Larutan NaNO2
Tabel 2. Data Hasil Pembakuan NaNO2
NaNO
Berat Asam Volume (ml) Normalitas
No.
Sulfanilat (mg) Indikator Indikator Indikator Indikator
Dalam Luar Dalam Luar
1. 50,8 2,72 2,60 0,1078 0,1128
2. 50,6 2,74 2,62 0,1066 0,1115
3. 50,8 2,70 2,58 0,1086 0,1136

Perhitungan Normalitas NaNO2

7
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑢𝑙𝑓𝑛𝑖𝑙𝑎𝑡
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝐵𝐸 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑁𝑂2
BE Asam Sulfanilat = 173,19
(1) Percobaan I
 Indikator dalam:
50,8
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑎𝑁𝑂2 = = 0,1078
173,19 𝑥 2,72
 Indikator Luar:
50,8
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑎𝑁𝑂2 = = 0,1128
173,19 𝑥 2,60
(2) Percobaan II
 Indikator dalam:
50,6
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑎𝑁𝑂2 = = 0,1066
173,19 𝑥 2,74
 Indikator Luar:
50,6
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑎𝑁𝑂2 = = 0,1115
173,19 𝑥 2,62
(3) Percobaan III
 Indikator dalam:
50,8
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑎𝑁𝑂2 = = 0,1086
173,19 𝑥 2,70
 Indikator Luar:
50,8
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑎𝑁𝑂2 = = 0,1132
173,19 𝑥 2,58
(4) Normalitas rata-rata = 0,1076
(5) Normalitas yang digunakan adalah N= 0,1076
g. Titrasi Orientasi Baku Isoniazid
(1) Timbang dengan seksama lebih kurang 50 mg baku isoniazid, lalu masukkan
kedalam labu erlenmeyer dan tambahkan 20 ml aquadest, kocok ad homogen.
(2) Tambahkan 2 ml HCl P dan 500 mg KBr, kocok hingga larut sempurna.
(3) Tambahkan 5 tetes indikator tropeolin OO 0,1% dan 3 tetes indikator biru metilen
sehingga larutan akan berwarna ungu.
1 ml NaNO2 0,1 N setara dengan 13,71 mg isoniazid

8
(4) Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N pada suhu <150C, secara perlahan- lahan
sampai warna ungu berubah menjadi biru terang dan lakukan penggoresan pada
pasta kanji iodida sehingga terbentuk warna biru.
(5) Ulangi prosedur sebanyak 3 kali lalu hitung kadar isoniazid
Data Pengamatan Titrasi Orientasi Baku Isoniazid
Tabel 3. Data Hasil Titrasi Orientasi Baku Isoniazid
NaNO2
Berat Baku
Volume (ml) % Kadar
No. Isoniazid
Indikator Indikator Indikator Indikator
(mg)
Luar Dalam Luar Dalam
1. 50,5 3,56 3,30 104,73 103,25
2. 50,8 3,58 3,40 105,46 103,25
3. 50,5 3,60 3,42 103,99 101,78

Perhitungan kadar baku isonizid


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑁𝑂2 𝑥 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑖𝑠𝑜𝑛𝑖𝑎𝑧𝑖𝑑
Kesetaraan : 1 ml NaNO2 0,1 N setara dengan 13,71 mg isoniazid
I ml NaNO2 0,1 N setara dengan 14,75 mg isoniazid
(1) Percobaan I
 Indikator dalam:
3,56 𝑥 14,75
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100% = 103,98 %
50,5

 Indikator Luar:
3,30 𝑥 14,75
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100% = 96,38%
50,5
(2) Percobaan II
 Indikator dalam:
3,58 𝑥 14,75
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100% = 103,94%
50,8
 Indikator Luar:
3,40 𝑥 14,75
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100% = 98,72%
50,8
(3) Percobaan III
 Indikator dalam:

9
3,60 𝑥 14,75
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100% = 105,14%
50,5
 Indikator Luar:
3,42 𝑥 14,75
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100% = 99,89%
50,5
h. Uji Akurasi dan Presisi pada Sampel Sirup Isoniazid
i. Konsentrasi 80%
1) Buat simulasi sirup isoniazid konsentrasi 80% dengan cara menimbang 400
mg zat aktif, masukkan dalam labu takar 25 mL, larutkan dengan basis sirup
kemudian cukupkan sampai batas.
2) Pipet 2 mL sirup simulasi lalu masukan ke dalam erlemenyer dan tambahkan
20 mL aquadest, kocok homogen.
3) Tambahkan 2 mL HCl p dan 500 mg KBr, kocok hingga larut sempurna.
4) Tambahkan 5 tetes indikator tropeolin OO 0,1% dan 3 tetes birumetilen 0,1%
sehingga larutan akan berwarna ungu.
1 mL NaNO2 0,1 N setara dengan 13,71 mg Isoniazid
5) Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N pada suhu < 15°C, secara perlahan-
lahan sampai warna ungu berubah menjadi biru terang dan lakukan
penggoresan pada pasta kanji iodide sehingga terbentuk warna biru.
6) Ulangi prosedur sebanyak tiga kali lalu hitung kadar isoniazid.

Data Pengamatan Akurasi dan Presisi 80%


13,71 𝑚𝑔 × 0,1076 𝑁
Kesetaraan = = 14,75 mg
0,1 𝑁

400,3 𝑚𝑔
Berat sampel = x 2 ml = 32,024 mg
25 𝑚𝑙

Tabel 4. Konsentrasi 80% untuk Uji Akurasi dan Presisi


Berat Volume Praktikan Dosen
Kadar Kadar Recovery KV
No. Sampel NaNO2 SD
Isoniazid (%) (%) (%)
(mg) (mL)
32,024 0,00 – Dr.
1. 92,15 115,19
2,00 Nela Arry
80% 3,4716 3,61
32,024 0,00 – Rohmah Yanuar
2. 97,65 122,26
2,12 M.Si

10
32,024 0,00 –
3. 98,57 123,21
2,14
Rata-rata 96,12 - - -

Perhitungan Kadar
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑁𝑂2 𝑥 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 (%) = 𝑥 100%
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
2,00 𝑚𝑙𝑥 14,74
(1) Kadar 1 (%) = 𝑥 100% = 92,15%
32,024 𝑚𝑔
2,12 𝑚𝑙 𝑥 14,74
(2) Kadar 2 (%) = 𝑥 100% = 97,65%
32,024 𝑚𝑔
2,14 𝑚𝑙 𝑥 14,74
(3) Kadar 3 (%) = 𝑥 100% = 98,57%
32,024 𝑚𝑔
92,15 +97,65 + 98,57
(4) Kadar rata-rata (%) = = 96,12 %
3

Perhitungan %Recovery
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
% 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥 100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
92,15
(1) % Recovery 1 = 𝑥 100% = 115,19%
80
97,65
(2) % Recovery 2 = 𝑥 100% = 122,06%
80
98,57
(3) % Recovery 3 = 𝑥 100% = 123,21%
80

Perhitungan Simpangan Devias


∑(𝑥−𝑥̅ )2 (92,15−96,12)2 + (97,65−96,12)2 + (98,57 −96,12)2
SD = √ =√ = 3,4716
𝑛−1 3−1

Perhitungan Keofisien Variasi


𝑆𝐷 3,47
KV = x 100% = 96,12% x 100% = 3,61%
𝑥̅

ii. Konsentrasi 100%


1) Buat simulasi sirup isoaniazid konsentrasi 100% dengan cara menimbang
500 mg zat aktif, masukkan dalam labu takar 25 ml, larutkan dengan basis
sirup kemudian cukupkan sampai batas.
2) Pipet 2 mL sirup simulasi lalu masukan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan
20 mL aquadest, kocok homogen.
3) Tambahkan 2 mL HCl p dan 500 mg KBr, kocok hinga larut sempurna.
4) Tambahkan 5 tetes indikator tropeolin OO 0,1% dan 3 tetes birumetilen 0,1%
sehingga larutan akan berwarna ungu.

11
1 mL NaNO2 0,1 N setara dengan 13,71 mg Isoniazid
5) Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N pada suhu <150C, secara perlahan-lahan
sampai warna ungu berubah menjadi biru terang dan lakukan penggoresan
pada pasta kanji iodide sehingga terbentuk warna biru.
6) Ulangi prosedur sebanyak enam kali untuk menghitung CV dan %UPK.

Data Pengamatan Akurasi dan Presisi 100%

13,71 𝑚𝑔 × 0,1076 𝑁
Kesetaraan = = 14,75 mg
0,1 𝑁

500,56 𝑚𝑔
Berat sampel = × 2 ml = 40,04 mg/ml
25 𝑚𝑙

Tabel 5. Konsentrasi 100% untuk Uji Akurasi dan Presisi

No. Kadar Berat Volume Kadar Recovery SD KV Praktikan Dosen


Isoniazid sampel NaNO2 (%) (%) (%)
(mg) (ml)
1. 100% 40,04 0,00 – 107,56 107,56 2,1817 2,06 Syarafina Dr.
2,92 Arry
2. 40,04 0,00 – 108,30 108,30 Yanuar,
2,97 M.Si.,
3. 40,04 0,00 – 104,62 104,62 Apt.
2,84
4. 40,04 0,00 – 106,83 106,83
2,90
5. 40,04 0,00 – 106,83 106,83
2,90
6. 40,04 0,00 – 102,41 102,41
2,78
Rata-rata 106,09 - - -

Perhitungan Kadar

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑁𝑂2 (𝑚𝑙) × 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛


Kadar (%) = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

2,92 𝑚𝑙 × 14,75 𝑚𝑔
(1) Kadar 1 (%) = × 100% = 107,56%
40,04 𝑚𝑔

12
2,94 𝑚𝑙 × 14,75 𝑚𝑔
(2) Kadar 2 (%) = × 100% = 108,30%
40,04 𝑚𝑔
2,84 𝑚𝑙 × 14,75 𝑚𝑔
(3) Kadar 3 (%) = × 100% = 104,62%
40,04 𝑚𝑔
2,90 𝑚𝑙 × 14,75 𝑚𝑔
(4) Kadar 4 (%) = × 100% = 106,83%
40,04 𝑚𝑔
2,90 𝑚𝑙 × 14,75 𝑚𝑔
(5) Kadar 5 (%) = × 100% = 106,83%
40,04 𝑚𝑔
2,078 𝑚𝑙 × 14,75 𝑚𝑔
(6) Kadar 6 (%) = × 100% = 102,41%
40,04 𝑚𝑔
107,56% +108,30% +104,62% +106,83%+106,83% +102,41%
(7) Kadar rata-rata (%) = =
6

106,09%

Perhitungan %Recovery

𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


%Recovery = × 100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎

107,56%
(1) % Recovery 1 = × 100% = 107,56%
100%
108,30%
(2) % Recovery 2 = × 100% = 108,30%
100%
104,62%
(3) % Recovery 3 = × 100% = 104,62%
100%
106,83%
(4) % Recovery 4 = × 100% = 106,83%
100%
106,83%
(5) % Recovery 5 = × 100% = 106,83%
100%
102,41%
(6) % Recovery 6 = × 100% = 102,41%
100%

Perhitungan Simpangan Deviasi

∑(𝑥−𝑥̅ )2
SD = √ 𝑛−1

(107,56 −106,09)2 + (108,30 − 106,09)2 + (104,62 −106,09)2


√+ (106,83 −106,09)2 +(106,83 −106,09)2 +(102,41 −106,09)2
= 2,1817
5−1

Perhitungan Koefisien Variasi

𝑆𝐷
KV = × 100%
𝑥̅

2,1817
KV = 106,09%
× 100% = 2,06%

13
iii. Konsentrasi 120%
1) Buat simulasi sirup isoniazid konsentrasi 120% dengan cara menimbang 600
mg zat aktif, masukkan dalam labu takar 25 mL, larutkan dengan basis sirup
kemudian cukupkan sampai batas.
2) Pipet 2 mL sirup simulasi lalu masukan ke dalam erlemenyer dan tambahkan
20 mL aquadest, kocok homogen.
3) Tambahkan 2 mL HCl p dan 500 mg KBr, kocok hingga larut sempurna.
4) Tambahkan 5 tetes indikator tropeolin OO 0,1% dan 3 tetes birumetilen 0,1%
sehingga larutan akan berwarna ungu.
1 mL NaNO2 0,1 N setara dengan 13,71 mg Isoniazid
5) Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N pada suhu < 15°C, secara perlahan-
lahan sampai warna ungu berubah menjadi biru terang dan lakukan
penggoresan pada pasta kanji iodide sehingga terbentuk warna biru.
6) Ulangi prosedur sebanyak tiga kali lalu hitung kadar isoniazid

Data Pengamatan Akurasi dan Presisi 120%


13,71 𝑚𝑔 × 0,1076 𝑁
Kesetaraan = = 14,75 mg
0,1 𝑁

600,5 𝑚𝑔
Beras sampel = x 2 ml = 48,04 mg
25 𝑚𝑙

Tabel 6. Konsentrasi 120% untuk Uji Akurasi dan Presisi


Berat Volume Praktikan Dosen
Kadar Kadar Recovery KV
No. Sampel NaNO2 SD
Isoniazid (%) (%) (%)
(mg) (mL)

0,00 –
1. 48,04 103,16 85,97
3,36
Dr.
0,00 –
2. 120% 48,04 99,48 82,95 1,9723 1,95 Nela Arry
3,24
Rohmah Yanuar
0,00 –
3. 48,04 100,09 83,41 M.Si
3,26
Rata-rata 100,91 - - -

Perhitungan Kadar

14
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑁𝑂2 𝑥 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 (%) = 𝑥 100%
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3,36 𝑚𝑙𝑥 14,74
(1) Kadar 1 (%) = 𝑥 100% = 103,16%
48,04 𝑚𝑔
3,24 𝑚𝑙 𝑥 14,74
(2) Kadar 2 (%) = 𝑥 100% = 99,48%
48,04 𝑚𝑔
3,26 𝑚𝑙 𝑥 14,74
(3) Kadar 3 (%) = 𝑥 100% = 100,09%
48,04 𝑚𝑔
103,16 +99,48 + 100,09
(4) Kadar rata-rata (%) = = 100,91 %
3

Perhitungan %Recovery
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
% 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥 100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
103,16
(1) % Recovery 1 = 𝑥 100% = 85,97%
120
99,48
(2) % Recovery 2 = 𝑥 100% = 82,95%
120
100,09
(3) % Recovery 3 = 𝑥 100% = 83,41%
120

Simpangan Deviasi
∑(𝑥−𝑥̅ )2
SD = √ 𝑛−1

(103,16−100,91)2 + (99,48−100,91)2 + (100,09 −100,91)2


=√ = 1,9723
3−1

Koefisien Variasi
𝑆𝐷 1,97
KV = x 100% = 100,91% x 100% = 1,95%
𝑥̅

i. Penetapan Kadar Sampel Sirup Isoniazid


(1) Pipet 2 mL sampel Isoniazid, Masukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml tambahkan
20 mL aquadest, kocok homogen.
(2) Tambahkan 2 mL HCL p dan 500 mg KBr, kocok hingga larut sempurna.
(3) Tambahkan 5 tetes indikator tropeolin OO 0,1% dan 3 tetes biru metilen 0,1%
sehingga larutan akan berwarna ungu.
(4) Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N pada suhu < 15°C, secara perlahan-lahan
sampai warna ungu berubah menjadi biru terang dan lakukan penggoresan pada
pasta kanji iodide sehingga terbentuk warna biru.
(5) Ulangi titrasi 3 kali lalu hitung kadar isoniazid yang terkandung di dalam sediaan.

Data Pengamatan Penetapan Kadar Sampel Sirup Isoaniazid

Tabel 7. Data Penetapan Kadar Sampel Sirup Isoanizid

15
Volume NaNO2 (mL) Isoniazid

Volume Kadar Zat Aktif (%)


No. Indikator Indikator
Sediaan Indikator Indikator
Dalam Luar
(mL) Dalam Luar

1. 0,00 – 2,84 0,00 – 2,80 2,0 104,73 103,25

2. 0,00 – 2,86 0,00 – 2,80 2,0 105,46 103,25

3. 0,00 – 2,82 0,00 – 2,76 2,0 103,99 101,78

Kesetaraan

Normalitas yang didapatkan adalah NaNO2 0,1076 N

1 mL NaNO2 0,1 N = 13,71 mg

1 mL NaNO2 0,1076 N = x mg

𝑥 𝑚𝑔 0,1076 𝑁
=
13,71 𝑚𝑔 0,1 𝑁

0,1076 𝑁 𝑥 13,71 𝑚𝑔
𝑥=
0,1 𝑁

𝑥 = 14,75 𝑚𝑔

Jadi, kesetaraan yang didapatkan adalah

1 mL NaNO2 0,1076 N ~ 14,75 mg isoniazid

Perhitungan

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑁𝑂2 𝑥 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛


% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Tabel 8. Perhitungan Penetapan Kadar

No. Indikator Dalam Indikator Luar

16
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 % 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟
2,84 𝑚𝐿 𝑥 14,75 𝑚𝑔/𝑚𝑙 2,80 𝑚𝐿 𝑥 14,75 𝑚𝑔/𝑚𝑙
1. = 𝑥 100% = 𝑥 100%
40 𝑚𝑔 40 𝑚𝑔
= 104,73% = 103,25%

% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 % 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟
2,86 𝑚𝐿 𝑥 14,75 𝑚𝑔/𝑚𝑙 2,80 𝑚𝐿 𝑥 14,75 𝑚𝑔/𝑚𝑙
2. = 𝑥 100% = 𝑥 100%
40 𝑚𝑔 40 𝑚𝑔
= 105,46% = 103,25%

% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 % 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟
2,82 𝑚𝐿 𝑥 14,75 𝑚𝑔/𝑚𝑙 2,76 𝑚𝐿 𝑥 14,75 𝑚𝑔/𝑚𝑙
3. = 𝑥 100% = 𝑥 100%
40 𝑚𝑔 40 𝑚𝑔
= 103,99% = 101,78%

5. Pembahasan
Identifikasi

Pada praktikum penetapan kadar isoniazid kali ini dilakukan percobaan identifikasi
isoniazid. Percobaan ini dilakukan untuk memastikan adanya kandungan isoniazid dalam
sediaan sampel yang digunakan. Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
isoniazid dalam sediaan sirup. Praktikan melakukan identifikasi isoniazid dalam sediaan
sirup menggunakan spektrofotometri UV-VIS yang dibandingkan dengan isoniazid BPFI.

Spektrofotometri UV-Visible merupakan gabungan dari spektrofotometri UV dan


spektrofotometri visible menggunakan dua sumber cahaya berbeda. UV dan visible dapat
mengeksitasi elektron. Eksitasi itu sendiri ialah perpindahan elektron dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi tinggi. Semakin banyak elektron tereksitasi maka cahaya yang
terabsorbsi yang dihasilkan akan habis.

Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang UV yaitu 200 – 400 nm, kemudian
ditentukan panjang gelombang maksimum dan minimum dan dibandingkan dengan
isoniazid BPFI. Hasil pengukuran sampel menggunakan spektrofotometri UV-Vis
menunjukkan kemiripan antara bentuk spektrum serapan sampel dengan bentuk spektrum
serapan standar isoniazid (Lampiran). Panjang gelombang maksimum dari baku
pembanding dan sampel menunjukkan hasil yang identik yaitu secara berurutan pada

17
panjang gelombang 264 nm dan 262 nm. Kemudian untuk hasil panjang gelombang
mininum dari baku pembanding isoniazid dan sampel menunjukkan hasil yang identik pula
yaitu secara berurutan pada panjang gelombang 239 nm dan 242 nm. Hasil identifikasi ini
menunjukkan bahwa sampel sirup isoniazid yang digunakan benar mengandung isoniazid
seperti yang tertera pada etiket.

Pembakuan NaNO2

Sebelum dilakukan penetapan kadar isoniazid dalam sampel sirup isoniazid, perlu
dilakukan pembakuan NaNO2 untuk menentukan normalitasnya. Hal ini mengingat bahwa
NaNO2 bukanlah baku primer, sehingga perlu dibakukan terlebih dahulu. Pembakuan
dilakukan dengan menggunakan baku primer yaitu asam sulfanilat. Syarat-syarat baku
primer antara lain yaitu; zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan
dalam keadaan murni, zat tidak boleh bersifat higroskopis, dan zat harus mudah larut dalam
pelarut yang dipilih.
Asam sulfanilat ditimbang dengan seksama lebih kurang 50 mg, dan dimasukkan
kedalam labu erlenmeyer dan ditambahkan 1 hingga dua tetes amonia 25%. Penambahan
amonia bertujuan untuk melarutkan asam sulfanilat mengingat sifatnya yang sukar larut
dalam air. Penambahan amonia perlu diperhatikan, jangan terlalu banyak karena dapat
mempengaruhi pH. Selanjutnya ditambahkan aquadest 20 ml. kemudian ditambahkan 2 ml
HCl P. Penambahan HCl P bertujuan untuk membuat kondisi titrasi berada dalam suasana
asam karena pada suasana asam NaNO2 dapat menjadi HNO2- sehingga garam diazonium
dapat terbentuk. Selain itu, dilakukan juga penambahan KBr sebanyak 500 mg. KBr
berfungsi sebagai katalisator yaitu untuk mempercepat reaksi karena KBr dapat mengikat
NO2 membentuk nitrosobromid yang akan meniadakan reaksi tautomerisasi dari bentuk keto
dan langsung membentuk fenol. Selanjutnya ditambahkan indikator dalam yaitu 5 tetes
indikator tropeolin OO 0,1% dan 3 tetes indikator biru metilen. Tropeolin 00 merupakan
indikator asam–basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila
dioksidasikan oleh adanya kelebihan asam nitrit. Sedangkan metilen blue sebagai
pengkontras titik akhir titrasi akan terjadi perubahan warna sehingga pada titik akhir titrasi
akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sehingga hijau tergantung senyawa yang
dititrasi. Kemudian larutan dititrasi pada suhu < 150C, dalam hal ini titrasi dilakukan di
dalam wadah berisi es. Titrasi harus dilakukan pada suhu tersebut untuk mencegah
penguapan HNO2 atau penguraian karena HNO2 karena sifatnya yang tidak stabil pada suhu
tinggi. Selain itu, juga bertujuan untuk mencegah terurainya garam diazonium yang

18
terbentuk menjadi fenol dan gas nitrogen. Reaksi yang terjadi pada titrasi senyawa amin
aromatis sebagai reaksi diazotasi berjalan lambat sehingga perlu diperhatikan agar titrasi
dilakukan secara perlahan dengan kecepatan titrasi sekitar 1 ml/menit dan dilakukan
pengocokan yang kuat terutama menjelang titik akhir titrasi. Penetesan NaNO2 dari buret
jangan terlalu cepat karena pembentukan garam diazonium memerlukan waktu yang lama.
Bila penetesan terlalu cepat HONO belum bereaksi dengan sampel begitu diteteskan dengan
indikator luar akan menimbulkan warna biru langsung, maka hasil tidak akurat.
Reaksi yang terjadi pada pembakuan NaNO2 dengan asam sulfanilat adalah sebagai
berikut:

Gambar 2. Reaksi Pembakuan NaNO2 dengan Asam Sulfanilat


Larutan dititrasi hingga terjadi perubahan warna. Pada saat mendekati tiik akhir titrasi,
dilakukan pengecekan menggunakan indikator luar yaitu larutan kanji iodida. Pada titik
akhir, terdapat ion NO2- berlebih, maka NO2- akan bereaksi dengan iodide dan mengoksidasi
iodide menjadi iodium yang akan bereaksi dengan amilum membentuk kompleks warna
biru. Reaksi perubahan warna yang dijadikan indikator dalam titrasi ini adalah:
KI +HCl  KCl + HI
2 HI + 2 HONO  I2 + 2 NO + H2O
I2 + Kanji yod  (biru)
Dari 3 kali titrasi yang dilakukan praktikan diperoleh normalitas dengan baku dalam
sebesar 0,1078; 0,1066 dan 0,1086 N. Sedangkan untuk baku luar diperoleh 0,1128, 0,1125
dan 0,1136. Normalitas yang digunakan pada perhitungan selanjutnya yaitu rata-rata
normalitas dari titrasi baku dalam yaitu sebesar 0,1076 N.
Titrasi Orientasi Baku Isoniazid

19
Orientasi baku isoniazid dilakukan dengan tujuan menentukan kadar dan memastikan
bahwa bahan baku isoniazid yang akan digunakan sebagai baku pembanding dalam
keseluruhan rangkaian praktikum titrasi nitrimetri masih memenuhi persyaratan.
Standar baku isoniazid ditimbang dengan seksama sebanyak 50 mg, kemudian
dilarutkan dengan aquadest, ditambahkan HCl untuk mengatur pH, ditambahkan KBr
sebagai katalisator dan indikator dalam tropeolin OO 0,1% dan birumetilen 0,1% 5:3. Titrasi
dilakukan pada suhu < 150C dan pengadukan. Titrasi dilakukan hingga warna ungu menjadi
biru. Saat menuju titik akhir titrasi, larutan digores dengan indikator kanji iodida. Reaksi
yang terjadi pada penetapan kadar isoniazid adalah sebagai berikut:
NaNO2 + HCl  HNO2 + Na+ + Cl-

Gambar 3. Reaksi Penetapan Kadar isIoniazid


Dari 3 kali titrasi yang dilakukan praktikan, diperoleh kadar isoniazid berdasarkan
titrasi dengan indikator dalam sebesar 103,98; 103,4; dan 105,14%. Sedangkan berdasarkan
indikator diperoleh kadar sebesar 96,38; 98,72; dan 99,89%. Berdasarkan literatur, kadar
isoniazid berada dalam rentang 93-107%. Berdasarkan data hasil titrasi, dapat dinyatakan
bahwa baku isoniazid berada dalam rentang tersebut dan masih memenuhi persyaratan
kadar.
Uji Presisi dan Akurasi

Verifikasi metode penetapan kadar isoniazid dalam sediaan sirup bertujuan untuk
menilai parameter, berdasarkan percobaan laboratrium, untuk membuktikan bahwa
parameter tersebut memnuhi persyaratan untuk penggunaannya. Verifikasi dilakukan
dengan pengujian terhadap presisi dan akurasi.

Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.
Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi).
Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan atau ketertiruan. Keterulangan adalah
keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama
dan dalam interval waktu yang pendek. Ketertiruan adalah keseksamaan metode jika

20
dikerjakan pada kondisi yang berbeda. Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan
simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang.

Kecermatan atau akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua
cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau metode penambahan baku
(standard addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni (senyawa
pembanding kimia CRM atau SRM) ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa
sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan
dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya).

Pada praktikum ini, kami menggunakan metode simulasi, dimana sejumlah serbuk
isoniazid dilarutkan ke dalam basis sirup sebagai matriksnya, kemudian dianalisis dan
hasilnya dibandingkan dengan kadar isoniazid dalam sediaan seharusnya. Dalam kedua
metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang
diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Persen perolehan kembali (% recovery) ditentukan
dengan cara membuat sampel plasebo (eksipien obat, cairan biologis) kemudian ditambah
analit dengan konsentrasi tertentu (80%, 100% dan 120% dari kadar analit yang
diperkirakan) kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Syarat rentang
recovery yang diterima adalah 98-102% sedangkan koefisien variasi 2% atau kurang.

Pada uji presisi dan akurasi pertama-tama dilakukan penimbangan sejumlah serbuk
isoniazid dan dilarutkan ke dalam basis sirup hingga batas labu takar 25 mL. Campuran titer
dibuat dengan dipipet 2 mL simulasi sirup, ditambahkan aquades 20 mL, HCl p 2 mL, dan
KBr 500 mg, lalu dikocok hingga larut sempurna, terakhir ditambahkan indikator dalam
yaitu tropeolin OO 0,1% sebanyak 5 tetes dan biru metilen 0,1% sebanyak 3 tetes. Campuran
dititrasi hingga warna larutan berubah dari ungu menjadi biru terang. Kondisi titrasi harus
pada suhu <150C agar reaksi berjalan baik.

Reaksi pembentukan garam diazonium berjalan lambat. Oleh karena itu, dalam
preparasi sampel juga ditambahkan KBr untuk mempercepat reaksi atau katalisis. Hal ini
terjadi karena KBr akan mengikat NO2- sehingga membentuk nitrosobromid meniadakan
tautomerisasi bentuk keto dan langsung ke bentuk enol. Selain itu, ikatan KBr dengan NO2-
akan menjaga asam nitrit agar tidak menguap atau pun terurai sehingga stabilitas dari reaksi
dapat di pertahankan. Maka dari itu, KBr dalam titrasi ini juga berfungsi sebagai stabilisator.

21
Reaksi yang terjadi tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang
terbentuk mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi
dilakukan pada suhu dibawah 15oC, yang praktikan lakukan dengan cara titrat yang telah di
preparasi di letakkan di dalam bak berisi es selama beberapa menit sampai dingin sebelum
dilakukan titrasi. Selain itu, digunakan magnetic strirrer dalam pelaksanaan titrasi ini untuk
membantu proses terjadinya reaksi dengan pengadukan kuat oleh magnetic strirrer.
Pengujian presisi dan akurasi konsentrasi 80% dilakukan secara triplo, diperoleh kadar
sebesar 92,15%; 97,65%; dan 98,57%. Dari hasil pengukuran kadar tersebut diperoleh nilai
Simpangan Deviasi (SD) sebesar 3,3700 dan koefisien Variasi (KV) sebesar 3,47%. Hal ini
menunjukkan hasil KV 80% tidak memenuhi persyaratan karena nilainya melebih
persyaratan KV yaitu <2%. Pada perhitungan Uji Perolehan kembali (%recovery) diperoleh
hasil sebesar 115,19%; 122,26%; dan 123,21%. Hasil uji perolehan kembali tidak
memenuhi persyaratam karena berada di luar rentang 98%-102%.
Pada uji verifikasi konsentrasi 100% dilakukan dengan membuat larutan simulasi sirup
terlebih dahulu, yaitu dengan melarutkan sebanyak ± 500 mg isoniazid ke dalam basis sirup
yang berupa aquadest hingga batas labu takar 25 ml. Campuran titer dibuat dengan memipet
2 ml simulasi sirup, menambahkannya dengan aquadest 20 ml, HCl p 2 ml, dan KBr 500
mg, lalu dikocok hingga larut sempurna. Setelah itu, menambahkan indicator dalam yaitu
tropeolin OO 0,1% sebanyak 5 tetes dan biru metilen 0,1% sebanyak 3 tetes. Campuran
dititrasi hingga warna larutan berubah dari ungu menjadi biru terang. Kondisi titrasi harus
pada suhu <150C (dengan bantuan pendingin oleh es batu) dan dikondisikan kecepatan
tetesan titran yaitu 1 ml/menit guna reaksi dapat berjalan secara sempurna. Titrasi berjalan
lambat karena reaksi yang terjadi antara titran dengan titrat berlangsung secara perlahan
yaitu dengan kecepatan awal pentitrasian sekitar 1 ml per menit. Titik akhir titrasi ditandai
dengan perubahan larutan titer dari warna ungu menjadi biru muda. Dilakukan juga
penggoresan larutan titer menggunakan indikator luar berupa pasta kanji.

Dari hasil titrasi enam kali konsentrasi 100% diperoleh kadar yaitu 107,56%; 108,30%;
104,62%; 106,83%; 106,83%; dan 102,41%, terdapat dua kadar yang tidak memenuhi
rentang persyaratan kadar isoniazid dalam sediaan sirup yaitu tidak kurang dari 93% dan
tidak lebih dari 107,0% terhadap jumlah yang tertera pada etiket. Nilai Uji Perolehan
Kembali (UPK) yang diperoleh yaitu 107,56%; 108,30%; 104,62%; 106,83%; 106,83%;
dan 102,41% dengan nilai SD yaitu 2,1817 dan KV 2,06%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar hasil akurasi dan presisi konsentrasi 100% belum memenuhi standar dari

22
nilai UPK, KV dan SD, sehingga metode perhitungan yang diperoleh dari konsentrasi 100%
dinyatakan tidak memenuhi syarat parameter akurasi dan presisi

Pengujian presisi dan akurasi konsentrasi 120% dilakukan percobaan triplo, diperoleh
hasil kadar sebesar 103,16%; 99,48%; dan 100,09%. Dari hasil pengukuran kadar tersebut
diperoleh nilai Simpangan Deviasi (SD) sebesar 1,9700 dan koefisien Variasi (KV) sebesar
1,95%. Hal ini menunjukkan hasil KV 120% memenuhi persyaratan karena nilainya sesuai
dengan persyaratan KV yaitu <2%. Pada perhitungan Uji Perolehan kembali (%recovery)
diperoleh hasil sebesar 85,97%; 82,95%; dan 83,41%. Hasil uji perolehan kembali tidak
memenuhi persyaratan karena berada di luar rentang 98%-102%.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa metode analisis
dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. Hasil koefisien variasi yang memenuhi persyaratan
hanya konsentrasi 120%.

Hasil yang tidak memenuhi persyaratan ini dapat dipengaruhi oleh hal-hal, seperti
kesalahan perhitungan normalitas atau kesalahan preparasi sampel. Kesalahan dapat terjadi
karena berbagai hal antara lain ketidakcermatan praktikan dalam menimbang sampel,
ketidakcermatan dalam titrasi, ketidaktepatan suhu titrasi, ketidakcermatan dalam melihat
volume buret, ketidaktepatan dalam melihat perbedaan warna setelah titrasi,
ketidakcermatan dalam melakukan perhitungan, dan indikator yang digunakan kurang
segar.

Penetapan Kadar
Sirup Isoniazid yang digunakan dalam penetapan kadar pada praktikum titrasi nitrimetri
ini adalah sirup Isoniazid 100 mg dalam 5 mL. Hal yang dilakukan oleh praktikan yaitu,
sirup diambil 2 mL untuk dilakukan titrasi, yang setara dengan 40 mg Isoniazid dalam
larutan tersebut. Prinsip penetapan kadar pada praktikum ini adalah reaksi pembentukan
senyawa azida dari gugus hidrazida, yang prinsip utamanya sama dengan prinsip reaksi
pembentukan garam diazonium pada titrasi nitrimetri lainnya. Dalam hal ini, isoniazid
berperan sebagai senyawa kimia yang mengandung gugus hidrazida.
Reaksi pembentukan garam diazonium berjalan lambat. Oleh karena itu, dalam
preparasi sampel juga ditambahkan KBr untuk mempercepat reaksi atau katalisis. Hal ini
terjadi karena KBr akan mengikat NO2- sehingga membentuk nitrosobromid meniadakan
tautomerisasi bentuk keto dan langsung ke bentuk enol. Selain itu, ikatan KBr dengan NO2-

23
akan menjaga asam nitrit agar tidak menguap atau pun terurai sehingga stabilitas dari reaksi
dapat di pertahankan. Maka dari itu, KBr dalam titrasi ini juga berfungsi sebagai stabilisator.
Reaksi yang terjadi tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang
terbentuk mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi
dilakukan pada suhu dibawah 15oC, yang praktikan lakukan dengan cara titrat yang telah di
preparasi di letakkan di dalam bak berisi es selama beberapa menit sampai dingin sebelum
dilakukan titrasi. Selain itu, digunakan magnetic strirrer dalam pelaksanaan titrasi ini untuk
membantu proses terjadinya reaksi dengan pengadukan kuat oleh magnetic strirrer.
Penentuan titik akhir pada titrasi ini adalah dengan indicator dalam menggunakan
penambahan tropeolin OO : metilen blue (5:3) dalam larutan titrat dan indikator luar
menggunakan penggoresan titrat pada pasta kanji. Titrat yang telah dipreparasi dititrasi
dengan NaNO2 dengan kecepatan tetes 20 tetes per menit, warna titrat yang ungu karena
penambahan indikator dalam akan berubah sedikit demi sedikit menjadi kebiruan. Ketika
warnanya menjadi semakin biru, titrat di goreskan pada pasta kanji sampai terbentuk warna
biru. Apabila sudah terbentuk warna biru pada penggoresan, titrasi dilanjutkan dengan
kecepatan tetes 2 tetes per menit sampai warna larutan titrat berubah menjadi biru yang
menandakan titik akhir dari titrasi.
Prinsip titik akhir dalam titrasi ini, ketika telah mencapai titik ekuivalen, maka
kelebihan NO2- akan langsung bereaksi dengan indikator. Pada pasta kanji, NO2- berlebih
akan bereaksi dengan Iodida akan membentuk Iodium. Iodium ini akan bereaksi dengan
amilum membentuk kompleks warna biru yang menandakan titik akhir indikator luar. Pada
penambahan tropeolin OO : metilen blue sebagai indikator dalam, NO2- berlebih akan
bereaksi dengan indikator membuat warna tropeolin OO hilang , sementara warna metilen
blue tetap sehingga larutan berubah menjadi warna yang sama dengan metilen blue , yakni
warna biru. Volume titran yang habis digunakan sampai titik akhir ini, di masukkan ke
dalam rumus perhitungan kadar, yakni dikalikan dengan kesetaraan isoniazid (1 mL NaNO2
0,1 N setara dengan 13,71 mg isoniazid) lalu hasilnya dibagi dengan massa isoniazid dalam
larutan (40 mg) dan dikalikan 100%. Dari hasil analisis, normalitas yang didapatkan adalah
sebesar 0,1076 N, sehingga didapatkan kesetaraan isoniazid (mL NaNO2 0,1076 N setara
dengan 14,75 mg isoniazid).
Menurut persyaratan sediaan sirup Isoniazid mengandung Isoniazid tidak kurang dari
93 % dan tidak lebih dari 107 % terhadap jumlah yang tertera pada etiket. Hasil dari titrasi
penetapan kadar secara nitrimetri yaitu untuk indikator luar, kadar zat aktif (%) Isoniazid
pada indikator luar adalah 103,25; 103,25; 101,78. Untuk indikator dalam, kadar zat aktif

24
(%) Isoniazid adalah 104,73; 105,46; 103,99. Dari hasil yang diperoleh, hal ini
menunjukkan bahwa sirup Isoniazid yang diuji memenuhi persyaratan kadar dimana
berdasarkan literatur sirup Isoniazid mengandung Isoniazid tidak kurang dari 93% dan tidak
lebih dari 107% dari julah yang tertera pada etiket.
6. Kesimpulan

 Berdasarkan hasil identifikasi kandungan isoniazid dalam sirup isoniazid


menunjukkan hasil yang positif sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Panjang
gelombang maksimum dan minimum pada sampel mendekati panjang gelombang
maksimum dan minimum pada baku pembanding.
 Berdasarkan hasil perhitungan penetapan kadar isoniazid pada sampel sirup
isoniazid menunjukkan bahwa kadar isoniazid memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan yaitu tidak kurang dari 93% dan tidak lebih dari 107,0%.

7. Daftar Pustaka

Harmita. 2014. Analisis Fisikokimia: Potensiometri & Spektroskopi Volume 1. Jakarta:


EGC.
8. Lampiran

25
LAMPIRAN

Lampiran 1 (Sertifikat Analisis)

PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN VERIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR ISONIAZID DALAM


SEDIAAN SIRUP
I. IDENTITAS PRODUK
a. Nama Produk : Sirup Isoniazid
b. Komposisi : 100 mg Isoniazid dalam 5 ml
c. Tanggal pengujian : 14 November 2018
II. ACUAN PUSTAKA : Farmakope Indonesia Edisi IV
III. METODE : Titrasi Nitrimetri
IV. HASIL
No. Parameter Hasil Syarat Kesimpulan
Uji Keberterimaan (MS/TMS)
1 Identifikasi Panjang gelombang Sesuai MS
maksimum dan minimum monografi
pada sampel mendekati
panjang gelombang
maksimum dan minimum
pada baku pembanding.
2 Akurasi (% Dalam rentang 82,9- 98,0%-102% TMS
Recovery) 123,26
3 Presisi (% 2,09 KV ≤ 0,2 TMS
KV)
4 Kadar 103,99; 105,46; 104,73 % 93%-107% MS

V. KESIMPULAN
Sampel sirup isoniazid memenuhi persyaratan identifikasi dan penetapan kadar
Namun metode ini tidak memenuhi persyaratan akurasi dan presisi

Depok, 14 November 2018

Manager Pengawasan Mutu Analis

Dr. Arry Yanuar, M.Si. Syarafina, S.Farm., Apt


26
Lampiran 2 (Data Pengamatan)

27
28
Lampiran 3 (Hasil Pengamatan)

Identifikasi

Baku
Pembanding

29
Sampel sirup
isoniazid

30
Pembakuan

No Sebelum Sesudah indikator dalam Indikator luar

31
Orientasi Baku

No. Sebelum Sesudah indikator dalam Indikator luar

32
Akurasi 80%

No. Sebelum Sesudah indikator dalam Indikator luar

33
3

34
Akurasi 100%

No. Sebelum Sesudah indikator dalam Indikator luar

35
4.

5.

6.

36
Akurasi 120%

No. Sebelum Sesudah indikator dalam Indikator luar

37
Penetapan Kadar

No. Sebelum Sesudah indikator dalam Indikator luar

38

Anda mungkin juga menyukai