Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU PENYAKIT MENULAR & PENYAKIT TIDAK MENULAR

“STROKE”

DOSEN PENGAMPU:

Darwis, S,Kp.,M.Kes

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2

TINGKAT 2B

1. Annikmatul Fadhilah P01770022059


2. Feri Fernanda P01770022069
3. Ratina Sukma Ayu P01770022087
4. Wita Pratidini Egia P01770022098

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM SARJANA TERAPAN

TAHUN AKADEMIK 2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tak lupa saya
ucapkan terimakasih kepada Bapak Darwis, S,Kp.,M.Kes. Selaku Dosen Mata
Kuliah Ilmu Penyakit Menular & Penyakit Tidak Menular.

Makalah ini kami tulis demi memenuhi tugas mata kuliah serta menambah
wawasan dalam mengenai penyakit Stroke. Kami selaku penulis menyadari dalam
penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami minta saran dan
kritik dalam membuat makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua terutama bagi pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Stroke.........................................................................................................3
B. Klasifikasi Stroke.....................................................................................................3
C. Etiologi Stroke.........................................................................................................4
D. Patofisiologi Stroke.................................................................................................5
E. Faktor Resiko Stroke ..............................................................................................6
F. Komplikasi Stroke...................................................................................................8
G. Pencegahan Stroke...................................................................................................9
H. Penatalaksanaan Stroke...........................................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan
penyebab kematian nomor tiga di dunia 1. Stroke adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungi otak fokal atau global,
dapat menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler 2.
Stroke dapat menyebabkan menurunnya bahkan hilangnya fungsi
yang dikendalikan oleh jaringan tersebut. Salah satu gejala yang
ditimbulkan adalah kelemahan otot pada bagian anggota gerak tubuh yang
terkena seperti jari- jari tangan. Fungsi tangan sangat penting untuk
aktivitas sehari hari. Jika bagian tangan ini terganggu maka akan
menghambat aktivitas sehari hari. Orang yang mengalami kelemahan otot
akan sangat bergantung kepada orang lain. Cara untuk meminimalkan
kecacatan setelah terjadi serangan stroke adalah rehabilitas. Rehabilitasi
pasien stroke salah satunya dengan terapi latihan ROM2.
ROM adalah latihan yang diberikan untuk mempertahankan atau
memperbaiki kembali fungsinya secara normal dan untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot pada anggota gerak tubuh5. ROM memiliki 2
jenis yaitu ROM aktif dan pasif, ROM aktif adalah gerakan yang
dilakukan oleh pasien menggunakan energinya sendiri sedangkan ROM
pasif adalah energi yang dikeluarkan pasien untuk latihan berasal dari
orang lain, atau alat mekanik6.
Latihan gerak yang akan dilakukan ialah ROM aktif salah satunya
dengan cara latihan menggenggam bola. Hal tersebut untuk membantu
pemulihan bagian lengan atau bagian ekstremitas atas sehingga diperlukan
teknik untuk merangsang tangan seperti latihan fungsional dengan cara
menggenggam sebuah bola pada telapak tangan, latihan yang akan
dilakukan adalah ROM aktif2.
Menurut World Health Organization (WHO), ada 15 juta orang
menderita stroke di seluruh dunia setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 5 juta
meninggal dan 5 juta lainnya cacat permanen 3. Pervalensi stroke di
Indonesia berdasarkan diagnosis penduduk yang terkena serangan stroke
meningkat pada tahun 2018, ada sejumlah 7% penduduk yang terkena
stroke pada tahun 2013 dan menjadi 10,9% pada tahun 2018.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi Stroke
2. Klasifikasi Stroke
3. Etiologi Stroke
4. Patofisiologi Stroke
5. Faktor Resiko Stroke
6. Komplikasi Stroke
7. Pencegahan Stroke
8. Penatalaksanaan Stroke

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan memahami definisi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, faktor resiko, manifestasi klinis, komplikasi,
penatalaksanaan, dan pencegahan stroke.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan
harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi
otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak (Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama
beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).

B. Klasifikasi
Menurut Widyanto, Triwibowo, Muttaqin dan Pudiastuti (dalam
Hadi, 2020) klasifikasi stroke dibagi menjadi dua yaitu stroke non
hemoragik dan hemoragik.
a. Cerebrovasculer Accident (CVA) iskemik atau stroke non
hemoragik
Terjadinya karena adanya sumbatan pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak terhenti. Hal ini disebabkan oleh
aterosklerosis atau penumpukan kolesterol di dinding pembuluh darah
ke otak. Cerebrovasculer Accident (CVA) iskemik atau stroke non
hemoragik dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Trombotik (proses terbentuknya thrombus hingga menjadi
gumpalan).
2) Embolik (tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah).
3) Hipoperfusion Siskemik (aliran darah keseluruh bagian tubuh
berkurang karena adanya gangguan denyut jantung).
b. Cerebrovasculer Accident (CVA) hemoragik
Yaitu dikarenakan pecahnya pembuluh darah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan keluar ke dalam bagian otak.
Cerebrovasculer Accident (CVA) hemoragik dibagi menjadi 2 jenis:
1) Perdarahan intraserebral Pecahnya pembuluh darah
(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan
jaringan otak dan mengakibatkan edema otak.
2) Perdarahan subarachnoid Perdarahan ini berasal dari pecahnya
aneurisma berry atau AVM.

Sedangkan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya CVA


dibagi menjadi: (Muttaqin dalam Widayanti, 2019)
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang
terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja.
b. Stroke involusi, stroke yang terjadi masih terus berkembang
dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah
buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplitdimana gangguan neurologi yang timbul sudah
menetap atau permanen. Stroke komplit dapat diawali oleh
serangan TIA berulang.

C. Etiologi
Beberapa penyebab stroke dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yakni stroke yang disebabkan faktor pembuluh darah dan faktor
dari luar pembuluh darah (Mahendra dan Evi dalam Nugroho, 2019).
a. Faktor Pembuluh Darah
1) Aterosklerosis Pembuluh Darah Otak
Aterosklerosis adalah penumpukan lemak pada lapisan
dalam pembuluh darah. Akibatnya, jaringan yang ada di depan
pembuluh darah akan kekurangan oksigen dan akibat lebih
lanjut dapat terjadi kematian jaringan.
2) Malformasi arteri (pembuluh nadi) Otak
Adanya aneurisma (kelemahan) pembuluh darah otak dan
tipisnya dinding pembuluh darah akan memudahkan dinding
pembuluh darah robek jika terjadi peningkatan tekanan aliran
darah. Aneurisma ini tidak memberikan gejala apapun sampai
suatu saat dapat pecah sendiri jika terjadi peningkatan aliran
darah ke otak.
3) Trombosis Vena (Penyumbatan)
Penyebabnya seperti thrombus, embolus, cacing, leukimia.

b. Faktor dari Luar Pembuluh Darah


1) Penurunan Perfusi (Aliran) Darah ke Otak
Hal ini dapat disebabkan oleh hipertensi menahun yang
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi jantung, gagal
jantung, atau hiperkolesterol. Adanya perubahan tersebut
menyebabkan darah menjadi relatif lebih pekat dan alirannya
menjadi lambat.
2) Embolus atau thrombus
Embolus atau thrombus yang mengalir di dalam pembuluh
darah otak sehingga menyumbat aliran darah. Kejadian ini akan
menyebabkan kematin jaringan otak

D. Patofisiologi
1. Stroke non hemoragik/iskemik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak
oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena
berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darahsehingga
arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi
berkurang, menyebabkan iskemia, kemudian menjadi kompleks iskemia
menyebabkan terjadinya infark pada jaringan otakEmboli disebabkan
oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis,
dan mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada arteri tersebut,
menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi
gangguan neurologis fokal, perdarahan otak dapat disebabkan oleh
pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli (Fransisca dalam Hadi,
2020).
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan
komponen intrakranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan
komponen intrakranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematianDi samping itu,
darah yang mengalir ke ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema,
spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak adasehingga terjadi
nekrosis jaringan otak (Fransisca dalam Hadi, 2020).

E. Faktor Resiko
Faktor resiko stroke yaitu:
a. Tidak dapat dirubah
1) Umur. Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, sehingga makin bertambahnya usia
makin tinggi kemungkinan terjadinya Cerebrovasculer Accident
(CVA). (Siregar dalam Hadi, 2020).
2) Jenis Kelamin. Cerebrovasculer Accident (CVA) diketahui lebih
banyak diderita laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini
diperkirakan karena pemakian obat kontrasepsi oral dan usia harapan
hidup perempuan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
(Sumartono dalam Hadi, 2020)
3) Faktor keturunan. Adanya riwayat Cerebrovasculer Accident
(CVA) pada orang tua, meningkatkan faktor terjadinya
Cerebrovasculer Accident (CVA). Hal ini diperkirakan melalui
beberapa mekanisme antara lain faktor kultur/lingkungan dan life
style, serta interaksi antara faktor genetik dan lingkungan.

b. Dapat dirubah
1) Hipertensi. Makin tinggi tekanan darah, makin tinggi kemungkinan
terjadinya Cerebrovasculer Accident (CVA), baik perdarahan
maupun iskemik (Misbach dalam Hadi, 2020)
2) Merokok. Merokok merupakan masalah kesehatan yang utama di
banyak negara berkembang (termasuk Indonesia). Rokok
mengandung bahan kimia berbahaya seperti nikotin diantaranya
bersifat karsinogen atau mempengaruhi sistem vaskuler (AHA/ASA
dalam Hadi, 2020).
3) Diabetes Mellitus (DM). DM merupakan penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekeresi insulin, penderita DM cenderung menderita arterosklerosis
dan meningkatkan terjadinya hipertensi, kegemukan dan kenaikan
kadar kolesterol. Kombinasi hipertensi dan diabetes sangat
menaikkan komplikasi diabetes termasuk stroke (Linksa dalam Hadi,
2020).
4) Kolesterol tinggi. Meskipun zat lemak (lipid) merupakan komponen
integral dari tubuh kita, kadar lemak darah (terutama kolesterol dan
trigleserida) yang tinggi meningkatkan risiko aterosklerosis dan
penyakit jantung koroner. Keadaan ini juga dikaitkan dengan
peningkatan 20% risiko stroke iskemik atau TIA (Wasena, 2019).
5) Strees emosional. Kadang-kadang pekerjaan, hubungan pribadi,
keuangan, dan faktor-faktor lain menimbulkan stres psikologis, dan
penyebebnya tidak selalu dapat dihilangkan. Meskipun sebagian
besar pakar stroke menganggap bahwa serangan stres yang timbul
sekali- sekali bukan merupakan faktor risiko stroke, namun stres
jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan
kadar kolesterol (Wasena, 2019).

F. Komplikasi
Menurut Smeltzer & Bare (dalam Hadi, 2020) komplikasi yang
dapat terjadi pada penyakit Cerebrovasculer Accident (CVA) adalah:
a. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah
adekuat ke otak. fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang
dikirim ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan
oksigenasi jaringan.
b. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah,
curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat
(cairan intravena) harus menjamin serebral. Hipertensi dan hipotensi
ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah
serebral dan potensi meluasnya area cedera.
c. Embolisme serebral, embolisme akan menurunkan aliran darah ke
otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia
dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian
trombus fokal. Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus
serebral dan harus diperbaiki.

Sedangkan menurut Mahendra dan Evi (dalam Nugroho, 2019)


Setelah mengalami stroke, beberapa penderita juga mengalami gangguan
kesehatan yang lain seperti berikut:
a. Depresi.
Penderita stroke umumnya mengalami stres berat atau depresi ketika
kembali dari rumah sakit setelah menjalani perawatan. Hal ini biasanya
disebabkan karena rata-rata penderita stroke tidak sembuh total.
b. Darah beku
Darah beku mudah terbentuk pada jaringan yang lumpuh, terutama pada
kaki sehingga menyebabkan pembengkakan yang mengganggu. Selain
itu, pembekuan darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengalirkan
darah ke paru-paru (emboli paru-paru), sehingga penderita sulit
bernapas.
c. Memar (dekubitus)
Jika penderita stroke menjadi lumpuh, penderita harus sering
dipindahkan dan digerakkan secara teratur agar bagian pinggul, pantat,
sendi kaki dan tumit tidak terluka akibat terhimpit alas tempat tidur.
d. Otot mengerut dan sendi kaku
Kurang gerak akan menyebabkan sendi menjadi kaku dan
nyeriMisalnya, jika otot-otot betis mengerut, kaki terasa sakit ketika
harus berdiri dengan tumit menyentuh lantai. Hal ini biasanya ditangani
dengan fisioterapi.
e. Pneumonia (radang paru-paru)
Ketidakmampuan untuk bergerak setelah mengalami stroke, membuat
pasien mungkin mengalami kesulitan menelan dengan sempurna atau
sering terbatuk- batuk, sehingga cairan terkumpul di paru-paru dan
selanjutnya dapat terjadi pneumonia.
f. Nyeri pundak
Otot-otot di sekitar pundak yang mengontrol sendi- sendi pundak akan
mudah cedera pada wktu penderita diganti pakaiannya, diangkat, atau
ditolong untuk berdiri.

G. Pencegahan
a. Mengkonsumsi serat larut yang biasanya banyak terdapat dalam biji-
bijian seperti beras merah, gandum, dan jagung.
b. Obat akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, menurunkan
tekanan darah dan menekan nafsu makan bila dimakan di pagi hari
(memperlambat pengosongan usus).
c. Kacang kedele dan produk olahannya dapat mengurangi kadar lipid
serum, menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida.
d. Kacang-kacangan: menurunkan kolesterol LDL dan mungkin mencegah
aterosklerosis.
e. Makanan/ zat yang dapat membantu memecah homosistein seperti asam
folatvitamin B6, B12 dan riboflavin.
f. Kalsium dan susu memiliki efek protektif terhadap stroke.
g. Ikan tuna dan salmon mengandung omega 3 eicosapentaenoic (EPA)
dan docosahexaenoic acid (DHA), makanan ini dianjurkan untuk
dikonsumsi 2 kali per minggu.
h. Makanan yang kaya vitamin C, E dan beta karoten seperti buah-buahan
dan biji-bijian dapat berperan sebagai sumber antioksidan.
i. Menghentikan rokok.
j. Menghindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat.
k. Melakukan olahraga yang teratur.
l. Menghindari stres dan beristirahat yang cukup.

H. Penatalaksanaan
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan
b. Mengendalikan tekanan darah untuk usaha memperbaiki hipotensi dan
hipertensi.
c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepatharus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK dengan meninggikan
kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan.
f. Pengobatan Konservatif
1) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
2) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
3) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
4) Diuretika: untuk menurunkan edema serebral.
g. Pengobatan PembedahanTujuan utama adalah memperbaiki aliran darah
serebral:
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
(Widayanti, 2019).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit stroke merupakan penyakit neurologi yang dapat
menyebabkan kematian, serta kecacatan pada orang dewasaAda dua jenis
stroke yaitu stroke hemoragik akibat pecahnya pembuluh darah di dalam
otak, dan stroke non hemoragik yaitu akibat terjadi sumbatan di dalam
otak. Penyakit stroke disebabkan oleh beberapa hal yang banyak terjadi di
masyarakat seperti hepertensi, faktor usiadan adanya penyakit jantung,
atau gaya hidup. Faktor ini memicu terjadinya trombosis, embolisme,
iskemia, dan hemoragik serebral. Penyebab tersering stroke
adalah trombosis.
DAFTAR PUSTAKA

WHO, (2018). Stroke Statistics. Diunduh pada tanggal 14 April 2021. pada pukul
19.00 WIB dalam wibe site: http:/ www.strokecenter.org/patients/abaut-
stroke/stroke-statistics.
Susilawati, F., & Nurhayati, S. K. (2018). Faktor Resiko Kejadian Stroke. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 14(1), 41-48.
Noviyanti Dewi R. Faktor Risiko Penyebab Meningkatnya Kejadian Stroke Pada
Usia Remaja Dan Usia Produktif. Profesi. 2013;10(September 2013):52-
56.
Alimansur, M., & Irawan, H. (2020). Personal Hygiene Mandi Dalam Pencegahan
Dekubitus Pasien Stroke. Jurnal Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nahdlatul Ulama Tuban, 2(1), 14–17.
https://doi.org/https://doi.org/10.47710/jp.v2i1.31

Anda mungkin juga menyukai