Anda di halaman 1dari 24

Mahasiswa mampu melakukan

pengukuran tekanan darah arteri secara


tidak langsung pada manusia
Pengertian
Tekanan darah adalah daya dorong
darah ke seluruh dinding pembuluh darah
pada permukaan yang tertutup. Timbul dari
adanya tekanan arteri terdiri dari tekanan
sistolik, tekanan diastolik, tekanan pulsasi,
tekanan arteri rata-rata (Tarwoto et al,
2009).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tekanan
Darah:
1. Tahanan Perifer
Tahanan perifer vaskuler adalah keadaan
tahanan pembuluh darah yang ditentukan oleh
adanya aliran darah, tonus otot vaskuler dan
diameter pembuluh darah. Makin kecil
diameter pembuluh darh makin besar tahanan
perifernya (Tarwoto et al, 2009).
2. Volume Darah
Jika volume darah tinggi maka tekanan dalam
pembuluh darah meningkat. Pada keadaan
darah menurun misalnya karena perdarahan
atau dehidrasi maka tekanan darah akan
menurun (Tarwoto et al, 2009).
3. Viskositas Darah
ketika kekentalan darah meningkat dan
aliran darah menurun maka tekanan arteri
akan meningkat dan jantung akan bekerja
lebih kuat untuk mendorong rongga ke
sistem sirkulasi (Tarwoto et al, 2009).
4. Elastisitas
ketika arteri kurang elastis maka
menyebabkan alran darah menjadi lambat
serta tekanan darah menjadi lebih tinggi
(Tarwoto et al, 2009).
Pengaturan Tekanan Darah
1). Pengaturan Saraf
a. Pusat Vasomotorik
Tonus vasomotorik merupakan stimulasi
tingkat rendah yang terus-menerus pada
serabut otot polos dinding pembuluh. Tonus
ini mempertahankan tekanan darah melalui
vasokontriksi pembuluh. Vasodilatasi
biasanya terjadi karena pengurangan impuls
vasokonstriktor. Pengecualian hanya pada
pembuluh darah di otak dan jantung
(Sloane, 2004).
b. Pusat Refleks Kardiovaskuler
i. Baroreseptor: meningkatnya tekanan arteri
akan menstimulasi baroreseptor, kemudian
akan menstimulus ke medulla oblongata dan
mengakibatkan peningkatan denyut jantung
dan peningkatan tekanan arteri (Tarwoto et al,
2009).
ii. Stretch Cardiopulmonary Reseptor: ketika
tekanan darah pada vena cava dan atrium
kanan menurun stretch reseptor akan mengirim
sedikit impuls ke SSP yang mengakibatkan
ginjal dapat menahan garam dan air (Tarwoto
et al, 2009).
iii. Chemoreseptor: ketika terjadi
perubahan kimia terutama peningkatan
karbondioksida dan penurunan pH darah
arteri maka kemoresptor akan mengirim
impuls ke SSP untuk meningkatkan heart
rate (Tarwoto et al, 2009).
2). Pengaturan kimia dan hormonal
1. Hormon medulla adrenal: norepinefrin sebagai
vasokonstriktor, epinefrin sebagai vasokonstriktor
atau vasodilator
2. Hormon antidiuretik ( ADH ): dengan cara
meningkatkan reabsorbsi garam dan air sehingga
tekanan darah meningkat
3. Mekanisme renin-angiotensin-aldosteron: renin
mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I
kemudian diubah menjadi angiotensin II yang
bersifat vasokonstriktor sehingga meningkatkan
tekanan darah
4. Hormon histamin, bradikinin, serotonin: histamin
merupakan vasodilator, bradikinin vasodilator dan
serotonin merupakan vasokonstriktor (Tarwoto et
al, 2009).
1. Metode Langsung
pengukuran tekanan darah dengan
menggunakan manometer air raksa.
Suatu manometer standar untuk
mengukur tekanan darah. Sebuah kanula
dimasukkan ke dalam suatu arteri, suatu
vena, atau bahkan ke dalam jantung
(Guyton, 1981).
2. Metode Tidak Langsung
a. Cara Palpasi
Hanya untuk mengukur tekanan sistolik
(Muttaqin, 2009).
b. Cara Auskultasi
Cara auskultasi untuk menentukan
tekanan sistolik dan diastolik ini tidaklah
seluruhnya akurat, namun biasanya
hanya berbeda 10% dari nilai yang
ditentukan dengan pengukuran langsung
pada arteri (Guyton & Hall, 1997).
a. Percobaan Naik Turun Bangku ( Harvard
Step Test)
Aktivitas fisik dapat memperbaiki kecepatan
jantung saat kondisi istirahat serta tekanan
sistolik dan diastolik (Kowalski, 2010).

b. Tes Peninggian Tekanan Darah Dengan
Pendinginan ( Cold-pressor Test)
Kompres dingin berlebihan dan vasokontriksi
dapat mengakibatkan tekanan darah
meningkat ( berman et al, 2009).
Sphygmomanometer
Stetoskop


Bekerjalah dengan kerja kelompok 3 orang, dan
berganti gantilah menjadi orang percobaan,
pemeriksa dan pencatat.
1. Orang percobaan berbaring terlentang, kemudian
pasangkanlah manset di lengan kanan atas.
2. Ukurlah tekanan systole secara palpasi, kemudian
secara auskultasi.
3. Ukurlah tekanan diastole dan dengarkan pula fase
suara tersebut.
4. Lakukan tindakan-tindakan tersebut sekurang-
kurangnya tiga kali setiap mahasiswa, agar
mahasiswa menjadi biasa.
Bila saudara-saudara telah cukup paham dengan
cara pengukuran tekanan darah ini, mulailah
dengan percobaan-percobaan lainnya.
A. PENGARUH SIKAP TUBUH
Setiap kelompok memilih satu orang percobaan
untuk percobaan kali ini.
1. Berbaring terlentang
Ukurlah secara auskultasi tekanan darahnya dua
kali berturut-turut dan ambillah nilai rata-ratanya.
2. Duduk
Suruhlah orang percobaan untuk duduk tenang
selama 2 menit, kemudian ukurlah tekanan
darahnya 2 kali berturut-turut dan ambillah nilai
rata-ratanya.
3. Berdiri
Suruhlah orang percobaan untuk berdiri dalam
keadaan bersiap selama 2-3 menit, kemudian
ukurlah tekanan darahnya 2 kali berturut-turut dan
ambillah nilai rata-ratanya.

B. PENGARUH LATIHAN
Setiap kelompok memilih satu orang percobaan
untuk percobaan kali ini.
1. Manset dipasang dan tekanan darahnya
diukur dalam keadaan duduk.
2. Dengan manset tetap terpasang, orang
percobaan melakukan steptest 20x per menit
selama 2 menit.
3. Segera setelah steptest, ukur tekanan darah
dan frekuensi nadinya.
4. Teruskan ukur tekanan darah dan frekuensi
nadi dengan interval 1 menit sampai menjadi
normal kembali.

Tabel 1 Pengukuran Dengan Cara Palpasi

No
Nama
Pasien
Cara Palpasi (sistol) Rata-
rata Uji I Uji II Uji III
1 Putri 98 98 98 98
2 Juan 120 120 120 120
3 Pandu 150 150 150 150
Tabel 2 Pengukuran Tekanan Darah
Pada Sikap Berbaring Terlentang

Orang
percobaan
Pengukuran ( mmHg )
Rata-rata
1 2 3
Putri 98/60 98/60 98/60 98/60
Juan 120/80 120/80 120/80 120/80
Pandu 152/126 148/122 150/112 150/120
Tabel 3 Pengukuran Tekanan Darah Pada
Sikap Duduk

Orang
percoba
an
Pengukuran ( mmHg )
Rata-
rata
1 2 3
Putri 98/60 118/70 112/68 110/66
Juan 136/90 120/68 130/70 129/79
Pandu 122/80 122/90 130/88 125/86
Tabel 4 Pengukuran Tekanan Darah Pada
Sikap Berdiri

Orang
percobaa
n
Pengukuran ( mmHg )
Rata-rata
1 2 3
Putri 120/80 118/80 120/80 120/80
Juan 112/80 100/76 110/82 108/80
Pandu 128/70 130/78 133/80 131/76
Tabel 5 Pengukuran Tekanan Darah Sesudah
Kerja Otot

Orang
percobaan
Pengukuran ( mmHg )
Rata-rata
1 2 3
Putri 110/70 108/70 100/70 106/70
Juan 160/80 150/80 150/80 154/80
Pandu 150/75 135/75 150/90 145/80
Tabel 6 Hasil Pengamatan Pada Setiap Kelompok

Nama
Kelompok
Orang
Percobaan
Palpasi
Auskultasi
Berbaring Duduk Berdiri
Sesudah
Kerja Otot
A
1 67 113/73 113/76 110/66 116/60
2 93.3 110/76 113/70 113/66 113/70
3 87.3 120/76 118/68 120/66 140/80
B
1 103.6 115/80 100/80 100/80 120/70
2 69.5 120/70 120/60 122/66 130/90
3 76 110/70 122/62 110/50 140/90
C
1 82.3 110/76 103/83 120/87 130/86
2 74 120/76 110/80 123/87 133/86
3 104.33 116/86 100/70 130/83 133/83
D
1 71,66 98/60 110/66 120/80 106/70
2 75.33 120/80 129/79 108/80 154/80
3 91.67 150/120 125/86 130/76 145/80
Perbedaan tekanan darah pada bermacam-macam
sikap tubuh karena pada saat berbaring tekanan darah
akan rendah(ketegangan fisik dan psikis menurun dan
dalam fase istirahat), keadaan istirahat mempengaruhi
tekanan darah. Sedangkan saat berdiri tekanan darah
akan meningkat karena berdiri membutuhkan energi
yang lebih banyak dari berbaring dan juga pada saat
berdiri dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang
memperlancar aliran darah sehingga semakin banyak
denyut yang dihasilkan. Sedangkan pada posisi duduk
tubuh kita dalam posisi diantara berdiri dan berbaring
maka angka tekanan darahnya akan berkisar diantara
posisi berbaring dan berdiri (Guyton & Hall, 1997).

Berman, A., Syder, S., Kozier,B., Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Jakarta. EGC. Hal. 402

Guyton, A. C. 1981. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Hal. 229

Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Hal.
221-222

Kowalski, R. E. 2010. Terapi Hipertensi. Bandung: Qanita. hal. 116-118

Muttaqin, A. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan System Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. Hal. 43

Sloane,E. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta. EGC. Hal.
239

Tarwoto, Aryani, R., Wartonah. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. Hal. 195-209

Anda mungkin juga menyukai