Rektum merupakan sebuah saluran yang berawal dari ujung usus besar dan
berakhir di anus. Rektum berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Panjang rektum sekitar 15-20cm dan berbentuk-S. Rektum
merupakan bagian distal dari usus besar yang dimulai dari setinggi corpus
sacralis tiga (Tortora dan Derrickson, 2009).
Etiologi
Menurut Smelter & Bare (2012) penyebab kanker rectum ada beberapa faktor,
diantarnya :
• Polip di usus
Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum. Umumnya
polip kolon dianggap tidak berbahaya akan tetapi bila polip bersifat majemuk
atau bila garis tengah kepala lebih dari 1,0 cm kemungkinan ganas lebih besar
• Radang kronik kolon
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon selama
bertahun-tahun memiliki resiko yang lebih besar
• Faktor diet
Diet rendah serat atau diet tinggi protein dan lemak hewani. Diet rendah serat
akan menurunkan waktu transit pada kolon dan potensialmeningkatkan kontak
karsinogen endogen maupun eksogen dengan mukosa kolon.
• Faktor genetik
Secara genetik beberapa keluarga telah diidentifikasi bahwa kanker yang
menyerang beberapa bagiant ubuh termasuk kolon dan rectum adalah
diturunkan dalam sifat yang dominan.
• Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan
sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yanglebih besar
terkena kanker kolorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi yang
sering.
• Usia di atas 50 tahun
Kanker rectum biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90
persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke
atas.
Patofisiologi
Manifestasi Klinik
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan
hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan
rektum. Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah (Smeltzer, Burke, Hinkle
& Cheever, 2010):
• Endoskopi
Endoskopi merupakan prosedur dignostik utama dan dapat dilakukan dengan
sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau dengan kolonoskopi
total.
• Enema barium dengan kontras ganda
Pemeriksaan enema barium yang dipilih adalah dengan kontras ganda karena
memberikan keuntungan seperti tingkat keberhasilanya sangat tinggi.
• CT colonography (pneumocolon CT)
Keunggulan CT colonography adalah:memiliki sensifitas tinggi di dalam
mendiagnosis kanker kolorektal dan dapat memberikan informasi keadaan diluar
kolon, termasuk untuk menentukan stadium melalui penilaian invasi lokal,
metastasis hepar, dan kelenjar getah bening.
Klasifikasi Ca Rektum
Klasifikasi menurut (Black, J.C & Hawks, 2014):
• Pembedahan
Pembedahan merupakan modalitas utama dalam manajemen kanker rektum.
Pemilihan teknik pembedahan tergantung pada stadium dan lokasi tumor
pada rektum. Prinsip utama dari pembedahan pada kanker rektum adalah
pengangkatan seluruh tumor gross dan tumor yang mikroskopik
• Kolostomi
Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus
besar melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak
bisa berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena
gangguan fungsi anus. Tujuan kolostomi adalah untuk mengatasi proses
patologis pada kolon dista dan untuk proses dekompresi karena sumbatan
usus besar distal dan selalu dibuat pada dinding depan abdomen.
• Modalitas radiasi
Baker et al. (2012) melaporkan hasil studi dari German Rectal Cancer
Study Group yang membandingkan pemberian kemoradiasi pre-operatif
dan posto peratif pada kanker rektum T3-4 atau N+, bahwa kemoradiasi
pre-operatif memberikan overall survival 5 tahun sebesar 76% dengan
rekurensi lokal 6% dalam 5 tahun
• Kemoterapi
Peran kemoterapi dalam tatalaksana kanker rektum adalah sebagai
terapi neoadjuvan pre-operatif, konkuren sebagai radiosensitizer dan
adjuvan pasca operatif. Pada tahap paliatif, kemoterapi merupakan
pilihan utama terapi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN CA REKTUM
b. Respirasi
Sarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas.
c. Gastrointestinal
Anoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus, kembung, nyeri abdomen, perut
tegang, nyeri tekan pada kuadran kiri bawah. Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah
serat, tinggi lemak, pemakai zatadittif, dan bahan pengawet).
d. Eliminasi
BAB berlendir dan berdarah, BAB tidak ada flatur tidak ada, BAB kecil seperti feses
kambing, rasa tidak puas setelah BAB, perubahan pola BAB/konstiasi/hemoroid,
perdarahan peranal, BAB oliguria.
e. Aktifitas/istirahat
Kelemahan, kelelahan, insomnia, gelisah dan ansietas
Diagnosa Keperawatan
Berat badan 1 2 3 4 5
IMT 1 2 3 4 5
Frekuesi makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan kulit trisep 1 2 3 4 5
Membran mukosa 1 2 3 4 5
Intervensi Keperawatan : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
(luka oprasi) (D.0077)
• Intervensi keperawatan (I.08238)
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frengkuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikais skala nyeri
Identifikasi faktor yang memperberat nyeri dan memperingan nyeri
Idenntifikasi penegruh nyeri terhadap kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping pemberian analgesik
Teraupetik
Berikan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri (mis, tearpi musik, terapi pijat, aromaterapi, tehnik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain).
Kontrol lingkunagn yang memperberat nyeri (mis, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber dala pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan priode, penyebab dan intensitas nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri seacra mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik seacara tepat
Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk menurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi unuk pemberian aanlgaetik, jika perlu
Kriteria hasil (L.08063)
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Penggunaan analgesik 1 2 3 4 5
Intervensi keperawatan : Ansietas b.d kurang terpapar
informasi (D.0088)
Observasi
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah Edukasi
(mis. kondisi, waktu, stresor). Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
Monitor tanda-tanda ansietas. yang mungkin dialami.
Informasikan secara factual mengenai
Teraupetik diagnosis, pengobatan dan prognosis.
Ciptakan suasana yang teraupetik Anjurakan mengungkapkan perasaan
Pahami situasi yang membuat cemas. dan persepsi
Dengarkan dengan penuh perhatian Latih kegiatan pengalihan untuk
menguragi ketegangan.
Gunakan pendekatan yang tenang dan
menyakinkan Latih teknik relaksasi.
Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan. Kolaborasi
Diskukan perencanaan realistis tentang Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
peristiwa yang akan datang jika perlu.
Kriteria hasil (L.09093)
Kriteria hasil Menurun Cukup mengingkat sedang Cukup menurun menurun
Verbalisasi kebingungan 1 2 3 4 5
Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 1 2 3 4 5
dihadapi
Prilaku gelisah 1 2 3 4 5
Prilaku tegang 1 2 3 4 5
Keluhan pusing 1 2 3 4 5
Anoreksia 1 2 3 4 5
Palpitasi 1 2 3 4 5
Frengkuensi pernafasan 1 2 3 4 5
Frengkuensi nadi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Diaforesis 1 2 3 4 5
Tremor 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
memburuk Cukup memburuk sedang Cukup membaik membaik
Konsentrasi 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
Perasaan keberdayaan 1 2 3 4 5
Kontak mata 1 2 3 4 5
Pola berkemih 1 2 3 4 5
Orientasi 1 2 3 4 5
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana:
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang
objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.