Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BIOGRAFI ULAMA HADIST


Dosen pengampu:
Hasyim Asy’ari, M.Pd.I

Disusun oleh:
Badrus sholeh : 2019096011706
Mohammad Zain : 2019096011719

FAKULTAS TARBIYAH PRODI PAI


INSTITUT AGAMA ISLAM AL QODIRI JEMBER
Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun makalah ini membahas tentang “BIOGRAFI ULAMA
HADIS” untuk memenuhi tugas dari mata kuliah “ULUMUL HADIST”.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, sehingga makalah yang telah penulis buat dapat selesai sebagaimana
waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik, saran atau usulan dari pembaca guna memperbaiki makalah ini agar
tidak terulangnya kesalahan yang kami buat pada laporan-laporan selanjutnya,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Jember, 04 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 4
..........................................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................... 4
1.2 Fokus Pembahasan..................................................................... 5
1.3 Tujuan Pembahasan.................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 6
2.1 Biografi Bukhari......................................................................... 6
2.2 Biografi Muslim......................................................................... 7
2.3 Biografi Malik............................................................................ 9
2.4 Biografi Ahmad.......................................................................... 10
2.5 Biografi Abu Dawud.................................................................. 11
2.6 Biografi Tirmidzi....................................................................... 12
2.7 Biografi An Nasa’i..................................................................... 14
2.8 Biografi Ibnu Majah................................................................... 14
2.9 Biografi Ad Darim.............................................................................. 15

BAB III PENUTUP........................................................................................ 16


3.1.Kesimpulan................................................................................ 16

DAFTAR ISI.................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam pada masa Rasulullah masih hidup apabila terdapat kekurangan
paham terhadap suatu hukum, para sahabat langsung menanyakan kepada
Rasulullah, sehingga bisa cepat terselesaikan. Kemudian sepeninggalan
Rasulullah para sahabat menggunakan pengalaman yang diperoleh dari perkataan,
perbuatan dan kebiasaanbeliau ketika masih hidup.
Berbicara mengenai hadis yang sudah tersebar luas di seluruh dunia ini,
tentu hal tersebut tidak lepas dari peran penting para aktor di belakangnya. Para
aktor tersebut adalah perawi hadis dan tokoh-tokoh yang mendalami ilmu hadis
yang tentu hebat karena mereka memiiki potensi diri yang baik, baik dari segi
intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual.
Para ulama hadis merumuskan bahwa hadist shahih itu ialah hadist yang
diriwayatkan oleh periwayat yang adil, dabit, mata rantai periwayatannya
bersambung serta tidak mengandung shadh dan ‘illat. Ibn al-Salah mentahbiskan
ketentuan ini sebagai standar yang digunakan semua ahli hadis. Dengan kata lain,
pengertian ini diklaim Ibn al-Salah sebagai ijma’ yang tidak bisa diganggu
gugat.
Syarat dan ketentuan lain tergantung kepada masing-masing ulama hadis
ketika mereka menulis hadis-hadis shahih menurut syarat mereka. Al-Bukhari
misalnya menambahkan thubut liqa’ dan mu‘asarah antara guru dan murid. Ini
untuk melihat eratnya ketersambungan sanad dari bawah sampai atas. Untuk
tujuan serupa, Muslim juga mensyaratkan hal yang sama, namun hanya
penambahan standar mu‘asarah saja sebagai bukti bahwa seorang periwayat
hadis tidak melakukan tadlis dalam meriwayatkan hadis dari guru-gurunya.
Standar ini sangatlah ketat sehingga wajar jika para ulama menobatkan kitab
Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim sebagai kitab paling otentik dan otoritatif
kedua bagi legislasi shari‘at Islam setelah al-Quran.
1.2 FOKUS MASALAH
1. Mendeskripsikan Biografi Bukhari
2. Mendeskripsikan Biografi Muslim
3. Mendeskripsikan Biografi Malik
4. Mendeskripsikan Biografi Ahmad
5. Mendeskripsikan Biografi Abu Dawud
6. Mendeskripsikan Biografi Tirmidzi
7. Mendeskripsikan Biografi An Nas’i
8. Mendeskripsikan Biografi Ibnu Majah
9. Mendeskripsikan Biografi Ad Darim
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui biografi Bukhari
2. Untuk mengetahui biografi Muslim
3. Untuk mengetahui biografi Malik
4. Untuk mengetahui biografi Ahmad
5. Untuk mengetahui biografi Abu Dawud
6. Untuk mengetahui biografi Tirmidzi
7. Untuk mengetahui biografi An Nasa’i
8. Untuk mengetahui biografi Ibnu Majah
9. Untuk mengetahui biografi Ad Darim
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Biografi Bukhari (194 H/810 M-256 H/870 M )

Bukhari nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad Bin Isma’il


Bin Ibrahim Bin Bardizbah Al-Yafi’i Al-Bukhari. Beliau dilahirkan pada hari
Jum’at, 13 Syawal 194 H (840 H) di sebuah kota yang bernama Bukhara. Pada
waktu remaja, ia bermukim di Madinah dan menyusun kitab Tarikh al-Khabir.
Beliau mempelajari hadis dari para guru hadis di berbagai negeri, diantaranya
Khurrasan,Irak, Mesir, Mekah, Asqalam, dan Syam. Ia adalah seorang yang
sangat kuat daya hafalannya, sebagian riwayat menjelaskan bahwa diantara
kecerdasan beliau adalah sekali melihat dapat mengingat atau menghafal dengan
sempurna. Beliau seorang yang zahid, wara’, pemberani, pemurah dan sebagai
mujtahid dalam fiqh.
Beliau mulai belajar hadis sejak di bawah usia 10 tahun pada tahun 210 H
dan mendengarnya lebih dari 1.000 orang guru. Beliau hafal sebanyak 100.000
buah hadis shahih dan 200.000 hadis yang tidak shahih. Di antaranya yang shahih
di masukkan ke dalam kitab shahihnya dan beliaulah pertama kali yang
menghimpun hadis shahih ke dalam sebuah buku yang diberi nama Al-Jami’ As-
Shahih Li Al-Bukhari. Buku ini di tulis selama 16 tahun yang beliau dengar dari
lebih 70.000 perawi melalui penelitian yang tekun dan berhati-hati kemudian di
ajukan kehadapan para gurunya diantaranya Imam Ahmad, Yahya bin Ma’in, Ali
al-Madani, dan lain-lain. Mereka menilai keshahihannya. Setiap akan menulis
hadis beliau mandi dan shalat istikhara h 2 rakaat terlebih dahulu dan tidak
menulisnya, kecuali hadis yang shahih, sanad yang muttashil dan para perawinya
telah memenuhi syarat keadilan dan ke-dhabith-an. Buku hadis ini menurut
sebagian ulama berisikan 7.397 buah hadis shahih, memasukkan hadis yang
berulang-ulang, atau 2.067 buah hadis shahih tanpa berulang-ulang.
Kitab al-jama’ ini diberikan banyak syarah oleh para ulama, dalam kitab
kasyf azh-zunun disebutkan mencapai 82 kitab syarah dan yang paling menonjol
adalah Ibnu Hajar Al-Asqalani yang diberi nama Fath Al-Bari, Syarah Al-‘Umdah
Al-Qari. Banyak sekali tulisan Al-Bukhari selain Al-Jam ’, diantaranya tiga kitab
At-Tarikh, yaitu Al-Kabr, Al-Awsath, dan Al-Ashghar, kitab Al-Kuna, kitab Al-
Wuhdan, dan kitab Al-Adab Al-Mufrad.
Kitab Al-Bukhari diterima oleh para ulama secara aklamasi disetiap masa
dan banyak sekali keistimewaan kitab Al-Bukhari yang diungkapkan oleh para
ulama, diantaranya sebagai berikut.
a. At-Tirmidzi berkata:
“Aku tidak melihat dalam ilmu ‘ilal (cacat yang tersembunyi dalam hadis) dan
para tokoh hadis seorang yang lebih mengetahui dari Al-Bukhari”.
b. Ibnu khuzaimah berkata:
“Aku tidak melihat dibawah kolong langit seorang yang lebih mengetahui
hadis Rosulullah SAW dan yang lebih hafal daripada Muhammad bin Ismail
Al-Bukhari.
c. Al-Hafizh Adz-Dzahabi berkata:
“Dia adalah kitab islam yang paling agung setelah kitab Allah (Al-quran).
Di anantara kelebihan daya ingan (dhabith) dan kecerdasan Imam Al-
Bukhori mampu mengembalikan dan menerapkan kembali 100 pasangan sanad
hadis pada matan yang sengaja diacak (hadis maqlub) oleh 10 ulama maghdad
dalam periwayatan hadis semua itu bisa di jawaboleh imam al-bukhori degan
lugas dan dikembalikan sesuai dengan poroporsinya semula.
Para lulama yang mengambil hadis darinya banyak sekali, diantaranya
yang populer adalah at-tirmizi, mashur bin muhamad al-bazdawi, dan lain-lain.
Beliau meninggal dunia 1 Syawal 256 H/31 Agustus 870 M pada hari Jum`at
malam Sabtu malam Hari Raya Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari di
Samarkand.

2.2. Biografi Muslim ( 204 H/820 M – 261 H/875 M )


Nama lengkapnya adalah Abu Husain Muslim Bin Al-Hajjaj Al-Quraysyi
An-Naysaburi. Beliau dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H/820 M, yaitu kota
kecil yang terletak di negara Iran. Beliau salah seorang ahli hadis terkemuka dan
murid Al-Bukhari. Sejak kecil beliau belajar hadis ke beberapa guru ke beberapa
guru di berbagai negara antaranya ke Hijaz. syam, irak, mesir, dan lain-lain
seperti gurunya al-bkhori. An-nawawi berkata;``imammusjum seorang yaang
sangat ber hat-nati, teguh pendirian, wara, tdan makrifah.``
Di antara buku hadis yang beliau tulis adalah Shahih Muslim berisikan
400 hadis hadis yang merupakan hasil penyeleksian 12.000 buah hadis yang
dihitung secara berulang, atau pendapat lain sebanyak 7.275 buah hadis secara
terulalang-ulang. Menurut Fuad Abdhul Baqi sebanyak 3.033 buah hadis
tanpadiluang. Buku ini disusun 12 tahun, Shahih Al-Bukhori dan Shahih Muslim,
secara aklamasi (qabul) dan mayoritas mereka menilai Al-Bukhori lebih
shahih,tetapi shahih muslim lebih indah sistematika penulisannya. Imam Muslim
berkata: “seandainya ahli hadis menulis hadis selama 200 tahun, maka intinya
kitab shahihnya.”
Menurut penelitian para ulama, persyaratan yang di tetapkan Muslim
dalam kitabnya pada dasarnya sama dengan penetapan Shahih Al-Bukhari. Ibnu
Ash-Shalah mengatakan bahwa persyaratan Muslim dalam kitab Shahih-nya
adalah sebagai berikut.
a. Hadis itu bersambung sanad-nya.
b. Hadis diriwayatkan oleh orang kepercayaan (tsiqah) dari generasi permulaan
sampai akhir.
c. Terhindar dari syadzdz dab ‘illah.
Persyaratan diatas sama juga digunakan oleh al-bukhori, hanya apa yang
dimaksud dengan “ittishalus sanada” artinya bersambung sanad, a sedikit
perbedaan. Menurut Al-Bukhari, seorang perawi harus benar-benar bertemu
dengan pemberi hadis, kendati hanya sekali. Diantara lambang periwayatannya
atau serah terima hadis dengan ungkapan: “akhbaranaa” artinya memberitakan
kepada kami, “sami’tu" artinya mendengar, dan lain-lain. Dalam arti guru
membaca, murid mendengar secara langsung. Sementara menurut Imam Muslim,
asal mereka itu semasa, sudah di nilai bersambung sanadnya. Tampaknya, ha
inilah yang menyebabkan para ulama menilai Shahih Al-Bukhari lebih tinggi
tinggkat ke shahihannya di banding dengan Shahih Muslim. Akan tetapi, diantara
ulama maghribi berpendapat Shahih Muslim lebih unggul dalam hal
sistematikanya lebih bagus. Kitab-kitab lain yang di tulis Muslim, diantaranya Al-
Ilal, Awham Al-Muhadditsin, Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahid, Thabaqat At-
Tabi’in, Al-Mukhadhramin, Al-Musnad Al-Kabir ‘Ala Asma’ Ar-Rijal, Al-Jami’
Al-Kabir ‘Ala Al-Abwab.
Banyak para ulama yang mengambil hadis darinya, diantaranya At-
Tirmidzi, Abu Hatim Ar-Razi, Ahmad Bin Salamah, Musa Bin Harun, Yahya Bin
Sa’id, Muhammad Bin Mukhallad, Abu ‘Uwanah Ya’qub Bin Ishaq Al-Isfarayini,
Muhammad Bin Abdul Wahhab Al-Farra’, Ali Bin Al-Husain Dan lain-lain.
Beliau meninggal di Naisabur pada tahun 261 H/875 M dalam usia 55 tahun.

2.3. Biografi Malik (96 H/ 712 M- 179 H/798 M )


Nama lengkapnya Abu Abdullah Malik Bin Anas Bin Amir Bin Amru Bi
Al-Harits. Beliau salah seorang pendiri mazhab empat yang kedua yang disebut
Mazhab Imam Malik. Beliau dilahirkan di Madinah 96 H/712 M. Dalam satu
riwayat, beliau daam kandungan sang ibunya selama 3 tahun dan dilahirkan dalam
keluarga dan masyarakat yang banyak mengenal hadis. Beliau telah hafal Alquran
sejak usia kanak-kanak. Di antara guru-gurunya adalah Abdurrahman bin Hurmuz
dan Ibnu Syihab Az-Zuhri dan di antara murud-murudnya adalah Al-Auza’i,
Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan Bin Uyainah Ibnu Al-Mubarak, Imam Asy-Syafi’, dan
lain-lain.
Di antara karyanya al-muwatththa’, disusun dalam rangka memenuhi
permintaan Al-Manshur untuk menjadi pegangan seluruh lapisan masyarakat di
bawah kekuasaannya. Beliau himpun 100.000 hadis dari lebih 1.000 ahli hadis
selama 40 tahun dan di presentasikan 70 ulama ahli fiqh di Madinah dan
diakuinya ( Al-Muwaththa’= dimudahkan ). Sebagian ulama berpendapat bahwa
Buku Induk Hadis ada 7, yaitu enam ditambah satu, yaitu Al-Muwaththa’ atau
Ad-Darimi menurut sebagian pendapat. Ibnu Hazm berkata: “Al-Muwaththa’
adalah sebuah kitab fiqh dan hadis dan aku tidak melihat perbandingannya.”
Kualitas hadis di daamnya tidak seluruhnya shahih, tetapi terdapat mursal,
mu’dhal, mun’qati’, mawaquf, dan yang lain sesuai dengan awal perkembangan
pembukaan hadis.
Guru imam malik banyak, diantaranya Nu’aim Al-Mujmir, Zaid Bin
Azlam, Nafi’, Syuraik Bin Abdillah, Az-Zuhri, Abi Az-Zanad, Sa’id Al-Maqburi,
Dan Huwayd Ath-Thawil. Sedangkan murid-murudnya yang mengambil hadis
dari beliau, diantaranya Az-Zuhri, Yahya Bin Said, Al-Auza’i, Ats-Tsauri,
Saufyan Bin Uyainah, Al-Laith Bin Sa’ad, Ibnu Juraij, Shyu’bah Bin Al-Hajjaj,
Asy-Syafi’i, Ibnu Al-Mubarak, Ibnu Wahbin, Ibnu Mahdi, Dan Al-Qathan. Beliau
meninggal pada tahun 179 H/798 M di Madinah.

2.4. Biografi Ahmad ( 164 H/780 M – 241 H/855 M )


Nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Ahmad Bin Hambal Bin Hilal
Al-Syaybani, salah satu pendiri mazhab empat yang diberi nama mazhab
Hambali. Beliau dilahirkan di Baghdad pada tahun 164 H/780 M. Beliau lebih
benyak mencari ilmu di Baghdad kemudian mengembara ke berbagai kota untuk
menuntut ilmu fiqh dan hadis seperti Syam, Hijaz, Yaman dan lain-lain, sehingga
banyak pengetahuannya tentanga atsar sahabat dan tabi’in. Beliau memiliki sifat
wara’ (berhati-hati dalam masalah haram) dan dhabith (memiliki memori daya
ingat) yang sempurna. Abu Zur’ah berkomentar tentang hafalan dan daya ingatnya
yang sangat tinggi itu, bahwa Imam Ahmad hafal 1.000.000 buah hadist. Oleh
karena itu, beliau di panggil sebagai amir al mu’miniin fi al-hadist. Ibnu Hibban
juga mengatakan bahwa Imam Ahmad adalah seorang ahli fiqh, hafizh, dan teguh
pendiriannya, selalu wara’ dan beribadah sekalipun dicambuk dalam dalam
peristiwa mihnah (ujian kemakhlukan Alquran). Ia sebagai imam yang diteladani
dan menjadi tempat perlindungan.
Di antara gurunya adalah Sufyan Bin Uyainah, As-Syafi’i, Yahya Bin
Sa’id Al-Qathan, Abdurrazzaq Ath-Thayalisi, dan lain-lain. Sedangkan para
ulama yang meriwayatkan hadis darinya, di antaranya Al-Bukhari, Muslim, Abu
Dawud, Waki’ Bin Al-Jarrah, Aki Bin Al-Madani, Ibnu Mahdi, dan lain-lain.
Pada masa Al-Mu’thasim beliau dipenjara 28 tahun atas perintah Khalifah karena
tidak mau mengatakan bahwa Alquran makhluk, yang merupakan keyakinan
Mu’tazilah yang sedang jaya pada masa itu. Ketika pada masa Khalifah Al-
Mutawakkil ia dikeluarkan dari penjara sekitar tahun 220 H dan mendapat
keistimewaan dari masyarakat sehingga mendapat julukan Tempat Raja
Berunding. Banyak karya beliau, diantaranya Al-‘Ilal, Az-Zuhd, At-Tafsir, An-
Nasikh, Wa Al-Mansukh, Fadhail As-Sahabah, As-Sya’ribah, dan lain-lain.
Diantara karyanya yang besar dan populer adalah Musnad Imam Ahmad yang
berisikan 30.000 buah hadis dan 10.000 buah hadis secara berulang-ulang. Beliau
tulis sejak berusia 16 tahun, tetapi belum sempat menyeleksi hadis yang shahih
dan yang tidak shahih sebab meninggal dunia pada tahum 241 H/855 M di
Baghdad pada usia 77 tahun. Kenudian di terbitkan oleh putranya Abdullah Bin
Ahmad Bin Hambal dan kemudian di terbitkan secara alphabet (abjadi) kitab
Mu’jam oleh Al-Hafizh Al-Asqalani dalam pembelaannya mengatakan tidak ada
hadis Mawdhu’ didalamnya. Dalam kitabnya Ta’jil Al Manfa’ah Bi Rijal Al-
Arba’ah, Al-Asqalani mengatakan tidak ada sebuah hadis yang tidak ada dasarnya
dalam kitab musnad, kecuali 3 atau 4 buah hadis saja.

2.5. Biografi Abu Dawud ( 202 H/817 M – 275 H/889 M )


Nama lengkapnya Abu Dawud Sulaiman Bin Al-Asy’ats Bin Ishaq As-
Sijistani. Sijistan suatu daerah yang terletak antara Iran dan Afghanistan, tempat
kelahiran beliau pada tahun 202 H/817 M. Sama halnya Al-Bukhari dan Muslim
beliau juga berkelana dan berkeliling mencari ilmu dan berguru hadis dari
beberapa ulam hadis. Di antaranya ke Khurasan, Rayy, Harat, Kufah, Baghdad,
Tarsus, Damaskus, Mesir, dan Bashrah. Beliau mengambil hadis dari Adullah bin
Maslamah Al-Qa’nabi, Abu Al-Walid Ath-Thayalisi Abu Amar Al-Hawdhi,
Ibrahim bin Musa Al-Farra’, Abu Bakar bin Abu Syaibah, Ahmad bin Hambal,
dan lain-lain. Sedangkan hadisnya diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, An-Nasa’i,
Abu ‘Awanah, Ya’qub bin Ishaq Al-Isfirayini, dan lain-lain.
Beliau menghabiskan waktunya di Tursus lebih kurang 20 tahun. Beliau
seorang hafizh, lautan ilmu, terpercaya, dan memiliki keilmuwan yang tinggi
terutama dalam bidang hadis. Para ulama sangat menghormati kemampuan,
kejujuran, dan ketaqwaan beliau yang luar biasa. Abu Dawud tidak hanya sebagai
seorang ahli hukum yang handal dan kritikus hadis yang baik.
Diantara karyanya Sunan Abi Dawud yang beliau perlihatkan kehadapan
Imam Ahmad. Dengan bangga Imam Ahmad memujinya. Di dalamnya teknik
pembahasannya seperti fiqh, yaitu banyak bicara tentang hukum dan tidak dibahas
masalah kisah dan mau’izhah. Buku ini berisikan 5.274 buah hadis secara
berulang-ulang yang di saring dan teliti sebanyak 500.000, hadis kemudian di
seleksi lagi menjadi 4.800 buah hadis. Di dalamnya terdapat shahih, hasan, dan
dhaif. Beliau berkata: “Aku sebutkan yang shahih, yang serupa, dan yang
mendekatinya. Hadis yang sangat lemah aku jelaskan.” Kedudukannya dalam
Buku Induk Hadis menempati rangking pertama dalam empat kitab sunan dan
mendekati dua kitab Shahihayn.
Para uama sepakat menetapkan bahwa beliau seorang hafizh yang
sempurna, pemilik ilmu yang melimpah, muhaddits yang terpercaya, wara’, dan
memiliki pemahaman yang tajam, baik dalam bidang ilmu hadis maupun lainnya.
Al-Khaththabi berpendapat bahwa tidak ada susunan kitab ilmun agama yang
setara dengan kitab Sunan Abi Dawud. Para ulama menerimanya dan ia menjadi
hakim antara fuqaha’ yang berlainan mazhab.
Dalam sejarah hidupnya beiau bermukim di Bashrah dan mengajarlan
hadis kepada umat Islam di sana sampai meninggal pada tanggal 16 Syawal 275
H/889 M.

2.6. Biografi Tirmidzi ( 200 H/824 M – 279 H/892 M )


Nama lengkapnya Abu Isa Muhammad Bin Isa Bin Surah dilahirkan di
Tirmidz, sebuah kota kecil sebelah utara Sungai Amudaria, sebelah utara Iran.
Beliau lahir di kota tersebut pada bulan Dzulhijjah 200 H/824 M. Beliau
meninggalkan kampung halamannya untuk mencari ilmu ke Khurrasan, Irak, dan
Hijaz. Al-Bukhari salah seorang gurunya, baik dalam hadis dan fiqh. Beliau
banyak meriwayatkan hadis dari ulama hadis pada masanya, di antaranya Al-
Bukhari, Muslim, Dan Isma’il Bin Musa As-Sudi.
Di antara karyanya adalah kitab Sunan atau yang disebut Jami’ At-
Tirmidzi. Menurut penelitian Ahmad Muhammad bin Syakir et.al., kitab Jami’ ini
memuat sekitar 3.956 hadis. Didalam kitab ini ia mengklasifikasikan kualitas
hadis menjadi shahih, hasan, dan dha’if. Setelah selesai menulis kitab ini beliau
perlihatkannya kepada ulama Hijaz, Irak, dan Khurrasan. Mereka bersenang hati
dan bangga melihatnya. Beliau berkata: “aku tulis bukuku ini dan telah aku
sodorkan kepada para uama Hijaz, Irak, dan Khurrasan dan mereka
menyenanginya. Barang siapa di rumahnya terdapat kitab Sunan ini, maka
seakan- akan di rumahnya ada seorang Nabi yang berbicara.” Buku inilah
sumber pertama hadis hasan. Kualitas hadisnya terbagi empat macam, yaitu
sebagian dipastikan keshahihannya, sebagian lain shahih atas syarat Abu Dawud
dan An-Nasa’i, sebagian lain dijelaskan ‘illat-nya, dan sebagian lagi beliau
terangkan: Aku tidak keluarkan suatu hadis dalam kitabku ini, kevuali yang
diamalkan oleh sebagian fuqha’.
Buku-buku karya lainnya, seperti Al-‘Illal, As-Syamail, Asma As-
Shahabah, Al-Asma’ Wa Al-Kuna, dan lain-lain. Beliau meninggal dunia pada
tahun 279 H/892 M bulan Rajab di Tirmidz setelah sakit mata pada akhir
hayatnya.

2.7. Biografi An- Nasa’i ( 215 H/839M – 303 H/915 )


Nama lengkapnya Ahmad Bi Syuai’b Bin Ali Bin Sinan Al-Khurrasani
An-Nasa’i Abu Abdurrahman. Beliau dilahirkan di kota Nasa’ suatu kota masuk
wilayah Khurrasan pada tahun 215 H. Beliau mengembara ke berbagai kota
besar untuk mencari hadis, antara lain ke Khurrasan, Hijaz, Irak, dan Mesir
kemudian menetap di Mesir. Beliau juga seorang faqih bermazhab As-Syafii ahi
ibadah, berpegang teguh pada sunnah, dan memiliki wibawa kehormatan yang
besar. Setelah melaksanakan ibadah hajji, ia menetap di Mekah sampai
menghadap ke hadirat Ilahi pada tahun 303 H/915 M. Beliau meninggal di
Ramalah dan di makamkan di Baitul Maqdis.
Cukup banyak karangan beliau, lebih kurang 15 buku, yang paling populer
adalah As-Sunan yang disusun seperti bab fiqh. Menurut penelitian As-Sayyid
Muhammad Sayyid et.al., kitab Sunan ini mengandung lebih kurang 5.774 hadis.
di dalamnya tidak ada seorang perawiyang di sepakati kritikus untuk
ditinggalkannya. Dari segi kualitas hadisnya terdapat hadis shahih, hasan, dan
dha’if. Beliau beri nama kitab itu As-Sunan Al-Kubra, kemudian diajukan kepada
seorang Amir di Ramalah, kemudin beliau ditanya: “Apakah semua hadis
didalamnya shahih?” beliau menjawab: “Didalamnya ada yang shahih, hasan, dan
mendekatinya.” “Tuliskan yang shahih saja darinya!” sahut Amir. Maka beliau
menyaring dari kitab itu hadis-hadis shahih saja yang kemudian disebut As-Sunan
As-Sughra dan diberi nama Al-Mujtaba Min As-Sunan, yaitulah yang sampai di
tangan kita. Para ahli hadis banyak yang berpedoman periwayatan dari An-Nasa’i,
ia bagian dari Kitab Induk Enam yang sedikit kedha’ifannya dan seimbang atau
dekat dengan Sunan Abi Dawud kitab kedua dari 4 Sunan.

2.8. Biografi Ibnu Majah ( 207 H/824 M – 273 H/887 M )


Nama lengkapnya adaah Abu Abdullah Muhammad Bin Yazid Al-
Qazwini, lahir di Qazwin salah satu kota di Iran pada tahun 207 H/824 M. Beliau
belajar hadis di berbagai kota di antaranya Irak, Hijaz, Mesir, dan Syam. Banyak
karyanya dalam tafsir, hadis, dan tarikh. Di antara karyanya yang populer adalah
kitab Sunan Ibnu Majah yang disusun seperti bab fiqh, jumlah hadisnya sebanyak
4.341 buah hadis. 3.002 hadis, di antaranya diriwayatkan oleh Ashhab Al-
Khamsah dan 1.339 buah hadis diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Didalamnya
terdapat hadis shahih, hasan, dha’if, dan wahi. Oleh karena itu, para ulama
sebelum abad ke-6 belum memasukkannya kedalam Buku Induk Hadis Enam
( Ummahat Al-Kutub As-Sittah ) kemudian dimasukkannya setingkat Al-
Muwaththa’ karya Imam Malik. Para ulama mendahulukan Sunan Ibnu Majah
daripada Al-Muwaththa’ dalam gabungan Buku Induk Hadis Enam tersebut,
karena didalamnya terdapat beberapa hadis yang tidak didapati dalam kitab lima,
dan didapatkan lebih banyak dari Al-Muwaththa’, bukan berarti ia lebih unggul
dari Al-Muwaththa’. Beliau meninggal dunia pada tanggal 22 Ramadhan 273 H.
2.9. Biografi Darimi
Nama lengkap penyususn kitab sunan Al-Darimi adalah ‘Abdurrahman ibn
al-fadhl ibn Bahram ‘Abdis shamad (Abdurrahman, 2009: 180). Ia dilahirkan pada
tahun wafatnya Ibn al-Mubarak, yaitu pada tahun 181 H di kota Samarkand. Sejak
kecil ia telah dikaruniai kecerdasan otak sehingga ia mudah untuk memahami dan
menghafal setiap yang didengarnya. Dengan bakal kecerdasannya itulah ia
menemui para syaikh dan belajar ilmu. Imam al-Darimi meninggal dunia pada
hari Tarwiyah tahun 255 H setelah shalat ‘Ashar. Ia dikubur pada hari Jum’at
yang bertepatan dengan hari ‘Arafah. Ketika meninggal, al-Darimi umurnya telah
mencapai 75 tahun. Ada satu pendapat yang menyatakan bahwa ia meninggal
pada tahun 205 H, akan tetapi pendapat ini diragukan kebenarannya.
Al-darimi sejak kecil sudah dikaruniai kecerdasan otak sehingga beliau
mudah untuk memehami dan menghafalkan setia apa yang beliau dengarkan.
Dengan bekel itu beliau menemui syekh untuk belajar ilmu. Ia belajar kepada
orang yang lebih tua darinya atau bahkan lebih mudah dari beliau, sehingga ulama
pada masanya telah ia kunjungi dan telah ia serap ilmunya. Samarkan adalah
negeri yang tidak pernah sepi dari ilmu pengetahuan, walupun demikian ia tidak
merassa cukup dengan apa yang ada di samarkhand. Ia juga mengunjungi
khurasan dan belajar hadits dari ulama yang ada disana. Kemudian ia berkunjung
ke Irak, dan belajar hadits kepada para ahli yang ada di Bagdad, kuffah, Wasith
dan basrah. Al Darimi adalah sosok yang gigih dalam mencari hadist dan diakui
oleh kebanyakan ulama’ hadist. Salah satu kitabnya yang berjudul “al hadist
almusnad al marfu’ wa al mauquf wa al maqthu’ yang beliau susun dengan
sistematika bab-bab fikih, sehingga kitab ini popular dengan sebutan “sunan al
darimi”.
Al-Darimi belajar hadits dari Yazid ibn Harun, Ya’la ibn ‘Ubaid, Ja’far
ibn ‘Umar al-Zahrami, Abu ‘Ali Ubaidillah ibn Abdul majid al-hanafiy, dan Abu
Bakar ‘Abd Alkabir.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka kita dapat mengetahui
bahwasanya Ahmad Ibnu Hambal, Imam Malik dan Al Damiri merupakan
seorang ilmuwan hukum yang relatif paling tekstual dalam memahami al-Qur’an
dan sunah. Akan kecintaan beliau kepada sunnah dan hadits Nabi, sehingga tidak
heran bila sampai saat ini hasil karya mereka tetap dipakai dan dijadikarujukan
bagi para ilmuan dalam mempelajari ilmu hadits. Sebagai pembela hadits Nabi
yang sangat gigih dapat dilihat dari cara-cara yang digunakan dalam memutuskan
hukum, yakni tidak menggunakan akal kecuali dalam keadaan sangat terpaksa.
Ketiga tokoh diatas merupakan yang sangat akan haus akan ilmu itu semua
terbukti bahwa mereka memeliki banyak guru, selain itu beliaujuga tidak main-
main dalam menuntut ilmu beliau hanya akan mencari ilmu kepada orang-orang
yang benar-benar memahami ilmu tersebut dalam obyeknya. Sebagai seorang
pemuda islam seharusnya kita bisa meniru semangat mereka dalam menuntut
ilmu, yang selalu haus akan ilmu dan tak pernah merasa lelah dalam mencari ilmu
dan mengamalkan kepada umat.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahrah, Muhammad, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah fi Tarikh al-


Madzahib al-Fiqhiyyah, Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, t.t

Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1987. Sejarah dan Pengantar ilmu Hadis,: Bulan Bintang,
Jakarta.

Al-A’zami, M. Mushthafa. 1992. Studies in hadits methodology and laterature,


terjemah A. Yamin. Jakarta: Pustaka Hidayah

M. Abdurrahman, 2009. Studi Kitab Hadits, cet-II, Teras, Yogyakarta.

Majid Khon, Abdul. 2010. Ulumul Hadits,Cet.III, Amzah, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai