Di susun oleh :
Sri Wahyuni
14420202188
C. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien
2) Riwayat Keperawatan
Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang ,
gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko
untuk gangguan status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingkungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Penggunaan obat
c. Adanya batuk dan penanganan
d. Kebiasaan merokok
e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler
f. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
g. Riwayat penggunaan medikasi’
h. Stressor yang dialami
i. Status atau kondisi kesehatan
3) Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur tubuh,
kondisi kulit, dan membran mukosa, dada (kontur rongga
interkosta, diameter anteroposterior, struktur toraks, pergerakan
dinding dada), pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasann,
durasi inspirasi dan ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa
mendatar diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya
fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya
menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya, fremitus
taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat pada
kondisi konsolidasi.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ
dalam sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara dalam
paru. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung
perkusi.
d. Auskultasi
Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi
yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi
dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik , valid dan
akurat, sebaiknya auskultasi dilakukan lebih dari satu kali.
2. Diagnosa
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum, batuk tidak efektif.
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus,
iritan jalan napas.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan O2
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan batuk efektif 1. Untuk mengetahui kemampuan
napas tidak keperawatan 3x 24 jam maka Observasi : batuk dan faktor yang
efektif bersihan jalan napas 4. Identifikasi kemampuan batuk mempengaruhi kemampuan batuk
meningkat, dengan kriteria 5. Monitor adanya retensi sputum pasien
hasil: Terapeutik 2. Memantau adanya retensi sputum
6. Atur posisi semi fowler 3. Memposisikan untuk memberikan
- Batuk efektif meningkat 7. Pasang perlak dan bengkok dipangkuan kenyamanan pasien
- Produksi sputum pasien 4. Menyediakan alat dan bahan yang
menurun 8. Buang sekret pada tempat sputum diperlukan dalam latihan batuk
- Mengi menurun Edukasi efektif
- Wheezing menurun 9. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif 5. Menempatkan sekret pada tempat
- Dispnea menurun 10. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung khusus
- Sulit bicara menurun selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, 6. Agar pasien mengerti tujuan dan
- Frekuensi napas menurun kemudian keluarkan dari mulut dengan mekanisme yang akan dilakukan
- Pola napas meningkat bibir dibulatkan selama 8 detik 7. Mempermudah pengeluaran
11. Anjurkan mengulangi tarik napas hingga 3 sputum
kali 8. Mempermudah proses pengeluaran
12. Anjurkan batuk dengan kuat sputum
Kolaborasi 9. Untuk memaksimalkan
13. Kolaborasi pemberian mukolitik jika perlu pengeluaran
10. Untuk mempercepat proses
penyembuhan
2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi 1. Bunyi napas menurun /tak ada
pertukaran gas keperawatan 3x 24 jam Observasi : obstruksi sekunder
inspirasi atau ekspirasi yang 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman napas 2. Mengetahui dan memastikan
tidak memberikan ventilasi 2. Monitor pola napas kepatenan jalan nafas dan
adekuat membaik dengan 3. Monitor kemampuan batuk efektif pertukaran gas yangadekuat
kriteria hasil: 4. Monitor adanya sputum 3. Penghisapan dilakukan jika batuk
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas tidak efektif
- Dipsnea menurun 6. Palpasi ekspansi paru 4. Sputum mengganggu dalam proses
- Frekuensi napas 7. Auskultasi bunyi napas bernapas klien
cukup menurun Terapeutik 5. Klien terbebas dari
- Kedalaman napas 8. Dokumentasikan hasil pemantauan ketidakefektifan pernapasan
menurun Edukasi 6. Mengetahui kondisi paru
9. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 7. Untuk mengetahui bunyi napas
10. Informasikan hasil pemantauan tambahan
8. Untuk mendapatkan respirasi
normal
9. Membantu klien dalam melakukan
batuk efektif secara mandiri
10. Meningkatkan pengetahuan klien
3. Pola napas tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan nafas 1. Kecepatan biasanya mencapai
efektif keperawatan 3x 24 jam maka Observasi : kedalam pernapasan bervariasi
tingkat pola napas membaik 1. Monitor pola nafas tergantung derajat gagal napas.
dengan kriteria hasil : Terapeutik : Ekspansi dada terbatas yang
- Dispnea menurun 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan berhubungan dengan atelaksis dan
- Penggunaan otor bantu head-till dan chin-lift atau nyeri dada.
napas menurun 3. Posisikan semifowler atau fowler 2. Untuk memungkinkan ekspansi
- Frekuensi napas 4. Berikan minuman hangat paru dan mempermudah
membaik 5. Berikan oksigen pernapasan.
- Kedalaman napas Kolaborasi : 3. Meningkankan ekspansi paru dan
membaik 6. Kolaborasi pemberian bronkodilator, memudahkan pernapasan.
ekspektoran, mukolitik jika perlu. 4. Melarutkan dahak sehingga tidak
menyumbat tenggorokan dan
saluran nafas
5. Melengkapi kebutuhan oksigen
tubuh
6. Untuk melebarkan bronkus
(saluran pernapasan) dan
merelaksasi otot-otot pada saluran
pernapasan.
Pathway Kebutuhan Oksigenasi
Gangguan
pertukaran gas
Daftar Pustaka
Asmadi. (2018). Teknik prosedural dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta:
Salemba medika.
Bariyatun, S., Susilo, C. B., & Maryana. (2016). Penerapan pemberian oksigen
pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi di RSUD Wates Kulon Progo.
Besinung, I., Mahihody, A. J., & Surudani, C. (2019). Asuhan keperawtan pada
anak dengan infeksisaluran pernapasan akut (ISPA) di ruangan anggrek
RSD Liun Kendage Tahuna. Jurnal Ilmiah Sesebanua.
Dartiwen, Anggita, I., & Apriliani, P. (2020). Buku ajar kebutuhan dasar praktik
kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.
Fhirawati, d. (2020). Keperawatan Dasar. Makassar: Yayasan Kita Menulis.
Hidayat, A. A. (2019). Kebutuhan dasar 1. Surabaya: Health Book Publishing.
Kusnanto. (2016). Modul pembelajaran pemenuhan kebutuhan oksigen. Surabaya:
Fakultas keperawatan Universitas Airlangga.
Rosmalawati, K. d. (2016). Kebutuhan Dasar 1. Jakarta selatan: Pusdik SDM
Kesehatan.
Silalahi, K. L., & Siregar, H. T. (2019). Pengaruh pulsed lip breathing exercise
terhadap penurunan sesak napas pada pasien paru obstruksi kronis (PPOK)
di RSU Royal Prima Medan 2018. Jurnal Keperawatan Priority.