Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan
berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan
jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh
terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam
pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus
sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat merima didikan
dengan baik.
Dewasa ini, proses belaja mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun
SMA masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan
kegiatan guru, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta
didiknya. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan.
Peserta didik cendrung tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa
dan konsep mengenai materi kurrang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik
pun lambat dalam memahami materi pembelajaran. Maka dari itu seorang guru
juga harus tau mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran.
Setelah mengetahui apa faktormya, akan lebih mudah bagi kita untuk menjalankan
proses pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara
guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai
dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif
yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru
untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan
dan tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri,
siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih
merasa bersahabat dengan guru yang mengajar. Sehingga dalam mengajar di

1
perlukan pendekatan dalam pembelajaran, pendidik harus pandai menggunakan
pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan
menentukan sikap dan perbuatan. Setiap pendidik tidak selalu memiliki suatu
pandangan yang sama dalam hal mendidik anak didik. Hal ini akan
mempengaruhi pendekatan yang pendidik ambil dalam pengajaran.
Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda
dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang anak
didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal.
Maka adalah penting untuk meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai
anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya anak
didik itu merupakan individu dengan segala perbedaannya sehingga diperlukan
beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pembelajaran?


2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembelajaran?
3. Apa saja pendekatan dalam proses pembelajaran?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran.


2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran.
3. Untuk mengetahui apa saja pendekatan dalam proses pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana
pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi
pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media,
kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.
Darsono (2002: 24-25) secara umum menjelaskan pengertian
pembelajaran sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Sedangkan secara
khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut :
1. Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha
guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan
menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan
stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan,
dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah dan atau
reinforcement (penguatan).
2. Teori Kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar
dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. Teori
Gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru
untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga
siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu
gestalt (pola bermakna).
3. Teori Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah
memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan
pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Arikunto (1993: 12) mengemukakan

3
“pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya
proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh
subjek yang sedang belajar”. Lebih lanjut Arikunto (1993: 4)
mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah bantuan pendidikan
kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang
pengetahuan, keterampilan dan sikap”.
Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 tahun 2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Beberapa pengertian pembelajaran menurut para ahli:
1. Warsita (2008:85) “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat
peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta
didik”.
2. Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya
yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan
interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga
belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan
membelajarkan”.
3. Corey (1986:195) “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan
subset khusus dari pendidikan”.
4. Dimyati dan Mudjiono (1999:297) “Pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
5. Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara
simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna
kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan

4
siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)
dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan
yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi
dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada
suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi,
yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu
ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan
adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang akan
dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum,
sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan media.
Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi
bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa
pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama
menjadi subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru
sedangkan siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut
mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa
melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka
hanya disebut belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut
keaktifan guru dan siswa.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran


Saat proses belajar dapat terjadi berbagai hambatan, itulah salah satu bunyi dari
prinsip pembelajaran. Untuk dapat mengetahui dan mengatasi hambatan-
hambatan maka kita harus berfikit mengenai faktor- faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi suatu proses belajar dan pembelajaran. Setelah mengetahui
berbagai prinsip pembelajaran, kita dapat menganalisa lebih jauh mengenai factor-
faktor yang dapat berpengaruh pada saat proses belajar. Di prinsip-prinsip
pembelajaran kita mengetahui bahwa belajar membutuhkan proses, interaksi,

5
motivasi, lingkungan, dll. Kali ini kita akan bahas dalam konteks faktor-faktor
yang dapat berpengaruh saat proses belajar dan pembelajaran. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Faktor Individu/Internal
a. Keadaan jasmani
Apabila seorang individu berada dalam keadaan yang kurang sehat
maka proses belajar akan sedikit terhambat. Berbeda halnya
dengan seseorang yang dalam keadaan sehat akan dapat melakukan
proses pembelajaran dengan lebih efektif. Maka dari itu, guru yang
mengetahui ada sisiwanya yang sakit, sebaiknya menyuruh
sisiwanya untuk beristirahat.
b. Keadaan fungsi jasmani
Ini berkaitan dengan fungsi alat tubuh seseorang, seperti
pengelihatan, pendengaran, lisan, dll yang keberadaannya sangat
berpegnaruh saat proses belajar.
c. Keadaan psikologis
Ini sangat erat kaitannya dengan beberapa hal dibawah ini:
 IQ atau kecerdasan siswa
IQ adalah kecerdasan bawaan yang dimiliki oleh seseorang. IQ
biasanya mengindikasikan kecepatan menghitung dan
pemahaman materi yang diajarkan.
 Motivasi Belajar siswa
Motivasi akan sangat berpengaruh bagi setiap siswa, karena
motivasi salah satu fungsinya adalah mendorong atau
menggerakkan jiwa kita sehingga mau melakukan sesuatu.
 Minat dan Bakat
Hal yang disenangi akan mendorong siswa untuk belajar. Anak
terlahir dengan anugrah kemampuan yang berbeda-beda. Maka
dari itu, tugas guru adalah membantu siswa mengembangkan
kemampuan mereka. Siswa yang mempunyai kemampuan
menggambar sebaiknya diberi stimulus lebih dalam

6
menggambar. Dan juga siswa yang mempunyai kemampuan
menggambar sebaiknya tidak diberi pelajaran menyanyi lebih
banyak. Maka dari itu, sebaiknya sekolah memberikan
ekstrakurikuler sebagai wadah pengembangan bakat minat
siswa.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan, meliputi:
1. Lingkungan sekolah
a. Lingkungan Fisik: Sekolah yang baik seharusnya dijauhkan
dari kebisingan dan polusi.
b. Lingkungan sosial: Tata letak sekolah juga harus diperhatikan.
Sebaiknya tidak didepan pasar, mall, tempat karaoke, atau
tempat hiburan yang lain.
2. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat
tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
3. Lingkungan keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi
kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa.
b. Faktor tujuan sekolah
Meliputi faktor:
1. Kejelasan Sekolah:
1. Apa visi-misi sekolah tersebut?
2. Apa saja tujuan pembelajaran di sekolah tersebut?
2. Urgensi
Apa jadinya jika anak tidak suka pelajaran IPA (misalnya: biologi,
fisika, dan kimia) tetap diajarkan materi-materi IPA? Berhasilkah
pembelajaran itu? Mungkin tidak akan berhasil kecuali jika anak
berusaha mati-matian. Tapi itu hanya sebagian kecil. Maka dari itu,
disinilah faktor pentingnya kelas peminatan atau penjurusan di
SMA/MA.

7
3. Tingkat Kesulitan
Mengapa sekolah di Indonesia dibuat berjenjang? Ada jenjang SD,
SMP, dan SMA? Karena pmerintah memperhatikan faktor
kesulitan materi yang dipelajari anak. Bukan hanya kelas yang
berjenjang. Pembelajaran materi pun harus diperhatikan dari yang
termudah ke yang tersulit, dari yang konkret menuju ke yang
abstrak. Hal tersebut dimaksudkan untuk membantu memudahkan
siswa dalam belajar.
3. Materi yang dipelajari. Meliputi,
1. Kejelasan materi
2. Kemenarikan (media, strategi, dll)
3. Sistematika pembelajaran materi
4. Jenis materi (menjelaskan sesuai koteks)
5. Faktor instrumen (kelengkapan, kuantitas, kualitas, kesesuaian)
6. Tingkat kesulitan materi
7. Pengajar/guru.
Pengajar memegang peranan yang penting bagi keberhasilan belajar siswa,
karena peran guru tak akan bisa digantikan dalam proses pembelajaran. Adapun
peran guru adalah sebagai pengajar yang ahli, motivator, mengelola siswa dan
lingkungan belajar, sebagai sosok yang mempengaruhi anak didik, memberikan
nasihat pada anak didik, dan mempermudah anak didik dalam belajar.
1. Faktor kondisi fisik
Bayangkan saja, apabila ada seorang guru yang buta warna tetapi ia
mengajarkan materi mewarnai atau mengenal warna terhadap siswanya.
Jelas tidak mungkin, bukan. Jadi, sebaiknya seorang guru membelajarkan
kepada siswanya mengenai materi yang tidakk bertentangan dengan
kondisi fisiknya. Jika ia buta warna, mungkin sebaiknya ia mengajarkan
materi yang tidak berhubungan dengan warna misalnya mata pelajaran
matematika, bahasa Indonesia, IPS, dll.
2. Faktor Kondisi Psikis

8
Seorang guru yang sedang stres sebaiknya tidak mengajar terlebih dahulu.
Karena dikhawatirkan ia akan melampiaskan emosinya kepada siswa-
siswanya. Hal ini akan berdampak sangat tidak baik kepada guru maupun
siswa-siswanya. Siswa mungkin trauma terhadap guru yang telah atau
bahkan sering melampiaskan emosinya kepada mereka. Bahkan yang lebih
dikhawatirkan apabila ia tidak hanya trauma terhadap guru tersebut saja,
akan tetapi kepada guru-guru lain juga.

C. Pendekatan Dalam Proses Pembelajaran


Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat meningkatkan
motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai
oleh guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam
sebuah pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator.
Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan
memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai
fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-
pendekatan yang dilakukan.
Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar
pada siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan
karakter pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Pendekatan dalam pembelajaran, diantaranya pendekatan sains,
pendekatan filosofi, pendekatan religi. Pendekatan dalam pembelajaran,
diantaranya pendekatan sains, pendekatan filosofi, pendekatan religi.
1. Pendekatan Sains
Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin
ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam

9
pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja
ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif
sehingga ilmu pendidikan dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih
detail dan mendalam. Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan
sains pendidikan atau ilmu, dengan berbagai cabangnya, seperti:
a. sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi
dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial
dalam pendidikan.
b. psikologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi
dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu
dalam belajar.
c. administrasi atau manajemen pendidikan; suatu cabang ilmu
pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji
tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan
pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
d. teknologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi
dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik
belajar yang efektif dan efisien.
e. evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi
dari psikologi pendidikan dan statistika untuk menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
f. bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai
aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi, teknologi dan
terutama psikologi. Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu
pendidikan lainnya yang terus semakin berkembang yang dihasilkan
melalui berbagai kajian ilmiah.
2. Pendekatan Filosofi
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode
filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan

10
tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya
terbatas pada pengalaman.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui
metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang
pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: (1) model
filsafat spekulatif; (2) model filsafat preskriptif; (3) model filsafat analitik.
Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala
yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan
manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia
memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan
menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan
pengalaman.
Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran
(standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan
manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat,
benar dan salah, bagus dan jelek.
Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-
istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau
gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang
dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu
mazhab dalam sistem berfikir.
Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam
keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan
membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan.
Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai
teori pendidikan, diantaranya: (1) perenialisme; (2) esensialisme; (3)
progresivisme; dan (4) rekonstruktivisme.
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan,
kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial
tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan
kegiatan sehari-hari. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

11
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi
anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran
lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga
untuk hidup di masyarakat. Eksistensialisme menekankan pada individu
sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami
kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini
mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan
individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan
proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar
peserta didik aktif. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari
aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa
depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh
menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya.
Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan
masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada
hasil belajar dari pada proses.
3. Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori
pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di
dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang
dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan
sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains
maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada
akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan
(keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap
segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti,
bukan sebaliknya.

12
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam
bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar
ilmu pendidikan Islam yaitu. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama
dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal
digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh
bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis),
yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori
pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia,
yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan
umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1)
memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; (2) memiliki
kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat
dan tepat dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan
sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya.

13
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat


mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru
secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar. Faktor-
faktor yang dapat berpengaruh saat proses belajar dan pembelajaran, antara lain:
faktor individu/internal, yang meliputi keadaan jasmani, keadaan fungsi jasmani,
keadaan psikologis. Dan faktor eksternal, yang meliputi lingkungan, faktor tujuan
sekolah, materi yang dipelajari, pengajar/guru.
Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar
pada siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan
karakter pembelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran, diantaranya pendekatan
sains, pendekatan filosofi, pendekatan religi.

B. Saran
Dari bermacam-macamnya pendekatan dalam proses belajar mengajar,
diharapkan pendidik mampu memaksimalkan dan mempraktekkan pendekatan itu
untuk mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam upayanya membentuk
kepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh hasil yang memuaskan dan
mampu menciptakan generasi bangsa yang berkualitas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Penerbit


AlfabetaSlameto.

Mahfiroh. 2009. Strategi Pembelajaran Efektif. Semarang: PT. Sindur Press.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

15

Anda mungkin juga menyukai