PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisa kualitatif dapat dilakukan dengan cara klinik maupun
instrumental yaitu dengan menggunakan alat modern. Cara
klasik dapat dibagi menjadi beberapa metode diantaranya adalah
volumetri. Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang
berdasarkan pada reaksi pembentukan garam diazonium.
Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan
pada reaksi pembentukan garam diazonium. Garam diazonium itu
terbentuk dari hasil reaksi antara senyawa yang mengandung gugus
amin aromatis bebas, pada suhu di bawah 15°C dalam senyawa asam.
Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari
gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit,
dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit
dengan suatu asam (Harmita, 2006).
Nitrimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif
dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Nitrimetri disebut
juga dengan metode titrasi diazotasi. Reaksi diazotasi telah digunakan
secara umum untuk penetapan gugusan amino aromatis dalam industri
zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan sulfanilamida dan
semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amino aromatis.
Pada nitrimetri, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan
indikator luar, indikator dalam dan secara potensiometri. Indikator luar
yang digunakan adalah pasta kanji iodide atau dapat pula
menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada
pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi
iodide menjadi iod dan dengan adanya kanji atau amilum akan
menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji iodide ini peka
terhadap kelebihan 0,05-0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan.
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang
dititrasi pada pasta kanji iodide atau kertas kanji iodide akan terbentuk
warna biru segera sebab warna biru juga terbentuk beberapa saat
setelah dibiarkan diudara.
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen
biru. Tropeolin OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna
merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh
adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai
pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi
perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa
yang dititrasi.
Indikator luar maupun indikator dalam memiliki beberapa
kekurangan. Pada indikator luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah
titran yang diperlukan sebab jika perkiraan jumlah titran yang
dibutuhkan tidak diketahui, maka pengujian akan sering dilakukan
untuk mengetahui apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum.
Disamping itu, jika pengujian sering dilakukan dikhawatirkan akan
banyak larutan yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian
titik akhir. Sedangkan pada pemakaian indikator dalam untuk senyawa
yang berbeda akan memberikan warna yang berbeda. Untuk
mengatasi hal ini maka digunakan metode pengamatan titik akhr
secara potensiometri.
Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah
metode potensiometri dengan menggunakan elektrode kolomel-platina
yang dicelupkan kedalam nitrat. Pada saat titik akhir titrasi (adanya
kelebihan asam nitrit), akan terjadi depolarisasi elektroda sehingga
akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam sekitar +0,80 volt
sampai +0,90 volt metode ini sangat cocok untuk sampel dalam bentuk
sediaan sirup yang berwarna.
Dalam nitrimetri berat ekuivalen sama dengan berat molekulnya
karena satu mol senyawa bereaksi dengan satu mol asam nitrit dan
menghasilkan satu mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula
untuk nitrimetri konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan
molaritas (M) karena molaritasnya sama dengan normalitasnya.
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode
nitrimetri adalah seperti sulfamerazin, sulfadiazin dan sulfanilamid.
Senyawa-senyawa ini dalam dunia farmasi sangat bermanfaat seperti
sulfanilamid sangat berguna sebagai obat antimikroba. Melihat
kegunaannya tersebut maka pembuatan makalah ini sangat diperlukan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan agar penyalahgunaan
obat-obatan tersebut dapat dihindari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka
rumusan masalah yang penulis ambil adalah :
a. Apa pengertian metode titrasi nitrimetri ?
b. Bagaimana prinsip dari metode nitrimetri ?
c. Apa saja indikator dalam metode nitrimetri ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
a. Mengetahui pengertian dari nitrimetri
b. Mengetahui apa yang diperlukan dalam metode nitrimetri
BAB II
PEMBAHASAN
.
1. Reaksi diazotasi antara sulfanilamide (mengandung gugus amin
aromatis primer) dengan asam nitrit (Gandjar dan Rohman, 2007)
Penjelasan dari reaksi diatas :
a. Ketika campuran asam nitrat dan asam sulfat (bereaksi secara
in situ) direaksikan dengan benzena, dalam perbandingan
tertentu ion nitronium (NO2-) yang merupakan spesies
nukleofilik, adalah ion nitrit (NO2-) yang terdapat pada asam
nitrit, dengan bahwa sesama muatan sejenis tidak dapat
bereaksi.
b. Secara in situ, Sn dan HCl akan bereaksi membentuk SnCl2,
yang berperan sebagai reduktor lemah dalam reaksinya dengan
nitrobenzena sehingga anilin akan terbentuk.
c. Secara in situ asam klorida akan bereaksi dengan natrium nitrit
(NO2-) untuk membentuk asam nitrit. Reaksi ini diperlukan
karena asam nitrit tidak dapat dibuat secara langsung karena
asam nitrit dengan mudah teroksidasi menjadi asam nitrat
(HNO3-) apabila tidak diisolasi dengan benar. Reaksi 3 inilah
yang disebut reaksi diazotasi dengan benzena daiazonium
sebagai produknya.
d. Benzenadiazonium tidak stabil pada suhu panas sehingga
reaksi diazotasi disarankan berlangsung pada suhu rendah
(biasanya 0oC). Penambahan air disertai protonisasi sebagai
pemacu reaksi akan mensubtitusi klorida yang terdapat dalam
benzenadiazonium. Klorida memiliki nilai elektronegativitas yang
besar sehingga sebanyak klorida (benzenadiazonium) tersebut
tidak begitu stabil. Dengan adanya pemanasan hidroksi
benzenadiazonium akan terurai dan tertata ulang membentuk
fenol.
Jenis titrasi diazotasi cukup sederhana untuk dilakukan dan
sangat berguna untuk analisis
2. Reaksi diazotasi pada analisis suksinil sulfatiazol (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus
aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol
harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin
aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit
dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Senyawa-
senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti
kloramfenikol (Gandjar dan Rohman, 2007).
3. Reaksi diazotasi pada analisis kloramfenikol (Gandjar dan Rohman,
2007).
Kloranfenikol yang mempunyai gugus nitro atomatis direduksi
terlebih dahulu dengan Zn/HCl untuk menghasilkan senyawa amin
aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan
asam nitrit untuk membentuk garam diazonium.
D. Prinsip Titrasi Nitrimetri
a. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer
(amin aromatic sekuder dan gugus nitro aromatic)
b. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder
c. Pembentukan senyawa azidari gugus hidrazida dan
d. Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi
dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.
Contoh zat yang memiliki gugu amin aromatic primer misalnya
benzokain, sulfa yang mempunyai gugus amin alifatis misalnya Na
siklamat; yang memiliki gugus hidrazida misalnya INH yang memiliki
gugu amin aromatis sekunder adalah parasetamol, fenasetin, dan yang
memiliki gugus nitroaromatik adalah kloramfenikol.
E. Indikator Nitrimetri
Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat
menggunakan indikator luar, indikator dalam, dan secara potensiometri
(Gandjar dan Rohman, 2007).
1. Indikator Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau
dapat pula menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan
digoreskan pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit
akan mengoksidasi iodide menjadi iodium dan dengan adanya kanji
atau amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji-
iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit
dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai
berikut:
NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl
KI + HCl KCl +HI
2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + 2 H2O
I2 + kanji kanji iod (biru)
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan lautan
yang dititrasi pada pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan
terbentuk warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah
dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena oksidasi iodida oleh
udara (O2) menurut reaksi (Gandjar dan Rohman, 2007):
4 KI + 4 HCl + O2 2H2O + 2 I2 + 4 KCl
I2 + kanji kanji iod (biru)
Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir
titrasi, maka pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua
menit (Gandjar dan Rohman, 2007). Dengan indikator luar, dengan
pasta kanji-KI mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai
berikut :
Kelebihan :
a. Untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna
lebih jelas.
Kekurangan :
a. Cara kerja tidak praktis
b. Terlalu sering menguap menyebabkan adanya kemungkinan
zat terbuang.
c. Titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 150 C
d. Harus diketahui jumlah volume titran yang dibutuhkan. Bila
tidak, titrasi akan berlangsung sangat lama yang berarti makin
banyak larutan yang dititrasi hilang (karena digoreskan pada
pasta kanji iodida untuk mengetahui titik akhir titrasi).
2. Indikator Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen
biru. Tropoelin OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna
merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi
oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai
pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi
perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung
senyawa yang dititrasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pada pemakaian Indikator dalam ini ternyata mempunyai
kelebihan yaitu sebagai berikut :
a. Cara kerja cepat dan praktis.
b. Dapat dilakukan pada suhu kamar.
Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki kekurangan.
Pada indikator luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran
yang diperlukan, sebab kalau tidak tahu perkiraan jumlah titran
yang dibutuhkan, maka akan sering melakukan pengujian apakah
sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di samping itu, kalau
sering melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan
yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian titik akhir.
Sementara itu pada pemakaian indikator dalam walaupun
perlakuannya mudah tetapi sering kali untuk senyawa yang
berbeda akan memberikan warna yang berbeda. Untuk mengatasi
hal ini, maka akan digunakan metode pengamatan titik akhir secara
potensiometri (Gandjar dan Rohman, 2007).
3. Secara Potensiometri
Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah
metode potensiometri dengan menggunakan electrode
kolomelplatina yang dicelupkan ke dalam nitrat. Pada saat titik akhir
titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan terjadi perubahan arus
yang sangat tajam sekitar +0,80 Volt sampai +0,90 Volt. Metode ini
sangat cocok untuk sampel dalam bentuk sediaan sirup berwarna
(Gandjar dan Rohman, 2007).
F. Aplikasi Analisis Nitrimetri / Diazotasi Dalam Analisis Obat dan
Bahan Obat Beserta Beberapa Contohnya
Dalam farmakope Indonesia Titrasi diazotasi digunakan untuk
menetapkan kadar: benzokain primakuin fosfat dan sediaan tabletnya,
prokain HCl, sulfasetamid, natrium sulfasetamid, sulfametazin,
sulfadoksin, sulfametoksazol, tetrakain, dan tetrakain HCl (Gandjar,
2007).
Tirtasi diazotasi dapat digunakan untuk :
1. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin
aromatis primer bebas seperti selfamilamid.
2. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin
aromatic terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil
sulfatiazol dan parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang
mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti
suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga
diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi
dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Reaksi yang terjadi pada analisis suksinil sulfatiazol.
3. Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti
kloramfenikol. Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan
kadarnya secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk
menghasilkan senyawa amin aromatis primer. Kloramfenikol yang
mepunyai gugus nitro aromatis direduksi terlebih dahulu dengan
Zn/HCI untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer yang
bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk
membentuk garam diazonium.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode
penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku
natrium nitrit. Prinsip Titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi yang
meliputi pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic
primer (amin aromatic sekuder dan gugus nitro aromatik),
pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder,
pembentukan senyawa azi dari gugus hidrazida, pemasukkan gugus
nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi dengan menggunakan
asam nitrit dalam suasana asam. Penentuan titik akhir titrasi diazotasi
dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam, dan secara
potensiometri.
Titrasi diazotasi digunakan untuk menetapkan kadar: benzokain
primakuin fosfat dan sediaan tabletnya, prokain HCl, sulfasetamid,
natrium sulfasetamid, sulfametazin, sulfadoksin, sulfametoksazol,
tetrakain, dan tetrakain HCl.
B. Saran
Sebaiknya perlu dilakukan pendalaman pengetahuan mengenai
titrasi nitrimetri/diazotasi dan contoh – contohnya karena pengetahuan
ini dapat sangat berguna terutama bagi mahasiswa farmasi dalam
bidang mencakup analisis bahan obat dan sedian obat.
DAFTAR PUSTAKA
Gholib Ganjar, Ibnu dan Rohman, Abdul. 2009. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka pelajar
Gholib Ganjar, Ibnu dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka pelajar
Prof. Dr. Gholib Ibnu dan R.Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Pudji Lestari, Sabikis, Pri Iswati Utami. Analisis Natrium Nitrit Secara
Spektrofotometri Visibel Muhammadiyah Puwokerto, Jl. Raya
Dukuhwaluh, PO BOX 202, Purwokerto 53182.
Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi edisi I (hal
98-101). Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Depok.
Watson, Jhon. 2010. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung : Grafindo Media
Pratama