Anda di halaman 1dari 32

KARYA ILMIAH

KALIMAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu : Sophian Djaka Prawira, S.Pd., M.M., M.Pd

Disusun Oleh :
Alif Abd. Dhohir Lubis (22130213979)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MOCH. SROEDJI JEMBER

2023

I
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama Mahasiswa / NIM : Alif Abd. Dhohir Lubis (22130213979)


Tingkat : Sarjana (S1)
Jurusan : Manajemen
Fakultas : Ekonomi
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing : Sophian Djaka Prawira, S.Pd., M.M., M.Pd

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI


OLEH DOSEN PEMBIMBING
PADA TANGGAL 20 Maret 2023
Pembimbing

Sophian Djaka P.S.PD M.PD


NIDN

Mengetahui
Ketua Jurusan Ekonomi Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Moch. Sroedji Jember

Imam Fatoni SE,MM


NIDN

II
MOTO

Ilmu pengetahuan lebih baik dari pada harta.


Ilmu pengetahuan akan menjagamu, sementara harta harus dijaga.
Ilmu pengetahuan adalah yang berkuasa, sementara harta adalah yang dikuasai
= Ali bin Abi Thalib =

III
PERSEMBAHAN

Pertama saya ucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatnya sehinga saya bisa menyelesaikan tugas karya ilmiah
dengan baik. Semua ini saya persembahkan untuk kedua orang tua, istri dan anak-anak
yang telah mendukung sepenuhnya.
Terima Kasih

IV
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memahami penggunaan kalimat dalam berkomunikasi.


Dengan menggunakan data sekunder dan metode analisis reduksi data, kesimpulan dan
verifikasi. Menyimpulkan bahwa penggunaan kalimat yang benar merupakan salah satu
poin penting agar lawan bicara bisa memahami dengan jelas isi pembicaraan.

Kata kunci : Penggunaan kalimat, berkomunikasi.

V
PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
sayasehingga bisa menyelesaikan makalah ini. Dimana pada kesempatan kali ini
saya mengangkat tema tentang “Kalimat”. Makalah ini diajukan sebagai salah
satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih


yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sophian Djaka
Prawira, S.Pd., M.M., M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak


terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan penyusunan makalah pada masa yang akan
datang.

Jember, 20 Maret 2023

Penyusun

VI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... I
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... II
HALAMAN MOTTO......................................................................................... III
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... IV
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................... V
PRAKATA.......................................................................................................... VI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... VII
BAB I. PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... .1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah......................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah....................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kalimat .................................................................................................. 3
2.2 Karangan Ilmiah .................................................................................... 4
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. 8
3.2 Jenis Penelitian .......................................................................................10
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................10
3.4 Alat dan Bahan ...................................................................................... 11
3.5 Data dan Sumber Data ........................................................................... 11
3.6 Teknik Mengumpulkan Data ................................................................. 11
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................. 12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Definisi Kalimat ....................................................................................14
4.2 Jenis – Jenis Kalimat .............................................................................15
4.3 Unsur – Unsur Kalimat .........................................................................18
4.4 Kalimat Yang Baik dan Efektif ............................................................ 22
BAB V. KESIMPILAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................24
5.2 Saran .....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................25

VII
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran


yang utuh. Pikiran yang utuh itu dapat diekspresikan dalam bentuk lisan atau
tulisan. Dalam bentuk lisan, kalimat ditandai dengan alunan titinada (lembut
suaranya, disela, dijeda, dan diakhiri dengan nada selesai).Dalam bentuk tulisan
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru
dan tanda tanya. Dari sudut kelengkapan pikiran, kalimat biasanya minimal
terdiri atas predikat dalam suatu pernyataan, selain ditentukan pula oleh situasi
pembicaraan.

Manusia dalam berkomunikasi menggunakan dua cara yaitu lisan dan


tertulis. Walaupun kita mengenal cara-cara lain seperti isyarat, gerak, dan
simbol-simbol, namun cara yang paling efektif dalam berkomunikasi sehari-hari
manusia normal adalah dengan cara lisan maupun tertulis. Hakikatya seseorang
menulis adalah untuk menuangkan sebuah gagasan, fakta, sikap, maupun isi
pikiran yang ada di benaknya. Gagasan, fakta, sikap, maupun isi pikiran tersebut
ditulis dengan jelas dan utuh sehingga pembaca dapat memahaminya dengan
jelas. Tujuan ditulisnya gagasan, fakta, sikap, maupun isi pikiran tersebut juga
agar gagasan itu dapat bertahan bertahan lama dan mempunyai bukti otentik,
bahwa kita pernah menulis. Hal ini sesuai dengan kelebihan dari bahasa tertulis
yaitu mempunyai bukti otentik yang kuat.

Untuk dapat membuat sebuah tulisan yang menarik, perlu kita memahami
terlebih dahulu bagaimana cara penulisan kalimat yang efektif. Karena sebuah
tulisan yang baik tidak terlepas dari sebuah kalimat yang membangun tulisan
tersebut. Kalimat yang baik akan menghasilkan paragraf yang baik, pargraf yang
baik dan padu akan menghasilkan sebuah tulisan yang baik serta enak dibaca.

I
1.2 Rumusan Masalah
1. Definisi kalimat ?
2. Ada berapa jenis kalimat ?
3. Apa saja unsur – unsur yang ada pada kalimat ?
4. Bagaimana menyusun dan mengenal sebuah kalimat yang baik dan efektif ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Memahami kalimat
2. Mengetahui jenis kalimat
3. Mengetahui unsur kalimat
4. Mengetahui cara menyusun sebuah kalimat.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


1. Menambah wawasan tentang kalimat Bahasa Indonesia
2. Lebih paham tentang unsur – unsur kalimat

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kalimat
Tarmini (2012: 49) menyatakan kalimat ialah untai berstruktur dari kata-
kata. Alwi (2000: 311) menyebutkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa
terkecil dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.

Putrayasa menyatakan kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh


adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun sedangkan KBBI
(2008: 609) mendefinisikan kalimat adalah (1) kesatuan ujar yang
mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan, (2) perkataan, dan (3)
satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, memunyai pola intonasi final
dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut mengenai kalimat, penulis


mengacu pada pendapat Alwi yang menjabarkan pengertian dengan jelas dan
rinci bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan
yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan, kalimat
diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, terdapat jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda
tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu di dalamnya disertakan pula berbagai
tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan jarak.

Jika kita ingin meyakinkan dan menyenangkan mitra tutur dalam berbahasa
kita harus pandai membentuk kalimat yang tepat sasaran, karena dengan
menggunakan kalimat yang baik, benar, dan jelas akan mempermudah kita
berkomunikasi dengan orang lain dan tentu kita juga harus mahir dalam
menyusun kalimat menggunakan kata-kata. Demikian pula dengan mahasiswa,
mereka akan cepat memahami perintah-perintah dalam soal ujian dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Bahasa merupakan sistem lambang
bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk

3
bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (KKBI, 2008: 116). Tanpa
bahasa segala kegiatan dalam masyarakat akan terhenti. Hal ini berkenaan
dengan fungsi bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, bahasa
yang digunakan hendaknya bahasa yang komunikatif dan mudah dimengerti,
yakni bahasa yang menimbulkan interaksi bagi pendengar atau pembaca. Agar
ide yang disampaikan dapat diterima pembaca atau pendengar, hendaknya
kalimat yang digunakan adalah kalimat yang efektif

2.2 Karangan Ilmiah


Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis
dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah
seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu
merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain
yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain
dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk


menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi
(tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil,
tetapi dilakukan cukup mendalam. penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang
ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari.

Berikut beberapa pengertian karangan ilmiah menurut para ahli:


1. Brotowodjoyo
Menurut Brotowodjoyo, karya ilmiah merupakan karangan ilmu pengetahuan
yang menampilkan fakta dan dibuat dengan menggunakan metodologi penulisan
yang baik dan benar.

4
2. Eko Susilo M
Menurut Eko Susilo M, karya ilmiah merupakan suatu tulisan ataupun karangan
yang didapatkan sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari dari berbagai
hasil pengamatan, penelitian, dan peninjauan terhadap bidang ilmu tertentu,
yang disusun dengan menggunakan metode tertentu dengan memperhatikan
sistematika penulisan yang baik dan santun, serta dapat dipertanggungjawabkan
keilmiahannya.

3. Jones
Menurut Jones, karya ilmiah merupakan karangan ilmiah yang ditujukan untuk
masyarakat tertentu ataupun profesional yang biasanya bersifat karya ilmiah
tinggi.

4. Hery Firman
Menurut Hery Firman, karya ilmiah merupakan laporan berupa tulisan yang
dipublikasikan ataupun dipaparkan dari hasil pengkajian ataupun penelitian yang
telah dilakukan, yang dalam penulisannya memperhatikan kaidah dan etika
keilmuan yang berlaku di masyarakat keilmuan.

5. Menurut Yamilah dan Samsoerizal


Menjelaskan bahwa keragaman karya ilmiah terdiri atas beberapa jenis
berdasarkan fungsi. Menurut kelompok, berbagai karya dikenal ilmiahseperti;
makalah, tesis dan disertasi.

Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu:
 Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal
(pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian
awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian
gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau
subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta
rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

5
 Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya
ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka.
Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

 Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan
menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk
pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua

 Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin
dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang
baku.

Ciri karangan ilmiah yang membedakannya dengan karangan nonilmiah,


selain harus merupakan hasil penelitian (faktual objektif ) adalah tersusun secara
sistematis (sistematik); menggunakan metode ilmiah (metodik); berlaku
umum/bersifat universal, dan ditulis dengan ragam bahasa ilmiah (Darmodjo,
1986:12 dan Jasin, 1994:10).

Faktual objektif berarti ada faktanya dan sesuai dengan objek yang diteliti.
Kesesuaian itu harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Objektif juga
mengandung pengertian adanya sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai
ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran subjektif (selera
perseorangan) .

Sistematik berarti tersusun atau terorganisasi dalam suatu sistem. Bagian-


bagiannya tidak ada yang berdiri sendiri. Bagian yang satu dengan bagian yang
lain harus saling berkaitan, saling menjelaskan, dan saling melengkapi sehingga
secara keseluruhan karangan merupakan suatu kesatuan yang utuh.

6
Metodik berarti menggunakan metode atau cara tertentu dengan
langkahlangkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian
masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.

Berlaku umum berarti fenomena pengetahuan yang diobservasi tidak hanya


berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja. Siapa
saja dengan cara eksperimen dan kondisi yang sama akan memperoleh hasil
yang sama dengan yang diperoleh pendahulunya secara konsisten.

Betapa perlunya menguasai bahasa ilmiah dalam penulisan karil kiranya


tidak perlu diragukan. Tentang ciri bahasa ilmiah ini, Brotowidjoyo (1985:79)
berpendapat: bahasa dalam karangan disebut ilmiah apabila lafal, kosakata,
peristilahan, tata kalimat, dan ejaan mengikuti bahasa yang telah dibakukan
(distandardisasi).

Seorang pakar penulisan ilmiah, Jujun S. Suriasumantri, menilai persoalan


kebahasaan begitu pentingnya sehingga dalam bukunya Pedoman Penulisan
Ilmiah (1986:59) kepada para calon penulis dia berpesan sebagai berikut :
“Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat
yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan mana yang
merupakan predikat serta hubungan apa yang terkait antara subjek dan predikat
kemungkinan besar akan merupakan informasi yang tidak jelas. Tata bahasa
merupakan ekspresi dari logika bepikir: tata bahasa yang tidak cermat
merupakan logika berpikir yang tidak cermat pula. oleh sebab itu, langkah
pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah mempergunakan tata
bahasa yang benar”.

Pakar yang lain, Surakhmad (1978 :12), juga mengatakan bahasa adalah
medium terpenting di dalam karangan. Diingatkannya, apabila bahasa yang
dipakai kurang cermat, karangan bukan saja sukar untuk dipahami, tetapi juga
mudah menimbulkan salah pengertian. “Bahasa karangan yang kacau
menggambarkan kekacauan pikiran pengarangnya,” tambahnya.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Dalam melakukan penelitian kita perlu mengikuti aturan atau kaidah yang
berlaku, agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dikatakan valid. Metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Maksud dari cara ilmiah adalah bahwa kegiatan
penelitian bersandar pada ciri keilmuan, yakni rasional, sistematis dan empiris.

Rasional berarti kegiatan penelitian yang dilakukan masuk akal, sehingga


dapat dijangkau dengan oleh penalaran manusia. Empiris, berarti cara atau
langkah yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain
dapat mengamati dan mengetahui cara atau langkah yang digunakan.

Sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan


langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Data penelitian yang dihasilkan
haruslah memiliki kriteria tertentu, yaitu valid, reliable, obyektif.

Dikatakan valid, yaitu menunjukkan derajat ketepatan/kesesuaian antara


data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti dengan data yang
diperoleh oleh peneliti. Untuk memperoleh data yang langsung valid dalam
sebuah penelitian sering sulit dilakukan, maka dari itu data yang sudah
terkumpul sebelum diketahui validitasnya, dilakukan pengujian realibilitas dan
obyektivitas. Data yang reliabel dan obyektif, biasanya akan valid. Sebaliknya
data yang valid pasti reliabel dan obyektif. Reliabel berkaitan dengan derajat
konsistensi/keajekan data dalam interval watu tertentu.

Sedangkan obyektif terkait dengan interpersonal agreement (kesepakatan


antar banyak orang), contohnya ketika banyak orang yang menyepakati bahwa
siswa yang melakukan tawuran sebanyak 100 orang, maka data tersebut bisa
dikatan data yang obyektif.

8
Data yang reliabel belum tentu valid dan data yang obyektif belum tentu
valid. Untuk memperoleh data yang valid, reliabel, dan obyektif dalam
penelitian kuantitatif, maka instrument penelitiannya harus valid dan reliabel,
maksudnya pengumpulan data dilakukan dengan cara yang benar pada sampel
yang representatif (mewakili populasi yang diteliti). Sedangkan untuk penelitian
kualitatif, untuk memperoleh data yang valid dan reliabel, peneliti harus
menjadi human instument yang baik, mengumpulkan data secara triangulasi dari
berbagai sumber data yang tepat , dan melakukan pengujian keabsahan data.
Untuk penelitian kombinasi, agar memperoleh data yang valid, reliabel, dan
obyektif maka cara yang digunakan adalah dengan menggabungkan cara/metode
yang dilakukan dalam metode kuantitatif dan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan secara utuh kepada


subjek penelitian, dimana terdapat sebuah peristiwa dimana penelitian menjadi
instrumen kunci dalam penelitian. Kemudian hasil pendekatan tersebut diuraikan
dalam bentuk kata-kata yang tertulis data empiris yang telah diperoleh dan
dalam pendekatan ini pun lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Penilitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian


Kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif landasan
teori dimanfaatkan sebagai pemandu, agar fokus penelitian sesuai fakta
dilapangan. Mahasiswa didasarkan dan berada di dunia akademi/ilmiah dan
ragam bahasaIndonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah, yang memliki ciri
khas : cendekia,lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentasi, bertolak dari
gagasan, formal danobjektif, ringkas dan padat, dan konsisten (Faisol, 2012:1).

Kriyantono menyatakan bahwa “Riset Kualitatif bertujuan untuk


menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya” Peneitian Kualitatif
menekankan pada kedalaman data yang didapat oleh peneliti semakin dalam dan
detail data yag didapatkan, maka semakin baik kualitas dari penelitian Kualitatif
ini. Penelitianini juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang
latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian dan sebagai
bahan pembahasan hasil penelitian dari penelitian Kualitatif ini .Penelitian

9
bertolak dari data,memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelasan ,dan
berakhir dengan satu teori. Alasan dipilihnya penelitian jenisini karena peneliti
ingin memahami dan apa itu bahasa ragam ilmiah.

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif penelitian deskriptif
adalah metode-metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dngan apa adanya. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian-penelitian lainnya, karena dalam penelitian ini penelitian
tidak melakukan apapun terhadap objek dan wilayah yang diteliti, itu berarti
dalam penelitian ini tidak mengubah, menambah, atau mengandakan manipulasi
terhadap objek atau wilayah penelitian.

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah


yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam
penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Menurut
Nazir (1988: 63) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antarfenomena yang diselidiki. Menurut Sukmadinata, penelitian
deskriptif merupakan karakteristik dari penelitian yang dapat mengungkapkan
berbagai fenomena sosial dan alam dalam kehidupan masyarakat secara spesifik.
Menurut Sugiyono, penelitian deskriptif adalah penelitian dengan metode untuk
menggambarkan suatu hasil penelitian. Namun, hasil gambaran tersebut tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih umum.

3.3 Waktu dan tempat penelitian


Kegiatan penelitian dalam pembuatan (pengumpulan dan penyusunan)
data dalam karya tulis ilmiah ini dilaksanakan kurang lebih 21 hari yaitu dari
tanggal 16 Maret 2023 – 06 April 2023. Penelitian ini bertempat di Universitas
Moch. Sroedji Jember.

10
3.4 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penulisan atau pembuatan karya tulis Ilmiah
ini berupa:
 Pulpen
 Flashdisk
 Laptop
 Perangkat mouse
 Web boser
Bahan penelitian yang digunakan oleh penulis mencangkup hasil
pencairan bahan refensi dari blog internet.

3.5 Data dan Sumber Data


Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adaah kata-kata dan
tindakan. Dalam penelitian ini menulis menggunakan sumber data sekunder.
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara yaitu, melalui studi kepustakaan,
dokumentasi, buku, majalah, koran, blog internet dan arsip tertulis yang
berhubungan dengan penelitian. Data sekunder ini disebut juga data pelengkap
disini mengisyaratkan bahwa tanpa adanya data sekunder penelitian bisa
dianggap rendah kualitasnya karena dianggap datanya kurang lengkap. Sumber
data ini akan mempermudah penelitian untuk mengumpulkan data data dan
menganalisis hasil dari penelitian ini yang nantinya dapat memperkuat temuan
dan menghasilkan penelitian yang mempunyai tingkat validitas yang tinggi.

3.6 Teknik mengumpulkan data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling stategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam
teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperlukan ialah studi pustaka.

Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian


naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting) disebut juga sebagai metode etnography, karena pada awalnya metode
ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut juga

11
sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih
bersifat kualitatif.
3.6.1 Studi Pustaka
Penelitih inijuga melakukan pencairan data melalui Sumber-sumber
tertulis untuk memperoleh informasi :
1. Studi Literatur
Dalam studi literatur ini penulis menganut sistem kepustakaan terbuka dimana
dengan mengumpulkan data atau keterangan melalui bahan bacaan mengenai
masalah-masalah yang diteliti. Studi literatur sebagai teknik pengumpulan data
kualitatif dilakukan dengan cara menelusuri dokumen penting yang dianggap
berkaitan dengan fokus penelitian. Teknik ini disebut juga studi kepustakaan.
Data yang diperoleh dari studi kepustakaan bisa berupa teks atau gambar.
Dokumen yang menjadi sumber data tak melulu teks-teks akademik seperti
buku, laporan riet, policy brief, atau jurnal, tapi bisa juga, pamflet, spanduk,
kartu nama, dan laporan jurnalistik.

2. Penelusuran data online/internet searching


Internet searching merupakan teknik pengumpulan data melalui bantuan
teknologi yang berupa alat/mesin pencari di internet dimana segala informasi
dari berbagai era tersedia didalamnya.Internet searching sangat memudahkan
dalam rangka membantu peneliiti menemukan suatu file.

3.7 Tehnik Analisis Data


3.7.1 Reduksi Data
Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif.
Reduksi data merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan membuang yang
tidak perlu data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat menghasilkan
informasi yang bermakna dan memudahkan dalam penarikan kesimpulan.
Banyaknya jumlah data dan kompleksnya data, diperlukan analisis data melalui
tahap reduksi. Tahap reduksi ini dilakukan untuk pemilihan relevan atau
tidaknya data dengan tujuan akhir.
3.7.2 Display Data
Display data atau penyajian data juga merupakan tahap dari teknik
analisis data kualitatif. Penyajian data merupakan kegiatan saat sekumpulan data

12
disusun secara sistematis dan mudah dipahami, sehingga memberikan
kemungkinan menghasilkan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif bisa
berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan
ataupun bagan. Melalui penyajian data tersebut, maka nantinya data akan
terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin
mudah dipahami.
3.7.3 Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir dalam
teknik analisis data kualitatif yang dilakukan melihat hasil reduksi data tetap
mengacu pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini bertujuan untuk mencari
makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau
perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang
ada.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Definisi Kalimat


Kalimat adalah sebuah kumpulan kata yang mempunyai arti dan suatu
bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih yang memiliki suatu pengertian dan
pola intonasi akhir. Kalimat merupakan satuan bahasa yang mengandung suatu
pikiran lengkap. Dalam sebuah kalimat paling kurang mengandung suatu subjek
dan predikat. Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan suara naik turun, dan
keras lembut, disela jeda dan diakhiri dengan sebuah intonasi akhir. Dalam
wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan sebuah huruf kapital dan
diakhiri dengan sebuah tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Menurut
Susilo (1990:2), mengungkapkan lima ciri kalimat bahasa Indonesia yaitu :
o Bermakna
o Bersistem urutan frase
o Bisa berdiri sendiri dalam hubungannya dengan suatu kalimat yang lain
o Berjeda
o Berhenti dengan berakhirnya sebuah intonasi.
Namun hal tersebut belum menjamin bahwa sebuah kalimat itu ialah kalimat
bahasa Indonesia baku.

Berikut ini adalah pengertian menurut para ahli, antara lain:


1) Kridalaksana (2001:92)
Kalimat menurut Kridalaksana (2001:92) merupakan sebagai satuan bahasa yang
secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual
maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif
percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan
satu klausa, yang membentuk satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam,
dan sebagainya.
2) Keraf ( 1984:156)
Kalimat menurut Keraf ( 1984:156) menyatakan bahwa kalimat sebagai satu
bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang
intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap.

14
3) Alwi dkk., (2000:311)
Kalimat menurut Alwi dkk., (2000:311) menyatakan bahwa, “Dalam wujud
tulisan, kalimat diucapkan dalam suara naik-turun dan keras-lembut disela jeda,
diakhiri intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya
perpaduan, baik asimilasi bunyi maupun proses fonologis lainnya”.
4) Dardjowidojo (1988: 254)
Kalimat menurut Dardjowidojo (1988: 254) merupakan bagian terkecil dari
suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
ketatabahasaan.
5) Slamet Muljana (1969)
Kalimat menurut Slamet Muljana (1969) adalah kalimat sebagai keseluruhan
pemakaian kata yang berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang
bersangkutan; mungkin yang dipakai hanya satu kata, mungkin lebih.

4.2 Jenis – Jenis Kalimat


Jenis kalimat dapat diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu berdasarkan
bentuk, isi, pengucapan, dan maknanya. Berikut penjabaran mengenai jenis-jenis
kalimat.
1. Berdasarkan Bentuk
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu
susunan struktur subjek - predikat. Hal yang menjadi tanda bahwa kalimat
tersebut merupakan kalimat tunggal, yaitu dengan adanya satu informasi
saja yang didapat dari kalimat tersebut. Berikut contoh kalimat tunggal :
Orang itu guru kami. (S - P)
Andin sedang membuat surat lamaran. (S - P - O)
Permisi ! (P)
b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri minimal dua atau lebih
kalimat tunggal. Kalimat majemuk terbagi menjadi dua jenis, yaitu kalimat
majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
- Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang memiliki dua klausa yang
kedudukannya setara. Jenis kalimat ini dapat ditandai dengan bentuk

15
konjungsi dan, tetapi, serta, atau, dan sedangkan. Berikut contoh jenis
kalimat majemuk setara:
Santi menjahit baju dan Yuli membuat jus.
Winda makan soto ayam, tetapi David makan ayam bakar.
- Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri atas induk kalimat
dan anak kalimat atau istilah lain dalam linguistik adalah klausa utama dan
klausa subordinatif. Pada jenis kalimat ini induk kalimat (klausa utama)
dapat berdiri sendiri, sedangkan anak kalimat (klausa subordinatif) tidak
bisa. Oleh karena itu, anak kalimat sangat bergantung dengan induk kalimat
agar dapat memberikan infronasi yang jelas.
Berikut contoh kalimat majemuk bertingkat:
o Supriyanto tetap berangkat meskipun hari telah gelap.
Supriyanto tetap berangkat - (induk kalimat), meskipun - (konjungsi), hari
telah gelap - (anak kalimat)
o Ketika hujan turun, Hermawan masih berada di atas bus.
Ketika hujan turun - (anak kalimat), Hermawan masih berada di atas bus -
(induk kalimat).

2. Jenis Kalimat Berdasarkan Isi


a. Kalimat Berita (Kalimat Deklaratif)
Kalimat berita adalah kalimat yang berfungsi untuk menyampaikan
informasi atau pernyataan. Ciri-ciri dari jenis kalimat berita, di antaranya (1)
berisi informasi, (2) intonasinya netral, (3) tulisan diakhiri tanda baca titik
(.).
Contoh :
1. Agung sedang mengejar pencuri motor.
2. Aku tidak ingin ikut ke pasar.
b. Kalimat Tanya (Kalimat Interogatif)
Kalimat tanya adalah kalimat yang berfungsi untuk mencari tahu tentang
suatu informasi atau jawaban dari respon lawan bicara. Ciri-ciri dari kalimat
ini di antaranya (1) berisi pertanyaan, (2) tanggapannya berupa jawaban, (3)
dalam ragam tulis, kalimat ini diakhiri tanda baca tanya (?).
Contoh :

16
Bagaimana keadaan kamu sekarang?
Kapan kamu akan menyelesaikan pekerjaan rumah?
c. Kalimat Perintah (Kalimat Imperatif)
Kalimat perintah adalah kalimat yang berfungsi memberikan perintah untuk
melakukan sesuatu. Ciri-ciri dari kalimat perintah di antaranya (1) berisi
perintah, (2) intonasinya perintah (agak naik), (3) tanggapannya bentuk
perbuatan (tindakan), (4) kalimatbini diakhiri tanda baca seru (!).
Contoh :
Segera rapikan kamarmu!
Ayo kita berangkat sekarang!
d. Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang bertujuan untuk mengungkapkan
perasaan. Ada beberapa ciri dari jenis kalimat seruan, di antaranya bernotasi
tinggi dan diakhiri dengan tanda baca seru. Berikut contoh kalimat seruan :
Wah, kamu hebat sekali!
Hore, kita menang!

Jenis Kalimat Berdasarkan Pengucapan


a. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang disampaikan secarang langsung
tanpa adanya perantara. Dalam ragam tulis, kalimat langsung ditandai
dengan tanda baca petik dua (“…”) yang berfungsi untuk membedakan
dengan kalimat penjelas. Berikut contoh kalimat langsung:
“Apa kamu besok ingin aku antar ke toko?” tanya Febby
“Kemarin aku bertemu dengan Sarah di kampus.”
b. Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan
yang pernah dikatakan orang lain. Adapun ciri-ciri dari kalimat tak langsung
di antaranya (1) tidak menggunakan tanda petik, (2) ada perubahan kata
ganti orang, (3) bisa ditambah konjungsi bahwa.

17
3. Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsi Subjeknya
a. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang unsur subjeknya melakukan tindakan.
Adapun ciri-ciri yang dapat kenali dari kalimat aktif, yaitu memiliki
imbuhan me-atau ber- dan memiliki pola kalimat S-P-O atau S-P-O-K.
Contoh :
Maryam membeli buah-buahan.
Afifah sedang makan di restoran.
Hal lain yang perlu kamu ketahui bahwa kalimat aktif diklasifikasikan
menjadi 2, di antaranya.
- Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat aktif yang dapat diikuti atau disisipi
oleh unsur objek. Dalam kalimat aktif transitif biasanya menggunakan
imbuhan me– pada. Selain itu, kalimat ini dapat diubah menjadi kalimat
pasif. predikatnya:
Para petani menanam sayur.
Ibu membawa oleh-oleh dari Bandung.
- Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat aktif yang tidak dapat disisipi
dengan unsur objek. Kalimat ini menggunakan predikat yang berimbuhan
ber-. Kalimat ini pun tidak bisa diubah menjadi bentuk kalimat pasif:
Kakak bermain di depan rumah.
Salsa kelelahan setelah seharian bekerja terlalu keras.
b. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang unsur subjeknya diberikan suatu tindakan
atau pekerjaan. Imbuhan yang biasanya terdapat dalam kalimat ini, yaitu di-,
ter-, ke-an, atau ter-kan. Jenis kalimat ini diikuti oleh kata depan oleh:
Risma diantar oleh Ami.
Aku kelelehannya menunggunya.

4.3 Unsur – Unsur Kalimat


Suatu kalimat terdiri atas beberapa unsur pembentuk kalimat. Kalimat
sendiri setidaknya terdiri atas unsur subjek dan predikat.
Berikut adalah penjabaran mengenai unsur-unsur pembentuk kalimat.

18
1. Subjek
Subjek adalah kata benda dalam sebuah kalimat yang dapat berupa nama orang,
hewan, benda, sapaan, dan lain-lain. Subjek pada umumnya bersifat nomina
(kata benda), tetapi pada beberapa kalimat ada yang berkategori lain.
Ciri mendasar dari subjek adalah dapat menjadi jawaban atas pertanyaan “apa /
siapa + (yang) + predikat / unsur kegiatan”.
Contoh : Ayah membaca koran.
Manakah subjeknya ? Dalam mencari subjeknya bisa kita terabkan polanya,
yaitu “siapa yang membaca ?” jawabanya adalah Ayah, berati Ayah adalah
subjek.

Subjek memiliki beberapa komponen makna yang mengisinya, diantaranya :


a. Menyatakan Pelaku : biasanya ditandai dengan predikat yang
berimbuhan “Me”, atau pola kalimat yang bersifat aktif.
Contoh : Mereka mengerjakan beberapa soal
Banjir besar menghancurkan kota
Seorang perempuan tua membeli sebuah kalung
b. Menyatakan Penderita : subjek dikatakan penderita apabila subjeknya
dikenai perbuatan predikatnya, ditandai dengan beberapa kalimat yang
bersifat pasif.
Contoh : Adik dipukul oleh teman sekelasnya
c. Menyatakan Terjumlah
Contoh : Rumah petani itu dua buah
Anak Pak Budi ada dua
Hutang keluarga kami satu juta rupiah

Subjek tidak terpatok pada satu kata dan kelas kata nomina saja, tetapi bisa
berupa frasa, klausa atau verba.

2. Predikat
Predikat menurut KBBI berarti bagian kalimat yang menandai apa yang
dikatakan oleh pembicara tentang subjek, bisa juga diartikan sebagai kegiatan
yang dilakukan oleh subjek.

19
Cara menentukan predikat adalah biasanya predikat ditentukan dari jawaban atas
pertanyaan “mengapa / bagaimana + subjek (unsur pelaku)”
Contoh : Ayah membaca koran.
Manakah predikatnya ? Dalam mencari predikatnya bisa kita terabkan polanya,
pelaku dari kalimat diatas adalah ayah, dan predikatnya adalah jawaban dari
pertanyaan “bagaimanakah ayah ?” jawabanya adalah membaca, berati
membaca adalah pedikat.

Predikat terbagi menjadi beberapa macam :


a. Predikat berupa verba dasar : verba tersebut tidak mengalami
reduplikasi
Contoh : Ibu mencuci baju.
Kita sudah tau bahwa predikatnya adalah mencuci, dan mencuci
merupakan satu kesatuan atau verba dasar.
b. Predikat berupa kelompok verba : ada beberapa kelompok kata yang
menyatakan verba.
Contoh : Kami senasib sepenanggungan di perantauan
Predikatnya adalah senasib sepenanggungan yang merupakan kelompok
verba, atau lebih dari satu kata (kelompok kata kerja).
c. Predikat berupa kata sifat : predikat tidak selalu terfokus pada kata
kerja, tetapi kata sifat pun juga bisa menjadi predikat.
Contoh : Presiden sangat kecewa dengan kinerja para menterinya.
d. Predikat berupa kata bilangan : dicontoh-contoh yang sebelumnya,
subjeknya berupa pelaku, tetapi pada dasarnya subjek terbagi dalam 3
bagian yaitu pelaku, penderita dan terjumlah.
Contoh : Jumlah murid disekolah ini 1.000 orang.
Pada contoh tersebut subjeknya adalah yang terjumlah, yaitu “jumlah
murid disekolah ini”, maka predikatnya adalah “1.000 orang”.

Predikat merupakan unsur pusat dari sebuah kalimat, hanya dengan satu kata
saja sudah bisa menjadi kalimat apabila fungsinya adalah pedikat yang berupa
kata kerja, contoh dalam kata “pergi !”, “keluar !”, “cepat !” itu sudah bisa
dikatakan sebagai kalimat imperatif atau kalimat perintah.

20
3. Objek dan Pelengkap
Dalam urutan kalimat, objek dan pelengkap berada setelah predikat. Objek
adalah nomina yang melengkapi verba transitif dalam klausa. Predikat yang
berupa verba transitif kebanyakan berawalan “Me-“, seperti dalam kata
menggoreng, menerima, menanyakan, dan menemukan. Apabila kata-kata
tersebut dibuat kalimat, maka membutuhkan objek untuk membuat kalimatnya
menjadi lengkap.
Contoh : Ibu menggoreng.
Dalam kalimat tersebut belum sempurna karena hanya terdapat subjek (ibu) dan
predikat (menggoreng), maka diperlukan objek agar kalimat tersebut sempurna,
mungkin taruhlah kata “ikan” sebagai objek, maka kalimat tersebut akan
sempurna menjadi “Ibu menggoreng ikan”.
Ciri – Ciri Objek :
o Berada di belakang Predikat
o Dapat menjadi Subjek dalam kalimat pasif
Contoh : Tim SAR telah menemukan dua korban kapal tenggelam.
Kata “menemukan” merupakan verba transitif (kata kerja), berarti “dua korban
kapal tenggelam” merupakan objek.
Lalu diubah menjadi kalimat pasif : Dua korban kapal tenggelam telah
ditemukan (oleh) tim SAR.
“Dua korban kapal tenggelam” yang sebelumnya objek, menjadi subjek, dan
kata “ditemukan” merupakan verba pasif.

Ciri – Ciri Pelengkap :


o Berada di belakang Predikat
o Tidak dapat menjadi Subjek dalam kalimat pasif
Contoh : Ia berminat menjadi anggota DPR RI tahun depan.
Kata “berminat” termasuk verba intransitif (kata kerja yang tidak membutuhkan
objek), “tahun depan” adalah keterangan waktu, dan “menjadi anggota DPR RI”
tidak bisa dibuat dalam kalimat pasif, maka kalimat “menjadi anggota DPR RI”
merupakan pelengkap.
Objek sifatnya wajib ada dalam kalimat berpredikat transitif, sedangkan
pelengkap sifatnya opsinonal.

21
4. Keterangan
Keterangan adalah kata atau kelompok kata yang menerangkan bagian kalimat,
unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang sesuatu dalam
kalimat, seperti keterangan waktu, tempat, sebab, cara dan tujuan. Keterangan
bisa berupa kata dasar, kelompok kata (frasa), atau anak kalimat (klausa).
a. Contoh keterangan berupa kata dasar : Adik bermain bola kemarin.
Kata “Kemarin” merupakan kata dasar, dan masuk dalam kelompok
keterangan waktu.
b. Contoh keterangan berupa frasa : Pak Amir melepas kepergian anaknya
dengan linangan air mata.
“Dengan linangan air mata” merupakan kelompok kata (frasa), yaitu
keterangan cara, ditandai dengan kata “dengan”.
c. Contoh keterangan berupa klausa : Karena tidak bisa menunjukkan tanda
pengenal, beberapa pengunjung klub dibawa petugas ke kantor polisi.
“Karena tidak bisa menunjukkan tanda pengenal” merupakan klausa yang
masuk keterangan sebab.
Ciri Keterangan : Letaknya dapat dipindah-pindah SPOK, KSPO, SKPO.
Contoh : Eva membuat lima kue dengan bahan itu (SPOK). Dengan bahan itu
Eva membuat lima kue (KSPO). Eva dengan bahan itu membuat lima kue
(SKPO).

4.4 Kalimat Yang Baik dan Efektif


Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu menimbulkan gagasan
kembali pada pikiran pendengar atau pembaca tentang isi pikiran penulis.
Kalimat perlu bersifat efektif agar informasi dapat diterima dengan jelas oleh
pendengar atau pembaca. Cara membuat kalimat yang benar dan efektif yaitu
sebagai berikut:
 Gunakan pemilihan kata (diksi) yang tepat
 Pastikan memiliki unsur utama yaitu subjek dan predikat
 Gunakan kaidah penulisan yang sesuai EYD
 Penekanan terhadap pokok kalimat yang disampaikan
 Gunakan bentuk bahasa yang konsisten
 Sifatnya koheren dan kalimatnya paralel
 Tidak menggunakan kata-kata yang mubadzir

22
Contoh kalimat yang benar dan efektif
Agar lebih paham tentang cara menulis kalimat, berikut adalah contoh
kalimat yang benar dan efektif sebagai bahan pembelajaran :
 Sekolah membagikan buku gratis kepada para siswa
 Erika menyiram bunga di taman belakang rumah
 Dilla membaca novel karya Leila S. Chudori di kamar
 Kepala Sekolah menyampaikan pidato saat upacara bendera
 Rani menulis surat untuk neneknya di kampung

Dari contoh di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada pemborosan kata pada
kalimat tersebut. Selain itu, terdapat unsur pokok seperti subjek dan predikat
pada setiap kalimatnya. Dengan begitu, dapat dipastikan bahwa kalimat di atas
termasuk contoh kalimat efektif.

23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil namun terlengkap maknanya dan


mempunyai intonasi final yang mengakhirinya. Sebuah kalimat dalam Bahasa
Indonesia secara sederhana biasanya terdiri dari dua unsur yang membangunnya,
yaitu unsur Subjek (S) dan Predikat (P). Kalimat tunggal adalah jika kalimat
tersebut hanya memiliki satu gagasan dan hanya terdiri dari subjek (S) dan
predikat (P) saja. Kalimat majemuk adalah jika kalimat itu terdiri dari dua atau
lebih klausa yang membangunnya, dan biasanya memiliki lebih dari satu
Predikat.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menjelaskan gagasan penulis


kepada pembaca secara utuh tanpa ada kebimbangan atau keraguan dalam
menafsirkannya.

5.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa agar dapat memahami materi pembelajaran ada
baiknya kita belajar secara tatap muka agar materi yang di sampaikan bisa di
terima dengan baik dan benar.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-udayana/perekonomian-
indonesia/kelompok-2-kalimat-dan-kalimat-efektif-dalam-karya-ilmiah/13858045

https://tambahpinter.com/jenis-jenis-kalimat/

https://penerbitdeepublish.com/pengertian-kalimat/

http://www.academic.ibs.ac.id/admin/download/METODE%20PENULISAN.pdf

https://ranahresearch.com/metode-penelitian-dan-jenis-metode-
penelitian/#:~:text=Menurut%20Sugiyono%20Pengertian%20metode%20penelitian,ma
nusia%20(Sugiyono%3A%202012).

https://kumparan.com/berita-update/cara-membuat-kalimat-yang-benar-dan-efektif-
sesuai-kaidah-bahasa-1wHGP5BJRGb/full

http://digilib.unila.ac.id/5860/119/BAB%20II.pdf

https://www.youtube.com/watch?v=G19i4YiHRJs

https://www.youtube.com/watch?v=WvleYnERW20

https://www.youtube.com/watch?v=188TTTJzwww

https://www.youtube.com/watch?v=hwIRGg78jGA

25

Anda mungkin juga menyukai