Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisa kualitatif dapat dilakukan dengan cara klinik maupun
instrumental yaitu dengan menggunakan alat modern. Cara
klasik dapat dibagi menjadi beberapa metode diantaranya adalah
volumetri. Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang
berdasarkan pada reaksi pembentukan garam diazonium.
Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan
pada reaksi pembentukan garam diazonium. Garam diazonium itu
terbentuk dari hasil reaksi antara senyawa yang mengandung gugus
amin aromatis bebas, pada suhu di bawah 15°C dalam senyawa asam.
Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari
gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit,
dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit
dengan suatu asam (Harmita, 2006).
Nitrimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif
dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Nitrimetri disebut
juga dengan metode titrasi diazotasi. Reaksi diazotasi telah digunakan
secara umum untuk penetapan gugusan amino aromatis dalam industri
zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan sulfanilamida dan
semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amino aromatis.
Pada nitrimetri, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan
indikator luar, indikator dalam dan secara potensiometri. Indikator luar
yang digunakan adalah pasta kanji iodide atau dapat pula
menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada
pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi
iodide menjadi iod dan dengan adanya kanji atau amilum akan
menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji iodide ini peka
terhadap kelebihan 0,05-0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan.
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang
dititrasi pada pasta kanji iodide atau kertas kanji iodide akan terbentuk
warna biru segera sebab warna biru juga terbentuk beberapa saat
setelah dibiarkan diudara.
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen
biru. Tropeolin OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna
merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh
adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai
pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi
perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa
yang dititrasi.
Indikator luar maupun indikator dalam memiliki beberapa
kekurangan. Pada indikator luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah
titran yang diperlukan sebab jika perkiraan jumlah titran yang
dibutuhkan tidak diketahui, maka pengujian akan sering dilakukan
untuk mengetahui apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum.
Disamping itu, jika pengujian sering dilakukan dikhawatirkan akan
banyak larutan yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian
titik akhir. Sedangkan pada pemakaian indikator dalam untuk senyawa
yang berbeda akan memberikan warna yang berbeda. Untuk
mengatasi hal ini maka digunakan metode pengamatan titik akhr
secara potensiometri.
Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah
metode potensiometri dengan menggunakan elektrode kolomel-platina
yang dicelupkan kedalam nitrat. Pada saat titik akhir titrasi (adanya
kelebihan asam nitrit), akan terjadi depolarisasi elektroda sehingga
akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam sekitar +0,80 volt
sampai +0,90 volt metode ini sangat cocok untuk sampel dalam bentuk
sediaan sirup yang berwarna.
Dalam nitrimetri berat ekuivalen sama dengan berat molekulnya
karena satu mol senyawa bereaksi dengan satu mol asam nitrit dan
menghasilkan satu mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula
untuk nitrimetri konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan
molaritas (M) karena molaritasnya sama dengan normalitasnya.
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode
nitrimetri adalah seperti sulfamerazin, sulfadiazin dan sulfanilamid.
Senyawa-senyawa ini dalam dunia farmasi sangat bermanfaat seperti
sulfanilamid sangat berguna sebagai obat antimikroba. Melihat
kegunaannya tersebut maka pembuatan makalah ini sangat diperlukan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan agar penyalahgunaan
obat-obatan tersebut dapat dihindari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka
rumusan masalah yang penulis ambil adalah :
a. Apa pengertian metode titrasi nitrimetri ?
b. Bagaimana prinsip dari metode nitrimetri ?
c. Apa saja indikator dalam metode nitrimetri ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
a. Mengetahui pengertian dari nitrimetri
b. Mengetahui apa yang diperlukan dalam metode nitrimetri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Reaksi Nitrimetri (Diazotasi)


Nitrimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif dengan
menggunakan larutan baku natrium nitrit. Penetapan kadar senyawa
ini dilakukan untuk mengetahui kemurnian zat tersebut dalam satu
sample.
Zat yang dapat dititrasi dengan nitrimetri adalah zat yang
mengandung gugus – NH2 (amin) aromatis primer atau zat lain yang
dapat dihidrolisis/direduksi menjadi amin aromatis primer (Setyawati
et al, 2010).
Metode titrasi Nitrimetri merupakan metode penetapan kadar
secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku Natrium Nitrit.
Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara
amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam
membentuk garam diazonium. Dalam Nitrimetri, berat ekivalen suatu
senyawa sama dengan berat molekulnya karena 1 mol senyawa
bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam
diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk nitrimetri, konsentrasi larutan
baku sering dinyatakan dengan molaritas (M) karena molaritasnya
sama dengan normalitasnya. (Rohman, 2007).
Metode titrasi nitrimetri disebut juga dengan diazotasi yakni
metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan
larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi
yakni reaksi antara amina aromatic primer dengan asam nitrit dalam
suasana asam membentuk garam diazonium (Gandjar,2007).
Metode nitrimetri adalah metode penetapan kadar secara
kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini
didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik
primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Karena asam nitrit tidak stabil, maka diganti dengan
natrium nitrit yang merupakan garam dari asam nitrit , sedangkan
untuk membuat suasana asam digunakan asam klorida.
NaNO2 + HCL  HNO2 + NaCL
Dengan persyaratan tertentu, reaksi diatas bersifat kuantitatif
sehingga dapat digunakan sebagai dasar penetapan kadar senyawa-
senyawa yang mempunyai gugus amina aromatis primer bebas atau
senyawa-senyawa yang dapat menghasilkan gugus tersebut.
Persyaratan tersebut antara lain: suhu yang digunakan harus rendah
(dibawah 15º C), sebab pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium
yang terbentuk tidak stabil dan akan terhidrolisis menjadi fenol dan gas
nitrogen, disamping itu dikhawatirkan pada suhu yang lebih tinggi
asam nitrit akan lebih cepat terurai sehingga reaksinya tidak
stokiometri. Meskipun demikian, titrasi dapat dilakukan pada suhu
kamar (sekitar 25º C) dan hasilnya tidak berbeda jika dibandingkan
pada suhu yang lebih rendah (15º C) asalkan titrasi dilakukan secara
perlahan-lahan. Hal ini mungkin disebabkan terhidrolisanya garam
diazonium yang terjadi pada suhu yang lebih tinggi (suhu kamar) justru
mengakibatkan reaksi diazotasi berlangsung lebih cepat.
Reaksi diazotasi merupakan reaksi bimolekuler, dimana reaksi ini
pada umumnya berjalan lambat dibanding reaksi ionik. Oleh sebab itu,
titrasi harus dilakukan secara pelan-pelan (sekitar 4 sampai 8 ml tiap
menit) terutama menjelang titik akhir titrasi. Titrasi diazotasi dapat
digunakan untuk :
a. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin
aromatis primer bebas seperti sulfanilamid.
b. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin
aromatic terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil
sulfatiazol dan parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang
mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti
suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga
diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi
dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Reaksi yang terjadi pada analisis suksinil sulfatiazol.
c. Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti
kloramfenikol. Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan
kadarnya secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk
menghasilkan senyawa amin aromatis primer. Kloramfenikol yang
mempunyai gugus nitro aromatis direduksi terlebih dahulu dengan
Zn atau HCI untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer
yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk
membentuk garam diazonium.
Reaksi ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan
yang berlangsung dalam dua tahap seperti dibawah ini :
NaNO2 + HCl → NaCl + HONO
Ar- NH2+ HONO + HCl → Ar-N2Cl + H2O
Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan menambahkan kalium
bromida. Titik ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh
perubahan warna dari pasta kanji iodide atau kertas iodida sebagai
indikator luar. Kelebihan asam nitrit terjadi karena senyawa fenil
sudah bereaksi seluruhnya, kelebihan ini dapat berekasi dengan
yodida yang ada dalam pasta kanji atas kertas, reaksi ini akan
mengubah yodida menjadi iodine diikuti dengan perubahan warna
menjadi biru. Kejadian ini dapat ditunjukkan setelah larutan
didiamkan selama beberapamenit. Reaksi perubahan warna yang
dijadikan indikator dalam titrasi ini adalah :
KI +HCl → KCl + HI
2 HI + 2 HONO → I2 + 2 NO + H2O
I2 + Kanji yod (biru)
Menurut FI IV, senyawa-senyawa yang dapat ditentukan
kadarnya dengan metode nitrimetri diantaranya adalah benzokain,
primakuin fosfat dan sediaan tabletnya, prokain HCl, sulfasetamid,
sulsfasetamid natrium, sulfametazin, sulfadoksin, sulfametaksol,
tetrakin, tetrakin HCl. Penetapan kadar senyawa ini dilakukan untuk
mengetahui kemurnian zat tersebut dalam suatu sample.
B. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam nitrimetri
1. Suhu
Pada saat melakukan titrasi, suhu harus berada antara 5-15°
C, walaupun sebenarnya pembentukan garam diazonium
berlangsung pada suhu yang lebih rendah yaitu 0-5° C. Pada
temperatur 5-15° C digunakan KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak
dapat dilakukan pada suhu tinggi karena :
HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi
Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol
2. Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada pH ± 2 hal ini dibutuhkan untuk :
Mengubah NaNO2 menjadi HNO2
Pembentukan garam diazonium
3. Kecepatan Reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar
reaksi sempurna maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan
dengan pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi
kira-kira 1 ml/menit, lalu menjelang titik akhir menjadi 2 ml/menit
Karena asam nitrit terbentuk pada suasana asam,
penambahan KBr pada titrasi nitrimetri diperlukan sebagai :
a. Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi, karena KBr dapat
mengikat NO2 membentuk nitrosobromid, yang akan
meniadakan reaksi tautomerasi dari bentuk keto dan langsung
membentuk enol.
b. Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak
terurai atau menguap.
C. Jenis – jenis Reaksi Nitrimetri
Antibiotik sulfonamide dan anastetik lokal turunan asam benzoat.
Titrasi dilakukan dengan menggunakan natrium nitrit yang diasamkan,
menyebabkan fungsi amin aromatik primer diubah menjadi garam
diazonium, seperti pada reaksi sulfasetamina dengan asam nitrit
(Watson, 2010).
Jenis – jenis reaksi nitrimetri meliputi:

.
1. Reaksi diazotasi antara sulfanilamide (mengandung gugus amin
aromatis primer) dengan asam nitrit (Gandjar dan Rohman, 2007)
Penjelasan dari reaksi diatas :
a. Ketika campuran asam nitrat dan asam sulfat (bereaksi secara
in situ) direaksikan dengan benzena, dalam perbandingan
tertentu ion nitronium (NO2-) yang merupakan spesies
nukleofilik, adalah ion nitrit (NO2-) yang terdapat pada asam
nitrit, dengan bahwa sesama muatan sejenis tidak dapat
bereaksi.
b. Secara in situ, Sn dan HCl akan bereaksi membentuk SnCl2,
yang berperan sebagai reduktor lemah dalam reaksinya dengan
nitrobenzena sehingga anilin akan terbentuk.
c. Secara in situ asam klorida akan bereaksi dengan natrium nitrit
(NO2-) untuk membentuk asam nitrit. Reaksi ini diperlukan
karena asam nitrit tidak dapat dibuat secara langsung karena
asam nitrit dengan mudah teroksidasi menjadi asam nitrat
(HNO3-) apabila tidak diisolasi dengan benar. Reaksi 3 inilah
yang disebut reaksi diazotasi dengan benzena daiazonium
sebagai produknya.
d. Benzenadiazonium tidak stabil pada suhu panas sehingga
reaksi diazotasi disarankan berlangsung pada suhu rendah
(biasanya 0oC). Penambahan air disertai protonisasi sebagai
pemacu reaksi akan mensubtitusi klorida yang terdapat dalam
benzenadiazonium. Klorida memiliki nilai elektronegativitas yang
besar sehingga sebanyak klorida (benzenadiazonium) tersebut
tidak begitu stabil. Dengan adanya pemanasan hidroksi
benzenadiazonium akan terurai dan tertata ulang membentuk
fenol.
Jenis titrasi diazotasi cukup sederhana untuk dilakukan dan
sangat berguna untuk analisis
2. Reaksi diazotasi pada analisis suksinil sulfatiazol (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus
aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol
harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin
aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit
dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Senyawa-
senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti
kloramfenikol (Gandjar dan Rohman, 2007).
3. Reaksi diazotasi pada analisis kloramfenikol (Gandjar dan Rohman,
2007).
Kloranfenikol yang mempunyai gugus nitro atomatis direduksi
terlebih dahulu dengan Zn/HCl untuk menghasilkan senyawa amin
aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan
asam nitrit untuk membentuk garam diazonium.
D. Prinsip Titrasi Nitrimetri
a. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer
(amin aromatic sekuder dan gugus nitro aromatic)
b. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder
c. Pembentukan senyawa azidari gugus hidrazida dan
d. Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi
dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.
Contoh zat yang memiliki gugu amin aromatic primer misalnya
benzokain, sulfa yang mempunyai gugus amin alifatis misalnya Na
siklamat; yang memiliki gugus hidrazida misalnya INH yang memiliki
gugu amin aromatis sekunder adalah parasetamol, fenasetin, dan yang
memiliki gugus nitroaromatik adalah kloramfenikol.

E. Indikator Nitrimetri
Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat
menggunakan indikator luar, indikator dalam, dan secara potensiometri
(Gandjar dan Rohman, 2007).
1. Indikator Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau
dapat pula menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan
digoreskan pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit
akan mengoksidasi iodide menjadi iodium dan dengan adanya kanji
atau amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji-
iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit
dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai
berikut:
NaNO2 + HCl  HNO2 + NaCl
KI + HCl  KCl +HI
2 HI + 2 HONO  I2 + 2 NO + 2 H2O
I2 + kanji  kanji iod (biru)
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan lautan
yang dititrasi pada pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan
terbentuk warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah
dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena oksidasi iodida oleh
udara (O2) menurut reaksi (Gandjar dan Rohman, 2007):
4 KI + 4 HCl + O2  2H2O + 2 I2 + 4 KCl
I2 + kanji  kanji iod (biru)
Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir
titrasi, maka pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua
menit (Gandjar dan Rohman, 2007). Dengan indikator luar, dengan
pasta kanji-KI mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai
berikut :
Kelebihan :
a. Untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna
lebih jelas.
Kekurangan :
a. Cara kerja tidak praktis
b. Terlalu sering menguap menyebabkan adanya kemungkinan
zat terbuang.
c. Titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 150 C
d. Harus diketahui jumlah volume titran yang dibutuhkan. Bila
tidak, titrasi akan berlangsung sangat lama yang berarti makin
banyak larutan yang dititrasi hilang (karena digoreskan pada
pasta kanji iodida untuk mengetahui titik akhir titrasi).
2. Indikator Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen
biru. Tropoelin OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna
merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi
oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai
pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi
perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung
senyawa yang dititrasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pada pemakaian Indikator dalam ini ternyata mempunyai
kelebihan yaitu sebagai berikut :
a. Cara kerja cepat dan praktis.
b. Dapat dilakukan pada suhu kamar.
Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki kekurangan.
Pada indikator luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran
yang diperlukan, sebab kalau tidak tahu perkiraan jumlah titran
yang dibutuhkan, maka akan sering melakukan pengujian apakah
sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di samping itu, kalau
sering melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan
yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian titik akhir.
Sementara itu pada pemakaian indikator dalam walaupun
perlakuannya mudah tetapi sering kali untuk senyawa yang
berbeda akan memberikan warna yang berbeda. Untuk mengatasi
hal ini, maka akan digunakan metode pengamatan titik akhir secara
potensiometri (Gandjar dan Rohman, 2007).
3. Secara Potensiometri
Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah
metode potensiometri dengan menggunakan electrode
kolomelplatina yang dicelupkan ke dalam nitrat. Pada saat titik akhir
titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan terjadi perubahan arus
yang sangat tajam sekitar +0,80 Volt sampai +0,90 Volt. Metode ini
sangat cocok untuk sampel dalam bentuk sediaan sirup berwarna
(Gandjar dan Rohman, 2007).
F. Aplikasi Analisis Nitrimetri / Diazotasi Dalam Analisis Obat dan
Bahan Obat Beserta Beberapa Contohnya
Dalam farmakope Indonesia Titrasi diazotasi digunakan untuk
menetapkan kadar: benzokain primakuin fosfat dan sediaan tabletnya,
prokain HCl, sulfasetamid, natrium sulfasetamid, sulfametazin,
sulfadoksin, sulfametoksazol, tetrakain, dan tetrakain HCl (Gandjar,
2007).
Tirtasi diazotasi dapat digunakan untuk :
1. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin
aromatis primer bebas seperti selfamilamid.
2. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin
aromatic terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil
sulfatiazol dan parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang
mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti
suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga
diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi
dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Reaksi yang terjadi pada analisis suksinil sulfatiazol.
3. Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti
kloramfenikol. Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan
kadarnya secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk
menghasilkan senyawa amin aromatis primer. Kloramfenikol yang
mepunyai gugus nitro aromatis direduksi terlebih dahulu dengan
Zn/HCI untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer yang
bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk
membentuk garam diazonium.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode
penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku
natrium nitrit. Prinsip Titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi yang
meliputi pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic
primer (amin aromatic sekuder dan gugus nitro aromatik),
pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder,
pembentukan senyawa azi dari gugus hidrazida, pemasukkan gugus
nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi dengan menggunakan
asam nitrit dalam suasana asam. Penentuan titik akhir titrasi diazotasi
dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam, dan secara
potensiometri.
Titrasi diazotasi digunakan untuk menetapkan kadar: benzokain
primakuin fosfat dan sediaan tabletnya, prokain HCl, sulfasetamid,
natrium sulfasetamid, sulfametazin, sulfadoksin, sulfametoksazol,
tetrakain, dan tetrakain HCl.

B. Saran
Sebaiknya perlu dilakukan pendalaman pengetahuan mengenai
titrasi nitrimetri/diazotasi dan contoh – contohnya karena pengetahuan
ini dapat sangat berguna terutama bagi mahasiswa farmasi dalam
bidang mencakup analisis bahan obat dan sedian obat.
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI

Dalam Daging Burger Yang Beredar Di Swalayan Purwokerto : Fakultas Farmasi


Universitas

Gholib Ganjar, Ibnu dan Rohman, Abdul. 2009. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka pelajar

Gholib Ganjar, Ibnu dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka pelajar

Prof. Dr. Gholib Ibnu dan R.Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.

Pudji Lestari, Sabikis, Pri Iswati Utami. Analisis Natrium Nitrit Secara
Spektrofotometri Visibel Muhammadiyah Puwokerto, Jl. Raya
Dukuhwaluh, PO BOX 202, Purwokerto 53182.

Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi edisi I (hal
98-101). Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Depok.

Watson, Jhon. 2010. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung : Grafindo Media
Pratama

Wunas, J. Said. 1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar : UNHAS

Anda mungkin juga menyukai