“ LANSIA DIMENSIA”
Disusunoleh :
1. Mochammad Firmansyah (2019.04.043)
2. Yahya Afisena (2019.04.084)
3. Freda Adi Wardana (2019.04.025)
4. Zakaria (2019.04.085)
5. Bella Ihsanul Amal (2019.04.010)
6. Rizky Oktaviani (2019.04.067)
7. Ni Putu Kusuma Wardani (2019.04.051)
8. Ayu Chandani (2019.04.007)
9. Iqvina Aulia Rahma (2019.04.035)
10. Nida Fitria (2019.04.032)
11. Ismi Kamelia (2019.04.036)
12. Ardlian Lutdilia Arifin (2019.04.006)
13. Ayudia Arinda (2019.04.008)
14. Riyanti Zanuar (2019.04.065)
15. Oke Puspita Anggreni (2019.04. 055)
A. Latar Belakang
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir pada daur kehidupan manusia. Lansia
adalah keadaan yang di tandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi fisiologis yang berkaitan dengan penurunan
kemampuan untuk hidup (Ferry dan Makhfudli, 2009). Menurut UU No. 13 tahun
1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun (Dewi, S.R, 2014). Namun, menurut WHO, batasan
lansia dibagi atas: usia pertengahan (middle age) yaitu antara 45-59 tahun, lanjut
usia (elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat
tua (very old) diatas 90 tahun (Notoadmodjo, 2011).
Populasi lansia di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat, bahkan
pertambahan lansia menjadi yang paling mendominasi apabila dibandingkan dengan
pertambahan populasi penduduk pada kelompok usia lainnya. Menurut WHO,
populasi lansia di Asia Tenggara sebesar 8 % atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun
2050 diperkirakan populasi lansia akan terus meningkat hingga 3 kali lipat. Pada
tahun 2000 didapatkan data jumlah lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total
populasi, sedangkan pada tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah lansia menjadi
24,000,000 (9,77%) 1 2 dari total populasi dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah
lansia akan terus meningkat hingga 28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Di
Indonesia pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sekitar 80.000.000
(Kemenkes RI, 2018).
Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut (lansia) tentu menimbulkan masalah
terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Masalah tersebut jika tidak
ditangani akan berkembang menjadi masalah yang lebih kompleks. Masalah yang
kompleks pada lansia baik dari segi fisik, mental, dan sosial berkaitan dengan
kesehatan dan kesejahteraan mereka (Notoadmodjo, 2011). Pertambahan usia dan
peningkatan prevalensi penyakit tidak menular, merupakan faktor utama penyebab
penurunan fungsi kognitif dan intelektual yang kelak akan meningkatkan penyakit
Alzheimer dan demensia pada kelompok lanjut usia. Penurunan fungsi kognitif
berdampak pada menurunnya aktivitas sosial sehari-hari pada lanjut usia yang
menjadi problem dalam kesehatan masyarakat, dan berdampak pada bertambahnya
pembiayaan keluarga, masyarakat dan pemerintah. Didunia jumlah lansia yang
mengalami demensia sebanyak 4,6 juta kasus yang dilaporkan dan diprediksi pada
tahun 2050 jumlah lansia penderita demensia di dunia mencapai 100 juta
(Alzheimer Disease International, 2009).
Pada tahun 2015, penderita demensia di dumia sebanyak 47 juta (atau sekitar 5%
dari populasi lansia di dunia), diperkirakan meningkat 3 menjadi 75 juta pada tahun
2030 dan 132 juta pada tahun 2050. Di Indonesia, jumlah Orang Dengan Demensia
(ODD) diperkirakan akan makin meningkat dari 960.000 di tahun 2013, menjadi
1.890.000 di tahun 2030 dan 3.980.000 ODD di tahun 2050 (World Alzheimer
Report, 2012;Kemenkes, 2015). Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu
fungsi kognitif yang sering kali paling awal mengalami penurunan. Kerusakan
kognitif pada lansia yang berupa penurunan daya ingat biasa disebut dengan
demensia. Demensia merupakan suatu sindrom yang biasanya bersifat kronis atau
progresif dimana ada kerusakan fungsi kognitif yaitu kemampuan untuk memproses
pikiran di luar apa yang mungkin diharapkan dari penuaan normal. Hal ini
mempengaruhi ingatan, pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan, kapasitas
belajar, bahasa, dan penilaian. Namun tidak mempengaruhi status kesadaran.
Gangguan dalam fungsi kognitif biasanya disertai, dan kadang-kadang didahului
oleh penurunan kontrol emosi, perilaku sosial, atau motivasi (WHO, 2016).
Demensia adalah salah satu penyebab utama kecacatan dan ketergantungan di
antara orang dengan lanjut usia di seluruh dunia. Hal ini luar biasa tidak hanya
untuk orang-orang yang mengalami demensia, tetapi juga untuk pengasuh dan
keluarga mereka. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang demensia
mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan untuk diagnosis dan perawatan. Dampak
demensia pada pengasuh, 4 keluarga dan masyarakat dapat bersifat fisik, psikologis,
sosial dan ekonomi (WHO, 2016). Pada tahun 2015 Kemenkes RI telah berupaya
dalam menanggulangi penderita Demensia dengan membuat strategi nasional
penanggulangan penyakit alzheimer dan demensia berupa 7 langkah aksi
menanggulangi penyakit alzheimer dan demensia: lainnya menuju lanjut usia sehat
dan produktif. Salah satu langkah aksi penanggulangan alzheimer dan demensia
tersebut ialah kampanye kesadaran publik dan promosi gaya hidup sehat. Dalam
aksi tersebut pemerintah berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
bahwa demensi “pikun” bukan merupakan bagian dari penuaan normal sehingga
diperlukan berbagai upaya dan kegiatan gaya hidup otak sehat (brain healthy
lifestyle), sepanjang hayat yang meliputi aktivitas fisik, mental, sosial, dan konsumsi
gizi seimbang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapat pendidikan kesehatan, diharapkan warga Kauman mengetahui,
memahami, mencegah dan mengatasi kepikunan pada lansia dengan baik.
Sehingga mengurangi risiko timbulnya kepikunan pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mengetahui dan memahami tentang pengertian dari dimensia
b. Lansia mengetahui dan memahami tentang tanda dan gejala yang muncul
pada dimensia
c. Lansia dapat menyebutkan serta menjelaskan faktor penyebab demensia
dengan tepat.
d. Lansia mengetahui dan memhami mengenai langkah pengobatan apabila
ditemukan tanda dan gejala demensia
e. Lansia menegetahui peran keluarga dalam pencegahan demensia pada
lansia
C. Pokok Bahasan
1. Pengertian dimensia
2. Tanda dan gejala dimensia
3. Faktor prnyebab dimensia
4. Pengobatan pada dimensia
5. Peran keluarga untuk penderita dimensia
D. Metode
1. Presentasi
2. Tanya jawab
E. Alat Bantu
1. Leptop
2. Leaflet
F. Setting Tempat
: Lansia :
Observer
: Perawat
: Keluarga
G. Kegiatan Penyuluhan
G. Evaluasi
a) Struktur
A. Pendahuluan
Lanjut usia tidak identik dengan pikun (dementia) dan perlu diketahui bahwa
pikun bukanlah hal normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa
mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti dialami
oleh lansia dengan demensia. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia
adalah penyakit yang diderita lansia. Tapi kenyataannya demensia dapat diderita
oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan jenis kelamin.
Berdasarkan dari sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia
seringkali terjadi pada lansia yang telah berumur kurang lebih 60 tahun. demensia
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu 1. Demensia senilis (> 60 tahun), 2. Demensia
prasenilis (<60 tahun). sekitar 56,8% lansia mengalami demensia dalam bentuk
demensia alzheimer (4% dialami lansia yang telah berusia 75 tahun, 16% pada usia
85 tahun dan 32% pada usia 90 tahun). sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 30
juta penduduk dunia mengalami demensia dengan berbagai sebab.
B. Pengertian
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit
otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi
terjejas bila mengalami demensia. Penyakit kepikunan ditandai dengan hilangnya
ingatan atau kesulitan seseorang untuk memperoleh informasi yang sudah tersimpan
di dalam otak. Meskipun kepikunan merupakan bagian umum dari penuaan, kondisi
ini juga dapat berubah sebuah gejala penyakit atau efek samping dari konsumsi
obat-obatan atau suatu tindakan.
Ingatan dapat dipengaruhi oleh proses penuaan. Semakin tua seseorang,
berbagai macam proses dan reaksi kimia terjadi pada beberapa organ vital, salah
satunya adalah otak. Perubahan ini disisi lain dapat mempengaruhi bagian pada otak
yang bertanggung jawab dengan sistem saraf panca indera dan ingatan. Ini dapat
menjelaskan bagaimana orang yang usianya lebih tua, lebih sulit belajar hal yang
baru atau menginta informasi yang baru.
Pada umumnya demensia terjadi pada usia lanjut (>65 tahun) dan merupakan
gangguan yang ditandai oleh gangguan kognitif, emosional dan psikomotor yang
menyebabkan penderita tidak mampu mengikuti aktifitas sosial dan mengurus diri
untuk keperluannya sehari-hari. Pada demensia terjadi kemerosotan mental yang
terus menerus, makin lama makin buruk (progresif) meliputi penurunan daya ingat
akan hal yang baru saja terjadi, kemunduran kemahiran berbahasa, kemunduran
intelektual, perubahan perilaku dan fungsi-fungsi otak lainnya sehingga
mengganggu aktifitas sehari-hari.
D. Faktor penyebab
1. Pertambahan usia
2. Makanan yang tidak seimbang, kekurangan vitamin B1, B6, B12 dan asam folat.
3. Kebiasaan enggan berfikir atau sering mengosongkan pikiran.
4. Kurang bergerak atau kurang beraktivitas.
5. Kurang berkomunikasi atau bersosialisasi pada sesama.\
6. Akibat dari stres atau depresi. Orang yang stres cenderung tidak terkontrol dalam
makan dan berperilaku. Pada saat seseorang mengalami stres maka sel-sel
hippocampus (bagian otak sebelah dalam) terpaksa bekerja lebih keras sehingga
otak menjadi lelah dan mudah rusak.
7. Kebiasaan merokok.
8. Kebiasaan buruk minum-minuman alkohol.
9. Jenis kelamin yang mempengaruhi.
10. Kurangnya istirahat atau tidur yang kurang efektif bagi lansia.
11. Menurunnya fungsi sel syaraf otak menjadi salah satu penyebab munculnya
penyakit pikun. Sel syaraf otak yang rusak akan membuat kemampuan
mengingat dan berpikir seseorang menjadi lemah.
Salah satu tahap penting dari pengobatan demensia adalah menentukan jenisnya.
Ada demensia yang dapat disembukan asalkan penyebab demensia ini dapat
dihilangkan. Namun jika pasien mengidap demensia yang tidak dapat disembuhkan,
maka satu-satunya cara adalah mengendalikan gejala demensia. Pengobatan yang
tersedia adalah sebagai berikut:
SEKOLAH
TINGGI
ILMU
KESEHATAN BANYUWANGI
2020
RESUME PENYULUHAN TENTANG DEMENSIA PADA LANSIA
1. Penyuluhan diberikan pada tanggal 20 September 2020 jam 16.00 bertempat di rumah
warga melalui daring
2. Penyuluyhan diberikan selama 30 menit dengan durasi waktu 10 menit penyampaian
materi dan 20 menit tanya jawab.
3. Peserta yang mengikuti penyuluhan dengan penuh perhatian 80%
4. Semua orang mampu menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri
Pertanyaan
Apa pengertian demensia ?
Apa tanda dan gejala demensia?
Apa penyebab demensia ?
Jawaban :
Demensia adalah Gangguan fungsi kognitif antara lain pada intelegensi, belajar
dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan
konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi.
Tanda dan gejala demensia adalah menurunnya daya ingat, gangguan
orientasi waktu dan tempat, ekspresi yang berlebihan
Penyebab demensia adalah pertambahan usia, makanan tidak seimbang,
kebiasaan merokok, akibat dari stress dan depresi.
DOKUMENTASI PENYULUHAN