Anda di halaman 1dari 103

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Buku Ajar Kewirausahaan, Bagi Mahasiswa Refraksi
Optisi. Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan materi pembelajaran
kewirausahaan baik secara teoritis maupun praktis. Buku ini merupakan
kumpulan bahan ajar dan pengalaman penulis selama menjalani program
S3 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di Universitas Negeri Padang dan
juga pengalaman memegang mata kuliah kewirausahaan di Program
Studi Refraksi Optisi pada Akademi Refraksi Optisi YLPTK Padang sejak
tahun 2013.
Penulisan buku ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan
dasar, komprehensif, dan praktis kepada pembaca dan pelaku bisnis yang
berminat mendalami kewirausahaan dan praktik manajemen bisnis. Setiap
bab buku membahas materi yang dilengkapi dengan soal-soal untuk
memudahkan dalam memahai materi.
Fokus pada peran dan pentingnya kewirausahaan sebagai sebuah
sumber energi dalam membangun dan mengelola bisnis dalam lingkungan
perubahan. Materi buku ini diawali dengan pemahaman konsep dasar
kewirausahaan, karakteristik dan ciri-ciri umum kewirausahaan, proses
kewirausahaan, fungsi dan model peran kewirausahaan, komunikasi dan
interpersonal, ide dan peluang dalam kewirausahaan, inovasi dan
kreativitas, merintis usaha baru dan model pengembangannya,
pengelolaan usaha dan strategi kewirausahaan, kompetensi inti dan
strategi bersaing dalam kewirausahaan, negosiasi dan kepuasan
pelanggan dan business plan.

i
Meskipun buku ini sudah dipersiapkan dalam waktu yang cukup
lama, penulis menyadari masih banyak kekurangan. Kritik dan saran dari
pengguna yang sangat diharapkan oleh penulis demi perbaikan materi
buku di kemudian hari.

Padang, Juli 2017

Alvia Wesnita, SE., M.Pd

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB 1 Konsep Dasar Kewirausahaan .............................................. 1
1.1. Hakikat Kewirausahaan dan Wirausahawan ................... 1
1.2. Jiwa dan Sikap Kewirausahaan ..................................... 4
1.3. Fungsi dan Peran Wirausahawan .................................. 4

BAB 2. Karakteristik dan Ciri-Ciri Umum Kewirausahaan ................... 7


2.1 . Karakteristik Kewirausahaan ........................................... 7
2.2 . Ciri-Ciri Umum Kewirausahaan ...................................... 14
2.3 . Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan .................................. 15

BAB 3. Proses Kewirausahaan ............................................................ 18


3.1. Faktor- Faktor Pemicu Kewirausahaan ........................ 18
3.2. Model Proses Kewirausahaan ...................................... 18
3.3. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan
Berwirausaha ............................................................... 21
3.4 . Mitos yang Salah Tentang Kewirausahaan .................. 23

BAB 4. Fungsi dan Model Peran Kewirausahaan ............................... 26

4.1. Profil dan Peran Wirausaha ......................................... 26


4.2. Fungsi Makro dan Mikro Wirausaha ............................ 27
4.3. Tantangan Kewirausahaan dalam Konteks Global ...... 28

BAB 5. Komunikasi dan Presentasi ..................................................... 32


5.1. Komunikasi ................................................................... 32
5.2. Teknik Presentasi ......................................................... 49

iii
BAB 6. Ide dan Peluang Dalam Kewirausahan ................................... 55
6.1. Ide Kewirausahaan ........................................................ 55
6.2. Sumber-Sumber Potensi Peluang .................................. 56
6.3. Pengetahuan dan Kompetensi Kewirausahaan .............. 57

BAB 7. Inovasi dan Kreativitas ............................................................. 60


5.1. Peran Inovasi dan Kreativitas Dalam Pengembangan
Produk dan Jasa........................................................... 60
5.2. Mengembangkan Produk dan Jasa yang Unggul ......... 60

BAB 8 Merintis Usaha Baru dan Model Pengembangannya ............... 63


7.1. Cara Memasuki Dunia Usaha ......................................... 63
7.2. Merintis Usaha Baru ....................................................... 63
7.3 Membeli Perusahaan yang Sudah Didirikan .................. 64

BAB 9. Pengelolaan Usaha dan Strategi Kewirausahaan .................... 67


9.1. Perencanaan Usaha ...................................................... 67
9.2. Pengelolaan Keuangan................................................... 70
9.3. Teknik dan Strategi pemasaran ...................................... 71

BAB 10. Kompetensi Inti dan Strategi Bersaing dalam


Kewirausahaan ...................................................................... 75
10.1. Kompetensi Inti Kewirausahaan .................................... 75
10.2. Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan ........................ 78

BAB 11. Negosiasi dan Kepuasan Pelanggan ..................................... 81


11.1. Negosiasi ....................................................................... 81
11.2. Kepuasan Pelanggan...................................................... 85

BAB 12 Perencanaan Usaha (Business Plan) ..................................... 90


12.1. Pentingnya Perencanaan ............................................... 90
12.2. Pengertian Business Plan ............................................ 91
12.3. Kerangka Rencana Usaha ........................................... 93

iv
BAB I
KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

1.1. Hakikat Kewirausahaan dan Wirausahawan


a. Hakikat Kewirausahaan
Banyak pakar yang telah mengemukakan pengertian
kewirausahaan dengansudut pandangnya masing-
masing.Dalam Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 tentang
Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan
Kewirausahaan, dikemukakan bahwa: Kewirausahaan adalah
semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam
menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada
upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi
dan produksi baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh
keuntungan yang lebih besar. Sementara itu Jeffrey A.
Timmons, dalam Lambing dan Kuehl (1997: 10) mendefinisikan
kewirausahaan: Entrepreneurship is a human, creative act that
builds something of value from practically nothing. It is the
pursuit of opportunity regardless of the resources, or lack of
resources, at hand. It requires a vision and the passion and
commitment to lead others in the pursuit of that vision. It also
requires a willingness to take calculated risks.
Zimmerer (2005: 44) mengartikan kewirausahaan
sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan (usaha). Kewirausahaan yaitu
kesediaan wirausaha untuk memadukan kreativitas, inovasi,
mengambil resiko, kesungguhan bekerja untuk membentuk dan
membangun perdagangan, memaksimumkan potensi diri serta
memanfaatkan peluang yang diperoleh (Buang dan Murni,
2006: 9). Selanjutnya Suryana (2011: 2) mengemukakan bahwa

1
kewirausahaan yaitu kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan
untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan
dengan keberanian untuk menghadapi risiko.
Kewirausahaan merupakan seorang manajer risiko (risk
manager) yang dengan kemampuan kreativitasnya bisa
mengoptimalkan segala sumber daya yang ada, baik itu sumber
daya materil, kapasitas intelektual, maupun waktunya untuk
menghasilkan suatu produk atau usaha yang berguna bagi
dirinya dan bagi orang lain (Hendro, 2011: 28). Kewirausahaan
sebagai bidang bisnis, berusaha untuk memahami bagaimana
melihat kesempatan atau peluang untuk menciptakan sesuatu
yang baru (misalnya produk atau jasa baru, pasar baru, proses
produksi baru atau bahan baku, cara pengorganisasian
teknologi baru) yang dibuat oleh individu-individu tertentu yang
kemudian menggunakan berbagai cara untuk mengeksploitasi
atau mengembangkan usaha mereka, sehingga menghasilkan
berbagai macam usaha-usaha baru (Ganefri dan Hidayat, 2013:
4). Di lain pihak, Coulter (2003: 26) mendefinisikan
kewirausahaan yaitu: The process whereby an individual a
group of individuals uses organized effort to pursue
opportunities to create value and grow by full filing wants and
need through innovation and uniqueness, no matter what
resources the entrepreneur currently has.
Bedasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang
menuju sukses. Intinya bahwa kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru melalui
berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan
peluang.

2
b. Hakikat Wirausahawan
Istilah wirausaha atau wirausahawan atau usahawan
muncul sebagai pengganti dari kata wiraswasta. Persepsi
tentang wirausaha sebenarnya sama dengan wiraswasta yang
merupakan padanan dari kata entrepreneur. Kata entrepreneur
sendiri merupakan alih bahasa dari entreprende (bahasa
Perancis) yang berarti bertanggung jawab. Menurut Steinhoff
dan Burgess (1993: 35) wirausaha adalah orang yang
mengorganisir, mengelola dan berani menanggung risiko untuk
menciptakan usaha baru dan peluang berusaha.
Pengertian wirausahawan lebih lengkap dinyatakan
Bygrave (1994: 1) adalah: Entrepreneur as the person who
destroys the existing economic order by introducing new
products and services, by creating new forms of organization, or
by exploiting new raw materials. Winardi (2003: 22)
mendefinisikan wirausahawan sebagai orang yang membuat
keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi
perusahaan bebas, yang sebagian mereka adalah pendorong
perubahan, inovator, kemajuan dan perekonomian yang akan
datang, orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk
mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Menurut Machfud dan Mahchfud (2004: 1) menjelaskan
tentang wirausahawan yaitu: inovator yang mampu
memnfaatkan dan mengubah kesempatan menjadi ide yang
dapat dijual atau dipasarkan, memberikan nilai tambah dengan
memanfaatkan upaya, waktu, biaya, atau kecakapan dengan
tujuan mendapat keuntungan. Mereka adalah pembawa
perubahan dalam dunia bisnis yang tidak mudah menyerah
dalam berbagai kesulitan untuk mengejar keberhasilan usaha
yang dirintis secara terencana. Kegagalan tidak dipandang
sebagai akhir perjuangan, melainkan dianggap sebagai bahan

3
kajian yang harus dipelajari demi tercapainya target.
Wirausahawan merujuk kepada individu yang berhasil
mendirikan atau mengelola sesuatu jenis bisnis atau
perusahaan (Buang dan Murni, 2006: 29). Menurut Dirjen Dikti
(2013: 15) wirausahawan yaitu orang yang melihat adanya
peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk
memanfaatkan peluang tersebut.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
wirausahawan adalah seorang atau sekelompok orang
bertanggung jawab menyusun, mengelola dan menanggung
risiko kegagalan, dengan memanfaatkan dan mengubah
kesempatan menjadi ide yang dapat dijual.

1.2. Jiwa dan Sikap Kewirausahaan


Proses kreatif dan inovatif dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki kepribadian kreatif dan inovatif, yaitu orang yang memiliki
jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan dengan ciri-ciri: a. Penuh
percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis,
berkomitmen, disiplin, bertanggug jawab, memiliki inisiatif, b.
Memiliki inisiatif,indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam
bertindak dan aktif, c. Memiliki motif berprestasi, indikatornya terdiri
atas orientasi pada hasil dan wawancara kedepan, d. Memiliki jiwa
kepemimpinan, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat
dipercaya dan tangguh dalam bertindak, dan e. berani mengambil
risiko dengan penuh perhitungan (menyukai tantangan). Selain dari
cirri diatas, masih banyak cirri khas lainnya yang bergantung dari
sudut pandang dan konteks penerapannya.

1.3. Fungsi dan Peran Wirausaha


Fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat dari dua
pendekatan yaitu secara mikro dan makro.Secara mikro, wirausaha
memiliki dua peran yaitu sebagai penemu dan perencana. Sebagai

4
penemu, wirausaha menemukan dan menciptakan sesuatu yang
baru, seperti produk, teknologi, cara, ide, organisasi. Sebagai
perencana wirausaha berperan merancang tindakan dan usaha
baru, merencanakan strategi usaha baru, merencanakan ide-ide
dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan organisasi
perusahaan yang baru. Secara makro, peran wirausaha adalah
menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan dan kesempatan
kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian
suatu Negara.

5
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

SOAL

1. Kewirausahaan merupakan kiat dalam meningkatkan kualitas hidup,


Mengapa demikian. Apa hakikat kewirausahaa dan wirausahawan!
2. Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang
kretaif dan inovatif yaitu orang yang memiliki jiwa, sikap
kewirausahaan, jelaskan ciri-cirinya!
3. Jelaskan perbedaan kewirausahaan dengan wirausahawan!
4. Jelaskan pentingnya wirausaha bagi pemerintah dan masyarakat!

6
BAB II
KARAKTERISTIK DAN CIRI-CIRI UMUM KEWIRAUSAHAAN

2.1. Karakteristik Kewirausahaan


Banyak ahli yang mengemukakan karakteristik wirausaha
dengan konsep yang berbeda. Meredith, et al. (2005: 5)
mengemukakan sekaligus sebagai profil wirausahawan seperti
pada Tabel berikut:
Tabel 2.1. Ciri-Ciri dan Sifat-Sifat Wirausahawan
Ciri-Ciri Watak
Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan,
individualitas, optimism
Berorientasi tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi,
berorientasi laba, ketekunan,
ketabahan, tekad kerja keras,
mempunyai dorongan kuat,
energik, dan inisiatif
Pengambilan risiko Kemampuan mengambil risiko,
suka pada tantangan
Kepemimpinan Bertingkah laku sebagai pemimpin.
Dapat bergaul dengan orang lain,
menanggapi saran-saran dan kritik
Orientasi masa depan Pandangan jauh ke depan dan
perseptif
Sumber: Meredith (2005: 5)
Sedangkan menurut Bygrave (1996) karakter seorang
wirausahawan adalah irisan dari berbagai sikap mental positif dan
membutuhkan proses yang berasal dari internal maupun eksternal
sebagaimana ditampilkan pada Gambar 2.1 dan 2.2.
Keterangan :

S = Seluruh relasi
pembentukan
= Kreatifitas
= Motivasi dan
inovasi
= Agresivitas
= Risk seeker
= Integritas

7
kepribadian
= Percaya diri
= Kompetensi
= Pemecahan
masalah

Gambar 2.1. Relasi Faktor-Faktor Pembentuk Wirausahawan

8
PRIBADI SOSIOLOGI ORGANISASI
Wirausahaan Komitmen Kelompok
Visi Pendidikan Strategi
Jaringan
Pemimpin Usia Struktur
Kelompok
Manajer Pengalaman Budaya
Orang tua
Pencapaian Ketidakpuas Produk
Keluarga
Locus of control an atas Kompetensi
Model peranan
Toleransi pekerjaan
Pengambilan resiko Kehilangan
pekerjaan
Nilai pribadi

Inovasi Kejadian Implementasi Pertumbuhan


Pemicu

LINGKUNGAN
Peluang Investor
Model Peranan Lembaga
Kreativitas Pembiayaan
Sumberdaya Pengacara
Inkubator Lembaga
Pesaing Swadaya
Pelanggan Masyarakat
Pemasok Asosiasi Bisnis
Kebijakan
Pemerintah

9
Gambar 2.2. Proses Karakter Wirausahawan

Tabel 2.2 Nilai-NiIai dan Perilaku Kewirausahaan


Nilai-nilai Perilaku
Komitmen menyelesaikan tugas hingga selesai.
Risiko moderat tidak melakukan spekulasi, melainkan
berdasarkan perhitunganyang matang.
Melihat peluang memanfaatkan peluang yang ada sebaik
mungkin.
Objektivitas melakukan pengamatan secara nyata untuk
memperolehkejelasan.
Umpan balik menganalisis data kinerja waktu untuk
memandu kegiatan.
Optimisme menunjukkan kepercayaan diri yang besar
walaupun beradadalam situasi berat.
Uang melihat uang sebagai suatu sumber daya,
bukan tujuan akhir.
Manajemen mengelola berdasarkan perencanaan masa
proaktif depan.

Menurut Palermo (2014) terdapat lima karakteristik sukses


wirausahawan yaitu:
a. Confidence, percaya diri modal utama wirausahawan dalam
mencapai kesuksesan.
b. Passion, cita-cita atau target yang ingin dicapai wirausahawan.
c. Afighters instinct, kekuatan insting seorang wirausahawan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan usaha yang akan dibuat.
d. Vision, visi seorang wirausahawan untuk mampu menangkap
peluang.
e. A.Rebellious streak, inovasi diperlukan wirausahawan untuk
membuat perubahan.

10
Ciri-ciri perwatakan wirausahawan menurut Buang dan Murni
(2006: 10) yaitu:
1) Bertanggung jawab
Wirausahawan mempunyai pribadi yang bertanggung
jawab secara pribadi kepada segala pekerjaan mereka, suka
mengendalikan sumber daya mereka sendiri dan menggunakan
sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita atau impian
mereka yang juga telah ditetapkan sendiri.
2) Lebih menyukai resiko sederhana
Wirausahawan melihat sebuah bisnis dengan tingkat
pemahaman resiko pribadinya. Dengan cita-cita yang tinggi
bahkan terkesan bagi orang lain mustahil tercapai tetapi seorang
wirausahawan akan melihat situasi tersebut dengan sudut
pandang yang berbeda dan mempunyai keyakinan yang tinggi
untuk tercapai. Wirausahawan akan melihat peluang pada
daerah yang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang dan
pengalamannya yang mendukung tingkat keberhasilan.
3) Keyakinan dengan kemauan sendiri untuk sukses
Seorang wirausahawan harus mempunyai keyakinan
yang tinggi atas kemampuannya untuk memastikan sukses,
optimis terhadap peluang tersebut. Penelitian dari Nasional
Federation of Independent Businesses (NFIB) mendapati bahwa
sepertiga dari wirausahawan menilai peluang mereka berhasil
100 persen. Dengan demikian tingkat optimis yang tinggi akan
menjelaskan mengapa kebanyakan wirausahawan yang berhasil
pernah gagal dalam bisnis, kadang-kadang lebih dari sekali
kemudian baru berhasil.
4) Keinginan dapat umpan balik langsung
Wirausahawan bekerja terus menerus tanpa mengenal
lelah untuk mencari pengukuhan dan mencari umpan balik dari
apa yang telah dilakukan.

11
5) Energik
Bila dibandingkan dengan orang kebanyakan
wirausahawan lebih energik dibanding orang biasa. Jam kerja
yang panjang dan kerja keras merupakan hal biasa dan faktor ini
akan sangat menentukan dalam mendirikan dan menjalankan
perusahaan.
6) Berorientasi kedepan
Wirausahawan memiliki indra yang kuat dalam mencari
peluang, mereka lebih banyak melihat masa depan dan tidak
banyak mempersoalkan apa yang dikerjakan kemarin. Bila
manajer tradisional memperhatikan pengelolaan sumber daya
yang ada, wirausahawan lebih tertarik mencari dan
memanfaatkan peluang.
7) Keterampilan mengelola organisasi
Membangun perusahaan dari nol dapat dibayangkan
seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar
yang besar. Para wirausahawan mengetahui cara
mengumpulkan orang-orang yang tepat untuk menyelesaikan
suatu tugas. Penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif
memungkinkan para wirausahawan untuk mengubah pandangan
kedepan menjadi kenyataan.
8) Menilai prestasi lebih tinggi daripada uang
Banyak orang menilai bahwa seorang wirausahawan
terdorong melakukan aktivitasnya karena menghasilkan uang.
Persepsi ini tidak betul karena seorang wirausahawan lebih
mengutamakan prestasi sebagai motivasi, uang hanya sebagai
simbol prestasi.
9) Terlalu menginginkan peluang
Wirausahawan yang sukses selalu memikirkan
pencapaian tujuan. Bagi mereka, tujuan yang telah ditetapkan
datang dari kemampuan melihat dan mengambil peluang yang

12
terdapat di lingkungan. Peluang bisnis akan terbuka akibat
masalah yang ditimbulkan oleh orang lain, perubahan teknologi,
perubahan selera konsumen, perubahan hidup, perubahan
sikap, sumber-sumber alam yang belum dimanfaatkan.
10) Daya kreativitas dan fleksibilitas
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
permintaan pelanggan karena dunia sekarang senantiasa
berubah, kemampuan bertindak dengan cara fleksibel
memerlukan satu daya kreativitas yang tinggi. Wirausahawan
dengan pemikiran yang kreatif dapat menyelesaikan masalah
dengan logika. Kreativitas dimaksudkan sebagai kemampuan
mengembangkan ide baru dan mempunyai pandangan lain
terhadap sesuatu peluang dan masalah. Inovasi adalah
kemampuan mengaplikasikan penyelesaian kreatif terhadap
masalah dan peluang yang dapat memperkuat dan memperkaya
kehidupan manusia.
Menurut Scarborough dan Zimmerer (1993: 6-7)
karakteristik wirausaha yaitu:
a) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab
atas usaha-usaha yang dilakukannya.
b) Preference for moderate risk, yaitu selalu menghindari risiko,
baik yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi.
c) Confidence in their ability to success, yaitu memiliki
kepercayaan diri untuk memperoleh kesuksesan.
d) Desire for immediate feedback, selalu menghendaki umpan
balik dengan segera.
e) High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras
untuk mewujudkan keinginannya untuk masa depan yang
lebih baik.
f) Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif
dan wawasan jauh ke depan.

13
g) Skill.at.organizing,.yaitu.memiliki.keterampilan.dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai
tambah.
h) Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai
prestasi daripada uang.

2.2. Ciri-Ciri Umum Kewirausahaan


Menurut Suryana (2011: 30) ciri-ciri umum kewirausahaan
meliputi: a. Memiliki motif berprestasi tinggi, nilai prestasi
merupakan hal yang justru membedakan antara hasil karyanya
sebagai seorang wirausaha dengan orang lain yang tidak memiliki
jiwa kewirausahaan. Dorongan semangat berprestasi harus ada
dalam diri seseorang wirausaha, karena dapat membentuk mental
yang ada pada diri mereka untuk selalu lebih unggul dan
mengerjakan segala sesuatu melebuhi standar yang ada, b.
Memiliki perspektif ke depan, suksesadalah sebuah perjalanan,
bukan tujuan. Setiap saat mencapai target, sasaran, atau impian
maka segeralah membuat impian-impian baru yang dapat memacu
serta memberi semangat dan antusiasme kepada kita untuk
mempercayainya. Biasakan untuk memiliki target harian, bulanan,
maupun tahunan, c. Memiliki kreativitas tinggi, hal ini belum
terpikirkan oleh orang lain sudah terpikirkan oleh kita. d. Memiliki
sifat inovasi tinggi, seorang wirausaha harus segera
menterjemahkan mimpi-mimpinya menjadi inovasi untuk
mengembangkan bisnisnya. Jika impian dan tujuan hidup
merupakan fondasi bangunan hidup dan bisnis, maka inovasi dapat
diibaratkan sebagai pilar-pilar yang menunjang kukuhnya hidup dan
bisnis. Impian yang senantiasa ditunjang oleh inovasi yang tiada
hento sehingga bangunan hidup dan bisnis menjadi kukuh dalam
situasi apapun, e. Memiliki komitmen terhadap pekerjaaan, terdapat
tiga hal yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha yaitu mimpi,

14
kerja keras dan ilmu, f. Memiliki tanggung jawab, ide dan perilaku
seorang wirausaha tidak terlepas dari tuntutan tanggung jawab,
oleh karena itu komitmen sangat diperlukan dalam pekerjaan
sehingga mampu melahirkan tanggung jawab. Indikator tanggung
jawab yaitu berdisiplin, penuh komitmen, bersungguh-sungguh,
jujur, berdedikasi tinggi dan konsisten, g. Memiliki kemandirian atau
ketidaktergantungan terhadap orang lain, tidak mengandalkan
orang lain, namun harus mengoptimalkan segala daya dan upaya
yang dimiliki sendiri, h. Memiliki keberanian menghadapi resiko,
semakin besar resiko yang dihadapi semakin besar kesempatan
untuk meraih keuntungan, i. Selalu mencari peluang, harus mampu
melihat sesuatu dalam perspektif atau dimensi yang berlainan pada
satu waktu, j. Memiliki jiwa kepemimpinan, kemampuan dan
semangat untuk mengembangkan orang-orang disekelilingnya, k.
Memiliki kemampuan manajerial, yang dilihat dari tiga kemampuan
yaitu kemampuan teknik, kemampuan pribadi/personal dan
kemampuan emosional.

2.3. Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan


Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki makna
dan perangai tersendiri yang disebut nilai. Rockeach (1973: 4)
membedakan konsep nilai menjadi dua, yaitu nilai sebagai sesuatu
yang dimiliki oleh seseorang dan nilai sebagai sesuatu yang
berkaitan dengan objek.Nilai-nilai kewirausahaan identik dengan
sistem nilai manajer. Seperti yang dikemukan oleh Andreas A.
Danandjaja (1986), Andreas Budihardjo (1991) dan Sidharta
Poespadibrata (1993), dalam sistem nilai manajer terdapat dua
kelompok nilai, yaitu sistem nilai pribadi, dan sistem nilai
kelompok/organisasi. Dalam sistem nilai pribadi terdapat empat
jenis sistem nilai yaitu: nilai primer pragmatik, nilai primer moralistik,
nilai primer afektif dan nilai bauran. Dalam sistem nilai primer

15
pragmatik terkandung beberapa unsur diantaranya perencanaan,
prestasi, produktivitas, kemampuan, kecakapan, kreativitas,
kerjasama, dan kesempatan, sedangkan dalam nilai moralistik
terkandung unsur-unsur keyakinan, jaminan, martabat pribadi,
kehormatan dan ketaatan.Dalam kewirausahaan sistem nilai primer
pragmatik tersebut dapat dilihat dari watak, jiwa dan perilaku.
Penerapan masing-masing nilai sangat tergantung pada
fokus dan tujuan masing-masing wiausaha, dari beberapa ciri
diatas terdapat beberapa nilai hakiki penting dari kewirausahaan,
yaitu a. Percaya diri, kepercayaan diri merupakan suatu sikap dan
keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan,
dalam praktik sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan
keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan tugas
atau pekerjaan yang dihadapi, b. Berorientasi pada tugas dan hasil,
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah
orang-orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi,
berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja
keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan berinisiatif, c
Keberanian mengambil resiko, Seorang wirausaha yang berani
mengambil resiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang
dan memenangkan dengan cara yang baik (Wirasasmita, 1994: 2)
d. Kepemimpinan, Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki
sikap kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan, selalu tampil
beda menjadi orang yang pertama dan lebih menonjol, e.
Berorientasi ke masa depan, memiliki pandangan jauh ke masa
depan, selalu berusaha untuk berkarya, f. Keorisinilan: kreativitas
dan inovasi, Wirausaha yang inovatif adalah orang-orang yang
kreatif dan yakin dengan cara-cara baru yang lebih baik.

16
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

SOAL

1. Jelaskan bagaimana karakteristik seseorang yang memiliki jiwa


kewirausahaan!
2. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri umum kewirausahaan!
3. Nilai-nilai kewirausahaan identik dengan sistem nilai yang melekat
pada sistem nilai manajer, jelaskan!
4. Nilai-nilai kewirausahaan identik dengan sistem nilai yang melekat
pada sistem nilai manajer, jelaskan!
5. Jelaskan bagaimana karakteristik seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan!
6. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri umum kewirausahaan!

17
BAB 3
PROSES KEWIRAUSAHAAN

3.1. Faktor- Faktor Pemicu Kewirausahaan


Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi hak kepemilikan,
kemampuan/kompetensi dan insentif, sedangkan faktor eksternal
meliputi: lingkungan. Menurut Soedjono karena kemampuan afektif
mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan dan emosi yang
semuanya sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada,
maka dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif
merupakan bagian dari pendekatan kemampuan berwirausaha.Jadi
kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku
kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreativitas, inovasi, kerja
keras, dan keberanian menghadapi resiko untuk memperoleh
peluang.

3.2. Model Proses Kewirausahaan


Proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi
(Noore dalam Bygrave 1996, 3). Inovasi tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik internal maupun eksternal, seperti pendidikan,
sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan (Bygrave, 1996:
3). Secara internal, inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal
dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai pendidikan
dan pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan
yang memengaruhi diantaranya model peran, aktivitas dan
peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi
kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan,
organisasi dan keluarga. Kewirausahaan berkembang diawali
dengan adanya inovasi.Inovasi dipicu oleh faktor pribadi,
lingkungan dan sosiologi. Faktor individu yang memicu

18
kewirausahaan adalah locus of control, toleransi, pengambilan
resiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen,
dan ketidakpuasan. Faktor pemicu yang berasal dari lingkungan
adalah peluang, model peran, aktivitas, pesaing, inkubator, sumber
daya dan kebijakan pemerintah, sedangkan faktor pemicu yang
berasal dari lingkungan sosial meliputi: keluarga, orang tua dan
jaringan kelompok. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan kewirausahaan adalah pesaing, pelanggan, pemasok
dan lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu
pendanaan. Faktor yang berasal dari pribadi adalah komitmen, visi,
kepemimpinan dan kemampuan manajerial, sedangkan faktor yang
berasal dari organisasi adalah kelompok, struktur, budaya dan
strategi.Keberhasilan seseorang dalam berwirausaha adalah dapat
menggabungkan nilai, sifat utama (pola sikap) dan perilaku dengan
bekal pengetahuan, pengalaman dan keterampilan praktis.Jadi
pedoman pengharapan dan nilai, baik yang berasal dari pribadi
maupun kelompok berpengaruh dalam membentuk perilaku
kewirausahaan.

19
Pribadi Pribadi Sosiologi Pribadi Organisasi
- Pencapaian - Pengambil - Jariangan - Wirausahaw - Kelompok
locus of resiko kelompok an - Strtagei
control - Ketidakpuas - Orang tua - Pemimpin - Stuktur
- Toleransi an - Keluarga - Manajer - Budaya
- Pengambil - Pendidikan - Model - Komitmen - produk
resiko - Usia perana - Visi
- Nilai-nilai - Komitmen
pribadi
pendidikan
- pengalaman

INOVASI KEJADIAN PEMICU IMPLEMENTASI PERTUMBUHAN

Lingkungan Lingkungan Lingkungan


- Peluang - Kompetensi - Pesaing
- Model - Sumberdata - Pelanggan
Penarapan - Incubator - Pemasok
- Aktivitas - Kebijakan - Investor,
pemerintah Bankir

Gambar 3.1. Model Proses Kewirausahaan (Suryana, 2011)

20
3.3. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan
Berwirausaha
a. Penyebab keberhasilan berwirausaha
Keberhasilan seorang wirausaha ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu: 1) Kemampuan dan kemauan,
orang yang tidak memiliki kemampuan tetapi banyak
kemauan dan orang yang memiliki kemauan tetapi tidak
memiliki kemampuan, 2) Tekad yang kuat dan kerja
keras, orang yang tidak memiliki tekad yang kuat tetapi
mau bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras
tetapi tidak memiliki tekad yang kuat, keduanya tidak
akan menjadi wirausaha sukses, 3) Mengenal peluang
yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada
kesempatan.
Dun Steinhoff & John F. Burgess mengemukakan
beberapa karakteristik yang diperlukan untuk mencapai
pengembangan keberhasilan berwirausaha sebagai
berikut: Untuk menjadi wirausaha yang sukses,
seseorang harus memiliki idea tau visi bisnis yang jelas
serta kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko,
baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam
menghadapi risiko, langkah berikutnya adalah membuat
perencanaan usaha, mengoganisasikan dan
menjalankannya. Agar usaha tersebut berhasil, selain
harus bekerja keras sesuai dengan urgensinya,
wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan,
baik dengan mitra usaha maupun semua pihak yang
terkait dengan kepentingan perusahaan.

21
Gambar 3.2. Langkah menuju kewirausahaan yang berhasil
(Suryan, 2011)

b. Penyebab Kegagalan Berwirausaha


Selain keberhasilan, seorang wirausaha juga selalu
dibayangi oleh potensi kegagalan yang akan memberikan lebih
banyak pelajaran dibandingkan sekedar kesuksesan. Zimmerer
(1996: 14-15) mengemukakan beberapa faktor penyebab
kegagalan menjalankan usaha barunya, yaitu 1) Tidak
kompeten dalam manajerial, tidak memiliki kemampuan dan
pengetahuan mengelola usaha, 2) Kurang berpengalaman baik
dalam kemampuan teknik, memvisualisasikan usaha,
mengkoordinasikan, mengelola sumber daya manusia dan
mengintegrasikan operasi perusahaan, 3) Kurang dapat
mengendalikan keuangan, perusahaan akan berhasil dengan
baik, faktor utamanya adalah keuangan, yaitu memelihara aliran
kas, mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat, 4)
Gagal dalam perencanaan, perencanaan merupakan titik awal
dari suatu kegiatan, 5) Lokasi yang kurang memadai, lokasi
usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan

22
keberhasilan usaha, 6) Kurang pengawasan peralatan,
pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas, 7)
Sikap yang kurang bersungguh-sungguh dalam berusaha, sikap
yang setengah hati kemungkinan terjadinya kegagalan lebih
besar, 8) Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi
kewirausahaan, keberhasilan dapat diperoleh seorang
wirausaha apabila berani mengadakan perubahan dan mampu
membuat peralihan setiap waktu.

3.4. Mitos yang Salah Tentang Kewirausahaan


Banyak mitos yang sering menjadi panutan, opini dan
pandangan bagi banyak orang yang ingin mulai berwirausaha
tetapi gagal terwujud. Mitos tersebut sangat mengganggu
pikiran orang dan sering menimbulkan rasa ketakutan yang
lebih besar dari sebelumnya, atau bahkan berusaha
menghindarinya. Berikut ini mitos-mitos yang salah tentang
kewirausahaan menurut Hendro (2011: 69) yaitu: a.
Entrepreneur yang sukses itu karena jalan hidup. Banyak orang
yang tidak berani menjadi seorang entrepreneur karena mitos
ini, bahkan mitos ini begitu melekat dalam hati dan pikiran
mereka sejak lama sehingga tidak ada satu pun keinginan yang
terbesit dipikirannya untuk menjadi seorang entrepreneur.
Sebenarnya kita perlu berpikir hidup adalah pilihan dengan
dihadapkan pada banyak pilihan, hanya kita yang
membatasinya. Tidak ada yang mampu mengubah kehidupan
masa depan kita, kecuali diri kita sendiri. b. Entrepreneur itu
bersifat keturunan, sebagian orang berpikir bahwa menjadi
wirausaha karena faktor keturunan, yang lama kelamaan
dibenarkan dan mengkristal menjadi sebuah mitos yang
dipercaya turun temurun. Ingatlah bahwa semua orang bisa
menjadi entrepreneur, tergantung pilihan kita dan kapan saja. c.

23
Menjadi entrepreneursetelah ada peluang yang bagus, mitos ini
sering menghantui orang yang ingin menjadi entrepreneur.
Ingatlah bahwa peluas emas itu dicari bukan ditunggu. Peluang
yang terbaik itu berasal dari diri sendiri, bukan dari orang lain. d.
Entrepreneur yang sukses itu karena modal besar. Modal
memang diperlukan untuk memulai usaha, tetapi bukan modal
uang saja faktor satu-satunya. Modal hanya menentukan size
sebuah organisasi bisnis yang akan dimulai. e. Menjadi
entrepreneuritu karena bakat dan tidak bisa dipelajari. Ingatlah
bahwa menjadi seorang entrepreneuritu bisa dipelajari dan
dikembangkan, asalkan kita punya tekat yang kuat untuk
meraihnya dan mempunyai pedoman pengetahuan untuk
memulai dan menjalankan usaha dengan benar, entrepreneur
bisa karena bakat, namun itu bisa dibentuk.

24
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

SOAL

1. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang menjadi pemicu kewirausahaan!


2. Gambarkan bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
keberhasilan kewirausahaan!
3. Jelaskan bagaimana langkah-langkah menuju kewirausahaan yang
berhasil!
4. Jelaskan apa yang menjadi faktor penyebab kegagalan berwirausaha!

25
BAB 4
FUNGSI DAN MODEL PERAN KEWIRAUSAHAAN

4.1. Profil dan Peran Wirausaha


Banyak ahli yang mengemukakan profil wirausaha dengan
pengelompokkan yang berbeda-beda. Roopke (1995: 5) dalam
Suryana (2011) menggelompokkan wirausaha berdasarkan peran
yaitu: a. Wirausaha rutin, yaitu wirausaha yang dalam pemecahan
masalah dan perbaikan standar prestasi tradisional. Fungsi
wirausaha rutin adalah mengadakan perbaikan terhadap standar
tradisional, bukan penyusunan dan pengalokasian sumber-
sumber.Wirausaha ini berusaha untuk menghasilkan barang, pasar
dan teknologi, misalnya seorang pegawai atau manajer. Wirausaha
rutin dibayar dalam bentuk gaji, b. Wirausaha arbitrase, yaitu
wirausaha yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan
(pengetahuan) dan pemanfaatan pembukuan, misalnya bila terjadi
ekuilibrium dalam penawaran dan permintaan pasar, maka ia akan
membeli dengan murah dan menjualnya dengan mahal.
Kegiatannya melibatkan spekulasi dalam memanfaatkan perbedaan
harga jual dan beli, c. Wirausaha inovatif, yaitu wirausaha dinamis
yang menghasilkan ide dan kreasi baru yang berbeda.Ia
merupakan promotor, tidak saja dalam memperkenalkan teknik dan
produk baru, tetapi juga dalam pasar dan sumber pengadaan,
peningkatan teknik manajemen dan metode distribusi baru.
Sedangkan menurut Zimmerer (1996) mengelompokan profil
wirausaha yaitu: 1) Part-time entrepreneur, yaitu wirausaha yang
hanya setengah waktu melakukan usaha, biasanya sebagai hobi,
kegiatan usahanya bersifat sampingan, 2) Home-based business,
yaitu usaha yang dirintis dari rumah/tempat tinggal, 3) Family-
owned business, yaitu usaha yang dilakukan/dimiliki oleh beberapa
anggota keluarga secara turun temurun, 4) Copreneurs, yaitu

26
usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang bekerja
sama sebagai pemilik dan menjalankan usahannya bersama-sama.

4.2. Fungsi Makro Dan Mikro Wirausaha


Dilihat dari ruang lingkupnya wirausaha memiliki dua fungsi,
yaitu fungsi makro dan mikro.Secara makro, wirausaha berperan
sebagai penggerak, pengendali dan pemacu perekonomian suatu
bangsa. Di Amerika Serikat, Eropa Barat dan Negara-negara Asia,
kewirausahaan menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi.
Hasil-hasil dari penemuan ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi rekayasa telah menghasilkan kreasi-
kreasi baru dalam produk barang dan jasa-jasa yang berskala
global. Semua itu merupakan hasil dari proses dinamis wirausaha
yang kreatif. Bahkan para wirausahalah yang berhasil menciptakan
lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan
ekonomi.Wirausahalah yang berani mengambil resiko, memimpin
dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa dorongan energi,
dan dedikasi wirausaha, pembentukan investasi pada perusahaan-
perusahaan baru tidak akan pernah terjadi. Secara kualitatif, peran
wirausaha melalui usaha kecilnya yaitu: a. Usaha kecil dapat
memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan
usaha. Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antar sektor
yang mempunyai kaitan ke depan maupun ke belakang (Drucker,
1979), b. Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi,
khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada, c. Usaha kecil
dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasiona,
alat pemerataan berusaha dan pendapatan karena jumlahnya
tersebar diperkotaan maupun dipedesaan.
Secara mikro, peran wirausaha adalah menanggung resiko
dan ketidakpastian, mengkombinasikan sumber-sumber ke dalam

27
cara yang baru dan berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan
usaha-usaha baru. Dalam melakukan fungsi mikronya, secara
umum wirausaha memiliki dua peran yaitu 1) Sebagai penentu,
wirausaha berperan dalam menentukan dan menciptakan produk
baru, teknologi baru, ide-ide baru dan organisasi usaha baru, 2)
Sebagai perencana, wirausaha berperan dalam merancang
perencanaan perusahaan, strategi perusahaan, ide-ide dalam
perusahaan dan organisasi perusahaan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan apabila sesorang
mahasiswa ingin memulai usahaya yaitu: a)Pilih bidang usaha yang
diminati dan memiliki hasrat dan pengetahuan didalamnya, hal ini
sangat membantu bagi mahasiswa yang cenderung memiliki
keinginan yang tinggi sekaligus mudah jenuh, b) Perluas dan
perbanyak jaringan bisnis dan pertemanan, seringkali tawaran-
tawaran peluang bisnis dan dukungan pengembangan bisnis
datang dari rekan-rekan didalam jaringan tersebut. c) Pilih keunikan
dan nilai unggul dalam produk, disini kina harus mencari celah atau
peluang pasar yang unik, menentukan posisi dalam persaingan
usaha d)Jaga kredibilitas dan brand image, jangan melupakan hal-
hal penting seperti nama baik, kredibilitas dan pandangan orang
terhadap produk/jasa e)Berhemat dalam operasional secara
terencana serta sisihkan uang untuk modal kerja dan penambahan
investasi alat-alat produksi/jasa, selalu mempersiapkan hal-hal
yang tak terduga maupun merencanakan pengembangan usaha.

4.3. Tantangan Kewirausahaan dalam Konteks Global


Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam konteks
persaingan global yang semakin terbuka.Setiap Negara harus
bersaing dengan menonjolkan keunggulan sumber daya masing-
masing. Negara-negara yang unggul dalam sumber daya akan
memenangkan persaingan. Sebaliknya, Negara-negara yang tidak

28
memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan kalah
dalam persaingan dan tidak akan mencapai banyak kemajuan.
Didalam persaingan global, semua sumber daya antar Negara akan
bergerak bebas melewati batas-batas yang ada. Hanya sumber
daya yang memiliki keunggulanlah yang dapat bertahan dalam
persaingan. Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia yang
cepat disertai persaingan yang tinggi akan menimbulkan berbagai
angkatan kerja yang kompetitif dan pengangguran bagi sumber
daya manusia yang tidak memiliki keunggulan dan daya saing yang
kuat.Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut diperlukan
sumber daya berkualitas yang dapat menciptakan berbagai
keunggulan, baik keunggulan komparatif maupun keunggulan
kompetitif, diantaranya melalui proses kreatif dan inovatif
berwirausaha.Untuk dapat bersaing di pasar global sangat
diperlukan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi, yaitu barang
dan jasa yang memilikikeunggulan-keunggulan tertentu.Untuk
menghasilkan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi
diperlukan tingkat efisiensi yang tinggi.Tingkat efisiensi yang tinggi
ditemukan oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi, yaitu
sumber daya manusia yang professional dan terampil yang dapat
menciptakan nilai tambah baru dan mampu menjawab tantangan
baru.

29
Gambar 4.1. Tantangan Utama Pengembangan Sumber Daya (Suryana,
2011)

30
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

SOAL

1. Jelaskan bagaimana gambaran profil kewirausahaan dilihat dari segi


fungsi dan perannya!
2. Jelaskan bagaimana gambaran profil kewirausahaan dilihat dari segi
fungsi dan perannya!
3. Gambarkan bagaimana tantangan global yang dihadapi oleh
wirausaha khususnya dan dalam pengembangan SDM umumnya!
4. Persyaratan apa agar wirausaha dapat bersaing di pasar global!
5. Jelaskan bagaimana karakteristik seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan!
6. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri umum kewirausahaan!

31
BAB 5
KOMUNIKASI DAN PRESENTASI

5.1. Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris
"communication"), secara etimologis atau menurut asal katanya
adalah dari bahasa Latin communicates, dan perkataan ini
bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makna
'berbagi' atau 'menjadi milik bersama' yaitu suatu usaha yang
memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan
makna.Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, balk langsung secara
lisan maupun tidak langsung melalui media; proses penyampaian
bentuk interaksi gagasan kepada orang lain dan proses penciptaan
arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan, baik sengaja
maupun tidak disengaja.
Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh
banyak orang, yaitu jumlahnya sebanyak orang yang yan
mendefinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis
pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu
pada tindakan, oleh sate orang atau lebih, yang mengirim dan
menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi
dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan
ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
Gambar 5.1. menjelaskan apa yang dapat kita namakan
model universal komunikasi yang mengandung unsur-unsur dalam
setiap tindakan komunikasi, terlepas dari apakah hal itu bersifat
intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau
komunikasi massa.

32
Gambar 5.1. Model Komunikasi (Berelson, 1968) dalam Dirjen
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan
Tinggi (2013).

1. Komponen Komunikasi
a. Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya
memiliki 3 (tiga) dimensi di antaranya:
1) Fisik, adalah ruang di mana komunikasi berlangsung nyata
atau berwujud.
2) Sosial-psikologis, misalnya tata hubungan status di antara
pihak yang terlibat, peran yang dijalankan orang dan aturan
budaya masyarakat di mana orang-orang berkomunikasi.
Lingkungan atau konteks ini mencakup rasa persahabatan
atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau
senda gurau.
3) Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam,
hari, atau sejarah di mana komunikasi berlangsung.

33
Ketiga (3) dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; yaitu
masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain.
Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang
(dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana
persahabatan- permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang
kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan
pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik).
Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak
perubahan lain. sehingga proses komunikasi tidak pernah
statis.

b. Sumber-Penerima
Kita menggunakan istilah sumber (komunikator)-
penerima (komunikan) sebagai satu kesatuan yang tak
terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang
terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara),
sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan
pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat
tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan,
membaca, membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima
pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (mendengar diri
sendiri, merasakan gerakan sendiri, dan melihat banyak isyarat
tubuh sendiri) serta anda menerima pesan dari orang lain
(secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui
rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang
lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan
(untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati,
persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-
isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.

34
a. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan
menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai
enkoding (encoding atau penyandian). Dengan menuangkan
gagasan- gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas
selembar kertas, maka kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi
ke dalam kode tertentu.Kita menamai tindakan menerima pesan
(misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding
(decoding atau pemecahan sandi). Dengan menerjemahkan
gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi
gagasan, sehingga dapat diuraikan kode tadi. Jadi, anda
melakukan dekoding.Oleh karenanya, kita menamai pembicara
atau penulis sebagai enkoder (encoder) dan pendengar atau
pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber
penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu
kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda
menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda
berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari
pendengar (dekoding).

b. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan
seseorang untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan
Cupach (1989) dalam Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Pendidikan Tinggi (2013). Kompetensi ini mencakup hal-hal
seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam
mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan
komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin
layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan
tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan

35
lingkungan yang lain). Pengetahuan tentang tatacara perilaku
nonverbal (misalnya, kepatutan sentuhan, suara yang keras,
kedekatan fisik) merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.

c. Pesan
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk.
Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu
atau kombinasi tertentu dari panca indra. Walaupun kita
menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau
tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga
berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata atau isyarat, gerak
dan mimik). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti
juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan
kepala, menyisir rambut, duduk dan tersenyum. Pendeknya,
segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.

d. Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan.
Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu
saluran, yaitu umumnya kita menggunakan dua, tiga, atau empat
saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam
interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran
suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima
isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan
dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling
menyentuh, inipun merupakan komunikasi (saluran taktil).

e. Umpan Balik
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke
sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau
dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda

36
panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain
dalam kedua arah adalah umpan batik. Bila anda menyampaikan
pesan, misainya dengan cara berbicara kepada orang lain anda
juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima
umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang
anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa
yang anda tulis.

f. Gangguan
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi
yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima
dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan.
Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi, hal ini
membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang
diterima.Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang
lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala
kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel 1
menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci

37
Tabel 5.1. Jenis Gangguan Komunikasi
Macam Definsi Contoh
Fisik Interferensi dengan transmisi Desingan mobil yang lewat,
fisik isyarat atau pesan lain. dengungan komputer,
kacamata.
Psikologis Interferensi kognitif atau Prasangka dan bias pada
mental. sumber penerima, pikiran
yang sempit.
Semantik Pembicaraan dan pendengar Orang berbicara dengan
memberi arti yang berlainan. bahasa yang berbeda,
menggunakan jargon atau
istilah terlalu rumit yang tidak
dipahami pendengar.
Sumber. Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi
(2013).

c. Tujuan Dan Fungsi Komunikasi


1. Agar menjadi tahu dan memberitahukan, misalnya antar
hubungan pergaulan sehari-hari, surat edaran, pengumuman,
pemberitahuan dan sebagainya.
2. Menilai masukan (input) atau hasil (output) atau suatu pola
pemikiran, misalnya umpan balik, tanggapan atas
pendapatan, evaluasi anggaran, penilaian rencana dan
sebagainya.
3. Mengarahkan atau diarahkan, misalnya manajer
mengarahkan sumber tenaga, material, uang, mesin (kepada
suatu tujuan), rapat kerja, seminar, penataran latihan kerja,
juklak (petunjuk pelaksanaan), juknis (petunjuk teknis) dan
sebagainya.
4. Mempengaruhi dan dipengaruhi, misalnya motivasi, persuasi,
stimulasi dan sebagainya.
5. Mengandung beberapa fungsi insidental, atau netral : yang
tidak langsung mempengaruhi tercapainya tujuan dan
hubungan dalam pergaulan sosial.

38
Dari paparan tersebut, terlihat bahwa komunikasi dapat
menciptakan rasa pemahaman, tingkat penerimaan dan motivasi,
terutama untuk menjawab hal terkait Who says, What, in Which
channel, to Whom dan in Which effect.

d. Kegunaan Mempelajari IlmuKomunikasi


Ruben and Steward (2005) dalam Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi (2013) menyatakan bahwa
alasan mempelajari ilmu komunikasi adalah :
1. Komunikasi adalah fundamental dalam kehidupan kita.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, komunikasi
memegang peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa tidak
berkomunikasi. Tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa
komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat beberapa
perbedaan esensial, manakala kita berkomunikasi dengan orang
lain. Demikian pula sebaliknya, orang lain akan berkomunikasi
dengan kita, baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.
Cara kita berhubungan satu dengan lainnya, bagimana suatu
hubungan kita bentuk, bagaimana cara kita memberikan
kontribusi sebagai anggota keluarga, kelompok, komunitas,
organisasi dan masyarakat secara luas membutuhkan suatu
komunikasi. Hal ini menjadikan komunikasi tersebut menjadi hal
sangat fundamental dalam kehidupan kita.

2. Komunikasi adalah merupakan suatu aktifitas kompleks.


Komunikasi adalah suatu aktifitas kompleks dan
menantang. Dalam hal ini ternyata aktifitas komunikasi bukanlah
suatu aktifitas yang mudah. Untuk mencapai kompetensi
komunikasi diperlukan understanding dan suatu keterampilan
sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi efektif. Konsep
mindfulness akan terjadi ketika kita memberikan perhatian pada

39
situasi dan konteks, kita terbuka dengan informasi baru dan kita
menyadari bahwa ada banyak perspektif tidak hanya satu
persepektif di kehidupan manusia.
3. Komunikasi adalah vital untuk suatu kedudukan/posisi efektif.
Karir dalam bisnis, pemerintah, atau pendidikan
memerlukan kemampuan dalam memahami situasi komunikasi,
mengembangkan strategi komunikasi efektif, memerlukan
kerjasama antara satu dengan yang lain dan dapat menerima
atas kehadiran ide-ide efektif melalui saluran saluran komunikasi.
Untuk mencapai kesuksesan dari suatu kedudukan/posisi
tertentu dalam mencapai kompetensi komunikasi antara lain
melalui kemampuan secara personal dan sikap, kemampuan
interpersonal, kemampuan dalam melakukan komunikasi oral
dan tulisan, serta lain sebagainya.
4. Suatu pendidikan tinggi tidak menjamin kompetensi komunikasi
yang baik.
Kadang-kadang kita menganggap bahwa komunikasi itu
hanyalah suatu yang bersifat common sense dan setiap orang
pasti mengetahui bagaimana berkomunikasi. Padahal
sesungguhnya banyak yang tidak memilki keterampilan
berkomunikasi yang baik, karena ternyata banyak pesan-pesan
dalam komunikasi manusia itu yang disampaikan tidak hanya
dalam bentuk verbal, tetapi nonverbal, ada keterampilan
komunikasi dalam bentuk tulisan dan oral, ada ketrampilan
berkomunikasi secara interpersonal, ataupun secara kelompok,
sehingga kita dapat berkolaborasi sebagai anggota dengan baik,
dan lain-lain. Kadang-kadang kita juga mengalami kegagalan
dalam berkomunikasi. banyak yang berpendidikan tinggi, tetapi
tidak memilki keterampilan berkomunikasi secara baik dan
memadai sehingga mengakibatkan kegagalan dalam berinteraksi
dengan manusia lainnya, maka komunikasi itu perlu.kita pelajari.

40
a. Komunikasi adalah populer
Komunikasi adalah suatu bidang yang dikatakan
sebagai populer. Banyak bidangbidang komunikasi modern
sekarang ini yang memfokuskan pada studi tentang pesan, ada
juga tentang hubungan antara komunikasi dengan bidang
profesional lainnya, termasuk hukum, bisnis, informasi,
pendidikan, ilmu komputer, dan lain-lain. Saat ini komunikasi
sebagai ilmu sosial/perilaku dan suatu seni yang diaplikasikan.
Disiplin ini bersifat multidisiplin, berkaitan dengan ilmu-ilmu lain
seperti psikologi, sosiologi, antroplogi, politik, dan lain
sebagainya.

b. Komunikasi Dalam Organisasi.


Dalam dunia kerja, komunikasi merupakan satu - hal yang
paling penting dan menjadi bagian dari tuntutan profesi
(keahlian). Kadang-kadang penyebab rusaknya hubungan antar
individu dalam suatu organisasi, misainya antara manajer atau
supervisor dengan karyawan atau di antara karyawan itu sendiri
adalah terjadinya miskomunikasi. Untuk berkomunikasi dengan
baik dibutuhkan tidak hanya bakat, tetapi terutama kemauan
melakukan proses belajar yang kontinu. Keterampilan
berkomunikasi yang baik meliputi kemampuan dasar untuk
mengirim dan menguraikan pesan secara akurat dan efektif
untuk memperlancar pertemuan, untuk memahami cara terbaik
dalam penyebaran informasi dalam sebuah organisasi, serta
memahami makna simbolis tindakan-tindakan seseorang
sebagai manajer.
Komunikasi adalah suatu pertukaran sebuah konsep yang
sederhana, tetapi vital. Walaupun demikian, terlalu sering kita
melakukan pendekatan dengan suatu pertukaran tanpa

41
mempertimbangkan bagaimana pihak lain bereaksi. Pesan yang
kita sampaikan seringkali terlalu berorientasi kepada diri sendiri,
sehingga apa yang terjadi dengan pihak lain menjadi sesuatu
yang terabaikan. Dalam organisasi, ada 2 (dua) komunikasi yang
terjadi, yaitu komunikasi organisasi secara makro dan secara
mikro. Komunikasi makro terjadi antara organisasi tersebut
dengan lingkungannya, atau dengan organisasi lainnya.
Komunikasi mikro terjadi di dalam organisasi, yaitu komunikasi
yang terjadi diantara para anggota organisasi, antara atasan dan
bawahan, antar para pemimpin, dan antar kelompok kerja atau
antar divisi. Jadi, komunikasi organisasi secara mikro merupakan
komunikasi interpersonal di dalam organisasi.
Dalam konteks organisasi dikenal proses komunikasi dua
arah, yaitu (1) pemberi pesan media penerima pesan, dan
(2) pemberi pesan media penerima pesan. Bila hanya
salah satu yang terjadi (no.(1) atau no.(2)), dikatakan terjadi
komunikasi satu arah. Media disini berupa gerak atau pesan itu
sendiri dan pesan sebagai dialog.
c. Komunikasi formal dan informal
Komunikasi formal ialah komunikasi resmi yang
menempuh jaringan organisasi struktur formal dimana,
informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak
dapat diduga dan jaringannya digolongkan sebagai
selentingan. Informasi yang mengalir sepanjang jaringan
kerja selentingan terlihat berubah-ubah dan tersembunyi.
Komunikasi informal ialah komunikasi yang
menempuh saluran yang sering disebut "selentingan", yaitu
suatu jaringan yang biasanya jauh lebih cepat dibandingkan
dengan saluran-saluran resmi. Informasi informal/personal
ini muncul dari interaksi diantara orangorang. Dalam istilah
komunikasi selentingan digambarkan sebagai metode

42
penyampaian laporan rahasia tentang orang-orang dan
peristiwa yang tidak mengalir melalui saluran perusahaan
yang formal. Informasi yang diperoleh melalui selentingan
lebih memperhatikan apa yang dikatakan atau didengar oleh
seseorang daripada apa yang dikeluarkan oleh pemegang
kekuasaan.

d. Komunikasi ke atas, ke bawah, horisontal dan silang


1. Komunikasi ke atas (upward communication)
Komunikasi dari bawahan ke atasan yang mencakup sistem-
sistem saran, kebijaksanaan pintu terbuka, mendengarkan
keluhan-keluhan karyawan dan survei semangat. Komunikasi ke
atas dalam sebuah organisasi dapat diartikan bahwa informasi
mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat lebih tinggi.
Beberapa alasan pentingnya arus komunikasi ke atas
didasarkan pada :
a) Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk
pembuat keputusan oleh yang mengarahkan organisasi dan
mengawasi kegiatan orang-orang lainnya.
b) Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan
bawahannya siap menerima apa yang dikatakan kepadanya.
c) Komunikasi ke atas memungkinkan, bahkan mendorong,
omelan dan keluh kesah muncul kepermukaan, sehingga
penyelia tahu apa yang mengganggu orang-orang yang
paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya.
d) Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas
kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada
pegawai untuk menentukan, apakah bawahan memahami
apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.
e) Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah
pekerjaannya dan dengan organisasi tersebut.

43
f) Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk
menentukan, apakah bawahan memahami apa yang
diharapkan dari aliran informasi ke bawah.
Kebanyakan analisis dan penelitian dalam komunikasi ke
atas menyatakan bahwa penyeda dan manajer harus menerima
informasi berupa informasi yang memberitahukan apa yang
dilakukan bawahan, menjelaskan persoalan-persoalan kerja,
memberi saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-
unitnya, mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan
bawahan tentang pekerjaan, rekan kerja dan
organisasi.Komunikasi ke atas dapat menjadi terlalu rumit,
menyita waktu dan mungkin hanya segelintir manajer organisasi
yang mengetahui bagaimana cars memperoleh informasi dari
bawah. Sharma (1979) dalam Dirjen Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi (2013) memberikan alasan
mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit:
(1) Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan
pikirannya.
(2) Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak tertarik kepada
masalah pegawai.
(3) Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang
dilakukan pegawai.
(4) Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak dapat dihubungi
dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai.

2. Komunikasi ke bawah (downward communication)


Komunikasi dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang
lebih rendah dari suatu organisasi, mencakup pedoman
perusahaan, publikasi ke dalam, memo, papan buletin dan rak
informasi. Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti
bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi

44
kepada yang berotoritas lebih rendah. Informasi yang
dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, antara lain :
a) Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
b) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan
pekerjaan
c) Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi
d) Informasi mengenai kinerja pegawai
e) Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas
Informasi yang disampaikan dari seorang atasan kepada
bawahan tidaklah begitu saja disampaikan, utamanya harus
melewati pemilihan metode dan media informasi. Ada 6 (enam)
kriteria yang sering digunakan untuk memilih metode
penyampaian informasi kepada para pegawai, antara lain :
(1) Ketersediaan
(2) Biaya
(3) Pengaruh
(4) Relevansi
(5) Respons
(6) Keahlian

3. Komunikasi horizontal (horizontal communication)


Tipe komunikasi ini memungkinkan para manajer pada
tingkat sama dalam satu organisasi mengkoordinasikan
kegiatannya lebih efektif, misalnya rapat staf dan konferensi
tatap muka.Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian
informasi diantara rekan sejawat dalam unit kerja yang sama.
Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada
tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai
atasan yang sama. Tujuan dari komunikasi horizontal adalah :
(1) Untuk mengkordinasikan penugasan kerja
(2) Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan

45
(3) Untuk memecahkan masalah
(4) Untuk memperoleh pemahaman bersama
(5) Untuk mendamaikan, berunding dan menengahi perbedaan
(6) Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona
Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum
mencakup semua jenis kontak antar pesona. Bahkan bentuk
komunikasi horizontal tertulis cenderung menjadi lebih lazim.
Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komisi,
interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon,
memo dan catatan, kegiatan sosial dan lingkaran kualitas.

4. Komunikasi silang (across communication)


Komunikasi ini merupakan penyampaian informasi rekan
sejawat yang melewati batasbatas fungsional dengan individu
yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahannya.
Mereka melintasi jalur fungsional dan berkomunikasi dengan
orang-orang yang diawasi dan yang mengawasi, tetapi bukan
atasan ataupun bawahannya. Mereka tidak melewati otoritas lini
untuk mengarahkan orang-orang yang berkomunikasi
dengannya dan terutama harus mempromosikan gagasan-
gagasannya, namun memiliki mobilitas tinggi dalam organisasi
dapat mengunjungi bagian lain atau meninggalkan kantornya
hanya untuk terlibat dalam komunikasi informal.
Komunikasi silang menciptakan :
(1) Perasaan "kita/kami", guna menumbuhkan kebersamaan
(2) Pengertian yang simpatik
(3) Mengamankan koordinasi pada beberapa sector
(4) Kerjasama yang berhasil
(5) Iklim yang sehat dan menguntungkan

46
5. Lima Kaidah Komunikasi
Telah dikenal 5 (lima) Kaidah Komunikasi efektif (The 5
Inevitable Laws of Efffective Communication), dirangkum dalam
satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri,
yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Darity, dan Humble),
yang berarti merengkuh atau meraih. Ada keyakinan bahwa
komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana meraih
perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan,
maupun respon positif dari orang lain. Berikut ini uraian dari
kelima (5) kaidah komunikasi efektif tersebut dalam konteks dan
berfungsi sebagai fondasi untuk mengembangkan kemampuan
berbicara di depan publik.
a. Respect
Kaidah pertama dalam berkomunikasi secara efektif,
khususnya dalam berbicara di depan publik adalah sikap
hormat dan sikap menghargai terhadap khalayak atau hadirin.
Hal ini merupakan kaidah pertama dalam berkomunikasi
dengan orang lain, termasuk berbicara di depan publik.
Pembicara atau presenter harus memiliki sikap (attitude)
menghormati dan menghargai hadirin. Harus diingat bahwa
pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting
diakui. Jika dalam presentasi harus mengkritik seseorang,
lakukanlah dengan penuh respect terhadap harga diri dan
kebanggaan orang tersebut.
b. Empathy
Kaidah kedua adalah empati, yaitu kemampuan untuk
menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi
oleh orang lain. Rasa empati akan memberi kemampuan
untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara
dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver)
menerimanya. Oleh karena itu, dalam berbicara di depan

47
publik, pembicara harus terlebih dulu memahami latar
belakang, golongan, lapisan sosial, tingkatan umur,
pendidikan, kebutuhan, minat, harapan dan sebagainya, dari
calon hadirin (audiences). Jadi sebelum membangun
komunikasi atau mengirimkan pesan, pembicara perlu
mengerti dan memahami dengan empati calon penerima
pesan, sehingga nantinya pesan akan dapat tersampaikan
dengan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari
penerima. Empati berarti kemampuan untuk mendengar dan
bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun
umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali
dari orang yang tidak mau mendengarkan saran, masukan
apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi
adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan
efektif, manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang
merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu,
dalam berbicara di depan publik, pembicara harus siap untuk
menerima masukan atau umpan balik dengan sikap positif.
c. Audible
Kaidah ketiga adalah audible, yaitu dapat didengarkan
atau dimengerti dengan baik. Audible dalam hat ini berarti
pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
Kaidah ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan
melalui medium atau delivery channel, sedemikian dapat
diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini
mengacu pada kemampuan untuk menggunakan berbagai
media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual
yang akan membantu, agar pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan baik.

48
b. Clarity
Kaidah keempat adalah kejelasan dari pesan yang
disampaikan (clarity). Selain bahwa pesan harus dapat
diterima dengan baik, maka kaidah keempat yang terkait
dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri, sehingga
tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran
yang berlainan. Clarity juga sangat tergantung pada mutu
suara dan bahasa yang digunakan. Penggunaan bahasa yang
tidak dimengerti oleh hadirin, akan membuat pidato atau
presentasi tidak dapat mencapai tujuannya. Seringkali orang
menganggap remeh pentingnya Clarity dalam public speaking,
sehingga tidak menaruh perhatian pada suara (voice) dan
kata-kata yang dipilih untuk digunakan dalam presentasi atau
pembicaraannya.
c. Humble
Kaidah kelima dalam komunikasi yang efektif adalah
sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait
dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai
orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang
dimiliki. Kerendahan hati juga berarti tidak sombong dan
menganggap diri penting ketika berbicara di depan publik.
Justru dengan kerendahan hatilah, pembicara atau presenter
dapat menangkap perhatian dan respon positif dari publik
pendengarnya. Kelima hukum komunikasi tersebut sangat
penting untuk menjadi dasar dalam melakukan pembicaraan
di depan publik.

5.2. Teknik Presentasi


Salah satu hal yang paling ditakuti dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan profesional adalah ketika harus berbicara atau
berkomunikasi di depan banyak orang, baik untuk acara sosial,

49
seminar, kuliah, presentasi bisnis, pidato perpisahan, bahkan
dalam acara apa saja, dimana sebagian besar hadirin adalah
orang yang telah dikenal dengan baik. Berbicara di depan publik
bagi sebagian besar orang adalah sesuatu yang menegangkan
dan menakutkan, seakan seluruh mata para hadirin sedang
menghakimi dan seakan-akan menjadi terdakwa yang sedang
diadili oleh para hadirin.
Riset yang dilakukan oleh Malouf dalam Macnamara (1998)
menyatakan bahwa indera pendengaran manusia hanya bisa
menerima pesan 11%, sedangkan 75% diterima secara visual.
Berbicara di depan publik, merupakan keterampilan yang harus
dikuasai, karena pada suatu saat, pastilah seseorang harus
berbicara dihadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan,
pertanyaan, tanggapan atau pendapat tentang sesuatu hal yang
diyakini. Hal yang sederhana misalnya harus berbicara di depan
para tamu dalam suatu acara keluarga atau pada momen yang
menentukan karir seseorang seperti mempresentasikan proposal
proyek atau tentang produk yang ditawarkan di hadapan sejumlah
mitra bisnis atau calon pembeli.
Menurut Hart et al, dalam Tubbs dan Moss (2000) dalam
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi (2013),
terdapat 3 (tiga) aspek pengalaman dalam komunikasi publik,
yakni :
a. Terjadi di tempat yang dianggap sebagai tempat publik, seperti
auditorium, kelas, dan lain sebagainya,
b. cenderung mengemukakan masalah sosial daripada masalah
informal dan tidak terstruktur, sehingga biasanya direncanakan
terlebih dahulu atau agenda acara lain yang mendahului atau
mengikuti penampilan pembicara,
c. Menggunakan norma perilaku yang relatif jelas.

50
Dari sisi isi pembicaraan, sedikitnya pembicara memiliki satu
dari tiga tujuan berikut, yaitu memberi informasi, menghibur, don
membujuk (meyakinkan) pendengar. Menginformasikan lebih
terpusat kepada hasil perolehan informasi, menghibur diarahkan
kepada kesenangan, sedangkan membujuk (meyakinkan)
mengarahkan pada perubahan sikap. Perubahan sikap adalah
tujuan antara yang harus dicapai sebelum mewujudkan
tindakan.Presentasi adalah komunikasi lisan, atau pidato yang telah
dipersiapkan dan disampaikan dengan cara formal. Presentasi
dapat berupa laporan kemajuan, penjelasan produk/jasa baru pada
klien, kuliah, pelatihan, wawancara pekerjaan, seminar ilmiah,
bisnis dan sebagainya dihadapan khalayak yang lebih khusus..

1. Persiapan Presentasi
Menurut Macnamara (1996) dalam Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi (2013), persiapan adalah
kunci dari suatu presentasi sukses. Presentasi sukses adalah
ibarat gunung es, dimana puncak gunung es dan keindahan
yang terlihat di atas permukaan air, hanyalah ujung dari gunung
es tersebut. Lebih dari 90% gunung es tersebut, berada di
bawah permukaan air dan merupakan basis yang kuat dari
gunung es tersebut. Artinya, bahwa sebuah presentasi yang
sukses, 90% bergantung pada persiapan. Abraham Lincoln
pernah mengatakan : "Jika saya memiliki 8 (delapan) jam untuk
merobohkan sebatang pohon, maka saya akan menghabiskan 6
(enam) jam untuk mengasah kapak". Dale Carnegie mengatakan
: "pidato yang telah dipersiapkan, 9/10 (sembilan per
sepuluhnya) akan tersampaikan".
Dengan adanya persiapan yang cermat, pembicara dan
pendengar akan mendapatkan keuntungan utama, yakni hemat
waktu dan pembicara akan terhindar dari kegugupan dan demam

51
panggung yang terjadi sebelum presentasi. Kegugupan tersebut
biasanya bukan disebabkan oleh karena adanya pendengar
yang cukup banyak di depan mata pembicara, melainkan
disebabkan oleh suatu ketakutan terhadap kemampuan diri
pembicara yang tidak tahu harus mengatakan apa di depan
pendengar. Memberikan presentasi tanpa
persiapan/perencanaan yang memadai, ibarat menembak tanpa
memiliki sasaran. Mungkin saja peluru ditembakkan tetapi tidak
mengenai apapun (misal : penembak senapan mesin vs
penembak jitu).

2. Presentasi
Menurut Guffey (1991) dalam Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi (2013), dalam melaksanakan
suatu presentasi, setidak-tidaknya ada 9 (sembilan) hal penting
yang harus dilaksanakan, yaitu :
a. Mulailah dengan sebuah pause. Iila pertemuan dengan audiens
adalah yang pertama kalinya, maka pembicara harus
menciptakan rasa nyaman pada dirinya sendiri dan membuat
momen tersebut menjadi berkesan.
b. Menyajikan kalimat pertama yang ada dalam ingatan. Ingatan
dalam kalimat pembukaan tersebut dapat menjalin hubungan
dengan audiens melalui kontak mata, sehingga pembicara
kelihatan tahu dan dapat mengontrol situasi.
c. Memelihara kontak mata. Tataplah audiens. Apabila banyaknya
audiens membuat pembicara merasa takut, maka sebaiknya
pembicara mengambil dua orang audiens di sisi kanan dan dua
orang audiens di sisi kiri, kemudian pembicaraan diarahkan
kepada orang-orang tersebut.
d. Kontrol kosa kata dan suara. Berbicaralah dengan lembut dan
cukup keras untuk didengar. Hilangkan verbal static seperti

52
..eh..., ehm..dan ...oh.... Lebih baik sunyi daripada diisi
dengan verbal static pada saat pembicara berpikir atau mencari
ide.
e. Pasanglah rem. Pembicara pemula biasanya berbicara dengan
sangat cepat, seakan memperlihatkan suatu kegelisahan,
sehingga membuat audiens sulit untuk mengerti maksud
pembicaraan. Oleh karena itu, sebaiknya berbicara dengan
perlahan dan dengarkan apa yang terucap dari mulut.
f. Bergerak secara alami. Gunakanlah podium untuk meletakkan
catatan agar dapat dengan leluasa bergerak. Hindarilah
kegelisahan akan catatan, pakaian atau materi pembicaraan
yang diletakkan dalam saku. Belajarlah untuk menggunakan
gerakan tubuh dalam mengekspresikan isi pembicaraan.
g. Menggunakan alat peraga visual secara efektif. Paparkan dan
diskusikan materi pembicaraan dengan alat peraga visual,
dengan cara menggerakkan ke kiri atau ke kanan agar terlihat
utuh keseluruhan, kalau perlu dengan menggunakan pointer.
h. Hindarilah penyimpangan. Berpeganglah kepada garis besar
dan catatan pembicaraan. Jangan menyimpang kepada
pembicaraan yang tidak sesuai dengan materi yang akan
dibawakan, karena pendengar mungkin tidak akan terpikat
dengan topik yang menyimpang tersebut.
i. Ringkaslah poin-poin utama. Simpulkan presentasi dengan
menyatakan poin-poin utama atau menekankan kepada apa
yang harus didengarkan dan dipikirkan oleh audiens.

53
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

SOAL

1. Jelaskan peran penting komunikasi dalam berwirausaha !


2. Sukses tidaknya dalam mencapai tujuan organisasi tergantung pada
kemampuan pimpinan dalam mempengaruhi bawahan, jelaskan!
3. Jelaskan peran kepemimpinan dalam manajemen!
4. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang motivasi!

54
BAB 6
IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN

6.1. Ide Kewirausahaan


Wirausaha dapat menambah nilai suatu barang dan jasa
melalui inovasi.Keberhasilan dapat dicapai apabila wirausaha
menggunakan produk, proses dan jasa-jasa inovasi sebagai alat
untuk menggali perubahan.Oleh karena itu inovasi merupakan
instrumenpenting untuk memberdayakan sumber-sumber
agarmenghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan
nilai.Ketangguhan kewirausahaan sebagai penggerak
perekonomian terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai
secara terus menerus. Wirausaha dapat menciptakan nilai dengan
cara mengubah sumua tantangan menjadi peluang melalui ide-ide
dan akhirnya menjadi pengendali usaha. Semua tantangan bisa
menjadi peluang apabila terdapat inovasi.
Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha
dapat menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di
pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus
menjadi peluang usaha. Dalam mengevaluasi ide untuk
menciptakan nilai-nilai potensial (peluang usaha), wirausaha perlu
mengidentifikasi dan mengevaluasi semua resiko yang mungkin
terjadi dengan cara: a) Mengurangi kemungkinan resiko melalui
strategi yang proaktif, b) Menyebarkan resiko pada aspek yang
paling mungkin, c) Mengelola resiko yang mendatangkan nilai atau
manfaat. Ada tiga resiko yang dapat dievaluasi yaitu: (1) Resiko
pasar/persaingan, (2) Resiko finansial, (3) Resiko teknik.
Menurut Zimmerer (1996: 82), kreativitas sering kali muncul
dalam bentuk ide untuk menghasilkan barang dan jasa baru.
Terdapat beberapa jawaban terhadap pertanyaan, bagaimana ide
bisa menjadi peluang yaitu: (a) Ide dapat digerakkan secara internal

55
melalui perubahan cara-cara/metode yang lebih baik untuk melatani
dan memuaskan pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya, (b)
Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru, (c) Ide
dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi pekerjaan yang dilakukan
atau cara melakukan suatu pekerjaan. Hasil dari ide-ide secara
keseluruhan adalah perubahan dalam bentuk arahan atau petunjuk
bagi perusahaan atau kreasi baru tentang barang yang dihasilkan
perusahaan.

6.2. Sumber-Sumber Potensi Peluang


Agar ide-ide potensial menjadi peluang bisnis yang riil, maka
wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang
secara terus menerus. Proses penjaringan ide atau disebut proses
screening merupakan suatu cara terbaik untuk menuangkan ide
potensial menjadi produk dan jasa riil. Adapun langkah-langkah
dalam penjaringan ide dapat dilakukan dengan cara: a.
Menciptakan produk baru dan berbeda, ide yang dimunculkan
secara nyata baik barang atau jasa baru harus berbeda dengan
produk dan jasa yang ada dipasar. Selain itu produk dan jasa juga
harus menciptakan nilai bagi pembeli/penggunanya, oleh karena itu
wirausaha harus mengetahui perilaku konsumen, b. Mengamati
pintu peluang, wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang
dimiliki pesaing. c. Analisis produk dan proses produksi secara
mendalam, analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah
jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan memadai atau tidak, d.
Menaksir biaya awal, biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru,
dari mana sumbernya dan untuk apa digunakan, e.
Memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi, seperti resiko
teknik, finansial dan pesaing.

56
6.3. Pengetahuan dan Kompetensi Kewirausahaan
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan
kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi, wirausaha
adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda atau kemampuan kreatif dan
inovatif. Menurut Casson (1982) dalam Wirasasmita (1993: 3)
terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki seorang
wirausaha, a. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang
usaha yang akan ditekuni, b. Imagination, yaitu memiliki imajinasi,
ide dan perspektif serta tidak mengandalkan kesuksesan masa lalu,
c. Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis, d.
Search skill, yaitu kemampuan menemukan, berkreasi dan
berimajinasi, e. Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan, f.
Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan memprediksi
keadaan dimasa yang akan dating, g. Communication skill yaitu
kemampuan berkomunikasi, bergaul dan berhubungan dengan
orang lain.
Sedangkan menurut Dan & Bradstreet Business Credit
Service (1993: 1) terdapat sepuluh kompetensi yang harus dimiliki
seorang wirausaha, yaitu: 1) Knowing yuor business, harus
mengetahu usaha apa yang akan dilakukan, 2) Knowing the basic
business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan
bisnis, 3) Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang
benar terhadap usaha yang dilakukannya, 4) Having adequate
capitas, yaitu memiliki modal yang cukup, 5) Managing finances
effectively, yaitu kemampuan mengatur/mengelola keuangan
secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan
menggunakannya secara tepat, serta mengendalikannya secara
akurat, 6) Managing time efficiently, kemampuan mengatur waktu
seefisien mungkin, 7) Managing people, yaitu kemampuan
merencanakan, mengatur, mengarahkan, menggerakan dan

57
mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan, 8).
Satisfying customer by providing high quality product, yaitu
memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan
barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan, 9)
Knowing how to compete, yaitu mengetahui strategi/cara bersaing,
10) Copying with reqlations and paperwork, yaitu membuat
aturan/pedoman yang jelas.
Dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi wirausaha yang
berhasil seseorang harus memiliki bekal pengetahuan dan
keterampilan kewirausahaan.Bekal pengetahuan yang terpenting
adalah bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan
lingkungan usaha, pengetahuan tentang peran dan tanggung
jawab, pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri serta
pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.Sedangkan
bekal keterampilan yang perlu dimiliki meliputi keterampilan
konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko,
kreatif dalam menciptakan nilai tambah, memimpin dan mengelola,
berkominikasi dan berinteraksi, serta keterampilan teknis bidang
usaha (Wijandi, 1988: 29).

58
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

SOAL

1. Jelaskan bagaimana cara melahirkan ide-ide baru dan menstransfer


ide-ide tersebut menjadi peluang!
2. Sebutkan beberapa sumber potensi kewirausahaan, bagaimana
peluang itu dapat diperoleh!
3. Untuk memiliki kompetensi tertentu wirausaha harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan. Jelaskan pengetahuan dan
keterampilan apa yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi
wirausaha yang tangguh dan sukses!
4. Hakikat kewirausahaan adalah kemampuan. Kompetensi apa yang
harus dimiliki seorang wirausaha!
5. Jelaskan bagaimana karakteristik seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan!
6. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri umum kewirausahaan!

59
BAB 7
INOVASI DAN KREATIVITAS

7.1. Peran inovasi dan kreativitas dalam pengembangan produk


dan jasa
Inovasi memegang peranan pentingdalam
mengembangkan produk dan jasa dalam bisnis.Berbagai
kesuksesan wirausaha di dunia disebabkan oleh kreativitas dalam
mengembangkan produk.Persaingan yang ketat dalam
berwirausaha mendorong wirausahawan untuk memiliki
kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut harus dilandasi
cara berpikir yang maju, gagasan-gagasan baru yang berbeda
dibandingkan produk-produk yang telah ada. Berbagai gagasan-
gagasan kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk
ataupun waktu dan memberikan terobosan-terobosan baru dalam
dunia usaha yang awalnya kelihatan mustahil.
Saat ini berbagai inovasi yang didasarkan kreativitas
wirausaha menjadi produk dan jasa yang unggul. Wirausahawan
melalui proses kreativitas dan inovatif menciptakan nilai tambah
atas barang dan jasa yang kemudian menciptakan berbagai
keunggulan termasuk keunggulan bersaing. Perusahaan seperti:
Microsoft, Sony dan Toyota merupakan contoh perusahaan yang
sukses dalam produknya karena memiliki kreativitas dan inovasi
dibidang teknologi.

7.2. Mengembangkan produk dan jasa yang unggul


Salah satu yang harus dilakukan oleh wirausahawan
adalah mengembangkan produk dan jasa yang unggul. Secara
umum proses ini adanya perubahan yang cepat dalam selera,
teknologi dan persaingan yang ketatmerupakan suatu kondisi
yang menuntut banyak perusahaan yang bersaing
memperebutkan peluang pasar baik itu perusahaan yang

60
menghasilkan produk sejenis maupun yang menghasilkan produk
beragam.
Hal ini menuntut wirausahawan untuk dapat melahirkan
strategi dalam mensiasati pasar dengan peluncuran produk
inivasi baru (pioneer product).Seorang wirausahawan dapat
mengembangkan produk mengikuti strategi umum yang dilakukan
oleh perusahaan. Sebuah perusahaan dapat mmemperoleh
produk baru melalui dua cara, yaitu a. Akuisisi yaitu dengan
membeli seluruh perusahaan, hak paten atau lisensi untuk
membuat produk perusahaan lain, b. Pengembangan produk baru
dalam departemen litbang perusahaan sendiri yang berupaya
pengembangan produk asli, perbaikan produk, modifikasi produk
dan merek (Kotler, 1987) dalam Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi (2013).
Para wirausahawan khususnya wirausahawan baru
tentunya tidak diarahkan untuk membeli perusahaan, paten dan
lisensi, akan tetapi sesuai dengan teori tersebut, maka salah satu
proses dalam mengembangkan produk oleh wirausahawan
adalah mengembangkan produk yang baru yang asli,
memperbaiki produk, memodifikasi produk dan bahkan
memperbaiki merek.

61
PERTANYAAN UNTUK DIKUSI

SOAL

1. Jelaskan bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh untuk


memulai usaha baru!
2. Dalam merintis usaha baru harus memperhatikan beberapa hal
penting. Jelaskan hal-hal apa saja yang perlu diklasifikasi dalam
rangka produk batu baik barang/jasa!
3. Jelaskan bagaimana karakteristik seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan!
4. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri umum kewirausahaan!

62
BAB 8
MERINTIS USAHA BARU DAN MODEL PENGEMBANGANNYA

8.1. Cara Memasuki Dunia Usaha


Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai atau
memasuki dunia usaha menurut Suryana (2011) yaitu: a. Merintis
usaha baru, yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang
direncanakan sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang dapat
dirintis yaitu: 1) perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), yaitu
bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang, 2)
Persekutuan (partnership), yaitu kerjasama antara dua orang atau
lebih, 3) Perusahaan berbadan hukum (corporation), yaitu
perusahaan yang didirikan atas dasar badan hokum dengan modal
berupa saham. b. Membeli perusahaan orang lain (buying) yaitu
dengan membeli perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan
diorganisir oleh orang lain dengan nama dan organisasi yang
sudah ada.c. Kerjasama manajemen (franchising), yaitu kerjasama
antarawirausaha dengan perusahaan besar dalam mengadakan
persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha.

8.2. Merintis Usaha Baru


Lambing (2000) mengatakan bahwa ada dua pendekatan utama
yang digunakan wirausaha untuk mencari peluang dengan
mendirikan usaha baru yaitu:a. Pendekatan inside-out (idea
generation) yaitu pendekatan berdasarkan gagasan sebagai kunci
yang menentukan keberhasilan usaha, b. Pendekatan outside-in
(opportunity recognition), yaitu pendekatan yang menekankan pada
basis ide bahwa perusahaan akan berhasil apabila menaggapi atau
menciptakan kebutuhan di pasar.

63
Dalam merintis usaha baru terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu 1) Bidang dan jenis usaha yang dimasuki seperti
bidang pertanian, pertambangan, pabrikasi, konstruksi, perdagangan,
jasa keuangan, jasa perorangan, jasa umum dan jasa wisata, 2)
Bentuk usaha dan kepemimpinan yang akan dipilih, yaitu perusahaan
perorangan, persekutuan, perseroan, firma 3) Tempat usaha yang
akan dipilih, yaitu perlunya pertimbangan aspek efisien dan efektivitas
4) Organisasi usaha yang akan digunakan, kompleksitas organisasi
usaha bergantung pada lingkup, cakupan dan skala usaha yang akan
dimasuki 5) Jaminan usaha yang mungkin diperoleh, 6) Lingkungan
usaha yang akan berpengaruh yaitu lingkungan mikro dan makro.
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung
dengan operasional perusahaan, sedangkan lingkungan makro yaitu
lingkungan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup
perusahaan secara keseluruhan

8.3. Membeli Perusahaan yang Sudah Didirikan


Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli
perusahaan yang sudah ada daripada mendirikan atau merintis usaha
baru, antara lain resiko rendah, mudah dan memiliki peluang untuk
membeli dengan harga yang bisa ditawar. Membeli perusahaan baru
memiliki resiko yang sedikit krena kemungkinan gagal lebih kecil,
waktu lebih sedikit dan tenaga yang diperlukan. Disamping itu,
membeli perusahaan yang sudah ada juga memiliki peluang harga
yang relative lebih rendah dibandingkan dengan merintis usaha baru.
Namun membeli perusahaan baru juga mengandung kerugian dan
permasalahan diantaranya: a. Masalah eksternal yaitu lingkungan
seperti banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar, b. Masalah
internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan, misalnya
citra atau reputasi perusahaan, seperti masalah karyawan, konflik

64
antara manajemen dan karyawan yang sukar diselesaikan oleh pemilik
baru, masalah lokasi dan masalah masa depan perusahaan lainnya.
Dalam membeli perusahaan-perusahaan yang sudah ada, harus
mempertimbangkan berbagai keterampilan, kemampuan dan
kepentingan pembelian dan sumber-sumber potensial perusahaan yang
akan dibeli. Menurut Zimmerer ada beberapa hal kritis yang digunakan
untuk menganalisis perusahaan yang akan dibeli, yaitu: 1) Alasan
pemilik menjual perusahaan, 2) Potensi produk dan jasa yang
dihasilkan, 3) Aspek legal yang dimiliki perusahaan, 4) Kondisi
keuangan perusahaan yang akan dijual.

65
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

SOAL

1. Jelaskan langkah-langkah apa yang harus ditempuh dalam memasuki


dunia usaha!
2. Kemampuan apa yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin
memasuki dunia usaha!
3. Jelaskan cara membeli perusahaan yang sudah didirikan!
4. Dalam merintis usaha baru harus memperhatikan beberapa hal
penting. Jelaskan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan!
5. Jelaskan bagaimana karakteristik seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan!
6. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri umum kewirausahaan!

66
BAB 9
PENGELOLAAN USAHA DAN STRATEGI KEWIRAUSAHAAN

9.1. Perencanaan Usaha


Setelah ide untuk memulai usaha muncul, maka langkah
pertama yang harus dilakukan adalah membuat perencanaan.
Perencanaan usaha adalah suatu cetak biru (blue print) yang
berisikan tentang misi usaha, usulan usaha, operasional usaha,
rincian finansial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin
diperoleh dan kemampuan serta keterampilan pengelolaannya.
Perencanaan usaha sebagai persiapan awal memiliki dua fungsi
penting, yaitu a. Sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan
manajemen usaha, b. Sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan
permodalan yang bersumber dari luar.
Menurut Zimmerer (1993: 331) beberapa unsur yang harus
ada dalam perencanaan usaha, yaitu: a. Ringkasan pelaksanaan, b.
Profil Usaha, c. Strategi Usaha, d. Produk dan Jasa, e. Strategi
pemasaran, f. Analisis Pesaing, g. Ringkasan karyawan dan pemilik,
h. Rencana operasional, i. Data finansial, j. Proposal/usaha pinjaman,
k. Jadwal operasional. Sedangkan menurut Lambing (2000: 13)
perencanaan bisnis meliputi: 1) Ringkasan eksekutif, 2) Pernyataan
misi, 3) Lingkungan usaha, 4) Perencanaan pemasaran, 5) Tim
manajemen, 6) Data finansial, 7) Aspek-aspek legal, 8) Jaminan
asuransi, 9) Orang-orang penting, 10) Pemasok, 11) Risiko.
Ringkasan eksekutif menjelaskan tentang maksud usaha,
usulan finansial, permintaan dana, cara menggunakan dana dan cara
pembayaran kembali pinjaman. Secara rinci komponen-komponen
yang tercantum dalam format usaha meliputi;
a) Ringkasan eksekutif, dibuat tidak lebih dari dua halaman yang
memuat tentang:
(1) Nama, alamat dan nomor telpon perusahaan

67
(2) Nama, alamat dan nomor telpon orang-orang penting di
perusahaan
(3) Laporan singkat gambaran perusahaan
(4) Laporan singkat gambaran pasar untuk produk
(5) Lapoan singkat gambaran aksi-aksi strategis untuk meraih
keberhasilan perusahaan
(6) Laporan singkat gambaran manajerial dan pengalaman teknik
dari orang-orang penting di perusahaan
(7) Laporan Keperluan dana dan cara menggunakannya
(8) Laporan Keuangan perusahaan
b) Perencanaan usaha secara detil
(1) Latar belakang usaha, meliputi laporan singkat sejarah
perusahaan dan situasi yang ada saat ini.
(2) Gambaran usaha secara detail, meliputi keunikan usaha yang
dimiliki, bagaimana keunikan itu menciptakan nilai tambah,
faktor-faktor utama yang mempengaruhi keperhasilan (seperti
harga persaingan, kualitas, keandalan, ketahanan, sifat-sifat
teknik dll)
(3) Analisis pasar, yang meliputi potensi pembeli terhadap
barang, motivasi membeli, ukuran pasar (jumlah pelanggan di
pasar), pembelanjaan total tahunan, sifat-sifat pembelian,
target pasar spesifik, pengaruh pasar eksternal, faktor
ekonomi dan faktor sosial.
(4) Analisis pesaing, yang meliputi pesaing yang ada (jumlah
pesaing yang kita kenal dan kepercayaan pelanggan terhadap
kita), perusahaan yang mungkin masuk pasar, siap, kapan
dan mengapa masuk pasar, kekuatan dan kelemahan
pesaing.
(5) Perencanaan strategi usaha, yaitu meliputi rencana
memasarkan produk dan bandingkan produk kita dengan
produk yang sudah ada dipasar

68
(6) Spesifikasi organisasi dan manajemen, meliputi bagaimana
perusahaan diorganisir baik secara legal maupun secara
fungsional, dan orang-orang kunci dalam perusaahaan.
(7) Perencanaan keuangan, meliputi jumlah uang yang diperlukan
untuk memproduksi barang dan jasa serta operasional usaha,
ciptakan pembelanjaan kas untuk ditunjukkan kepada bank
atau investor lain yang akan membantu pendanaan
perusahaan, proyeksi biaya operasional secara realistis untuk
membiayai material, tenaga kerja, peralatan pemasaran dan
biaya lainnya, proyeksi dan aktualisasi neraca dan laporan
rugi laba perusahaan dan analisis pulang poko (break even
analysis).
(8) Perencanaan aksi strategi, yang meliputi penjelasan misi kita
dalam perusahaan, penampilan tujuan dan sasaran yang
spesifik, pernyataan strategi produk dan pemasaran,
bagaimana strategi akan dikonversikan kedalam perencanaan
operasional dan prosedur pengawasan untuk menjaga
perusahaan dari serangan.
Setelah membuat ringkasan eksekutif, langkah berikutnya
adalah menentukan misi usaha.Misi usaha menggambarkan
maksud-maksud usaha dan filosofi manajemen perusahaan.Selain
membuat format ringkasan eksekutif, seorang calon wirausaha juga
harus membuat usulan atau proposal usaha. Usulan usaha
dimaksudkan untuk mengajukan dana kepada peyandang dana
seperti investor, banker dan lembaga keuangan lainnya yang siap
membantu perusahaan. Beberapa aspek yang biasa dimuat dalam
profosal usaha yaitu, manajemen usaha, pemasaran,
produksi/operasional, keuangan perusahaan.

69
9.2. Pengelolaan Keuangan
Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan
keuangan yaitu: a. Aspek sumber dana, b. Aspek rencana dan
penggunaan dana, dan c. Aspek pengawasan atau pengendalian
keuangan. Ditinjau dari asalnya sumber dana perusahaan dibagi
menjadi dua golongan yaitu:
a. Dana yang berasal dari perusahaan disebut pembelanjaan
internal. Penggunaan dana ini merupakan cara yang paling
mudah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dana
perusahaan, sebab tinggal menggambil dana yang tersedia di
perusahaan. Oleh karena sumber dana internal biasanya
sangat terbatas, maka dalam penggunaannya harus
diperhatikan tentang biaya kesepakatan (opportunity cost),
yaitu peluang yang hilang akibat penggunaan lain atau
penerimaan yang seharusnya diterima tetapi hilang akibat
penggunaan lain atau penerimaan yang seharusnya diterima
tetapi hilang akibat penggunaan sumber-sumber tersebut
dalam operasi perusahaan. Ada tiga jenis sumber dana internal
yang dapat dijadikan sumber keuangan perusahaan yaitu,
penggunaan dana perusahaan, penggunaan cadangan dan
penggunaan laba yang tidak dibagi/ditahan.
b. Dana yang berasal dari luar perusahaan, disebut pembelajaan
eksternal, sumber dananya mencakup:
1) Dana dari pemilik atau penyertaan. Dalam perusahaan
harus ada pemisahaan yang tegas antara dana milik pribadi
atau dana pembelanjaan sendiri (misalnya saham) dengan
dana milik perusahaan.
2) Dana yang berasal dari utang/pinjaman baik jangka pendek
maupun jangka panjang, atau disebut pembelanjaan asing.
Sumber dana eksternal diantaranya kredit jangka pendek,
dan kredit jangka panjang.

70
3) Dana bantuan pemerintah pusat dan daerah
4) Dana dari teman atau keluarga yang ingin menanamkan
modalnya
5) Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yang ingin
menginvestasikan dananya pada perusahaan kecil yang
memiliki potensi.
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam
merancang penggunaan biaya, yaitu: a) Biaya awal, b)
Proyeksi/rancangan keuangan yang mencakup: neraca harian,
laporan rugi laba dan laporan arus kas, c) Analisis pulang pokok
(break even analysis), biaya awal adalah biaya yang diperlukan
ketika perusahaan akan berdiri. Biaya awal perusahaan meliputi
biaya awal yang tidak terduga, biaya administrasi (gaji kayawan
dan peralatan kantor), biaya/sewa bangunan, biaya asuransi dan
biaya tambahan/biaya secara umum.

9.3. Teknik dan Strategi Pemasaran


Pemasaran merupakan kegiatan meneliti kebutuhan dan
keinginan konsumen (probe/search), menghasilkan barang dan
jasa sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen,
menentukan tingkat harga dan mempromosikannya agar produk
dikenal konsumen dan mendistribusikan produk ke tempat
konsumen.Adapun tujuan pemasaran yaitu bagaimana agar barang
dan jasa yang dihasilkan disukai, dibutuhkan dan dibeli oleh
konsumen.Inti dari pemasaran adalah menciptakan nilai yang lebih
tinggi dibandingkan nilai yang diciptakan oleh pesaing bagi
konsumen.
Dalam perencanaan pemasaran, ada beberapa langkah
dalam merencanakan pemasaran bagi usaha baru, yaitu:
a. Menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan, langkah
pertama yang dilakukan adalah penelitian pasar atau riset

71
pemasaran. Riset pasar diarahkan pada kebutuhan
konsumen, riset pasar ini dimaksudkan untuk menentukan
segmen pasar dan karakteristik konsumen yang dituju.
b. Memilik pasar sasaran khusus. Ada tiga jenis pasar saran
khusus yaitu pasar individual (individual market), pasar khusus
(niche market) dan segmentasi pasar (market segmentation).
c. Menentukan strategi pemasaran dalam persaingan. Terdapat
enam strategi untuk memenuhi permintaan dari lingkungan
yang bersaing yaitu: berorientasi pada pelanggan, kualitas,
kenyamanan, inovasi, kecepatan dan pelayanan/kepuasan
pelanggan.
d. Memilik strategi pemasaran. Strategi pemasaran yaitu
panduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan
penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan
keberhasilan strategi pemasaran. Untuk menarik konsumen
wirausaha bisa merekayasa indikator-indikator yang terdapat
dalam bauran pemasaran (marketing mix) yaitu probe,
product, price, place, dan promotion.
Menurut Lambing dan Kuehl (2000: 153) keunggulan
bersaing perusahaan baru terletak pada (diferensiasi) perusahaan
tersebut dengan pesiangnya dalam hal: kualitas yang lebih baik,
harga yang lebih murah dan bisa ditawar, lokasi yang lebih cocok,
seleksi barang dan jasa yang lebih menarik, pelayanan yang lebih
menarik dan lebih menuaskan konsumen serta kecepatan baik
dalam pelayanan maupun dalam penyaluran barang. Zimmerer
(1996: 117) menyatakan bagi usaha baru sangatlah cocok
menerapkan strategi yang didorong oleh pasar. Strategi itu
dibangun berdasarkan enam fondasi yaitu:
1) Orientasi konsumen
2) Kualitas
3) Kenyamanan dan kesenangan

72
4) Inovasi
5) Kecepatan
6) Pelayanan dan kepuasana pelanggan

73
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

SOAL

1. Setelah ide memulai usaha muncul, maka seorang wirausahawan


membuat pencanaan usaha, jelaskan bagaimana cara
merumuskan usaha bagi usaha baru!
2. Gambarkan bagaimana teknik dan startegi pemasaran yang harus
dilakukan oleh para pelaku bisnis!
3. Jelaskan aspek-aspek yang diperlukan dalam pengelolaan
keuangan perusahaan!
4. Jelaskan bagaimana karakteristik seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan!
5. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri umum kewirausahaan!

74
BAB 10
KOMPETENSI INTI DAN STRATEGI KEWIRAUSAHAAN

10.1 Kompetensi Inti Kewirausahaan


Dalam manajemen perusahaan modern seperti sekarang ini
telah terjadi pergeseran strategi, yaitu dari startegi memaksimalkan
keuntungan pemegang saham (mencari laba perusahaan) menjadi
memaksimalkan keuntungan bagi semua yang berkepentingan dalam
perusahaan (stakeholder), yaitu individu atau kelompok yang memiliki
kepentingan dalam kegiatan perusahaan, tidak hanya pemegang
saham, namun juga karyawab, manajemen, pembeli, masyarakat,
pemasok, distributor dan pemerintah. Akan tetapi konsep laba tidak
bisa dikesampingkan dan merupakan alat yang penting bagi
perusahaan untuk meniptakan manfaat bagi para pemilik kepentingan.
Laba perusahaan merupakan cerminan dari kinerja
manajemen strategis yang berhasil memuaskan pemilik kepentingan.
Oleh karena itu salah satu tugas manajemen strategis adalah
menciptakan laba yang bisa dipergunakan sebagai sumber dana
untuk investasi dan meningkatkan manfaat bagi pemulik kepentingan.
Teori ekonomi mikro neoklasik dari mazhab Australia, mengemukakan
bahwa perusahaan bisa memperoleh keuntungan bila memiliki
keunggulan yang unik untuk menghindari persaingan sempurna..
Porter (1997) yang terkenal dengan teori strategi bersaing
(competitive strategy), mengemukakan bahwa perusahaan harus
menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar menawar
yang kuat (bargaining power) dalam persaingan. Menurut teori strategi
dinamis dari Porter perusahaan dapat mencapai keberhasilan bila tiga
kondisi dipenuhi, yaitu:
a. Tujuan perusahaan dan kebijakan fungsi-fungsi manajemen seperti
produksi dan pemasaran harus secara kolektif memperhatikan
posisi terkuat di pasar

75
b. Tujuan dari kebijakan tersebut ditumbuhkan berdasarkan kekuatan
perusahaan serta diperbarui terus sesuai dengan perubahan
peluang dan ancaman lingkungan eksternal.
c. Perusahaan harus memiliki dan menggali kompetensi khusus
sebagai pendorong untuk menjalankan perusahaan.
Pada dasarnya perusahaan harus menciptakan daya saing
khusus untuk memperkuat posisi tawar menawardalam persaingan,
serta untuk menampung tuntutan persaingan dipasar yang berasal
dari para pemasok, pembeli, ancaman pendatang baru, produk
pengganti dan tantangan gencar lainnya dari pesaing. Menurut
strategi ini, perusahaan harus mencari pasar yang kuat berbiaya
rendah yang harus menjadi senjata utama dalam persaingan. Oleh
karena itu menurut Mintzberg (1990) dalam Suryana (2011) dalam
teori design schooll, perusahaan harus mendesain strategi
perusahaan yang cocok antara peluang dan ancaman eksternal
dengan kemampuan internal yang memadai dan berpedoman pada
pilihan alternative dari strategi besar, kemudian didukung dengan
menumbuhkan kapabilitas inti yang merupakan kompetensi khusus
dari pengelolaan sumber daya perusahaan. Kompetensi tersebut
diciptakan melalui strategi generic milik Porter, seperti strategi biaya
rendah, duferensiasi dan fokus serta didukung oleh nilai-nilai budaya
yang relevan. Inti dari teori kompetensi ini sebenarnya sering
dikemukakan para ahli seperti Gary Hamel, C.K. Prahalad dan H.
Mintzberg.
Gary Hamel dan C.K Prahalad dalam karyanya Competing
for the Future (1994), mengemukakan beberapa definisi kompetensi
inti sebagai berikut:
1) Kompetensi inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan
dalam serangkaian produk dan jasa.
2) Kompetensi adalah kemampuan keterampilan dan teknologi yang
dimiliki perusahaan untuk dapat bersaing.

76
3) Kompetensi inti adalah keterampilan yang memungkinkan
perusahaan memberikan manfaat fundamental kepada pelanggan.
4) Sumber-sumber kompetensi secara kompetitif merupakan suatu
keunikan bersaing dan memberikan kontribusi terhadap nilai dan
biaya konsumen.
Dalam konteks persaingan global seperti saat ini, perusahaan
kecil harus mengalihkan strategi pada penggunaan sumber daya
internal. Strategi pengembangan perusahaan harus mengarahkan
pada keahlian khusus secara internal yang bisa menciptakan produk
unggul untuk memperbesar pangsa produksi. Strategi berbasis
sumber daya lebih murah dan ampuh karena usaha kecil bisa
memanfaatkan sumber daya alam dan tenaga kerja lokal.
Menurut Grant (1991) yang dikutip oleh Wijaya (1993), terdapat
beberapa langkah yang dapat digunakan untuk mengembangkan
strategi berbasis sumber daya, yaitu
a) Mengidentifikasi dan mengklasifikasi sumber daya. Sumber daya
tersebut berupa: teknologi, kapabilitas karyawan, paten dan
merek, kemampuan keuangan, kecangihan pemasaran dan
pelayanan pelanggan.
b) Mengidentifikasi dan mengevaluasi kemampuan atau kapabilitas.
Kapabilitas diartikan sebagai apa yang dapat dilakukan oleh
perusahaan melalui kerjasam tim untuk mengembangkan
berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan. Kapabilitas
tersebut mengintegrasikan ide baru, keterampilan dan
pengetahuan lain yang menjadi kunci berpikir kreatif.
c) Menyortir dan mengembangkan kapabilitas untuk diterapkan di
pasar guna mencapai keuntungan tinggi secara
berkesinambungan yang sulit ditiru atau disaingi.
d) Memformulasikan strategi pengembangan sumber daya inti dan
kapabilitas seefektif mungkin pada semua kegiatan manajemen.

77
10.2. Srategi Bersaing dalam Kewirausahaan.
Dalam konsep strategi pemasaran terdapat istilah bauran
pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan 4P, yaitu:
a. Barang dan jasa (product)
b. Harga (price)
c. Tempat (place)
d. Promosi (promotion)
Dalam kewirausahaan, 4P tersebut ditambah satu P, yaitu
probe (penelitian dan pengembangan) sehingga menjadi 5P.
Dalam riset pemasaran, probe selalu ditambah di awal sehingga
urutan bauran pemesaran menjadi:
1) Probe (penelitian dn pengembangan)
2) Product (barang dan jasa)
3) Price (harga)
4) Place (tempat)
5) Promotion (promosi)
Penelitian dan pengembangan dalam kewirausahaan
merupakan strategi utama karena memiliki keterkaitan dengan
kreativitas dan inovasi. Didalamnya tercakup penelitian dan
pengembangan produk, harga, tempat dan promosi. Wirausaha
berkembang dan berhasil karena memiliki kemampuan penelitian
dan pengembangan yang memadai sehingga tercipta barang-
barang yang bernilai dan unggul di pasar. Dalam manajemen
strategis yang baru, Mintzberg mengemukakan 5P yang sama
artinya dengan strategi, yaitu perencanaan (plan), pola (patern),
posisi (position), perspektif (perspective) dan permainan atau
taktik (play).
Strategi adalah perencanaan. Konsep strategi tidak lepas
dari aspek perencanaan, arahan atau acuan gerak langkah
perusahaan untuk mencapai tujuan di masa depan. Akan tetapi
tidak selamanya strategi adalah perencanaan ke masa depan

78
yang belum dilaksanakan. Strategi juga menyangkut segala
sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya, misalnya pola-pola
perilaku bisnis yang telah dilakukan di masa lampau.
Strategi adala pola, menurut Mintzberg, strategi adalah pola
yang selanjutnya disebut sebagai intended strategy, karena
belum terlaksana dan berorientasi kemasa depan atau disebut
juga realized strategy karena telah dilakukan oleh perusahaan.
Strategi adalah posisis, yaitu memposisiikan produk tertentu ke
pasar tertentu. Strategi sebagai posisi menurut Minztberg
cenderung meliha ke bawah, yaitu ke satu titik bidik dimana
produk tertentu bertemu dengan pelanggan dan melihat ke luar
yaitu meninjau berbagai aspek lingkungan eksternal.
Strategi adalah perspektif, yaitu cendrung lebih melihat
kedalam yaitu ke dalam organisasi dank e atas yaitu melihat visi
utama perusahaan. Strategi adalah permainan, yaitu suatu
upaya untk memperdaya lawan atau pesaing. Suatu merek,
misalnya meluncurkan merek kedua agar posisinya tetap kukuh
dan tidak tersentuh karena merek-merek pesaing akan sibuk
berperang melawan mereka kedua tadi.

79
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

SOAL

1. Jelaskan bagaimana perkembangan strategi (manajemen) dari


konsep pemegang saham sampai dengan pemilik kepentingan!
2. Menurut Porter dan Minztberg, bagaimana cara strategi generic
dilakukan agar dapat meraih keunggulan bersaing!
3. Mengapa teori strategi berbasis sumber daya dianggap lebih cocok
bagi perusahaan yang menghadapi gejolak dan krisis ekonomi!
4. Sebutkan beberapa kompetensi inti yang dimiliki oleh beberapa
perusahaan kecil untuk bersaing di pasar global!

80
BAB 11
NEGOSIASI DAN KEPUASAN PELANGGAN

11.1. Negosiasi (Negotiation)


Negosiasi berarti terjadinya konsesi, kesepakatan (deal) atau
perjanjian antarperbedaan dari dua orang, dua kelornpok atau dua
badan hukum (Negotiation: Harvard Bussi Essentials. Harvard
Bussiness School, 2003). Seorang penjual (salesman) dikatakan
hebat dan handal bila penjual (salesman) mampu membuat calon
pelanggan merasa senang karena calon pelanggan merasa
membeli barang yang bermanfaat dan harga yang spesial serta
keuntungan dari Penijualan tetap terjaga.Kesulitan menjual terjadi
pada saat menemui calon pelanggan yang pelit, suka menawar,
ingin mendapatkan potongan yang tinggi, ingin dianggap hebat dan
merasa menang dalam tawar-menawar.Untuk itulah pengetahuan
negosiasi diperlukan di saat-saat seperti ini.Oleh karena itu,
dibutuhkan seorang negosiator.
Cara dan langkah-langkah negosiator yang hal dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui keinginannya dan menelusurinya terlebih dahulu.
b. Menjelaskan dengan baik risiko-risikonya bila negosiasi gagal
dilakukan.
c. Menawarkan saran-saran dan langkah-langkah yang harus
dilakukan agar negosiasi bisa diselesaikan.
d. Mewujudkan tujuan negosiasi, yaitu win-win solution atau solusi
menang-Menang bagi kedua belah pihak tanpa merasa
dikalahkan dalam negosiasi.

1) Tipe Negosiasi (Negotiation Type)


Dalam bernegosiasi, kita perlu mengetahui jenis-jenis atau
tipe-tipe negosiasi yang mempunyai karateristik yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Tipe negosiasi yang sering digunakan orang

81
atau penjual (salesman) dalam bernegosiasi adalah sebagai
berikut:
a) Distributive negotiation
Yaitu sebuah negosiasi di antara dua orang atau kelompok
yang masing-masing memperebutkan suatu nilai atau tujuan
tertentu yang bersifat pasti dan tetap. Kunci pokok dalam
negosiasi ini adalah "siapa yang berhak atas nilai tersebut.
Dalam negosiasi ini, bisa terjadi hasil akhir yang bersifat win-
lose solution, yaitu salah satu pihak mengalami kekalahan dan
pihak lain menang. Tipe negosiasi ini disebut juga sebagai
zero-sum negotiation atau constant-sum negotiation.
b) Integrative negotiation
Yaitu negosiasi yang terjadi di antara dua orang atau dua
kelompok yang masing-masing berusaha mencapai tujuan
kooperatif (win-win solution) untuk mendapatkan hasil atau
manfaat yang optimal bagi kedua belah pihak sehingga tercapai
kata sepakat.
Perbedaan antara distributive negotiation dengan integrative
negotiation adalah sebagai berikut:
1) Terjadi deadlock pada jenis negosiasi distribusi karena
bersifat win-lose solution, sedangkan negosiasi integrasi
berusaha mencapai kata sepakat untuk tujuan bersama.
2) Dalam negosiasi integrasi dibutuhkan pengendalian emosi
yang kuat demi tujuan utama negosiasi, yaitu mencapai
kesepakatan, sedangkan dalam negosiasi distribusi
seringkali terjadi kegagalan karena masing-masing pihak
keluar dari tujuan negosiasi.
3) Negosiasi distribusi lebih bersifat bargaining negotiation atau
negosiasi tawarmenawar, sedangkan negosiasi integrasi
lebih bersifat how to make a deal atau bagaimana mencapai
kesepakatan.

82
2) Gambit Pembuka Negosiasi
Langkah-langkah negosiasi hampir sama dengan
bermain catur, yaitu membutuhkan langkah pembuka, langkah
strategis, dan langkah untuk menutupnya. Langkah-langkah ini
disebut Gambit. Gambit inilah yang perlu dipelajari untuk
membuat seorang penjual (salesman) mahir bernegosiasi
dengan calon pelanggan agar tercipta tujuan negosiasi, yaitu
win-win solution bukan win-lose solution atau lose-lose solution.
Contoh-contoh langkah strategis (gambit) dalam negosiasi
adalah sebagai berikut:
a. Mintalah lebih dari yang Anda harapkan.
Menghadapi calon pelanggan yang menginginkan potongan
yang besar dengan ciri-ciri melihat faktor harganya, maka
tawarkan harga yang tertinggi (HET: harga eceran tertinggi)
agar bisa memberi potongan penjualan yang khusus
untuknya.
b. Di awal negosiasi, jangan dulu berkata "ya, ya'
Bila berkata ya atas permintaan calon pelanggan akan
membuat seorang salesman sulit melakukan negosiasi,
seolah-olah salesman setuju dengan apa yang diharapkan
talon pelanggan. Alasan salesman untuk tidak berkata ya
karena segala sesuatu bisa mendapatkan lebih dari itu.
c. Melakukan flinch terhadap proposal atau tawaran
Flinch adalah reaksi terkejut, tersentak, atau terguncang saat
calon pelanggan meminta sesuatu yang lebih kepada
salesman. Misalkan, menghentikan langganan secara tiba-
tiba, mimik wajah yang terkejut, mulut terbuka lebar dan
ditutup dengan tangan (tetapi tidak berlebihan), tertunduk
lesu.Tujuannya adalah seolah-olah Anda sangat tidak
menyetujui dan memohon agar calon pelanggan
memperbaiki, mengurangi, atau menunda permintaan

83
tersebut. Bermain mimik wajah (facing) sangat penting
karena calon pelanggan lebih percaya pada apa yang calon
pelanggan lihat baik itu gerak wajah (facing), gerak tubuh
(body language), dan gerak tangan dari pada apa yang calon
pelan dengar.
d. Penjual yang enggan atau seolah-olah tidak membutuhkan
(reluctant seller)
Ada pepatah "acuh tapi butuh' Nah inilah asosiasi yang tepat
untuk caranegosiasi pembuka. Tujuannya adalah menekan
calon pelanggan, menaikkan posisi tanpa salesman, dan
meminta waktu untuk menaikkan harga yang diharapkan ke
calon pelanggan agar tidak meminta harga yang rendah.
e. Kata-kata permintaan yang bijaksana (wise technique)
Tujuannya adalah agar seorang salesman meminta sesuatu
dengan carayang bijaksana. Permintaannya bisa berupa
renegosiasi, peningkatan harga, pernyataan tidak setuju.

3) Gambit Tengah Negosiasi


Gambit tengah negosiasi adalah langkah strategic (gambit)
yang digunakan tengah-tengah proses. negosiasi agar terjadi
percepatan penutupan (closing), persetujuan (deal), dan
kesepakatan penjualan antara salesman dengan calon pelanggan.
Contoh adalah sebagai berikut:
a. Nilai (pelayanan) yang menurun
Ketika calon pelanggan tampak mulai ragu-ragu, maka
negosiasi tengah ini menjadi alternatifnya.
b. Melakukan kisaran harga yang dipatok tengah-tengah
(splitting the difference). Digunakan pada saat keadaan
penawaran ada pada kisaran tertentu dan pelanggan enggan
untuk menaikkan harganya. Negosiasi tengah bisa dilakukan
dengan cara splitting the difference, yaitu mengadakan

84
konsesi (kesepakatan harus di atas nilai tengah).
c. Mengatasi deadlock
Hampir sering terjadi di tengah-tengah negosiasi, karena
calon pelanggan merasa tersinggung, frustasi, emosi, dan
lain-lain.Dalam keadaan seperti ini, situasi deadlock atau
terkunci bisa terjadi dan membuat salesman juga styes dan
frustrasi.Cara mengatasinya adalah dengan cara menciptakan
momentum- momentun mengalihkan perhatian ke pokok
masalah dan tetap kembali ke hal semula segalanya mencair.
d. Teknik nibling atau meminta lebih setelah talon pelanggan
menyetujui dan memberi order. Contohnya: "Bapak barusan
mendapatkan discount khusus dari kami, untuk biaya
transportasi tidak bisa kami bebankan ke perusahaan. Gimana
OK Pak?"
e. BATNA (Best Alternative to A Negotiation Agreement) atau
perjanjian dari sebuah negosiasi untuk mendapatkan alternatif
yang ada.
Konsep ini dikembangkan oleh Roger Fisher dan William
Ury.Konsep ini menyingkat sebuah alternatif terbaik dalam
mencapai kata sepakat dalam bernegosiasi menjadi BATNA.
Dalam hal ini penjual mengajukan dua usulan atau penawaran
yang sama menguntungkan bust pelanggan.

11.2. Kepuasan Pelanggan


Pergeseran konsep organisasi dari sejajarnya fungsi
pemasaran, keuangan, produksi, personalia, dan lain-lain ke
pemasaran sebagai fokus organisasi pada akhinya menjadi visi
organsisasi, yaitu menuju kepada kepuasan pelanggan (customer
oriented organization). Kepuasan pelanggan menjadi inti sebuah
bisnis di mana pamasaran dan penjualan sebagai kendali fungsi-
fungsi yang lain.Bila kita melihat dari arti kata kualitas yang

85
memberi manfaat secara fungsional dan emosional seperti status,
gengsi, love to, popularitas, dan aspek-aspek lain yang tercantum
dalam motif pembelian calon pelanggan, maka kepuasan
pelanggan akan tercapai bila terjadi keseimbangan antara
manfaat yang diterimanya dengan biaya yang telah dikorbankan
pelanggan untuk mendapatkan produk tersebut.

a. Tingkat Kepuasan Pelanggan


Tingkat kepuasan pelanggan bisa terwujud dangan teori
keseimbangan antara manfaat dan pengorbanan yang
ditujukkan dalam rumus sebagai berikut:
+
= 1= 1

SV = nilai kepuasan pelanggan (Satisfaction Value)


Total Benefit = total manfaat yang diterima oleh pelanggan
baik yang bersifat funsional (FV = Functional Value)
ataupun yang bersifat emosional (EV Emotional Value).
Manfaat fungsional (FV = Functional Value) adalah
manfaat bersifat rational buying motive, yaitu segala
manfaat yang bisa diukur, dirasakan secara langsung,
dihitung sedaka numerikal, diterima dampaknya, dan hal-
hal lain yang dapat diterima secara rasional. Contohnya
adalah harga, biaya trasportasi, jarak tempuh, dan lain-
lain.
Manfaat emosional (EV = Emotional Value) adalah
manfaat yang tidak dapat diukur dengan cara rasional,
misalnya status, gengsi, citra, popularitas, dan lain-lain.
Contoh soal: Seseorang membeli produk X di toko dekat
rumahnya dengan harga. Rp10.000/buah, dibandingkan
dengan membeli produk 'X' di mall yang harganya
Rp9.500/buah namun dengan mengeluarkan biaya

86
tambahan, yaitu biaya bahan baker, waktu, biaya parkir,
dan lain-lain sebesar Rp5.000, maka besarnya biaya
dalam rumus Satisfaction Value (SV) adalah berikut:
+ +
= = =
10.000
+ +
= = =
19.500 + 5.000
Maka, SVA>SVB
Jadi, tingkat kepuasan untuk mendapatkan produk X di
toko terdekat rumahnya (SVA) lebih puas dibanding harus pergi
ke mall (SVB), karena tingkat besarnya pengorbanan SVB lebih
tinggi dibanding dengan tingkat pengorbanan SVA.

b. Skema Faktor Penentu Nilai Tambah Bagi Pelanggan

Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Biaya Biya Biaya Biaya


atas atas atas atas atas yang waktu tenaga psikis &
produk personil pelayan merek Jaringan bersifat mental
an uang

Nilai total Biaya pengorbanan yang


kepuasan harus dikeluarkan oleh
yang diterima konsumen untuk
oleh mendapatkan produk
pelanggan tersebut

Nilai terantar untuk


pelanggan adalah
selisih atau
perbandingannya

Skema 11.1. Faktor Penentu Nilai Tambah Bagi Pelanggan


(Hendro, 2011)

87
Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja produk (hasil) yang bisa dirasakan
olehnya sesuai dengan harapannya. Metode-metode yang
digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan dari pelanggan
adalah sebagai berikut:
1. Sistem keluhan dan saran
Sistem ini bisa menggunakan cara formulir isian, questioner,
uji sampel secara langsung dengan cara tanya jawab dengan
pelanggan, e-mail, fax, telepon, dan situs jejaring sosial
seperti facebook, twitter, my space, dan lain-lain.
2. Survei kepuasan pelanggan secara berkala
Terkadang sistem keluhan dan saran tidak bisa
mencerminkan secara tepat dan akurat bila dilakukan hanya
sekali. Untuk itu, perlu dilakukan lebih dari satu Metode survei
kepuasan pelanggan secara berkala akan menghasilkan
tingkat keakuratan yang lebih baik. Kelemahan sistem keluhan
dan saran adalah belum mencerminkan kebenaran hati
pelanggan karena mereka terkadang mengisinya terburu-buru,
asal-asalan, atau hanya ingin mendapat hadiah, dan lain-lain.
3. Ghost shopping atau mystery shopper
Cara lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik
mengenai kepuasan pelanggan adalah memperkerjakan
orang untuk berpura-pura menjadi pembelajaran dan
melaporkan hal-hal yang positif (kekuatan) dari sebuah produk
dan juga melaporkan hal-hal yang negatif (kelemahan) dari
pelayanan serta manfaatnya.

88
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

SOAL

1. Jelaskan strategi- strategi apa yang dilakukan dalam berbegosiasi!


2. Ada beberapa cara mengetahu kepuasana pelanggan, sebutkan
dan jelaskan!
3. Jelaskan cara dan langkah negosiator dalam berbegosiasi!
4. Jelaskan arti gambit dalam negosisi!

89
BAB 12
PERENCANAAN USAHA (BUSINESS PLAN)

12.1 Pentingya Perencanaan


Membuka usaha baru tidak mungkin tanpa ada rencana
sebelumnya. Rencana harus ada secara tertulis. Namun, wirausaha di
Negara kita banyak yang tidak mau ataupun tidak mampu atau malas
menulis rencana tertulis tersebut karena berbagai alasan. Terlihat
wirausaha baru cendrung melaksanakan kegitan trial and erroratau
coba-coba. Seandainya gagal mereka akan beralih ke usaha yang
lain. David H. Bangs, Jr (1995) dalam Alma (2014) bahwa seorang
pengusaha yang tidak bisa membuat perencanaan sebenarnya
merencanakan kegagalan.Ungapan ini benar, dari hasil pengamatan
para pemilik perusahaan kecil yang menyisihkan waktu untuk
mengkaji semua strateginya, menggunakan informasi untuk menguji
kebenaran pendapatnya dan cukup pandaimengenali kekurangan-
kekurangan dirinya adalah pengusaha yang tidak mengalami
kegagalan. Suatu rencana kerja yang dibuat tertulis dan resmi guna
menjalankan perusahaan (business plan) merupakan perangkat tepat
untuk memegang kendali perusahaan dan menjaga agar fokus usaha
perusahaan tidak menyimpang.
Memulai usaha baru tidak tepat jika langsung dalam bentuk
usaha besar. Karena kalau usaha-usaha besar mengalami benturan-
benturan bisnis maka akan timbul kepanikan bagi pemiliknya sendiri
dan perusahaan semacam itu akan mudah mengalami kegagalan.
Memulai usaha dalam bentuk usaha kecil akan memberikan
pengalaman demi pengalaman dalam pengelolaan usahanya.
Business Plan perlu disusun karena merupakan legitimasi dari sebuah
usaha yang akan didirikan. Ada beberapa alasan penting mengapa
harus menyusun Business Plan menurut Bygrave (1994:115),yaitu:
a. To sell yourself the business

90
b. To obtain bank financing
c. To obtain investment funds
d. To arrange strategic alliances
e. To obtain large contracts
f. To attract key employes
g. To complete mergers and acquisitions
h. To motivate and focus your management team
Jadi tujuan penyusunan Business Plan yaitu:
1. Menyatakan bahwa anda sebagai pemilik dan pemegang inisiatif
dalam membuka usaha baru. Anda yakin akan keberhasilan
usaha dan juga meyakini orang lain. Dengan adanya bantuan
kerjasama dari berbagai pihak maka diharapkan usaha akan
maju dengan pesat. Bantuan yang diharapkan antara lain berypa
pinjaman melalui bank atau pinjaman melalui pihak-pihak lain
yang potensial.
2. Mengatur dan membentuk kerjasama dengan perusahaah-
perusahaan lain yang sudah ada dan saling menguntungkan
3. Business plan juga dapat mengundang orang-orang tertentu
yang potensial atau mempunyai keahlian untuk bergabung
bekerjasama
4. Business plan jugaa berguna untuk melakukan merger atau
akuisisi
5. Business plan bertujuan untuk menjamin adanya fokus tujuan
dari berbagai personil yang ada dalam perusahaan.

12.2. Pengertian Business Plan


Banyak pakar yang mendefinisikan business plan diantaranya
Bygrave (1994: 114) menyatakan bahwa business plan merukana
suatu dokumen yang menyatakan keyakinan akan kemampuan
sebuah bisnis untuk menjual barang dan jasa dengan
menghasilkan keuntungan yang memuaskan dan menarik bagi

91
penyandang dana. Sedangkan Hisrich-Peters (1995: 113)
memberikan definisi sebagai berikut, The business plan is a written
document prepared by the entrepreneur that describes all the
relevant external and internal elements involved in starting a new
venture. It is ofen an integration of functional plans such as
marketing, finance, manufacturing and human resources.
Menurutnya business plan adalah dokumen tertulis yang disiapkan
oleh wirausaha yang mengambarkan semua unsure-unsur yang
relevan baik internal maupun eksternal mengenai perusahaan
untuk memulai sewaktu usaha. Isinya sering merupakan
perencanaan terpadu menyangkut pemasaran, permodalan,
manufaktur dan sumber daya manusia.
Business plan dibuat dalam bentuk jangka pendek ataupun
jangka panjang yang pertama kali diikuti untuk tiga tahun berjalan.
Business plan merupakan road map yang akan diikuti oleh
wirausaha. Business plan seakan-akan menjawab pertanyaan:
Where am I now? Where am I going?How will I get there?
Business plan merupakan dokumen penting dan sangat
berguna bagi sebuah bisnis, yang memperlihatkan keadaan
sekarang dan masa depan yang dikehendaki. Terdapat 5 alasan
mengapa perlu disiapkan business plan, yaitu:
a) Business merupakan satu blueprint yang akan diikuti dalam
operasional bisnis.
b) Alat untuk mencari dana sehingga berhasil dalam bisnis
c) Merupakan alat komunikasi untuk menarik orang lain,
pemasok, konsumen, penyandang dana.
d) Sebagai manajer karena dapat mengetahui langkah-langkah
praktis menghadapi dunia persaingan, membuat promosi
sehingga lebih efektif.
e) Membuat pengawasan lebih mudah dalam operasionalnya,
apakah mengikuti atau sesuai dengan rencana atau tidak

92
Isi dari sebuah business plan yaitu:
(1) Kulit depan/cover judul
(2) Ringkasan eksekutif sejarah/latar belakang bisnis
(3) Deskripsi tentang bisnis apa yang akan dilakukan
(4) Deskripsi tentang pasar
(5) Deskripsi tentang produk/komoditi yang akan diusahakan
(6) Susunan pengurus dan kepemilikan
(7) Objectives dan goals
(8) Gambaran keuangan
(9) Lampiran
Berikut ini penyebab terjadinya kegagalan dari business plan yaitu:
(a) Tujuan yang ditetapkan oleh pengusaha kurang masuk akal,
pengusaha kurang memiliki tanggung jawab
(b) Pengusaha tidak memiliki pengalaman dalam perencanaan
bisnis
(c) Pengusaha tidak dapat menangkap ancaman dan kelemahan
bisnisnya sendiri
(d) Konsumen tidak mengharapkan adanya barang dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan tersebut.

12.3. Kerangka Rencana Usaha


Rencana usaha yang akan disusun memuat pokok-pokok
pikiran perencanaan yang mencakup antara lain:
1. Nama Perusahaan
Nama yang diberikan jangan hanya berorientasi kepada
faktor-faktor yang sedang hangat pada masa kini akat tetapi
lebih mementingkan prosfek masa depannya.

93
2. Lokasi
Ada dua hal penting menyangkut lokasi yang akan dipilih,
yaitu:
a) Lokasi perkantoran, disebut tempat kedudukan
b) Lokasi perusahaan, disebut tempat kediaman

Isi dari Business Plan


I. Pendahuluan
- Nama dan alamat perusahaan
- Nama dan alamat pemilik
- Nama dan alamat penanggung jawab yang bisa dihubungi
sewaktu-waktu
- Informasi tentang bisnis yang dilaksanakan
II. Rangkuman eksekutif lebih kurang tiga halaman yang
menjelaskan secara komplit isi business plan.
III. Analisis industri
- Perspektif mass depan industri
- Analisis persaingan
- Segmentasi pasar yang akan dimasuki
- Ramalan-ramalan tentang produk yang dihasilkan
IV. Deskripsi tentang usaha
- Produk yang dihasilkan
- Jasa pelayanan
- Ruang lingkup bisnis
- Personalia dan perlengkapan kantor Latar belakang identitas
pengusaha
V. Rencana produksi
- Proses pabrikas
- Keadaan gedung dan perlengkapannya
- Keadaan mesin dan perlengkapannya
- Sumber-sumber bahan baku
VI. Rencana pemasaran
- Penetapan harga
94
- Pelaksanaan distribusi
- Promosi yang akan dilakukan
VI. Rencana pemasaran
- Penetapan harga
- Pelaksanaan distribusi
- Promosi yang akan dilakukan
- Pengembangan produk
VII. Perencanaan Organisasi
- Bentuk kepemilikan dan struktur organisasi - Informasi tentang
partner
- Uraian tentang kekuasaan
- Latar belakang anggota tim manajemen
- Peranan dan tanggung jawab personalia dalam organisasi
VIII. Resiko
- Evaluasi tentang kelemahan bisnis
- Gambaran teknologi
IX. Perencanaan permodalan Neraca permulaan perusahaan
- Proyeksi aliran kas
- Analisa titik impas
- Sumber-sumber permodalan
X. Apendix
- Surat-surat
- Data penelitian pasar
- Surat-surat kontrak dan dokumen perjanjian lainnya
- Daftar harga dari pemasok barang
(Terjemahan bebas dari Hisrich-Peters, 1995:120)

95
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

SOAL

5. Jelaskan beberapa alasan perlu disusunnya business plan!


6. Jelaskan pokok-pokok pikiran untuk rencana usaha!
7. Jelaskan isi dari business plan!
8. Buatlah business plan untuk usaha optikal!

96
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2005. Kewirausahaan: Panduan Perkuliahan.


Bandung:Alfabeta.

Buang, Nor Aishah dan Isteti Murni. 2006. Prinsip-Prinsip


Kewirausahaan.Malaysia: Fakultas Pendidikan Universitas
Kebangsaan Malaysia.

Bygrave, Wiliam D. 1994. The Portable MBA in Entrepreneurship. New


York: John Willey & Sons, Inc.

Coulter, Marry. 2003. Entrepreneurship in Action. New Jersey:


Prentice Hall.

Dan & Bradstreet and Business Credit Service. 1993. Strategi Plan
and Business Plann. New York: Prentice Hall, Inc.

Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi. 2013.


Kewirausahaan: Modul Pembelajaran. Jakarta.

Dun Steinhoff, John F. Burgess. 1993. Small Business Management


Fundamental 6th ed. New York: McGraw Hill Inc.

Ganefri dan Hidayat. 2013. Rahasia Kewirausahaan. Bandung:


Alfabeta.

Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Panduan bagi


Mahasiswa untuk Mengenal, Memahami dan Memasuki
Dunia Bisnis. Jakarta: Erlangga.

Hisrich, R.D., Peter, M.P., & Shepert, D.A.2008. Entrepreneurship 7


th. Boston: McGraw Hill.

Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional


Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan.

Lambing, Peggy A dan Charles R. Kuehl. Entrepreneurship. USA:


Prentice Hall.

Meredith, G.G. 1996. Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta:


Pustaka Bianaman Presindo.

97
Palermo, E.2 014. Business New Daily.
http://www.businessnewsdaily.com/6378-trains-of-
successful-
entrepreneurs.html#sthash.rWuvU9mD.dpuf,diakses
tanggal 8 November 2016.

Porter, Michael. 1997. Competitive Strategy. New York: Pree Press.

Rockeach, N., Milton. 1973. The Nature of Human Value. New York:
The Free Press. McMilan Publ.Co., Inc.

Suryana. 2011. Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses


Menuju Sukses. Bandung: Salemba Empat.

Wijandi, Soemarsono. 1988. Pengantar Kewiraswastaan. Bandung:


Sinar Baru.

Wijaya, Albert. 1993. Manajemen Strategis Perusahaan dalam


Dekade1990-an. Majalah Manajemen dan Usahawan
Indonesia, No. 6 Tahun XXII.

Winardi. 2003. Entrepreneur dan Entrepreneurship: Berani Mengambil


Resiko untuk Menjadi Kaya. Jakarta: Prenada Media.

Yuyun Wirasasmita. 1994. Kewirausahaan: Buku Pegangan. Jati


Nangor: UPT/PenerbitIKOPIN.

Zimmerer, T.W., Scarborough, & N.M., Wilson D. 2008. Essentials of


Entrepreneurship and Small Business Management, 5th ed.
New Jersey: Pearson/Prentice Hall.

98
SINOPSIS

Buku Ajar Kewirausahaan, Bagi Mahasiswa Refraksi Optisi. Sukses ini


berbeda dengan buku yang lainnya karena materinya disampaikan
dengan bahasa yang jelas dan dilengkapi dengan diskusi tentang
materi. Pembaca tidak hanya disajikan dalam bentuk teori saja, tetapi
secara kontekstual dihubungkan dengan pengalaman praktis penulis
dalam mengelola usaha/bisnis. Buku ini diharapkan dapat menambah
bobot materi yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Strereotype dari isi
buku ini jelas terlihat bahwa seorang wirausahawan harus mau
bekerja keras, kreatif, inovatif dan selalu menjaga etika bisnis dalam
rangka membentuk reputasi baik terhadap semua relasi dalam
usahanya. Melalui buku ini diharapkan mahasiswa berminat dan
semangat agar menjadi seorang wirausaha yang kreatif, inovatif dan
optimis dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda demi
meraih sukses pada persaingan global.

99

Anda mungkin juga menyukai