“Kutubus sittah”
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur dalam mata kuliah Ilmu Hadist
DOSEN PENGAMPU:
KELOMPOK 12 :
NOVRALIZA 4121024
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena taufik,
rahmat, dan hidayahNya, makalah Kutubus Sittah ini dapat diselesaikan. Shalawat
dan salam semoga dapat tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat, dan seluruh orang yang senantiasa mengikuti sunnah beliau.
Makalah Kutubus Sittah ini ditulis berdasarkan kepada panduan dan garis-
garis besar Program Pengajaran yang diberikan oleh Institut Agama Islam
Negeri(IAIN) Bukittinggi. Juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu dalam penyusunan materi makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Akhir kata sebagai karya Kutubus Sittah yang baik tentunya memerlukan
sebuah celah untuk menyempurnakan makalah kedepannya untuk itu kami dengan
segala kerendahan hati menerima masukan demi peningkatan dan penyempurnaan
dalam makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................................11
B. Saran .......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat Nabi Muhammad Saw. Adalah umat yang paling beruntung dibandingkan
dengan umal-umat sebelumnya, karena banyak keistimewaan yang diberikan oleh
Allah Swt. Kepada umat nabi terakhir ini. Di antara banyak keistimewaan itu
adalah terpeliharanya kitab suci mereka, yaitu al- Qur’an al-Karim.
Di antara fungsi hadist Rasulullah Saw. Adalah sebagai penjelas bagi ayal-ayat
al-Qur’ān. Oleh karena itu, ketika Allah Swt. Memberikan janji kepada umat Islam
untuk memelihara al-Qur’ān, maka sudah semestinya Allah Swt. Pun akan
memelihara hadist. Hal ini terbukti dengan terpeliharanya hadist-hadist Rasulullah
Saw.
Mungkin ada orang yang ingin memberikan komentar, “Bila memang benar
Allah Swt. Memelihara hadist-hadist Rasulullah Saw., mengapa ada hadist da’if
atau hadist palsu (maudu„)? Bukankah adanya hadist da’if dan hadist palsu
menunjukkan Allah tidak memelihara hadist sebagaimana Allah memelihara al-
Qur’ān?”
Komentar tersebut sangat bagus. Namun demikian, komentar itu juga rancu,
karena keberadaan hadist da’if dan hadist palsu itu justru menjadi bukti
terpenuhinya janji Allah. Adanya hadist da’if dan maudu, menunjukkan adanya
usaha yang dilakukan secara serius untuk menyaring hadist-hadist Rasulullah Saw.
Kita bisa membandingkan hal ini dengan nasib “hadist-hadist” para nabi sebelum
Nabi Muhammad Saw., di mana yang sahih, da’if dan maudu, telah bercampur
tidak karuan. Hal ini berbeda dengan hadist-hadist RasulAllah Saw. Yang
terpelihara. Hadist-hadist beliau telah terpelihara secara meyakinkan, yaitu dengan
adanya kitab-kitab yang menghimpun hadist-hadist sahih seperti Sahih al-Bukhari
dan Sahih Muslim. Selain kedua kitab itu, terdapat puluhan, bahkan ratusan kitab
serupa yang disusun dengan berbagai metode dan tujuan ilmiah.
1
Dalam makalah ini penulis akan mengulas tentang al-Kutub al-Sittah (kitab
hadith yang enam), yaitu Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud,
Sunan al-Nasa‟i, Sunan al-Tirmidhi, dan Sunan Ibn Majah. Keenam kitab ini akan
penulis bagi menjadi dua kelompok, yaitu kitab sahih dan kitab sunan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan`
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kutubussittah
Keenam kitab ini merupakan kitab hadits yang disusun oleh para pengumpul
hadits yang kredibel. Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh para pemeluk
Islam dalam merujuk kepada perkataan Nabi Muhammad. Kutubus Sittah digunakan
untuk menyebut enam kitab induk hadits, yaitu Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim,
Sunan An Nasa`I, Sunan Abi Dawud, Sunan At Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majah.
Imam al-Bukhari terkenal memiliki daya hafal yang sangat tinggi. Satu juta
hadits yang beliau koleksi dari berbagai kota dan dari puluhan ribu rawi tersebut
mampu beliau hafal. Tidak semua hadis yang beliau hafal kemudian diriwayatkan dan
dituangkan kedalam kitabnya, melainkan diseleksi terlebih dahulu secara ketat
dengan menetapkan syarat-syarat.
1
Mukarom Faisal Fosidin, Menelaah Ilmu Hadis,Solo:Tiga Seragkai Pustaka Mandiri,2014. hlm.
2
Ibid, hlm. 6
Imam al-Bukhari menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah
hadis untuk dapat disebut sebgai hadis sahih. Syarat-syarat yang ditetapkan oleh
imam al-Bukhari sebagai berikut:
1. Perawinya harus seorang muslim yang jujur, berakal sehat, tidak mudallis, tidak
menipu, tidak mengada-ada, tidak mukhtalit antara yang haq dan yang batil, serta
tidak bergaul dengan orang-orang jahat, adil, dabit, sehat pancaindera, dan tidak suka
ragu-ragu.
Kitab sahih al-Bukhari ini laksana cahaya yang terang benderang, melebihi
terangnya sinar matahari. Imam an-Nawawi mengatakan dalam muqaddimah syarah
sahih muslim “ para ulama sepakat bahwa buku yang paling Sahih setelah Al-Quran
adalah dua itab sahih, yaitu sahih al-bukhari dan sahih muslim”
Kitab sahih al-bukhari selain sangat berguna bagi umat islam, ia mampu
menginspirasi para ulama yang lain untuk berkarya. Sebagai bukti, banyak ulama-
ulama ahli hadis yang juga menyusun kitab sejenis dengannya. Selain itu, ada pula
ulama yang menyusun kitb-kitab syarah, sebagai pemapar dan penjelas, dari kitab
sahih al-Bukhari, adapun kitab-kitab yang men-syarah (memaparkan dan
menjelaskan) sahih al-Bukhari ada 82 buah, antara lain:
Kitab ‘umdatul qari’ syarh sahih al-bukhari oleh al-allamah badruddin al-aini
Yang merupakan induk dari kitab syarah dari sahih al-bukhari adalah fathul bari
karangan al-asqalani. Sedangkan sebaik-baiknya ringkasan (mukhtasar) dari sahih al-
bukhari adalah at-tajridu as-sahih yang disusunoleh husain ibn al-mubarak.
4
2) Kitab Shahih Muslim
Kitab yang memberikan syarh terhadap Sahih Muslim ada 15 buah, diantaranya:
3
Ibid, hlm. 10
3) Minhajjul Muhaddisin, karangan an-Nawawi
Kitab Sunan Abi Dawud disusun oleh Imam Abu Dawud ketika beliau
ditarsus, sebuah kota kecil di Irak, selama 20 tahun. Dari 500.000 hadis yang berhasil
dikumpulkan, Imam Abu Dawud hanya mencantumkan 480.000 hadis dalam kitab
sunannya. Kitab sunan, berbeda dengan kitab jami’, mushaf, atau yang lainnya. Kalau
Jami’ mencakup semua tema keagamaan, sedangkan sunan hanya memuat hadis hadis
yang berkaitan dengan fiqih saja. Sistematika penulisan hadis didalamnya pun biasa
mengikuti tema-tema yang lazim dalam susunan kitab fiqh. Adapun musnad adalah
kitab hadis yang disusun berdasarkan sanad hadis mata rantai periwayatan hadis dari
para sahabat Nabi. Biasanya kitab musnad mendahulukan hadis hadis yang berasal
dari sahabat utama. Model kitab musnad seperti ini dapat kita jumpai semisal pada
musnad Imam Ahmad bin Hambal.4
Hadis hasil seleksi Imam Abu Dawud dikelompokan kedalam 35 kitab dan
ratusa bab. Masing masing kitab membicarakan satu tema pokok tertentu, sedangkan
setiap bab berisi beberapa buah hadis yang menjelaskan tema tersebut.
Kitab Sunan Abu Dawud diakui oleh mayoritas dunia muslim sebagai salah satu kitab
Hadis yang paling autentink. Beberapa kitab syarah dari Sunan Abi dawud antara
lain.:
Kitab sunan yang kini beredar di kalangan umat islam adalah kitab sunan as-
sugra yang diriwayatkan oleh imam Abdul Karim an-Nasa’i, putra imam an-Nasa’i,
jumlah hadis yang terdapat dalam kitab sunan as-sugra menurut Abu Zahrah
sebanyak 5761 hadis. Sedangkan sistematika penyusunannya mengikuti lazimnya
sistematika kitab fikih. Pada jilid satu, sunan as-sugra dimulai dengan kitab at-
Taharah, dan ditutub dengan kitab al-Mawaqit.
Kitab sunan an-nasa’i adalah kitab yang kurang mendapat syarah dibanding kitab
sunan yang lain. Di antara yang menulis syarah kitab sunan an-Nasa’i adalah
Jalaluddin as-Suyuti dalam kitab Zahrur Rabbi’ ‘alal Mujtaba.
5
Ibid, hlm. 16
Salah satu karya besar at-Turmuzi adalah sunan at-Turmuzi. Kitab hadis karya
beliau ini termasuk unik, ada yang menyebutnya al-jami’, lengkapnya al-jami’ at-
Turmuzi. Kedua sebutan ini sah karena memiliki argumentasi yang kuat. Disebt al-
jami’ karena temanya tidak hanya persoalan fikih, melainkan mencakup persoalan-
persoalan yang memenuhi kriteria al-jami’. Ada delapan tema yang minimal harus
tercantum dalam sebuah kitab al-jami’. Delapan tema itu adalah akidah, hukum-
hukum fikih, pemerdekaan budak, etika makan dan minum, tafsir al-Quran, sejarah
Secara keseluruhan kitab sunan at-turmuzi terdiri atas 5 juz, 2.376 bab, dan 3.956
buah hadis.
1. Abu Bakar Muhammad bin Abdillah al-Isybili al-‘Arabi yang mengarang kitab
‘Aridatul ahwazi ‘alat-Turmuzi.
3. Imam as-Suyuti asy-Syafi’i yang menulis kitab Qutul Mugtazi ‘ala jami’ at-
Turmuzi.
6
Ibid, hlm. 20
Salah satu karya terbesar Imam Ibnu Majah adalah sunan ibnu majah. Nama
asal sunan ibnu majah adalah as-sunan. Nama ini telah digunakan sendiri oleh ibnu
majah, tetapi kemudian beliau memandang bahwa as-sunan itu terlalu umum
karena terdapat kitab-kitab hadis lain yang dinamakan as-sunan.7
Sebagian ulama’ sudah sepakat bahwa kitab hadits yang pokok ada lima
( kutubul-kham’ah), yaitu sahih al-Bukhori, Sahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan
an-Nasa’i, Sunan at-Turmuzi. Mereka tidak memasukan Sunan Ibnu Majah
mengingat derajat kitab ini lebih rendah dari kitab lima tersebut. Tetapi sebagian
ulama’ yang lain menetapkan enam kitab hadits pokok, dengan menambahkan Sunan
Ibnu Majah sehingga terkenal dengan sebutan Kutubus-Sittah (Enam Kitab Hadits).
Ulama’ pertama yang menjadikan kitab Sunan Ibnu Majah sebagai kitab keenam
adalah al – Hafiz Abdul Fadli Muhammad bin Tahrir al-maqdisi, dalam kitabnya
Atraf al – Kutub as-Sittah dan dalam risalahnya Syurut al-A’immatisittah. Pendapat
ini kemudian diikuti oleh al-Hafiz Abdul Gani bin al-Wahid al-Maqdisi dalam
kitabnya al-Ikmal fi Asma’ ar-Rijal.
Mereka memasukan Sunan Ibnu Majah sebagai kitab keenam tetapi tidak
memasukan al-muwatta’ imam malik. Padahal kitab ini lebih sahih dari pada kitab
milik Ibnu Majah. Hal ini dikarenakan di dalam sunan Ibnu Majah banyak terdapat
hadits yang tidak tercantum dalam khutubul-Kamsah, sedangkan hadis yang terdapat
di dalam al-Muwatta’ seluruhnya sudah termaktub dalam kutub al-Khamsah.
Sunan Ibnu Majah merupakan karya terbesar beliau. Dlam kitabnya itu, Ibnu
Majah telah meriwayatkan sebanyak 4000 hadis seperti yang diungkapkan
Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku Mu’jam al-Mufahras li Alfazil-Qur’an
( Indeks Al-Qur’an ), jumlah hadits dalam kitab Sunan Ibnu Majah sebanyak 4.241
hadis. Sebanyak 3002 diantaranya termaktub dalam lima kitab kumpulan hadis lain.
Ia bukan hanya melingkungi hukum islam, tetapi turut membahas maslah – masalah
akidah dan muamalat. Sunan Ibnu Majah berisi hadis sahih, hasan dan da’if bahkan
hadis munkar dan maudu’ meskipun jumlahnya kecil.8
Seperti sunan yang lain, Sunan Ibnu Majah juga di syarahkan oleh beberapa
orang ulama’ yang terkenal, diantaranya;
7
Ibid, hlm. 25
8
Ibid, hlm. 31
1. Jalaluddin as-Suyuti (911 H), syarahnya dinamakan Misbah az-Zujajah ‘Ala
sunan Ibnu Majah.
2. Asy-Syekh Sirajuddin Umar bin Ali al-Mulqan as-Syafi’i (804), syarahnya
dinamakan Ma Tamasa Ilaihi al-Hajat ‘ala Sunan Ibnu Majah.
3. Abi-Hasan bin Abdul Hadi as-Sindi (1136 H), syarahnya Kifayah al-Hajat fi
Syarh Ibnu Majah.
4. Kamaluddin Muhammad bin Musa (808 H), kitabnya dinamakan al-Bajah.
5. Abdul Gani ad-Dihlawi(128 H), syarahnya dinamakan Injah al-Hajat.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kutubus Sittah dalam Bahasa Indonesia berarti ‘Enam Kitab’, adalah sebutan
yang digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab induk Hadits dalam Islam
Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh para pemeluk Islam dalam merujuk
kepada perkataan Nabi Muhammad. Kutubus Sittah digunakan untuk menyebut enam
kitab induk hadits, antara lain: Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim, Sunan An Nasa`I,
Sunan Abi Dawud, Sunan At Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majah.
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Rosidin Mukarom Faisan, 2014, Menelaah Ilmu Hadits, Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
7