KIMIA ANALISIS I
NITRIMETRI
Disusun Oleh:
Golongan II, Kelompok B
Nitrimetri
Menetapkan kadar suatu senyawa obat dalam sampel menggunakan prinsip reaksi
diazotasi.
Alat yang digunakan dalam percobaan nitrimetri ini yaitu labu erlenmeyer, beaker
glass, buret, statif, pipet tetes, corong, timbangan elektrik, pipet ukur, filler, mortar, pastle
dan batang pengaduk.
Bahan yang digunakan pada percobaan nitrimetri ini yaitu akuades, natrium nitrit pa,
asam sulfanilat pa, natrium bikarbonat, asam klorida P, natrium nitrit 0,1 M, larutan KI +
kanji, INH, Sulfaguanidin dan natrium nitrit 0,05 M.
Natrium Nitrit Pa
mengandung 7 gr NaNO2
Hasil
Pembakuan
Ditambahkan
Diaduk hingga larut
Diencerkan dengan 100 ml air
10 ml asam klorida
Ditambahkan
Didinginkan hingga suhu tidak lebih dari 150 C
Dititrasi pelan-pelan dengan larutan baku
natrium nitrit 0,1 M pada suhu tidak lebih dari
150 C dengan indikator KI+kanji hingga
berwarna biru tetap
Hasil
2. Penetapan Kadar
A. Penetapan Kadar Isoniazid
100 mg sampel
Larutan
Dititrasi pelan-pelan dengan larutan baku
natrium nitrit 0,05 M pada suhu tidak lebih dari
150 C dengan indikator KI+kanji hingga
berwarna biru tetap
Hasil
V. DATA PENGAMATAN
a. INH
No PERLAKUAN PENGAMATAN
1 100 mg sampel (INH) dilarutkan dalam 10 ml Warna bening
asam klorida
2 Di dinginkan : Suhunya:
a. Erlenmeyer I 12 C
b. Erlenmeyer II 13 C
c. Erlenmeyer III 11 C
BE = Mr/e
= 137,139
= 21,26 %
= 18,86 %
1, 25 x 0,1 x 137,139
Kadar II = x 100 %
100
= 17,14 %
X x d ( [ x−x ] ) d2
18,86 18 0,86 0,7396
17,14 0,83 0,6889
∑= 1,69 ∑ = 1,4285
1,69
d= = 0,845
2
1,4285
SD = = 1,195
1
|x−x|
Harga ditolak jika > 2,5
d
|21,26−18|
> 2,5
0,845
b. Sulfaguanidin
N PERLAKUAN PENGAMATAN
O
1 100 mg sulfaguanidin + 10 ml HCl Larutan bening
2 Didinginkan sampai kurang lebih 150 C + Larutan tetap bening
ditambah indikator (KI + kanji)
3 Dititrasi dengan natirum nitrit 0,1 M Larutan menjadi biru
4 Dilakukan 3x percobaan
BE = Mr/e
= 214,2449/3
= 71,414
55,703
= x 100 %
100
= 55,7 %
45,848
= x 100 %
100
= 45,848 %
47,276
= x 100 %
100
= 47, 276 %
(45,848 %+ 47,276 %)
X= = 46,562
2
X x d ( [ x−x ] ) D2
45,848 46,562 0,714 0,5098
47,276 46,562 0,714 0,5098
∑=1,428 ∑=1,0196
d= 1,428/2 = 0,714
61,0196
SD = √
1
= √1,0196
= 1,0098
c. Sulfanilamide
PERLAKUAN PENGAMATAN
100 mg sampel
+ 10 ml HCl + didinginkan Sampel larut
+ (KI+kanji) Warna putih
+Natrium nitrit Warna biru
BE = Mr/e
= 172,205/2
= 86,103
Titrasi I = kadar sampel = 100 mg
HCl 10% = 10 ml
Indikator = 10 tetes
Ml titran = 2,605 ml
= 22,43 %
HCl 10 % = 10 ml
Indikator = 10 tetes
Ml titran = 6,505 ml
= 56,00 %
HCl 10 % = 10 ml
Indikator = 10 tetes
Ml titran = 7 ml
7 x 0,1 x 86,103
Kadar = x 100 %
100
= 60,27 %
X x d ( [ x−x ] ) d2
22,43 39,215 16,785 281,74
56,00 16,785 281,74
∑= 33,57 ∑= 563,47
d= 33,57/2
= 16,785
563,47
SD = √ x 100 %
1
= 23,73
= 39,215 % ± 53,39
d. Paracetamol
PERLAKUAN PENGAMATAN
100 mg sampel + 4 tetes H2SO4 pekat + air Warna bening
50 ml
dipanaskan Tetap bening
Dinginkan sampai dibawah 150 C
Ditambah indikator kanji 3 pipet Warna keruh
Dititrasi dengan Na2NO3 0,1N Warna biru kehitaman (0,4 ml)
BE paracetamol = 151, 6
= 6,064 %
= 18,192 %
X x d ( [ x−x ] ) d2
6,064 12,128 6,064 36,772
18,192 6,064 36,772
∑= 12,128 ∑= 73,544
12,128
d =
2
= 6,064
73,544
SD = √ = √73,544 = 8,5757
1
VI. PEMBAHASAN
Titrasi Nitrimetri dapat dipergunakan untuk menetapkan kadar senyawa yang mempunyai
gugus amina aromatik primer bebas atau zat - zat yang dapat dirubah menjadi amina aromatik
primer bebas.
Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat
organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian agar tirasi
redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi :
1. Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran
elektron secara stokhiometri.
2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur
(kesempurnaan 99%).
3. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.
(Rivai, 1995)
1. Suhu
Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil dari 15°C karena
asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit dengan asam tidak stabil dan
mudah terurai, dan garam diazonium yang terbentuk pada hasil titrasi juga tidak
stabil.
2. Kecepatan reaksi
Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak lambat, titrasi
sebaiknya dilakukan secra perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi dapat dikatalisa
dengan penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalisator.
(Wunas, 1986)
Prosedur yang dilakukan untuk menetapkan kadar suatu senyawa obat menggunakan
nitrimetri, yaitu dengan pembuatan larutan baku dan penetapan kadar isoniazid.
1. Larutan natrium nitrit 0,1 N
Pembuatan
Larutan natrium nitrit (NaNO2) 0,1N ini dibuat dengan cara, sebanyak 7 gram
NaNO2 ditimbang seksama kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass. Lalu
dilarutkan dengan menggunakan air/aquadest. Diencerkan dengan menggunakan labu
ukur 1000 ml, hingga tiap 1000 ml larutan mengandung 7 gram NaNO2.
Pembakuan
Sebanyak kurang lebih 100 mg asam sulfanilat pa ditimbang seksama, yang
sebelumnya telah dikeringkan pada 120˚C sampai bobot tetap. Asam sulfanialt
tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan dengan 0,2 gram natrium
hydrogen karbonat dan sedikit air. Campuran tersebut diaduk hingga larut. Larutan
diencerkan dengan 100 ml air dan ditambah dengan 10 ml asam klorida P. larutan
tersebut didinginkan sampai suhunya tidak lebih dari 15˚C. titrasi pelan-pelan dengan
natrium nitrit 0,1 M hingga setetes larutan segera memberikan warna biru pada kertas
kanji iodide. Titrasi diangggap selesai jika titik akhir dapat ditunjukkan lagi setelah
larutan dibiarkan selama 2 menit.
2. Penetapan kadar isoniazid
Sampel sebanyak 100 mg ditimbang seksama, kemudian dilarutkan dalam 10
ml asam klorida. Larutan tersebut didinginkan sampai suhunya di bawah 15˚C. titrasi
perlahan-lahan dengan natrium nitrit 0,1 N pada suhu tidak lebih dari 15˚ hingga 1
tetes larutan segera memberikan warna biru pada kertas kanji idida. Titrasi dianggap
selesai jika titik akhir dapat ditunjukkan lagi setelah larutan dibiarkan selama 1 menit.
Praktikum kali ini didapatkan hasil yaitu pada penetapan kadar isoniazid, proses titrasi
pada sample sebanyak 25 mg pada suhu kurang dari 15o memberikan warna utan dibiarkan
selama 1 menit. Menurut literatur, titrasi diazotasi dapat menggunakan indicator dalam dan
luar. Indikator luar yang digunakan berupa pasta kanji yodida atau kertas kanji yodida,
adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodida menjadi iodium dan dengan adanya
kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji yodida ini peka
terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan.
KI + HCl → KCl + HI
2HI + 2HONO → I2 + 2NO + 2H2O
Titik aakhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji
yodida atau kertas kanji yodida akan terbentuk warna biru segera sebab warna biru juga
terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena oksidasi yodida
oleh udara (O2) menurut reaksi :
Untuk meyakinkan apakah benar – benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka pengujian
seperti diatas dilakukan lagi setelah 2 menit (Gandjar, 2007)
Monografi bahan
Parasetamol
Nama resmi : Acetaminophenum
RM / BM : C8H9NO2 / 151,56
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98.0% dan tidak lebih dari 101.0% C 6H9NO2,
dihitung terhadap zat anhidridat.
Sulfaguanidin
Sinonim : N-2-pirimidinisulfanilamida
RM/BM : C10H10N4O5S/250,27
Sulfadiazin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C10H10N4O2S,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
Pemerian. Serbuk, putih sampai agak kuning, tidakberbau atau hamper tidak berbau, stabil di
udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya perlahan-lahan menjadi hitam
Kelarutan. Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam asam mineral encer, dalam larutan
kalium hidroksida, dalam larutan natrium hidroksida dan dalam amonium hidroksida; agak
sukar larut dalam etanol dan dalam aseton, sukar larut pada serum manusia pada suhu 37o
Baku pembanding Sulfadiazin BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 2 jam
sebelum digunakan
Susut pengeringan. Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 2 jam
Isoniazid (Isoniazidum)
Nama resmi : Isoniazidum
RM / BM : C6H7N3O / 137,14
Isoniazid mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 102,0% C6H7N3O,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian. Hablur putih atau tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, perlahan-
lahan, dipengaruhi oleh udara dan cahaya.
Kelarutan. Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, sukar larut dalam kloroform
dan dalam eter.
Baku pembanding isoniazid BPFI, lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 4 jam
sebelum digunakan.
Natrium Nitrit
RM/BM : NaNO2/69,00
Pemerian : Hablur atau granul, tidak berwarna atau putih kekuningan rapuh
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam etanol 95 % P
(Anonim, 1979)
Asam klorida
RM/BM : HCl/36,46
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan dengan 2
bagian air, uap dan bau hilang.
Kelarutan :-
(Anonim, 1979)
VII. KESIMPULAN
Titrasi nitrimetri hanya dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu sampel yang
memiliki gugus amina aromatic primer dengan natrium nitrit dalam suasana asam.
Kada isoniazid yang ditentukan, yaitu
Kadar I = 21,26 %
Kadar II = 18,86 %
Kadar III = 17,14 %
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Gandjar, I.G., dan Abdul Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta.