Anda di halaman 1dari 24

Tugas Keperawatan Medikal Bedah

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA RECTUM

1. EVA WULANDARI 13. ATENG ASMUDIN


2. ANNISA 14. FRESY ROSIKA P
3. RIO ADI ISMANTO 15. SUDIYONO
4. HELDAWATI 16. RETNO ADE SAPUTRA
5. BIMA ADITIA PRATAMA 17. MIKDA AZALI
6. SITI NURBAETI 18. MUHAMMAD ARIFUDIN
7. DEVI MARDIANA SARI 19. SETIAWAN PRIADI
8. ZULHIDASARI 20. AGUNG HERMAWAN
9. MUHAMMAD PRATAMA 21. BUDI SANTOSO
10. EKA KARTIKASARI 22. RITNO SETYA NINGRUM
11. RIZKI MARTA DIANA AMASDA 23. SUHANDOKO
12. OKTA ZULFIKRI  
 
Latar Belakang

Kanker rectum adalah kanker ketiga yang banyak terjadi didunia


dengan presentasi 11,2% atau 1.849.518 kasus dari jumlah
seluruh penderita kanker diseluruh dunia, dan kanker kedua
dengan jumlah kematian 9.2% atau 880.792 di tahun 2018 .
Dalam kurun waktu 5 tahun terjadi 1.021.005 kasus di Asia
dengan 43.324kasus baru setiap tahunnya.

Di Indonesia, kanker rectum adalah kanker yang sering terjadi


baik pada pria dan wanita, prevalensi tahun 2013 sampai 2018
terjadi 32.069 kasus dengan 14.112 kasus baru di tahun 2018
(The Global Cancer Observatory, 2019).
Defini Ca Rektum

Kanker rektum adalah salah satu penyakit yang


terdapat pada usus besar yang sering mengenai
daerah retrosigmoid. Kanker Rektum merupakan
salah satu keganasan pada rektum yang terjadi akibat
gangguan profeliferasi sel epitel yang tidak terkendali
(Price, 2012).
Anatomi Fisiologi

Rektum merupakan sebuah saluran yang berawal dari ujung usus besar dan
berakhir di anus. Rektum berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Panjang rektum sekitar 15-20cm dan berbentuk-S. Rektum
merupakan bagian distal dari usus besar yang dimulai dari setinggi corpus
sacralis tiga (Tortora dan Derrickson, 2009).
Etiologi
Menurut Smelter & Bare (2012) penyebab kanker rectum ada beberapa faktor,
diantarnya :

• Polip di usus
Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum. Umumnya
polip kolon dianggap tidak berbahaya akan tetapi bila polip bersifat majemuk
atau bila garis tengah kepala lebih dari 1,0 cm kemungkinan ganas lebih besar
• Radang kronik kolon
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon selama
bertahun-tahun memiliki resiko yang lebih besar
• Faktor diet
Diet rendah serat atau diet tinggi protein dan lemak hewani. Diet rendah serat
akan menurunkan waktu transit pada kolon dan potensialmeningkatkan kontak
karsinogen endogen maupun eksogen dengan mukosa kolon.
• Faktor genetik
Secara genetik beberapa keluarga telah diidentifikasi bahwa kanker yang
menyerang beberapa bagiant ubuh termasuk kolon dan rectum adalah
diturunkan dalam sifat yang dominan.
 
• Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan
sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yanglebih besar
terkena kanker kolorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi yang
sering.
 
• Usia di atas 50 tahun
Kanker rectum biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90
persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke
atas.
 
Patofisiologi
Manifestasi Klinik
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan
hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan
rektum. Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah (Smeltzer, Burke, Hinkle
& Cheever, 2010):

• Perubahan kebiasaan defekasi


• Terdapat darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
• Gejala anemia tanpa diketahui penyebabnya
• Anoreksiae
• Penurunan berat badan tanpa alasan
• Keletihan
• Mual dan muntah-muntah
• Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya setelah BAB
• Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
• Perut sering terasa kembung atau keram perut
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan kanker rektum, antara lain (Suratun &
Lusianah, 2014) :

• Endoskopi
Endoskopi merupakan prosedur dignostik utama dan dapat dilakukan dengan
sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau dengan kolonoskopi
total.
• Enema barium dengan kontras ganda
Pemeriksaan enema barium yang dipilih adalah dengan kontras ganda karena
memberikan keuntungan seperti tingkat keberhasilanya sangat tinggi.
• CT colonography (pneumocolon CT)
Keunggulan CT colonography adalah:memiliki sensifitas tinggi di dalam
mendiagnosis kanker kolorektal dan dapat memberikan informasi keadaan diluar
kolon, termasuk untuk menentukan stadium melalui penilaian invasi lokal,
metastasis hepar, dan kelenjar getah bening.
Klasifikasi Ca Rektum
Klasifikasi menurut (Black, J.C & Hawks, 2014):

• Stadium 0 (carcinoma in situ)


Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau rektum.
• Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau ketiga (submukosa/
muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum tetapi belum menyebar keluar dari
dinding kolon/rectum.
• Stadium II
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari dinding usus
kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar pada kelenjar getah bening.
• Stadium III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapibelum pada organ
tubuh lainnya.
• Stadium IV
Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya.
Komplikasi

Komplikasi yang terjadi akibat adanya kanker rektum adalah :


• Terjadinya osbtruksi pada daerah pelepasan.
• Terjadinya perforasi pada usus.
• Pembentukan fistula pada kandung kemih atau vagina.

Kanker rectum dapat menyebabkan terjadinya ulserasi atau


perdarahan, menimbulkan obstruksi bila membesar,atau menembus
vagina (invasi) keseluruh dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional.
Adapun komplikasi selain terjadinya obstruksi, perforasi yaitu
pendarahan dan penyebaran ke organ yang berdekatan( Wijaya&
Putri,2013).
Penatalaksanaan

• Pembedahan
Pembedahan merupakan modalitas utama dalam manajemen kanker rektum.
Pemilihan teknik pembedahan tergantung pada stadium dan lokasi tumor
pada rektum. Prinsip utama dari pembedahan pada kanker rektum adalah
pengangkatan seluruh tumor gross dan tumor yang mikroskopik

• Kolostomi
Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus
besar melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak
bisa berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena
gangguan fungsi anus. Tujuan kolostomi adalah untuk mengatasi proses
patologis pada kolon dista dan untuk proses dekompresi karena sumbatan
usus besar distal dan selalu dibuat pada dinding depan abdomen.
• Modalitas radiasi
Baker et al. (2012) melaporkan hasil studi dari German Rectal Cancer
Study Group yang membandingkan pemberian kemoradiasi pre-operatif
dan posto peratif pada kanker rektum T3-4 atau N+, bahwa kemoradiasi
pre-operatif memberikan overall survival 5 tahun sebesar 76% dengan
rekurensi lokal 6% dalam 5 tahun

• Kemoterapi
Peran kemoterapi dalam tatalaksana kanker rektum adalah sebagai
terapi neoadjuvan pre-operatif, konkuren sebagai radiosensitizer dan
adjuvan pasca operatif. Pada tahap paliatif, kemoterapi merupakan
pilihan utama terapi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN CA REKTUM

1. Pengkajian a) Klien mengeluh perutnya terasa


sakit (nyeri).
A,. Identitas Klien b) Klien mengeluh mual, muntah.
B. Riwayat Kesehatan c) Klien mengeluh tidak puas setelah
1) Riwayat kesehatan dahulu BAB.
Riwayat diet yang hanya serat, protein d) Klien mengeluh BAB kecil.
hewani dan lemak. e) Klien mengeluh berat badannya
2) Riwayat menderita kelainan pada colon turun.
kolitis ulseratif (polip kolon).
3) Riwayat kesehatan sekarang
•  
a) Klien mengeluh BAB berdarah dan
berlendir.
b) Klien mengeluh tidak BAB tidak
ada flahis.
4) Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri), kemerahan,
ekimosis, hipotesis.

b. Respirasi
Sarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas.

c. Gastrointestinal
Anoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus, kembung, nyeri abdomen, perut
tegang, nyeri tekan pada kuadran kiri bawah. Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah
serat, tinggi lemak, pemakai zatadittif, dan bahan pengawet).

d. Eliminasi
BAB berlendir dan berdarah, BAB tidak ada flatur tidak ada, BAB kecil seperti feses
kambing, rasa tidak puas setelah BAB, perubahan pola BAB/konstiasi/hemoroid,
perdarahan peranal, BAB oliguria.

e. Aktifitas/istirahat
Kelemahan, kelelahan, insomnia, gelisah dan ansietas
Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul pada ca rectum

• Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan


menelan makanan
• Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (luka oprasi)
• Ansietas b.d kurang terpapar informasi
Intervensi Keperawatan
Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis
(mis. Stress, keengganan untuk makan ) (D.0032)

1. Intervensi keperawatan (I.03119) • Beri suplemen makanan jika perlu


Observasi • Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
• Identifikasi status nutrisi perlu
• Identivikasi alergi dan intoleransi makanan
• Identivikasi makana yang disukai Edukasi
• Monitor asupan makanan • Anjurkan posisi duduk, jika perlu
• Monitor berat badan • Ajarkan diet yang diprogamkan
• Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Kolaborasi
Teraupetik • Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
• Sajikan makanan secara menarik dan suhu makan (mis pereda nyeri) jika perlu
yang sesuai • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
• Berikan makan tinggi serat untuk menentukan jumlah kalori dan nutrien
mencegah konstipasi yang diperukan.
• Kriteria hasil (L.03030)
Kriteria hasil Menurun Cukup menurun sedang Cukup meningkat meningkat

Porsi makanan yang dihabiskan 1 2 3 4 5

Kekuatan otot mengunyah 1 2 3 4 5

Kekuatan oot menelan 1 2 3 4 5


Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi keinginginan unuk meningkatkan nutrisi 1 2 3 4 5

Pengetahuan ttg makanan & minuman yang sehat 1 2 3 4 5

Pengetahuan ttg standar asupan nutrisi yang tepat 1 2 3 4 5

Peyiapan dan penyimpanan makanan yang aman 1 2 3 4 5

Sikap terhadap makanan&minuman sesuai dengan 1 2 3 4 5


tujuan kesehatan

  meningkat Cukup meningkat sedang Cukup menurun menurun

Perasaan cepat kenyang 1 2 3 4 5


Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare 1 2 3 4 5
  memburuk Cukup memburuk Sedang Cukup membaik membaik

Berat badan 1 2 3 4 5
IMT 1 2 3 4 5
Frekuesi makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan kulit trisep 1 2 3 4 5
Membran mukosa 1 2 3 4 5
Intervensi Keperawatan : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
(luka oprasi) (D.0077)
• Intervensi keperawatan (I.08238)
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frengkuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikais skala nyeri
Identifikasi faktor yang memperberat nyeri dan memperingan nyeri
Idenntifikasi penegruh nyeri terhadap kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping pemberian analgesik
Teraupetik
Berikan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri (mis, tearpi musik, terapi pijat, aromaterapi, tehnik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain).
Kontrol lingkunagn yang memperberat nyeri (mis, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber dala pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan priode, penyebab dan intensitas nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri seacra mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik seacara tepat
Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk menurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi unuk pemberian aanlgaetik, jika perlu
Kriteria hasil (L.08063)

Kriteria hasil Menurun Cukup menurun sedang Cukup meningkat mengingkat

Melaporkan nyeri terkontrol 1 2 3 4 5

Kemampuan mengenali onset nyeri 1 2 3 4 5

Kemampuan mengenali penyebab 1 2 3 4 5


nyeri

Kemampuan menggunakan tehnik 1 2 3 4 5


nonfarmakologi

Dukungan orang terdekat 1 2 3 4 5

  Meningkat Cukup meningkat sedang Cukup menurun Menurun

Keluhan nyeri 1 2 3 4 5

Penggunaan analgesik 1 2 3 4 5
Intervensi keperawatan : Ansietas b.d kurang terpapar
informasi (D.0088)
Observasi
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah Edukasi
(mis. kondisi, waktu, stresor).  Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
 Monitor tanda-tanda ansietas. yang mungkin dialami.
 Informasikan secara factual mengenai
Teraupetik diagnosis, pengobatan dan prognosis.
 Ciptakan suasana yang teraupetik  Anjurakan mengungkapkan perasaan
 Pahami situasi yang membuat cemas. dan persepsi
 Dengarkan dengan penuh perhatian  Latih kegiatan pengalihan untuk
menguragi ketegangan.
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
menyakinkan  Latih teknik relaksasi.
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan. Kolaborasi
 Diskukan perencanaan realistis tentang  Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
peristiwa yang akan datang jika perlu.
Kriteria hasil (L.09093)
Kriteria hasil Menurun Cukup mengingkat sedang Cukup menurun menurun

Verbalisasi kebingungan 1 2 3 4 5
Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 1 2 3 4 5
dihadapi

Prilaku gelisah 1 2 3 4 5
Prilaku tegang 1 2 3 4 5
Keluhan pusing 1 2 3 4 5
Anoreksia 1 2 3 4 5
Palpitasi 1 2 3 4 5
Frengkuensi pernafasan 1 2 3 4 5
Frengkuensi nadi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Diaforesis 1 2 3 4 5
Tremor 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
  memburuk Cukup memburuk sedang Cukup membaik membaik

Konsentrasi 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
Perasaan keberdayaan 1 2 3 4 5
Kontak mata 1 2 3 4 5
Pola berkemih 1 2 3 4 5
Orientasi 1 2 3 4 5
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Komponen tahap implementasi :


• Tindakan keperawatan mandiri.
• Tindakan Keperawatan edukatif.
• Tindakan keperawatan kolaboratif.
• Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.

Evaluasi keperawatan
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana:
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang
objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

(Suprajitno dalam Wardani, 2013)

Anda mungkin juga menyukai