Anda di halaman 1dari 20

KALIMAT, KALIMAT EFEKTIF, DAN PARAGRAF

TUGAS BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :

Sophian Djaka P. S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI MANAGEMENT FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MOCH. SROEDJI JEMBER

2024
KALIMAT, KALIMAT EFEKTIF, DAN PARAGRAF

TUGAS BAHASA INDONESIA

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Bahasa
Indonesia Fakultas Ekonomi Program Studi Management.

Oleh :

Nama : Rendy Dwi Purnama

NIM : 23130210051

Fakultas : Management

Jurusan : Ekonomi

Program Studi : Management Fakultas Ekonomi

Universitas : Moch. Sroedji Jember

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing

Sophian Djaka P. S.Pd.,M.Pd


PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Anisa Nur Saidiyah

NIM : 23.13021.0032

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kaya tulis ilmiah yang berjudul :

“KALIMAT, KALIMAT EFEKTIF, DAN PARAGRAF”

Adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan
pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan
kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari oihak
manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak
benar.

Jember, April 2024

Yang menyatakan,

Rendy Dwi Purnama

NIM. 23.13021.0051
MOTTO
PERSEMBAHAN

Tugas Karya Tulis Ilmiah ini saya dedikasikan kepada orang-orang yang saya sayangi :

1. Kedua Orang Tua yang selama ini telah membesarkan dan mendidik saya hingga menjadi
sekarang ini.
2. Saudara saya yang telah memberikan dorongan dan dukungan selama menyelesaikan tugas
karya tulis ilmiah.
3. Teman- teman saya yang turut serta mendukung dan membantu saya disetiap kesulitan dalam
prosesnya.
4. Almamater Universitas Moch.Sroedji Jember
5. Para Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Moch. Sroedji Jember.
ABSTRAK
PRAKATA
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN................................................................................................ iii

MOTTO.............................................................................................................................. iv

LEMBAR PERSEMBAHAN............................................................................................. v

ABSTRAK.......................................................................................................................... vi

PRAKATA........................................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 1

1.4 Manfaat....................................................................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN KALIMAT


2.2 UNSUR KALIMAT
A. PENGERTIAN KALIMAT
Setiap orang mampu membuat kalimat, baik secara lisan maupun tulisan, terlepas
dari pemahaman mereka mengenai makna kalimat itu sendiri. Namun, belum tentu
kalimat yang mereka buat dapat dikatakan kalimat yang baik dan benar. Kalimat adalah
satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran
yang utuh.6 Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun atau naik.7 Kalimat ialah satuan bagian ujaran yang
didahului dan diikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa
bagian ujaran itu sudah lengkap.8 Dari beberapa definisi kalimat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penekanan definisi-definisi kalimat di atas terletak pada bahasa lisan.
Hal ini terbukti dengan adanya kata-kata: ujaran, kesenyapan, intonasi, turunnya suara,
dan adanya jeda panjang yang disertai nada naik atau turun. Kalimat ialah bagian terkecil
ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran utuh secara ketatabahasaan.9
Kalimat ialah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang berdiri sendiri dan
yang menyatakan makna lengkap. Dalam bahasa tulis biasanya diawali huruf besar
(kapital) dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru; dalam bahasa lisan,
kalimat dituturkan dengan pola lagu kalimat atau intonasi tertentu10. Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut, dapat disampaikan bahwa yang dimaksud sebagai kalimat
adalah rangkaian kata yang berisi/mengungkapkan/mengandung satu pemikiran utuh
apabila dalam tataran tulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.

B. UNSUR KALIMAT

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa lama
biasa disebut jabatan kata dalam kalimat, yaitu subyek (S), predikat (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (K). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya
terdiri atas dua unsur, yakni subyek dan predikat. Fungsi unsur yang lain (obyek,
pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat tidak wajib hadir.

1. PREDIKAT

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa
atau dalam keadaan bagaimana subyek (pelaku). Selain menyatakan tindakan atau
perbuatan subyek (S), sesuatu yang dinyatakan oleh P dapat pula mengenai sifat, situasi,
status, ciri atau jadi diri S. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas
verba atau adjektiva, tetapi dapat juga nomina atau frasa nominal. Perhatikan contoh
berikut.
A. Ibu sedang tidur siang.
B. Putrinya cantik jelita.
C. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
D. Kucingku belang tiga.
E. Sutan mahasiswa baru.
Kata-kata yang dicetak miring, tidur siang, cantik jelita, dalam keadaan aman,
belang tiga dan mahasiswa baru adalah predikat yang memberitahukan atau menjelaskan
bagaimana atau apa yang dilakukan masing-masing pelaku atau subyek setiap kalimat
tersebut.

2. SUBYEK

Subyek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda),
sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subyek biasanya
diisi oleh jenis kata/frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
a. Meja direktur besar.
b. Ayahku sedang melukis.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak miring pada contoh di atas adalah subyek. Bagian yang
menunjukkan pelaku diisi oleh kata dan frasa, meja direktur dan ayahku, yang diisi
klausa, yang berbaju batik, dan yang diisi frase verbal, berjalan kaki dan membangun
jalan layang.

3. Obyek

Obyek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Obyek pada umumnya diisi
oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba
transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O seperti pada contoh di bawah ini.

a. Nani menimang....
b. Arsitek merancang....
c. Juru masak menggoreng....

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh kalimat di


atas adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang melengkapi P bagi ketiga
kalimat itulah yang dinamakan Obyek.
contoh :
a.1 Nani menimbang bayi
a. 2 Arsitek merancang bangunan
a.3 Guru masak menggoreng ayam
4. Pelengkap

Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian yang melengkapi P. Letak Pel
umumnya di belakang berupa verba. Posisi itu juga ditempati O, dan jenis kata yang
mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nominal, frasa nominal, atau klausa.
Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatian contoh berikut,

a. Indonesia berasaskan Pancasila

b. Gamelan merupakan kesenian tradisional

Kalimat di atas adalah kalimat aktif dengan pelengkap kata Pancasila dan kesenian
tradisional. Posisi kata Pancasila dan kesenian tradisional tidak bisa dipindahkan seperti
halnya obyek pada kalimat pasif. Pancasila dilandasi Indonesia dan Kesenian tradisional
dirupakan gamelan adalah kalimat yang tidak gramatikal.

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh
nomina dan frasa nominal, Pel dapat pula diisi oleh frasa adjektival dan frasa
preposisional. Di samping itu, letak Pel tidak selalu persis di belakang P. Kalau dalam
kalimatnya terdapat O, letak Pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian
kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

A. Sutardji membacakan penggemarnya puisi kontemporer.


B. Ayah membelikan adik rumah baru.
C. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minu

5. KETERANGAN

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang

bagian kalimat yang lainnya. Unsur keterangan dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan

Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket.

adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbia, atau klausa.

Dalam contoh di bawah, bagian yang dicetak miring adalah Ket.

a. Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. (Ket. Penyebaban)

b. Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati. (Ket. Cara)

c. Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya (Ket. Tujuan
C. POLA KALIMAT DASAR

Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melihat acuan atau patron untuk membuat

berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk

dengan unsur kalimat yaitu S, P, O, Pel, Ket. Sejalan dengan batasan bahwa struktur kalimat

minimal S-P, sedang O, Pel., Ket. merupakan tambahan yang berfungsi melengkapi dan

memperjelas arti kalimat, maka kalimat yang paling sederhana adalah yang bertipe S-P, dan

yang paling komplek adalah yang bertipe S-P-O-Pel-Ket.

Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada tujuh tipe kalimat yang dapat dijadikan

model dasar kalimat bahasa Indonesia. Ketujuh tipe kalimat yang dimaksud seperti contoh

kalimat di bawah ini.

1. Kalimat Dasar Tipe S – P.

a. Orang itu sedang tidur.

b. Saya mahasiswa.

2. Kalimat Dasar Tipe S – P – O.

a. Ayahnya membeli mobil baru.

b. Rani mendapat hadiah.

3. Kalimat Dasar Tipe S – P – Pel.

a. Beliau menjadi ketua koperasi.

b. Pancasila merupakan dasar negara kita.

4. Kalimat Dasar Tipe S – P – Ket.

a. Kami tinggal di Jakarta.

b. Kecelakaan itu terjadi tahun 2011.

5. Kalimat Dasar Tipe S – P – O – Pel.


a. Dia mengirimi ibunya uang.

b. Yuni mengambilkan adiknya air minum.

6. Kalimat Dasar Tipe S – P – O – Ket.

a. Pak Raden menyimpan uang di bank.

b. Beliau memperlakukan kami dengan baik.

7. Kalimat Dasar Tipe S – P – O – Pel – Ket.

a. Ratna mengirimi kakeknya tasbih minggu lalu.

b. Ahmad membelikan anaknya boneka tadi siang.


KALIMAT EFEKTIF

1. Pengertian Kalimat Efektif


Kalimat yang baik dan benar dapat memudahkan orang lain untuk memahaminya.
Kalimat yang baik haruslah mengikuti kaidah-kaidah tata bahasa, pilihan kata (diksi), penalaran
dan keserasian.11 Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah
kalimat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat yang efektif
mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi dan pikiran atau perasaan
pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik perhatian
pembaca dan pendengar apa yang dibicarakan.
Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya
informasi yang diinginkan penulis kepada pembacanya. Kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat
pula.13 Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, dan
enak dibaca.14 Dari keseluruhan pendapat tersebut dapat dilihat bahwa ketepatan informasi
sebagai syarat mutlak sebuah kalimat efektif. Agar pembaca tertarik pada apa yang
disampaikan, maka sebuah kalimat efektif harus disusun secara sadar untuk mencapai daya
informasi yang dapat menyampaikan gagasan atau pikiran secara tepat. Sebagai sarana
komunikasi, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Apa yang
disampaikan dan apa yang diterima itu mungkin bersifat ide, gagasan, pesan, pengertian, atau
informasi. Kalimat dikatakan efektif jika mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan
berlangsung sempurna.
Dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa hakikat kalimat efektif yaitu
apabila kita akan membuat kalimat yang baik dan benar harus berdasarkan kaidah-kaidah yang
berlaku dan kalimat tersebut mudah dipahami oleh orang lain.

2. Ciri-ciri Kalimat Efektif.


Agar kalimat yang ditulis dapat memberikan informasi kepada pembaca secara tepat
seperti yang diharapkan oleh penulis, perlu diperhatikan beberapa hal terkait ciri-ciri kalimat
efektif. Ida Bagus Putrayasa menuliskan bahwa kalimat efektif mempunyai empat sifat/ciri, yaitu
kesatuan, kehematan, penekanan, dan kevariasian.
Sebuah kalimat, baik kalimat inti maupun kalimat luas, agar tetap berkedudukan sebagai
kalimat efektif, haruslah mengungkapkan sebuah ide pokok atau satu kesatuan pikiran.
Kesatuan tersebut bisa dibentuk jika ada keselarasan antara subjek-subjek, objek-objek, dan
predikat keterangan. Selain itu kalimat efektif juga harus hemat dalam pemakaian kata sehingga
tidak ada kata yang mubajir atau tidak terpakai sehingga dapat disingkirkan.
Penekanan atau penegasan juga salah satu ciri kalimat efektif. Penekanan dalam kalimat
adalah upaya pemberian aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu
unsur atau bagian kalimat, agar unsur atau bagian kalimat yang diberi penegasan itu lebih
mendapat perhatian dari pendengar atau pembaca. Penulisan yang mempergunakan kalimat
dengan pola kalimat yang sama akan membuat suasana menjadi monoton atau datar, sehingga
akan menimbulkan kebosanan pada pembaca. Oleh sebab itu, dalam membuat kalimat yang
efektif harus memperhatikan kevariasian.
Pendapat yang hampir sama dengan pendapat di atas adalah yang dikemukakan oleh R.
Kunjana Rahardi yang menuliskan ciri-ciri kalimat efektif yaitu adanya kesepadanan struktur,
keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata.17 Prinsip kesepadanan struktur itu di
antaranya terlihat dari 1) adanya kejelasan subjek, 2) tidak adanya subjek ganda, 3) tidak adanya
kesalahan dalam pemanfaatan konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat, dan 4) adanya
kejelasan predikat kalimat.18 Kejelasan subjek dapat dijamin dari tidak ditempatkannya
preposisi atau kata depan di depan subjek kalimat. keparalelan bentuk, ketegasan makna, dan
kehematan kata.
Ciri kalimat efektif yang kedua adalah keparalelan bentuk. Adapun yang dimaksud
dengan keparalelan bentuk itu adalah kesejajaran atau kesamaan bentuk atau jenis kata yang
digunakan di dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama dalam konstruksi beruntun
menggunakan verba, maka bentuk yang kedua dan ketiga juga harus menggunakan verba. Ciri
yang ketiga adalah adanya ketegasan makna. Kalimat efektif harus mengemban makna yang
tegas supaya menjadi jelas. Dapat dilihat dari fakta perulangan bentuk kebahasaan yang
dilakukan secara proporsional. Ciri yang keempat adalah kehematan kata. Kalimat efektif adalah
kalimat yang hemat, kalimat yang tidak berbelit-belit, kalimat yang tidak rumit dan sulit untuk
memahaminya.
Sementara menurut Zaenal Arifin dan Amran Tasai, sebuah kalimat efektif mempunyai
ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan
kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa. Berikut penjelasan
masing masing ciri kalimat efektif

a. Kesepadanan
Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan artinya hubungan timbal balik antara subjek dengan predikat, antara
predikat dengan objek serta dengan keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur-unsur
kalimat tadi. Setiap kalimat yang baik harus jelas memperhatikan kesatuan gagasan. Kesatuan
gagasan berarti kalimat tersebut harus utuh dan mempunyai satu ide pokok. Jika kalimat itu
utuh dan terdapat satu ide pokok, maka kalimat tersebut telah memenuhi ciri sebagai kalimat
yang memiliki kesepadanan dan kesatuan gagasan.
Kesepadanan kalimat mempunyai beberapa ciri, sebagai berikut:
1) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek
atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.

Contoh:

a) Bagi semua siswa sekolah ini harus membayar iuran bulanan. (Salah)
b) Semua siswa sekolah ini harus membayar iuran bulanan. (Benar)

2) Tidak terdapat subjek yang ganda.

a) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para guru

b) Soal itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.

a) Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para guru.

b) Soal itu bagi saya kurang jelas.

3) Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

Contoh:

a) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama

b) Kakaknya membeli sepeda motor Yamaha. Sedangkan dia membeli sepeda motor
Honda.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah
kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung
intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.

a) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.

b) Kakaknya membeli sepeda motor Yamaha, sedangkan dia membeli sepeda motor
Honda.

Atau Kakaknya membeli sepeda motor yamaha. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor
Honda.

4) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:

a) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.

b) Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.

Perbaikannya adalah sebagai berikut.

a) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.


b) Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

b. Keparalelan

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.22
Keparalelan atau kesejajaran bertalian dengan hubungan antara unsur-unsur kalimat,
misalnya antara kata dengan kata, frase dengan frase dalam sebuah kalimat. Hubungan
tersebut harus jelas dan logis. Kesejajaran membantu memberi kejelasan dalam unsur
gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi
yang sama.23 Struktur gramatikal yang baik bukan merupakan tujuan dalam komunikasi,
tetapi sekadar merupakan suatu alat untuk merangkaikan sebuah pikiran atau maksud
dengan sejelas-jelasnya.

Contoh:

a) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes. Kalimat a) tidak mempunyai
kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terjadi dari bentuk yang
berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara
menyejajarkan kedua bentuk itu Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok,


memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu
akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nominal, sebagai berikut

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok, pemasangan penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

a. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat.24
Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari
sebuah kata yang dipentingkan.Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus
lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Penekanan juga dapat dimunculkan dari bagian
yang terpenting dalam kalimat dengan menempatkan bagian tersebut pada awal atau akhir
kalimat. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat). Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah Presiden mengharapkan.
2) Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus,
tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak yatim. Seharusnya: Bukan
seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
yatim.
3) Melakukan pengulangan kata (repetisi). Contoh:
Saya suka akan budi pekerti mereka, saya suka akan sikap mereka.
4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak bodoh dan malas, tetapi pintar dan rajin.
5) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggung jawab
b. Kehematan
Kehematan di sini bahwa tidak selalu yang hemat kata-kata, yang pendek
bentuknya, pasti bersifat efektif. Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.Kalimat efektif
harus memperhatikan kehematan kata yang digunakan, sehingga tidak ada kata yang
mubazir atau tidak terpakai.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

1) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.


Contoh:
Jika penumpang berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.

Seharusnya:
Jika berbeda namanya dengan tiket, penumpang batal berangkat.
2) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat
pada hiponimi kata.
Pada hari Kamis tanggal 25 Januari 2007 Direktur PT Pelangi Renata Kanaratih Jaya
yang berbendera warna merah, kuning, dan hijau meresmikan berdirinya perusahaan
yang memproduksi lampu neon.
Semua orang mengetahui bahwa Kamis adalah nama hari, jadi tidak perlu kita tulis
hari. Begitu pula pada ungkapan 25 Januari 2007 dan merah, kuning, dan hijau,
lampu neon. Jadi, sebelum kata-kata tersebut, tidak perlu didahului kata tanggal,
warna, dan lampu. Pada kamis, 25 Januari 2007, Direktur PT. Pelangi Renalz
Kanartih Jaya, yang berbendera merah, kuning, dan hijau, meresmikan berdirinya
perusahaan yang memproduksi neon.
3) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kata hanya bersinonim dengan kata saja.
Kata sejak bersinonim dengan kata dari.
Contoh:
a) Dia hanya membawa badannya saja.
b) Sejak dari pagi ia termenung.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:


a) Dia hanya membawa badannya.
b) Sejak pagi ia termenung.

4) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:

Bentuk Tidak Baku


Para tamu-tamu
Beberapa orang-orang
Para hadirin

e. Kecermatan

Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Kecermatan sangat
diperlukan dalam membuat suatu kalimat, dengan cara menyusun kalimat dengan penuh kehati-
hatian, sehingga hasilnya tidak akan menimbulkan tafsir ganda.

Contoh:

a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.


Kalimat (a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan
tinggi.
b) Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat (b) salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan
dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi:
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

f. Kepaduan

Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah.28 Kepaduan (koherensi) adalah adanya hubungan
yang padu (koheren) antarunsur kalimat.29 Kepaduan antarunsur kalimat jelas sekali
akan sangat berpengaruh terhadap makna atau maksud sebuah kalimat. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa kalimat efektif itu salah satunya harus memenuhi kepaduan
bentuk dan kepaduan makna. Sebuah kalimat akan dikatakan padu apabila tidak bertele-
tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
Kalimat yang bertele-tele, e dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris. Kalimat yang bertele-tele, biasanya sama sekali tidak dapat digunakan untuk
menyampaikan gagasan atau ide yang tepat, padat, pendek, dan akurat. Misalnya, kalau
dengan kata “rapat” saja cukup jelas, kenapa harus dibuat bentuk “menyelenggarakan
rapat” atau “mengadakan rapat”. Demikian pula kalau dengan bentuk “menembak” saja
cukup, kenapa harus diungkapkan dengan bentuk “melemparkan peluru””

g. Kelogisan

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk
menyatakan sesuatu sesuai dengan logika. Kelogisan kalimat berhubungan dengan penalaran.

Kalimat yang logis itu berarti kalimat yang bernalar.

Contoh:

a) Waktu dan tempat kami persilakan.


b) Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
c) Taufik Hidayat meraih juara pertama Indonesia Terbuka.

Kalimat di atas tidak logis (tidak masuk akal). Supaya menjadi kalimat yang logis, kalimat
tersebut diperbaiki sebagai berikut.
a) Bapak Menteri kami persilakan.
b) Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.
c) Taufik Hidayat meraih gelar juara pertama Indonesia Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai