PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap
satuan luas dinding pembuluh darah yang dinyatakan dalam milimeter air raksa
(mmHg) (Guyton & Hall, 2006). Pengukurannya menggunakan alat yang dinamakan
sphygmomanometer atau tensimeter. Sphygmomanometer terbagi atas tiga macam,
yaitu
sphygmomanometer
air
raksa,
sphygmomanometer
aneroid,
dan
Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya percobaan pengukuran tekanan darah ini adalah
untuk:
1. Mengetahui cara pengukuran tekanan darah dan denyut nadi dengan berbagai
metode pengukuran
2. Mengetahui perbedaan pengukuran tekanan darah antara tangan kanan dan
kiri
1
BAB II
DASAR TEORI
II.1
Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap
satuan luas dinding pembuluh darah yang dinyatakan dalam milimeter air raksa
(mmHg) (Guyton & Hall, 2006). Pengukurannya menggunakan alat yang dinamakan
sphygmomanometer atau tensimeter. Sphygmomanometer terbagi atas tiga macam,
yaitu
sphygmomanometer
air
raksa,
sphygmomanometer
aneroid,
dan
Sistole
< 90 mmHg
< 120 mmHg
< 130 mmHg
130 - 139 mmHg
140 159 mmHg
Diastole
< 60 mmHg
< 80 mmHg
< 85 mmHg
85 89 mmHg
90 99 mmHg
(Hipertensi Ringan)
Stadium 2
(Hipertensi Sedang)
Stadium 3
(Hipertensi Berat)
Stadium 4
210 mmHg
120
mmHg
(Hipertensi Emergensi)
Sumber: WHO International, European & British Hypertension Society (2004)
Tekanan sistolik adalah tekanan darah tertinggi yang dicapai pada saat
kontraksi ventrikel. Puncak tekanan sistolik di dalam aorta ditentukan oleh volume
sekuncup ventrikel kiri, kecepatan ejeksi dan elastisitas dinding aorta. Tekanan ini
dapat meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Tekanan diastolik adalah tekanan
darah terendah yang dicapai saat ventrikel relaksasi maksimum. Tekanan darah
sebagian tergantung kepada kekuatan dan volume darah yang dipompa oleh jantung
dan sebagian lagi kepada kontraksi otot dalam dinding arteriole. Kontraksi ini
dipertahankan oleh saraf vasokonstriktor dan dikendalikan oleh pusat vasomotorik
dalam medula oblongata. Pusat vasomotorik berfungsi untuk mengatur bagian
periferi mempertahankan agar tekanan darah relatif konstan.
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung
seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi.
Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan
struktur dengan ujung-ujung jari. Sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi,
apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara dari dalam tubuh
dengan bantuan stetoskop. Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan
pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis,
arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical,
arteri tibialis posterior (Saladin, 2003: 94).
II.2
perubahan gerakan yang fisiologis, seperti saat latihan jasmani, waktu adanya
perubahan mental karena kecemasan dan emosi, sewaktu tidur dan sewaktu makan.
Karena itu sebaiknya tekanan darah diukur saat orang dalam keadaan tenang,
istirahat dan sebaiknya dalam sikap rebahan (Pearce, 1995: 151).
Menurut Kozier et al (2009), ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
tekanan darah, diantaranya adalah:
1. Umur
Bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg. Tekanan
sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada
orang lanjut usia, arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap darah. Hal ini
mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat
karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan
tekanan darah.
2. Jenis Kelamin
3. Olahraga
Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah.
4. Obat-obatan
Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan
darah.
II.3
menggunakan
sphygmomanometer
dan stetoskop.
Tekanan Darah
Denyut Nadi (kecepatan, irama, kualitas)
Suhu Tubuh
Pernafasan (kecepatan, kedalaman, irama)
Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB)
Cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset dengan
kencang dan lembut pada lengan atas, sejajar jantung dan 2 mm diatas fovea cubity,
kemudian pompa udara ditekan-tekan hingga manset mengembang. Tekanan dalam
manset dinaikkan sampai denyut radial atau brachial menghilang sekitar 20 mmHg
diatas normal tekanan sistolik. Kemudian manset dikempiskan perlahan dengan
melepaskan klep pada pompa udara secara perlahan, dan dilakukan pembacaan
secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur
tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik
dan diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2001). Untuk mengauskultasi
tekanan darah, bagian stetoskop yang berbentuk membran cekung diletakkan pada,
yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul. Bunyi yang pertama kali
terdengar, menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi
Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar
6
dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik
dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001). Bunyi
Korotkoff ini terdiri 5 tahap:
1.
2.
3.
4.
5.
dan suara di bawah ikatan menjadi tidak terdengar lagi. Tekanan pada titik ini disebut
tekanan diastolik yang masih tersisa dalam arteri ketika jantung berelaksasi.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1
III.2
III.3
Prosedur Percobaan
Gambar II.1
Pengukuran Tekanan Darah
III.3.2 Pengukuran Tekanan Darah pada Lengan Kiri
1. Ulangi percobaan butir 1 sampai 4 pada 2.3.1 di atas dengan lengan tangan
kiri
2. Catat hasil percobaan Anda
III.3.3 Pengukuran Tekanan Darah dengan Berbagai Tensimeter
1. Ulangi percobaan butir 1 sampai 4 menggunakan tensimeter aneroid da
digital (pada lengan kanan)
2. Catat hasil percobaan Anda
III.3.4 Pengaruh Posisi Tubuh pada Tekanan Darah dan Denyut Nadi
Setiap anggota kelompok memilih satu orang untuk percobaan ini, sesuai
dengan urutan tahap pemeriksaan di atas.
1. Berbaring terlentang,
Ukurlah secara palpasi dan auskultasi tekanan darah dan denyut nadi orang
coba sampai 3 kali berturut-turut dan ambillah nilai rata-ratanya
2. Duduk,
Perintahkan orang coba duduk tenang selama 5 menit, kemudian ukurlah
secara palpasi dan auskultasi tekanan darah dan denyut nadinya 3 kali
berturut-turut dan ambillah nilai rata-ratanya
3. Berdiri,
Perintahkan orang coba berdiri dengan tenang dalam sikap bersiap selama
5 menit, kemudian ukurlah tekanan darah dan denyut nadinya 3 kali berturutturut dan ambillah nilai rata-ratanya
4. Catat hasil pengukuran
III.3.5 Pengaruh Latihan pada Tekanan Darah dan Denyut Nadi
Pilih salah satu orang coba untuk masing-masing kelompok.
1. Menset tensimeter aneroid dipasang dan tekanan darahnya diukur dalam
keadaan duduk dan mencatat denyut nadinya dengan tensimeter aneroid.
2. Dengan manset tetap terpasang, orang coba melakukan aktivitas naik turun
bangku dengan kecepatan 10 kali per menit selama 2 menit.
3. Segera setelah naik turun bangku berakhir, ukur tekanan darah dan catat
frekuensi nadinya.
4. Teruskan mengukur tekanan darah dengan interval 3 menit sampai menjadi
normal kembali.
5. Ukur tekanan darah dan denyut nadi sebelum dilakukan percobaan
berikutnya.
6. Dengan manset tetap terpasang, orang coba melakukan aktivitas naik turun
bangku dengan kecepatan 15 kali per menit selama 2 menit.
7. Segera setelah naik turun bangku berakhir, ukur dan catat tekanan darah
denyut nadinya kembali.
8. Teruskan mengukur tekanan darah dengan interval 3 menit sampai dengan
normal kembali.
9. Dengan manset tetap terpasang, orang coba melakukan aktivitas naik turun
bangku dengan kecepatan 20 kali per menit selam 2 menit.
10. Masukkan hasil yang diperoleh ke dalam tabel berikut yang meliputi tekanan
sistole dan diastole.
11. Lakukan percobaan 1-10 dengan tensimeter aneroid dan digital.
12. Masukkan hasil yang diperoleh ke dalam tabel berikut yang meliputi tekanan
sistole dan diastole dan denyut nadi.
13. Gambarkan dalam kertas milimeter grafik hasil pengukuran frekuensi nadi
dengar tekanan sistole dan diastole, masing-masing pada absis dan ordinat.
III.3.6 Pengaruh Stress : Cold Pressure Test
Masukkan satu tangan ke dalam panci selama waktu tertentu, maka akan
terlihat bahwa suhu berpengaruh terhadap tekanan darah dan denyut nadi. Test ini
merupakan suatu test yang baik untuk menentukan labilitas tekanan darah.
Pilihlah orang coba untuk masing-masing kelompok.
10
(1) Perintahkan orang coba untuk duduk tenang selama 5 menit, kemudian ukur
tekanan darah dan denyut nadinya dengan tensimeter air raksa sampai
didapatkan hasil yang sama 2 kali berturut-turut.
(2) Perintahkan orang coba memasukkan tangan kirinya ke dalam bak air es
(4oC) sampai 15 cm diatas fovea decubitus, selama 60 detik.
(3) Ukurlah tekanan darah pada detik ke-60 di dalam air es.
(4) Ukurlah tekanan darah dan denyut nadi setelah perendaman dengan interval 2
menit sampai tekanan darah dan denyut nadi menjadi kembali normal.
(5) Catat hasilnya.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. HASIL PENGUKURAN
IV.1.1 Pengukuran Tekanan Darah
Manometer Air Raksa
Rerat
Paramat
Orang
er
Ke-1
(Pria)
I
110/8
II
112/7
III
110/8
a
111/8
I
120/9
II
122/9
III
122/9
a
121/8
kanan
Tangan
0
114/7
8
113/7
2
115/7
0
114/7
0
122/8
0
122/9
2
120/8
7
121/8
80/62
80/60
80/61
91/70
90/70
90/70
90/70
90/70
92/72
91/71
90/70
90/70
90/70
90/70
Tangan
79//6
Kanan
(Wanita
Tangan
)
Kiri
Oran
Param
ater
Tanga
Ke-1
(Pria)
2
90/70
Digital
Rera
I
II
III
ta
100/
102/
103/
102/
kanan
Tanga
78
64
56
66
112/
104/
108/
108/
n Kiri
94
70
89
84
90/5
88/5
88/5
87/5
80/5
80/5
82/5
81/5
Tanga
Ke-2
Rerat
Tangan
Kiri
Ke-2
Aneroid
(Wani Kanan
Tanga
ta)
n Kiri
12
Duduk
Rerat
Orang
Rerat
Ke-1
I
110/
II
110/
III
110/
a
110/
I
110/
II
110/
III
110/
a
110/
(Pria)
75
75
75
75
81
81
81
81
90/6
90/6
90/6
90/6
90/7
90/7
90/7
90/7
Ke-2
(Wanit
a)
Orang
Ke-1
(Pria)
I
110/83
Berdiri
II
III
110/8 110/8
3
82/54
82/54
Ke-2
(Wanita
)
80/54
Rerata
110/8
3
100/8
0
13
Nadi
Sistole
(kali/mn
(mmHg
t)
Pra-test
Post-test
3 menit
6 menit
93
102
93
92
116
122
112
112
)
78
75
72
69
Pra-test
Post-test
(Wanita
3 menit
)
6 menit
105
113
113
106
93
102
90
93
53
63
57
55
Orang
Ke-1
(Pria)
Paramet
er
Ke-2
e
(mmHg
Kecepatan 15 kali/menit
Orang
Ke-1
(Pria)
Ke-2
(Wanita
)
Diastol
Nadi
Sistole
(kali/mnt
(mmHg
Pra-test
Post-test
3 menit
6 menit
93
109
92
93
116
136
107
123
)
78
86
74
97
Pra-test
Post-test
3 menit
6 menit
105
113
113
106
93
102
90
93
53
107
94
52
Parameter
14
e
(mmHg
Parameter
(mmHg
)
Pra-stress
Ke-1
(Pria)
dingin
Post-stress
dingin
2 menit
4 menit
Pra-stress
Ke-2
(Wanita
)
dingin
Post-stress
dingin
2 menit
4 menit
Diastol
e
(mmHg
)
108
80
109
65
92
93
75
74
102
68
116
74
97
99
62
63
15
IV.2
16
terhadap
darah
sedangkan
peningkatan
diastole
fleksibel
a)
Jenis kelamin
b)
Olahraga
pada
penurunan
tekanan
darah.
Obat-obatan
Banyak obat-obatan yang bisa menaikkan atau menurunkan
tekanan darah.
d) Ras
Pria Amerika Afrika yang berusia di atas 35 tahun memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan pria Eropa di usia
7.
yang sama.
e) Obesitas
Obesitas merupakan predisposisi hipertensi.
Jelaskan kemungkinan yang dapat terjadi di bidang kedokteran gigi jika
pada penderita tidak dilakukan pengukuran tanda-tanda vital terlebih
dahulu?
Akan timbul komplikasi.
a. Jika pasien ternyata mengalami hipertensi dan dilakukan
pencabutan gigi maka akan terjadi peningkatan tekanan darah yang
disebabkan
oleh
obat
anestesi
lokal
yang
menyebabkan
17
demam
Takikardi
jika
tidak
merupakan
dilakukan
salah
satu
pengukuran
tanda
suhu.
penyakit
19
IV.3
PEMBAHASAN
20
diastolik orang coba pertama yakni pria dengan menggunakan tensimeter digital,
ditemukan perbedaan 18 poin lebih tinggi pada rata-rata tekanan darah lengan kiri
terhadap lengan kanan.
Pada orang coba pertama (pria) didapatkan hasil keseluruhan rata-rata
tekanan darahnya adalah 113/80 mmHg yang menunjukkan bahwa tekanan darahnya
optimal. Sedangkan pada orang coba kedua (wanita) didapatkan hasil rata-rata
tekanan darahnya adalah 85/64 mmHg hingga dapat dikatakan orang coba kedua
mengalami hipotensi.
IV.1.2 Pengaruh Posisi Tubuh
Pada praktikum yang telah dilakukan, pengukuran tekanan darah dalam
berbagai posisi yakni tidur terlentang, duduk dan berdiri menunjukkan perbedaan.
Perubahan sikap akan mempengaruhi tekanan darah. Hal ini dapat kita lihat pada
praktikum ini, pada hasil percobaan diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik
dan diastolik pada orang coba pertama yakni wanita saat berbaring adalah 90/62
mmHg, pada keadaan duduk adalah 90/70 mmHg, pada saat berdiri menunjukkan
tekanan darah yang tertinggi yakni 100/80 mmHg. Pada orang coba kedua yakni pria,
rata-rata tekanan darah pada keadaan berbaring ialah 110/75 mmHg, pada keadaan
duduk sebesar 110/81 mmHg dan pada keadaan berdiri adalah 110/83 mmHg.
Berbaring Terlentang
Pada saat tubuh berbaring terlentang, kerja darah kembali ke jantung tidak
melawan gravitasi sehingga makin lancar aliran darah yang terjadi, intensitas kerja
jantung pun makin besar. Sehingga tekanan darah dapat meningkat. Namun terjadi
perbedaan antara teori dengan hasil percobaan yang telah didapatkan dimana dalam
posisi berbaring, hasil yang diperoleh yakni tekanan darah paling rendah yang
didapat. Pada orang coba pertama yang berjenis kelamin wanita, hasil pengukuran
rata-rata tekanan darah saat berbaring adalah 90/62 mmHg paling rendah dibanding
hasil pengukuran saat tubuh dalam kondisi berdiri (100/80 mmHg). Pada orang coba
kedua yang berjenis kelamin pria pun ditemukan adanya ketidakcocokan teori
dengan data yang diperoleh, hasil rata-rata pengukuran tekanan darah saat berbaring
adalah 110/75 mmHg, lebih rendah dibanding pada saat berdiri (110/83 mmHg).
Kesalahan dalam tahap praktikum maupun kesalahan dalam melaksanakan
pengukuran tekanan darah mungkin menjadi penyebab dalam ketidakcocokan data
dengan teori yang ada dimana dalam posisi duduk adalah terjadi tekanan darah yang
21
lebih tinggi dibandingkan berbaring, sementara saat berdiri memiliki tekanan darah
yang lebih rendah dibanding berbaring.
Duduk
Pada pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan memberikan angka
yang agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring, meskipun selisihnya
relatif kecil (Gunawan, 2001). Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah
cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor
simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui
saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan
ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena
cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen
ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa
menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen
(Guyton dan Hall, 2006). Kedua teori ini menunjukkan kecocokan dengan data yang
diperoleh dimana rata-rata tekanan darah pada saat duduk didapat pada orang coba
wanita yakni sebesar 90/70 mmHg dibandingkan saat berbaring 90/62 mmHg. Pada
orang coba kedua, pria, didapatkan hasil rata-rata tekanan darah saat duduk adalah
110/81 mmHg, sedangkan pada saat berbaring 110/75 mmHg.
Berdiri
Tekanan darah tertinggi ditunjukkan saat tubuh dalam keadaan berdiri. Hal ini
bertentangan dengan konsep yang ada, dimana seharusnya tekanan darah saat berdiri
akan berkurang karena kerja jantung melawan gravitasi, tekanan darah yang
berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju.
Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian
selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti
volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung
berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Ketika berdiri darah yang
kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan
tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2006). Perbedaan data hasil percobaan
dengan teori ini bisa disebabkan oleh pengukuran yang salah atau terjadi kesalahan
prosedur saat melakukan praktikum.
IV.1.3 Pengaruh Latihan
22
Pada hasil praktikum, didapatkan data orang coba pertama yang berjenis
kelamin perempuan memiliki tekanan darah 93/53 mmHg dan denyut nadi 105
kali/menit dan terus meningkat selama menjalani latihan hingga pada post test
menjadi 102/63 mmHg dan denyut nadi menjadi 113 kali/menit, hasil ini berdasarkan
latihan naik turun bangku post-test Harvard dengan kecepatan 10 kali/menit selama
2 menit, 6 menit setelahnya tekanan darah cenderung kembali ke normal yakni 93/55
mmHg dengan denyut nadi 106 kali/menit. Sedangkan saat melakukan latihan
dengan kecepatan 15 kali/menit selama 2 menit, hasil post test menunjukkan bahwa
tekanan darahnya adalah 143/107 mmHg sedangkan denyut nadinya menjadi 65
kali/menit, lalu setelah 6 menit, tekanan darah menjadi 88/52 mmHg dengan denyut
nadi menjadi 72 kali/menit yang menunjukkan adanya penurunan dibanding pre-test.
Pada orang coba kedua, yakni pria, hasil pre-test menunjukkan bahwa
tekanan darahnya saat pre-test adalah 116/78 mmHg dengan denyut nadi 93
kali/menit, saat mulai menjalani latihan dengan kecepatan 10 kali/menit dalam 2
menit, tekanan darahnya saat post test berubah menjadi 122/75 mmHg dengan
denyut nadi 102 kali/menit, setelah 6 menit, tekanan darah menurun menjadi 112/69
mmHg dengan denyut nadi 92 kali/menit. Saat menjalani latihan dengan kecepatan
15 kali/menit dalam 2 menit, tekanan darahnya saat post test berubah menjadi 136/86
mmHg dengan denyut nadi 109 kali/menit, setelah 6 menit, tekanan darah menurun
menjadi 123/97 mmHg dan denyut nadi menjadi 93 kali/menit.
Percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan konsep bahwa respon tubuh
terhadap olahraga yang melibatkan kontraksi otot dapat berupa peningkatan
kecepatan denyut jantung, selain itu terjadi penurunan retensi perifer total akibat
vasodilatasi dalam otototot yang berolahraga. Akibatnya, tekanan darah sistolik juga
meningkat meskipun hanya dalam peningkatan yang sedang, sementara diastolik
biasanya cenderung tidak berubah atau turun. Selama melakukan latihan-latihan fisik
yang keras, tekanan darah sistolik dapat naik jauh melebihi tekanan sistolik normal.
Sebaliknya, segera setelah latihan selesai, tekanan darah akan turun sampai dibawah
normal. Penurunan ini terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan
relaksasi. Penurunan ini akan tampak jelas pada penderita hipertensi. Itulah sebabnya
latihan
olahraga
secara
teratur
akan
(Kamaruzaman, 2010).
23
dapat
menurunkan
tekanan
darah
24
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dan telah memperoleh hasil berupa datadata pengukuran, maka dapat disimpulkan bahwa:
Cara-cara yang dilakukan untuk pengukuran tekanan darah dan denyut nadi:
a) Cara palpasi yaitu dengan cara meraba denyut nadi menggunakan jari.
b) Cara auskultasi yaitu dengan cara mendengarkan suara arteri dengan
menggunakan stetoskop.
Tekanan darah pria dan wanita memiliki perbedaan, dimana wanita cenderung
memiliki tekanan darah yang rendah sekitar 5-10 mmHg akibat aktifitas
hormon estrogen.
Tekanan darah dan denyut nadi akan meningkat saat melakukan aktifitas
karena jantung berusaha memompa darah yang kaya akan oksigen yang
darah meningkat.
Pengukuran tekanan darah yang dilakukan di dua lengan yakni kanan dan kiri
bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan vaskuler darah maupun
gangguan organis aliran darah. Selisih yang normal terjadi adalah 5-10
mmHg, apabila selisih yang didapatkan lebih dari 10 mmHg diindikasikan
terjadi gangguan vaskuler darah, lalu apabila lebih dari 20 mmHg
diindikasikan terjadi gangguan organis aliran darah pada bagian yang tekanan
darahnya rendah.
Posisi tubuh juga mempengaruhi tekanan darah, dimana saat duduk tekanan
darah cenderung paling tinggi karena sikap atau posisi duduk membuat
tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem
25
26