Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KIMIA KEJURUAN

LARUTAN

Disusun Oleh :
 Maulida Tri Azhari (21072244)
 Mita Karlina (210720045)
 Nurul Hajizah Pane (210720049)
 Fera Munida (210720038)
 Cut Salwa Zubaira (210720039)
 Azra Maulida Zein (210720037)

PRODI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat serta Karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
tugas makalah kelompok ini yang berjudul “LARUTAN’’.
Dengan membuat tugas makalah ini kami bermaksud untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Kimia kejuruan. Dan sangat diharapkan kami mampu untuk
lebih mengenal materi tentang larutan.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ucia
Mahya Dewi S.Pd,.M.Pd selaku dosen mata kuliah kimia kejuruan yang telah
memberikan tugas makalah ini kepada kelompok kami.
Dengan segala kerendahan hati, “Tak ada gading tak retak” penulis
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
yang berguna bagi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.

Lhokseumawe, 10 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................2
1.3. Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1. Pengertian Larutan.............................................................................3
2.2. Jenis – Jenis Larutan..........................................................................3
2.3. Konsentrasi Larutan ..........................................................................6
2.4. Komponen Larutan............................................................................9
2.5. Campuran Homogen, Campuran Heterogen dan Koloid...................9
BAB III PENUTUP.........................................................................................12
3.1. Kesimpulan........................................................................................12
3.2. Saran...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan ilmu yang mengkaji transformasi materi baik
transformasi secara kimia maupun transformasi secara fisika. Untuk mengkaji
transformasi materi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
termodinamika dan atau kinetika. Umumnya transformasi materi berlangsung
dalam bentuk larutan atau dengan kata lain larutan merupakan media untuk
berlangsungnya transformasi materi. Dengan demikian, larutan perlu dipelajari oleh
semua orang termasuk Anda sebagai guru Kimia baik di SMP maupun di SMA
yang ingin mempelajari kimia.
Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam
kebanyakan reaksi berlangsung di dalam larutan air. Tubuh manusia menyerap
mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larutan. Larutan biasanya terdiri dari
dua zat atau lebih yang merupakan campuran homogen. Larutan disebut campuran
homogen karena komposisi dari larutan begitu seragam atau satu fasehingga tidak
dapat diamati bagian - bagian komponen penyusunnya meskipun dengan
menggunakan mikroskop ultra sekalipun. Larutan terdiri dari dua komponen
penting. Komponen tersebut adalah solven atau pelarut dan solut atau zat terlarut.
Biasanya komponen solven mengandung jumlah zat terbanyak. Dan komponen
solut mengandung jumlah zat yang lebih sedikit.
Larutan memiliki sifat-sifat yang dapat sama bahkan berbeda dengan sifat
zat sebelum dicampurkan. Sebagai contoh, garam natrium klorida adalah zat padat
ionik yang jika dilarutkan ke dalam pelarut air akan memiliki sifat yang tidak
berbeda dengan sebelumnya. Akan tetapi, apabila asam klorida yang merupakan
senyawa kovalen polar dilarutkan ke dalam air, sifat kovalennya hilang berubah
menjadi sifat ionik. Oleh karena itu, Anda dalam mempelajari larutan tidak cukup
hanya mengkaji bagaimana proses pelarutan terjadi, tetapi Anda perlu juga
mengkaji lebih jauh tentang sifat-sifat yang ditimbulkan oleh larutan.
Beberapa dari larutan mempunyai kemampuan menghantarkan arus listrik.
Larutan ada yang dapat mengahantarkan arus listrik dan ada yang tidak. Sebagai
contoh larutan yang kita kenal adalah larutan air garam, larutan air gula dan lain-
lain. Maka dari itu dilakukan penelitian terhadap beberapa larutan tersebut dan
untuk dapat mengetahui kemampuan menghantarkan arus listrik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan larutan?
2. Jelaskan jenis-jenis larutan?
3. Jelaskan konsentrasi larutan?
1.3 Tujuan
Makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang:
1. Defenisi larutan
2. Jenis-jenis larutan
3. Konsentrasi larutan
4. Cara pembuatan larutan
5. Sifat kolegatif larutan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian larutan
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih.
Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat yang
jumlahnya banyak biasanya disebut pelarut, sementara zat yang jumlahnya sedikit
disebut zat terlarut. Tetapi ini tidak mutlak. Bisa saja dipilih zat yang lebih sedikit
sebagai pelarut, tergantung pada keperluannya, tetapi di sini akan digunakan
pengertian yang biasa digunakan untuk pelarut dan terlarut.
Suatu larutan sudah pasti berfasa tunggal. Berdasarkan wujud dari
pelarutnya, suatu larutan dapat digolongkan ke dalam larutan padat, cair ataupun
gas. Zat terlarut dalam ketiga fasa larutan tersebut juga dapat berupa gas, cair
ataupun padat. Campuran gas selalu membentuk larutan karena semua gas dapat
saling campur dalam berbagai perbandingan.
Dalam larutan cair, cairan disebut “pelarut” dan komponen lain (gas atau zat
padat) disebut “terlarut”. Jika dua komponen pembentuk larutan adalah cairan maka
komponen yang jumlahnya lebih besar atau strukturnya tidak berubah dinamakan
pelarut.

2.2 Jenis-jenis Larutan


1. Larutan Ideal dan Non-Ideal
Dalam suatu sistem, atom-atom, ion-ion, dan molekul-molekul nyata saling
mempengaruhi satu sama lain sehingga perilakunya sukar diramalkan secara
tepat. Akibat kesukaran meramalkan perilaku zat nyata menimbulkan. cara atau
model yang dapat menjelaskan prilaku secara teoritis, dinamakan hukum ideal.
Oleh karena itu, muncul istilah larutan ideal, sebagai upaya untuk menjelaskan
keadaan sistem dari larutan nyata.
Molekul-molekul gas ideal dipandang sebagai molekul-molekul bebas yang
tidak berantaraksi satu sama lain. Dalam larutan cair pendekatan keidealan
berbeda dengan gas ideal. Dalam larutan ideal partikel-partikel pelarut dan
terlarut yang dicampurkan berada dalam kontak satu sama lain. Pada larutan
ideal dengan zat terlarut molekuler, gaya antaraksi antara semua partikel pelarut
dan terlarut setara. Dengan kata lain, dalam larutan ideal, misalnya zat A dan zat
B, gaya antarpartikel: AA; AB atau BB adalah sama. Benzen dan toluen
memiliki gaya antaraksi mendekati sama sehingga jika dicampurkan akan
mendekati larutan ideal.
Larutan ideal dengan zat terlarut ionik didefinisikan sebagai larutan yang
ion-ionnya dalam larutan bergerak bebas satu sama lain, dan baku tarik hanya
terjadi dengan molekul pelarut. Untuk larutan ionik yang sangat encer dapat
dikategorikan mendekati perilaku ideal sebab ion-ion dalam larutan itu saling
berjauhan akibatnya antaraksi elektrostatisnya lemah.
Komponen dalam larutan ideal memberikan sumbangan terhadap konsentrasi
larutan sangat efektif. Contoh seorang perenang dalam kolam renang sendirian.
Dia dapat pergi ke mana saja sesuai kehendaknya, dan dia memberikan
sumbangan terhadap konsentrasi kolam sepenuhnya dalam kolam renang (1
perenang /kolam). Jika terdapat 25 perenang dalam kolam itu, keefektifan
masing-masing perenang untuk menjelajah kolam turun akibat dari tabrakan atau
desakan satu sama lain sehingga keefektifan konsentrasi akan lebih kecil dari 25
perenang/kolam yang seharusnya.
Dalam larutan non-ideal, gaya antar atom-atom, ion-ion atau molekul-
molekul harus dipertimbangkan dalam perhitungan. Sebagai contoh perhatikan
daya hantar listrik larutan elektrolit kuat, misalnya NaCl. Jika larutan NaCI
sangat encer kurang dari 0,01 M, daya hantarnya diharapkan sesuai dengan
disosiasi garam ke dalam ion-ionnya, tetapi jika konsentrasi larutan besar
perbedaan antara harapan dan amatan menjadi lebih besar. Penyebabnya, ion-ion
berlawanan muatan mengadakan baku tarik satu sama lain, baku tarik ini
menimbulkan ion-ion saling berdekatan sehingga larutan jadi lebih pekat. Setiap
ion dikelilingi oleh molekul pelarut yang berlawanan muatan, kecenderungan ini
dapat menghambat laju ion-ion menuju elektroda yang menyebabkan daya
hantar listriknya lebih rendah dari harapan.

2. Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit


Dalam larutan cair, zat padat dapat berada dalam bentuk ion-ionnya maupun
molekulernya. Jika NaCl terlarut dalam air, ion Na+ dan ion Cl masing-masing
terhidrasi dalam air, dan ion-ion yang terhidrasi itu secara bebas dapat bergerak
ke seluruh medium larutan. Akan tetapi apabila glukosa atau etanol larut dalam
air, zat-zat tersebut tidak berada dalam bentuk ioniknya melainkan dalam bentuk
molekulernya.
Zat-zat yang di dalam air membentuk ion-ion dinamakan zat elektrolit, dan
larutan yang dibentuknya dinamakan larutan elektrolit. Secara eksperimen
larutan elektrolit dapat diketahui dari sifatnya, misalnya dapat menghantarkan
arus listrik. Zat-zat yang tergolong elektrolit, yaitu asam, basa, dan garam. Zat-
zat seperti etanol dan glukosa yang di dalam pelarut air membentuk molekuler
dinamakan non-elektrolit, dan larutan yang dibentuknya dinamakan larutan non-
elektrolit. Dalam keadaan murni, asam merupakan senyawa kovalen, tetapi jika
dilarutkan ke dalam air akan terurai menjadi ion-ionnya.
HCl(g) + H2O()  H3O + (aq) + CI (aq)
Umumnya basa merupakan senyawa ionik. Misalnya, NH3 adalah contoh
basa yang dalam keadaan murni berupa senyawa kovalen.
NH3(g) + H2O(l)  NH4 + (aq) + OH (aq)
Semua garam merupakan senyawa ionik. Jika garam dilarutkan dalam air,
ion-ion garam akan melepaskan diri dari kisi-kisi kristal yang selanjutnya
terhidrasi di dalam pelarut air.
Na+Cl (s)+ H2O(l)  Na+ (aq)+ CI (aq)
Zat elektrolit yang terurai sempurna di dalam air dinamakan elektrolit kuat,
sedangkan zat elektrolit yang hanya terurai sebagian membentuk ion-ionnya di
dalam air dinamakan elektrolit lemah. Asam dan basa yang merupakan elektrolit
kuat disebut asam kuat dan basa kuat. Asam dan basa yang hanya terionisasi
sebagian di dalam air dinamakan asam lemah dan basa lemah. Selain HCl, HBr,
HI, HNO3, H2SO4, dan HClO4, umumnya tergolong asam lemah. Basa kuat
adalah hidroksida dari logam alkali dan alkali tanah kecuali berlium. Lemah atau
kuatnya suatu asam dan basa tidak ada kaitannya dengan kereaktifan asam atau
basa. Larutan HF, misalnya merupakan asam lemah yang hanya 8% terionisasi
dari larutan sebesar 0,1 M, tetapi larutan HF sangat reaktif terhadap banyak zat,
termasuk terhadap gelas (polisilikat).

3. Larutan Jenuh, Tak Jenuh, dan Lewat Jenuh


Kepekatan larutan secara kualitatif sering juga diungkapkan dengan istilah
jenuh, tak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan jenuh dari zat X adalah larutan yang
di dalamnya terdapat zat X terlarut berada dalam kesetimbangan dengan zat X
yang tidak larut. Untuk membuat larutan jenuh NaCl dalam air pada 25°C, kita
harus menambahkan NaCl berlebih ke dalam air dan mengaduknya terus sampai
tidak ada lagi NaCl yang melarut. Larutan jenuh NaCl pada 25°C mengandung
36,5 gram NaCl per 100 gram air. Penambahan NaCl berikutnya ke dalam
larutan jenuh NaCl tidak akan mengubah konsentrasi larutan.
Larutan tak jenuh mengandung zat terlarut dengan konsentrasi lebih kecil
daripada larutan jenuh. Larutan NaCl pada 25°C yang mengandung NaCl kurang
dari 36,5 gram disebut larutan tak jenuh. Dalam larutan tak jenuh belum dicapai
kesetimbangan antara zat terlarut dan zat yang tidak larutnya. Jika zat terlarut
ditambahkan ke dalam larutan maka larutan mendekati jenuh. Larutan lewat
jenuh menunjukkan keadaan yang tidak stabil, sebab larutan mengandung zat
terlarut yang jumlahnya melebihi konsentrasi kesetimbangannya.
Larutan lewat jenuh umumnya terjadi jika larutan yang sudah melebihi jenuh
pada suhu tinggi diturunkan sampai mendekati suhu kamar. Misalnya, natrium
asetat, CH3COONa dengan mudah dapat membentuk larutan lewat jenuh dalam
air. Pada suhu 20°C, kelarutan natrium asetat mencapai jenuh pada 46,5 gram per
100 gram air. Pada 60°C, garam natrium asetat mencapai jenuh dalam 100 gram
air sebanyak 80 gram. Apabila larutan jenuh natrium asetat pada 60°C
didinginkan sampai 20°C tanpa diguncang atau diaduk maka kelebihan natrium
asetat masih berada dalam larutan. Keadaan lewat jenuh ini dapat dipertahankan
selama tidak ada “inti” yang dapat mengawali rekristalisasi. Jika sejumlah kecil
kristal natrium asetat ditambahkan maka rekristalisasi segera berlangsung hingga
dicapai keadaan jenuh. Serpihan kristal natrium asetat yang ditambahkan tadi
menjadi “inti” peristiwa rekristalisasi.
2.3 Konsentrasi Larutan
1. Molaritas
Molaritas ialah jumlah mol terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas
merupakan cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer.
Rumus molaritas
n gr 1000
M= atau M= x
V Mr V
Ket =

M = Molaritas g = massa
n = mol Mr= Massa relatif zat terlarut
v = volume

Untuk pengukur yang cermat cara ini kurang menguntungkan karena sedikit
ketergantungan dengan suhu.
2. Molalitas
Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam
molalitas tidak ada volume, namun massa yang tidak berpengaruh pada suhu.
Rumus molalitas
n gr 1000
m= atau m= x
P Mr P
Ket = m = molalitas
P = massa pelarut (kg)
3. Persen Massa
Persen massa atau sering disebut persen bobot perbobot (%b/b), menyatakan
jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan.
Rumus persen massa :
massa zat terlarut
% massa = x 100 %
massa larutan

4. Persen Volume
Persen volume atau persen volum per volum (%v/v) menyatakan jumlah zat
terlarut dalam 100 bagian volume larutan
Rumus persen volume :
volume zat terlarut
% volume = x 100 %
volume larutan
5. PPM
PPM (Part Per Million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta
bagian campuran.
Rumus PPM :
massa zat terlarut (komponen)
PPM Massa = x 100 %
massa larutan(campuran)
massa zat terlarut (komponen )
PPM Volume = x 100 %
massa larutan(campuran )
6. Fraksi Mol
Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah moll
seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut)
Rumus fraksi mol :
Larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan

na
Xa = na+nb

Ket :
Xa = fraksi mol
na = mol zat terlarut
nb = mol zat pelarut
7. Normalitas
Normalitas menyatakan jumlah garam ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Satuannya dilambangkan dengan N dan disebut Normal
Rumus normalitas :
g rek 1000 gr
N= atau m= x x velensi
V V Mr
Valensi menyatakan banyaknya ion H+ atau OH- (dalam larutan asam dan
basa) yang dilepaskan. (Oxtoby,2001)

2.4 Komponen Larutan

Komponen larutan terbagi atas dua,yaitu zat terlarut dan pelarut.Larutan yang
menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau
Aqueous.Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan
larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit dinamakan larutan encer.Istilah larutan
biasanya mengandung arti pelarut cair dengan zat terlarut berbentuk padat,cair atau
gas.

1. Zat terlarut
Zat terlarut adalah komponen larutan yang jumlahnyalebih sedikit.Zat
terlarut dapat berupa gas,padat dan cair. Zat padat terlarut dalam air
misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya
amonia,karbondioksida,dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya
alkohol dan cuka.
2. Pelarut
Pelarut adalah kompenen larutan yang jumlahnya lebih banyak. Pelarut cair
umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya benzena,kloroform,ete
rdan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, Maka nama pelarutnya disebutkan.
Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam
alkohol(alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan
garam(air tidak disebutkan).
2.5 Campuran Homogen, Campuran Heterogen Dan Koloid
 Campuran homogen adalah suatu campuran yang terjadi antara dua zat
atau lebih dengan partikel-partikel penyusun yang sulit atau tidak dapat
dibedakan lagi. Campuran homogen juga sering disebut sebagai larutan.
Contoh sederhana campuran homogen, yaitu: campuran gula dengan air
yang dinamakan larutan gula, contoh sederhana lainnya yaitu campuran

air dengan garam dinamakan sebagai larutan garam. Kita bisa melihat
contoh campuran homogen dalam kehidupan sehari-hari yang biasa
disebut sebagai larutan. Contohnya seperti larutan gula yaitu campuran
antara air dan gula, atau soft drink yang biasa kita minum.
Campuran homogen memiliki sifat bahwa setiap bagian dari campuran
homogen selalu sama, baik dari segi warna, rasa, hingga
perbandingannya. Seperti contohnya adalah sesendok gula yang
dilarutkan ke dalam air.
 Campuran heterogen adalah campuran yang terjadi antara dua macam
zat atau lebih dengan partikel-partikel penyusunnya yang masih dapat
dibedakan satu sama lainnya. Berbeda halnya dengan sifat campuran
heterogen, di mana campuran heterogen merupakan campuran dari dua
zat atau lebih, yang mana zat penyusunnya tak sama alias tak seragam.
Sehingga kedua zat tersebut masih bisa dibedakan partikel-
partikelnya. Contoh sederhana campuran heterogen yaitu air sungai, air
laut, tanah, minuman, makanan, adonan beton cor, adonan kue, dan lain
sebagainnya. Pada campuran heterogen ini dinding pembatas antar zat
masih bisa dilihat, sebagai contohnya campuran air dengan minyak,
campuran pasir dan besi, campuran air dan serbuk besi, serta lain
sebagainya.
 Koloid adalah campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
bahkan lebih yang mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid
(fase terdipersi atau yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat
lain (medium pendispers atau pemecah). Adapun ukuran partikel koloid
berkisar antara 1 sampai dengan 100 mm, ukuran yang dimaksud bisa
berupa diameter, panjang, lebar, dan tebal dari suatu partikel. Ukuran
partikel lebih besar dari larutannya, tetapi lebih kecil dai suspensinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Prinsip dasar pembuatan larutan didasarkan pada jenis dan bahan dari zat
yang akan dilarutkan. Apabila zat yang akan dilarutkan berupa padatan,
maka zat tersebut harus ditimbang dahulu dan dipahami sifat dasar dari
larutan tersebut. Seperti padatan NaOH yang mudah bereaksi dengan udara
dan menguap.
 Macam – macam cara dalam menyatakan konsentrasi larutan :
1. Molaritas
n gr 1000
M= atau M= x
V Mr V

Ket =
M = Molaritas
n = mol
v = volumer
g = massa
Mr= Massa relatif zat terlarut

2. Molalitas
m = n/P atau m = gr/Mr x 1000/P
Ket = m = molalitas P = massa pelarut (kg)

3. Persen massa
massa zat terlarut
%massa= x 100%
massa larutan
4. Persen volume
volume zat terlarut
%volume= x 100%
volume larutan
4. PPM
Rumus PPM :
massa zat terlarut (komponen)
PPM Massa = x 100 %
massa larutan(campuran)
massa zat terlarut (komponen )
PPM Volume = x 100 %
massa larutan(campuran )

5. Fraksi Mol
Rumus fraksi mol :
Larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan

na
Xa = na+nb

Ket :
Xa = fraksi mol
na = mol zat terlarut
nb = mol zat pelarut
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.
Alberty, R.A., and Silbey., 1992, ―Physical Chemistry‖, John Willey and Sons, Inc.,
New York
Barron, 1979, ―Physical Chemistry‖, Mcgraw Hill Book Company, New York
Castellan, Gilbert . W., ―Physical Chemistriy‖, Secand Edition, Addison Wesley.
Denbigh, K, , 1955, ―The Principle Of Chemical Equilibrium, Cambridge
Farrington, Danniels, 1954, ―Oout Liner Of Physical Chemistry‖, John Willey & Sons,
Inc. Chapman & Hall Limited, Eight Printing, Corrected
Froust, A.A. and Pearson, R.G, 1961,‖Kinetik and Mechanisme, 2nd ed, New York,
Willey
Glasstone, S., 1946, ―Thermodinamics For Chemistry‖, New York, Van Nostrand
Sukarjo, 2004, ―Kimia Fisika‖, PT. Rineka Cipta, jakarta
Sudjito,Saifuddin B, Agung Sugeng.,‖Diktat Thermodinamika Dasar‖ Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2010
Sukardjo,(2004). Kimia Fisika.Jakarta:Penerbit PT Rineka Cipta
Susi Ardani. 2012. Koloid. http://susiardaninuraini.blogspot.com/2012/05/makalah-
koloid.html , diakses pada tanggal 30 November 2013.
Soekarjo.1997. ―Kimia Fisika Edisi kedua‖. Jakarta : PT.Renika Cipta
Tutu Subono, Akhmad Sunjaya, 1983, ―Kimia Fisika 1‖ Armico Bandung
Wall, F.T., 1958, ―Chemical Thermodimamich‖, San Fransisco, W. H. Freeman
Zemansky, M. 1951, ―Heat and Thermodinamics‖, New York, McGrawHill
Tanawi, Yulystine. 2014. MAKALAH KIMIA LARUTAN.[internet] diakes pada
https://www.scribd.com/mobile/doc/50281637/MAKALAH-KIMIA-LARUTAN.

Anda mungkin juga menyukai