Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BIOGRAFI SINGKAT IMAM BUKHARI DAN IMAM MUSLIM


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadist
Dosen Pengampu : Hardi Humaedi Hidayat, M.Pd

Disusun oleh :
Yulianti

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM IDRISIYYAH


EKONOMI SYARIAH
TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur atas rahmat dan ridho Allah
SWT. Karena atas berkat dan karunia nya saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Biogarfi Singkat Imam Bukhari dan Imam Muslim yang tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun sebagai pendukung proses belajar dan menambah
wawasan bagi mahasiswa pada mata kuliah Ulum al-Hadis.
Saya ucapkan rasa hormat dan terimakasih kepada Hardi Humaedi Hidayat,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Ulum al-Hadist yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dibidang studi yang saya tekuni.
Serta saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut membantu,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu di dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun akan saya nantikan demi penyempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 03 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Maasalah ............................................................................ 2
C. Tujuan Makalah ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Biografi Imam Bukhari ..................................................................... 3
1. Nama Asli dan Nasab Imam Bukhari ......................................... 3
2. Kelahiran, Masa Kecilnya dan Perjalanan Pendidikan ............... 3
3. Karya – Karya Imam Bukhari ..................................................... 7
4. Wafatnya Imam Bukhari ............................................................. 7
B. Biografi Imam Muslim ...................................................................... 8
1. Sejarah Hidup Imam Muslim ...................................................... 8
2. Akhir Hayat Imam Muslim ......................................................... 12
3. Para Guru Imam Muslim ............................................................ 12
4. Karya – Karya Imam Muslim ..................................................... 12
BAB III KESIMPULAN ................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika umat berada ditengah ketidakpastian dalam menemukan
eksistensinya sebagai makhluk di muka bumi, Allah mengutus Nabi
Muhammad Saw sebagai utusanNya sekaligus penyempurna dari wahyu-
wahyu yang telah disampaikan melalui rasul sebelumnya. Wahyu yang
telah disempurnakan itu adalah al-Qur’an atau kalam Ilahi. Al-Qur’an
dengan ajaranya yang universal menjadi petunjuk umat manusia dalam
mengarungi samudera kehidupan hingga akhir zaman.
Masalah mulai timbul ketika Rasulullah Saw tiada, dalam
menyingkap makna tersirat yang terkandung dalam al-Qur’an, manusia
bimbang kepada siapa merujuk. Rasulullah dengan petunjuk Allah dapat
memprediksi hal ini, sebelum tiada beliau meninggalkan dua pusaka sebagai
panduan manusia, yaitu al-Qur’an dan Hadist. Al-Qur’an atau kalam Ilahi
hadir sebagai ketentuan dasar yang menjadi rujukan manusia dalam segala
hal, dan Hadist hadir sebagai penjelas atas ajaran dasar tersebut. Meski
Rasulullah tiada, Allah Yang Maha Pengasih begitu menyayangi umatnya,
menghadirkan ulama-ulama yang dianugerahi kecerdasan luar biasa untuk
menjaga kelestarian hadist Rasulullah.
Melalui ulama’ dan Ahli Hadist yang terkenal ketakwaannya, kuat
hafalannya dan mencurahkan seluruh kehidupannya untuk meneliti dan
memilih hadis mana yang baik (shahih), lemah (tidak diterima
periwayatannya) dan palsu, Allah Swt menjaga keduanya sampai hari
kiamat. Ketujuh ahli hadist yang berjasa sangat besar dalam perkembangan
umat Islam hingga saat ini. Ketujuh perawi itu adalah Imam Ahmad, Imam
Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majah.
Diantara beberapa ahli hadist tersebut dapat dikatakan Imam
Bukhari dan Imam Muslim yang paling masyhur, hal itu terjawab lewat
kitab-kitab fiqih dan hadits beliau, khusus di bidang hadist, hadist beliau
memiliki derajat yang tinggi. Bahkan sebagian menyebutnya imam bukhari
dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin

1
dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia
merujuk kepadanya.
Sang ulama fenomenal itu mendedikasikan hidupnya untuk
menyeleksi secara ketat ratusan ribu hadis yang telah dihafalnya sejak kecil.
Karyanya yang sangat monumental itu bak cahaya yang telah menerangi
perjalanan hidup umat Islam. Ribuan hadis sahih telah dipilihnya menjadi
pedoman hidup umat Islam, sesudah al Qur’an. Menurut mayoritas ulama’
sepakat bahwa kitab Shahih Bukhari adalah kitab hadis yang paling shahih
setelah al Qur’an. Untuk itu penulis mencoba mengkaji tentang Imam
Bukhari dan Imam Muslim selaku pemimpin para ahli hadist.

B. Rumusan Masalah
1. Apa nama lengkap Imam Bukhari dan Muslim?
2. Bagaimana kelahiran Imam Bukhari dan Imam Muslim?
3. Bagaimana proses pendidikan Imam Bukhari dan Imam Muslim?
4. Apa saja karya Imam Bukhari dan Imam Muslim?
5. Bagimana akhir hayat Imam Bukhari dan Imam Muslim?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui nama lengkap Imam Bukhari dan Muslim.
2. Mengetahui kelahiran Imam Bukhari dan Imam Muslim.
3. Mengetahui proses pendidikan Imam Bukhari dan Imam Muslim.
4. Mengetahui karya Imam Bukhari dan Imam Muslim.
5. Mengetahui akhir hayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Bukhari
1. Nama Asli dan Nasab Imam Bukhari
Imam Bukhari memiliki nama asli Muhammad bin Ismail
bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah. Kuniyahnya adalah
Abu Abdillah. Ia berasal dari Bukhara, sekarang masuk Uzbekistan,
sehingga terkenal dengan sebutan Al Bukhari. Ismail, ayah Al
Bukhari, adalah seorang ulama hadits di daerah Bukhara. Ia murid
dari Imam Malik bin Anas, Hammad bin Zaid dan Abdullah bin
Mubarak. Ismail juga seorang pebisnis. Ia termasuk orang kaya,
namun sangat berhati-hati dalam menjaga hartanya agar tidak
tercampur dengan yang syubhat, apalagi haram. “Aku tidak
mengetahui bahwa ada di antara hartaku satu dirham pun yang
haram maupun syubhat,” kata Ismail saat sakit menjelang wafat.
2. Kelahiran, Masa kecilnya dan Perjalanan Mencari Ilmu
Muhammad bin Ismail lahir di Bukhara pada hari Jumat,
tepatnya setelah sholat jumat, pada tanggal 13 Syawal tahun 194
Hijriyah. Bukhara, waktu itu merupakan wilayah Khurasan.
Bukhara merupakan kota yang indah. Islam masuk ke sana pada
masa Daulah Bani Umayyah. Sebelumnya, Bukhara merupakan ibu
kota Samaniyin.
Al Bukhari dibesarkan di keluarga ulama yang sangat
menjunjung ilmu dan adab. Demikian pula suasana ibadah dan
ketaqwaan keluarganya, terutama ayahnya yang seorang ulama.
Namun tak lama kemudian, ketika Al Bukhari masih kecil, sang
ayah wafat. Jadilah Al Bukhari menjadi anak yatim. Kendati
demikian, di bawah pengasuhan sang ibu yang ahli ibadah,
Muhammad bin Ismail tumbuh menjadi anak shalih yang cinta ilmu.
Sewaktu kecil, Imam Bukhari sempat mengalami kebutaan.
Awalnya penghilatannya berkurang, makin lama makin tidak jelas
hingga tak bisa melihat. Sang ibu yang taat beribadah terus

3
mendoakan Al Bukhari. Terutama di sepertiga malam terakhir, usai
sholat tahajud. Suatu malam, ibunda Al Bukhari bermimpi. Nabi
Ibrahim menemuinya dalam mimpi itu lantas mengatakan, “Wahai
ibu, sungguh Allah telah mengembalikan kedua mata putramu
karena engkau sering berdoa kepada-Nya.” Pagi harinya, kejaiban
terjadi. Muhammad bin Ismail sembuh dari buta. Matanya kembali
bisa melihat seperti sedia kala. Kejeniusan Imam Bukhari telah
terlihat sejak belia. Ia telah hafal Al Qur’an pada usia 10 tahun. Ia
juga mulai hafal banyak hadits tanpa mencatat. Di usia itu, sewaktu
masih belajar di Kuttab hingga Ashar, Al Bukhari tidak langsung
pulang. Saat teman-temannya pulang untuk bermain, ia meneruskan
membaca dan belajar. Semangatnya menuntut ilmu sungguh luar
biasa. Dan lebih luar biasa lagi, kecerdasan yang Allah anugerahkan
padanya. Dalam sekejap, Al Bukhari bisa menghafal apa yang
dibacanya. Mendengar itu, orang tersebut malah menghardik Al Bukhari.
“Jika engkau memiliki catatan asli, bukalah catatanmu,” kata Al Bukhari tanpa
rasa takut. Orang itu kemudian mengambil catatannya dan ternyata memang
benar. Memang tertulis Az Zubair tapi bukan Abu Az Zubair. “Engkau benar,
Nak. Lantas siapakah perawi itu?” kata pria tersebut menyadari
kekeliruannya. “Dia adalah Az Zubair bin Addi.” Lalu pria itu
membetulkan catatannya. Pada usia 16 tahun, Al Bukhari telah hafal
Musnad Abdullan bin Mubarak serta kitab karya Waqi’. Tak hanya
hafal, ia memahami maksud perkataan dua ulama itu dalam kitab-
kitab tersebut. Di usia yang sama, Al Bukhari menunaikan ibadah
haji ke Makkah. Itu pula yang menjadi rihlah pertamanya. Rihlah
dalam dua hadits ini maksudnya bukan piknik atau wisata,
melainkan bepergian untuk mencari dan belajar hadits. Di Makkah,
ia berguru kepada banyak ulama termasuk Al Humaidi. Pada usia 17
tahun, Muhammad bin Ismail telah hafal Al Jami’ Sufyan Ats
Tsauri. Ia juga banyak membetulkan catatan para ulama.
Memasuki usia 18 tahun, Imam Bukhari rihlah ke Madinah,
setelah keilmuannya mendapat sanjungan dari Al Humaidi. Bahkan

4
menjadi rujukan saat terjadi perbedaan pendapat di kalangan ahli
hadits. Di Madinah, Al Bukhari berguru kepada banyak ulama.
Terutama ulama tabiut tabi’in yang masih hidup. Di antaranya
Ibrahim bin Al Mundzir, Mathraf bin Abdillah, Ibrahim bin Hamzah
dan Abu Tsabit Muhammad bin Ubaidillah. Juga menuliskan karya
pertama, At Tarikh, yang ia selesaikan di makam Rasulullah (Ar
Raudhah). Pada usia 19 tahun, Al Bukhari rihlah ke Bashrah. Ia
berguru kepada banyak ulama di sana. Di antaranya Abu Ashim bin
An Nabil, Shafwan bin Isa, Badil bin Tsabit, dan lainnya. Lalu rihlah
ke Kufah dan berguru kepada Abdullah bin Musa, Abu Nu’aim bin
Ya’kub, Hasan bin Rabi’ dan para ulama lainnya. Pada usia 20
tahun, Al Bukhari rihlah ke Baghdad. Sebagai pusat pemerintahan
Abbasiyah, banyak ulama berdiam di kota tersebut. Maka Al
Bukhari pun berguru kepada banyak ulama termasuk Imam Ahmad.
Namun karena kondisi keamanan yang mulai tidak stabil, Imam
Ahmad menyarankan Al Bukhari untuk segera keluar dari Baghdad.
Al Bukhari juga rihlah ke Syam. Di sana ia berguru kepada Yusuf
Al Farabi, Abu Ishaq bin Ibrahim dan para ulama lainnya. Ia juga
rihlah ke Mesir. Berguru kepada Utsman bin Ash Shaigh, Said bin
Abi Maryam dan sejumlah ulama lainnya. Dari rihlah demi rihlah
ini, Imam Bukhari memiliki sangat banyak guru. “Aku menulis
hadits dari 1.080 orang guru. Mereka semua adalah para ulama ahli
hadits yang telah menghafal hadits,” kata Al Bukhari.
Sejak muda, Imam Bukhari telah melakukan rihlah.
Mujahadah-nya demi mendapatkan hadits sangat luar biasa. Ia
pernah menempuh perjalanan hingga sebulan demi mendapatkan
sebuah hadits shahih. Namun ia juga bisa mendapatkan hadits yang
sangat banyak dari seorang ulama. Ia berguru kepada 1.080 ulama,
mulai tabi’ut tabi’in hingga ulama yang seusia dengannya. Dari
mereka semua, Al Bukhari hafal raturan ribu hadits. Syaikh Ahmad
Farid menuliskan, Imam Bukhari hafal 200.000 hadits. 100.000 di
antaranya adalah hadits shahih. Bahkan ada yang menyebut Al

5
Bukhari hafal 600.000 ribu hadits. Dari 100.000 hadits yang shahih
menurut persyaratan sebagian ulama itu, Al Bukhari menyaringnya
dengan sangat ketat. Dan sebagaimana kita tahu, hadits shahih
dengan syarat Bukhari memang paling ketat dibandingkan dengan
hadits shahih syarat ulama lainnya. Akhirnya terbitlah karya
monumental Jami’ Ash Shahih yang memuat 7.275 hadits
shahih.Keilmuan dan kecerdasan Al Bukhari telah diakui oleh para
ulama sejak usianya masih muda. Ketika masuk ke suatu kota, bukan
hanya kaum muslimin secara umum yang menyambutnya, bahkan
terkadang para ulama ingin mengujinya. Misalnya saat Al Bukhari
mau datang ke Baghdad. Para ulama ahli hadits berkumpul, mereka
hendak menguji keilmuan Al Bukhari dengan mengacak 100 hadits.
Hadits yang sudah acak urutannya itu lalu dipercayakan kepada 10
ulama. Masing-masing akan membawakan 10 hadits. Ketika Imam
Bukhari tiba, mereka mengundangnya dalam forum yang ulama luar
Baghdad juga menghadirinya. Satu ulama tampil membaca 10 hadits
acak lalu menanyakannya kepada Al Bukhari. Beliau hanya
menjawab, “saya tidak tahu. ”Berikutnya ulama kedua membacakan
10 hadits acak lalu menanyakannya. Kembali Al Bukhari menjawab,
“saya tidak tahu.” Demikian seterusnya hingga 10 ulama itu selesai.
Banyak ulama yang sempat meremehkan Al Bukhari mengetahui
ulama tersohor itu hanya menjawab “saya tidak tahu. ”Namun
anggapan mereka segera sirna saat Al Bukhari sesaat kemudian
membacakan seluruh hadits itu dengan membetulkan susunannya
sehingga semuanya menjadi hadits yang benar. Yang lebih
menakjubkan, Al Bukhari bisa mengingat 100 hadits itu tanpa
mencatatnya. 10 ulama yang mengujinya takjub dengan keilmuan Al
Bukhari. Ulama lainnya geleng-gelang kepala melihat imam hadits
jenius di depan mereka. Begitu banyak pujian kepada Al Bukhari.
Cukuplah pernyataan Ibnu Khuzaimah merangkumnya. “Tidak ada
manusia di bawah langit ini yang lebih mengetahui hadits daripada
Al Bukhari. ”Keilmuan Al Bukhari juga terlihat dari betapa banyak

6
muridnya yang menjadi ulama. Murid Al Bukhari berjumlah 90.000
orang. Di antaranya adalah Imam Muslim, Tirmidzi, An Nasa’i, Ad
Darimi, Ibnu Khuzaimah serta banyak ulama besar lainnya. Ketika
memasuki sebuah kota dan Al Bukhari menyampaikan ceramah,
kaum muslimin pasti menyambutnya dengan penuh antusias. Jumlah
jamaahnya bisa mencapai puluhan ribu orang. Di Baghdad,
pengajian Al Bukhari dihadiri 20.000 orang.
3. Karya – Karya Imam Bukhari
Mungkin banyak di antara kita yang hanya tahu Shahih Bukhari dan
Adabul Mufrad. Padahal, karya Imam Bukhari sangat banyak. Mulai
kitab-kitab hadits, hingga sejarah dan fiqih. Antara lain sebagai
berikut:
a. Al Jami’ Ash Shahih (Shahih Bukhari)
b. Adab Al Mufrad
c. At Tarikh Al Kabir
d. At Tarih Al Ausath
e. At Tarikh As Shaghir
f. Khalqu Af’al Al Ibad
g. Adh Dhu’afa Ash Shaghir
h. Juz’u Al Yadain
i. Juz’u Al Qira’ah Khalfa Al Imán
j. Kitab Al KuaAl Masbuth
k. Birrul Walidain
l. Al Asyribah
m. Al Wihan
n. Qadhaya Ash Shahabah wa At Tabi’in
o. At Tafsir Al Kabir
p. Al Hibah
4. Wafatnya Imam Bukhari
Di penghujung usianya, Imam Bukhari mendapatkan ujian
yang kemudian ia lalui dengan penuh kesabaran. Amir Bukhara,
Khalid bin Ahmad Adz Dzahuli, meminta Al Bukhari datang ke

7
istananya untuk mengajar anak-anaknya secara khusus. Al Bukhari
menolak. Ia berprinsip ilmu itu mulia dan tidak boleh terhina
meskipun di depan penguasa. Ilmu harus didatangi, bukan
mendatangi. Apalagi jika harus mengorbankan kaum muslimin
sehingga mereka tercegah tidak bisa mendapatkan ilmu karena ia
hanya mengajar anak-anak penguasa. Adz Dzahuli murka. Ia
memobilisasi “ulama” istana untuk menjelek-jelekkan dan
memfitnah Al Bukhari. Bahkan ia kemudian mengusir Al Bukhari.
Imam Bukhari pun dengan sabar hijrah ke Samarqand. Sebulan
setelah Al Bukhari meninggalkan Bukhara, Adz Dzahuli lengser dan
dijebloskan ke penjara. Anak-anaknya juga menghadapi musibah
yang tak biasa. Sejak hijrah dan faktor usia juga, kondisi kesehatan
Al Bukhari semakin menurun. Imam Bukhari wafat pada 256 H
dalam usia 62 tahun. Tepat di malam Idul Fitri.
Kaum muslimin berbondong-bondong memberikan penghormatan
terakhir untuknya. Sholat jenazah dan menghadiri pemakamannya.
Pemakaman ulama hadits yang tak ada duanya. Beliau sudah tiada,
tetapi ilmu dan karyanya terus abadi sepanjang masa.
B. Biografi Imam Muslim
1. Sejarah Hidup Imam Muslim
Imam Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim
bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi.
Imam Muslim dilahirkan di Naisabur tahun 202 H atau 817 M.
Naisabur, saat ini termasuk wilayah Rusia. Dalam sejarah Islam,
Naisabur dikenal dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr, daerah-
daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia
Tengah. Naisabur pernah menjadi pusat pemerintahan dan
perdagangan tidak kurang 150 tahun pada masa Dinasti Samanid.
Tidak hanya sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan, kota
Naisabur juga dikenal saat itu sebagai salah satu kota ilmu,
bermukimnya ulama besar dan pusat peradaban di kawasan Asia
Tengah.

8
Kecenderungan Imam Muslim kepada ilmu hadits tergolong
luar biasa. Keunggulannya dari sisi kecerdasan dan ketajaman
hafalan, ia manfaatkan dengan sebaik mungkin. Di usia 10 tahun,
Muslim kecil sering datang berguru pada Imam Ad Dakhili, seorang
ahli hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal
hadits dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam
periwayatan hadits. Seperti orang yang haus, kecintaanya dengan
hadits menuntun Muslim bertuangalang ke berbagai tempat dan
negara. Safar ke negeri lain menjadi kegiatan rutin bagi Muslim
untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah hadits. Dalam
berbagai sumber, Muslim tercatat pernah ke Khurasan. Di kota ini
Muslim bertemu dan berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin
Rahawaih. Di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan
Abu ‘Ansan. Pada rihlahnya ke Makkah untuk menunaikan haji 220
H, Muslim bertemu dengan Qa’nabi,- muhaddits kota ini- untuk
belajar hadits padanya. Selain itu Muslim juga menyempatkan diri
ke Hijaz. di kota Hijaz ia belajar kepada Sa’id bin Mansur dan Abu
Mas ‘Abuzar. Di Irak Muslim belajar hadits kepada Ahmad bin
Hanbal dan Abdullah bin Maslamah. Kemudian di Mesir, Muslim
berguru kepada ‘Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya. Termasuk
ke Syam, Muslim banyak belajar pada ulama hadits kota itu. Tidak
seperti kota-kota lainnya, bagi Muslim, Baghdad memiliki arti
tersendiri. Di kota inilah Imam Muhaddits ini berkali-kali
berkunjung untuk belajar kepada ulama ahli hadits. Terakhir Imam
Muslim berkunjung pada 259 H. Saat itu, Imam Bukhari berkunjung
ke Naisabur. Oleh Imam Muslim kesempatan ini digunakannya
untuk berdiskusi sekaligus berguru pada Imam Bukhari. Berkat
kegigihan dan kecintaannya pada hadits, Imam Muslim tercatat
sebagai orang yang dikenal telah meriwayatkan puluhan ribu hadits.
Muhammad Ajaj Al Khatib, guru besar hadits pada Universitas
Damaskus, Syria, menyebutkan, hadits yang tercantum dalam karya
besar Imam Muslim, Shahih Muslim, berjumlah 3.030 hadits tanpa

9
pengulangan. Bila dihitung dengan pengulangan, lanjutnya,
berjumlah sekitar 10.000 hadits. Sedang menurut Imam Al Khuli,
ulama besar asal Mesir, hadits yang terdapat dalam karya Muslim
berjumlah 4.000 hadits tanpa pengulangan, dan 7.275 dengan
pengulangan. Jumlah hadits yang ditulis dalam Shahih Muslim
merupakan hasil saringan sekitar 300.000 hadits. Untuk
menyelasekaikan kitab Sahihnya, Muslim membutuhkan tidak
kurang dari 15 tahun.
Imam Muslim dalam menetapkan kesahihan hadits yang
diriwayatkkanya selalu mengedepankan ilmu jarh dan ta’dil. Metode
ini ia gunakan untuk menilai cacat tidaknya suatu hadits. Selain itu,
Imam Muslim juga menggunakan metode sighat at tahammul
(metode-metode penerimaan riwayat). Dalam kitabnya, dijumpai
istilah haddasani (menyampaikan kepada saya), haddasana
(menyampaikan kepada kami), akhbarani (mengabarkan kepada
saya), akhabarana (mengabarkan kepada kami), maupun qaalaa (ia
berkata). Dengan metode ini menjadikan Imam Muslim sebagai
orang kedua terbaik dalam masalah hadits dan seluk beluknya
setelah Imam Bukhari. Selain itu, Imam Muslim dikenal sebagai
tokoh yang sangat ramah. Keramahan yang dimilikinya tidak jauh
beda dengan gurunya, Imam Bukhari. Dengan reputasi ini Imam
Muslim oleh Adz-Dzahabi disebutan sebagai Muhsin min Naisabur
(orang baik dari Naisabur). Maslamah bin Qasim menegaskan,
“Muslim adalah tsiqqat, agung derajatnya dan merupakan salah
seorang pemuka (Imam).” Senada dengan Maslamah bin Qasim,
Imam An-Nawawi juga memberi sanjungan: “Para ulama sepakat
atas kebesarannya, keimanan, ketinggian martabat, kecerdasan dan
kepeloporannya dalam dunia hadits. Seperti halnya Imam Bukhari
dengan Al-Jami’ ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari,
Imam Muslim juga memiliki kitab munumental, kitab Shahih
Muslim. Dibanding kitab-kitab hadits shahih karya Imam Muslim
lainnya, Shahih Muslim yang memuat 3.033 hadits memiliki

10
karakteristik tersendiri. Imam Muslim banyak memberikan
perhatian pada penjabaran hadits secara resmi. Imam Muslim
bahkan tidak mencantumkan judul-judul pada setiap akhir dari
sebuah pokok bahasan. Sebenarnya kitab Shahih Muslim
dipublikasikan untuk Abu Zur’ah, salah seorang kritikus hadits
terbesar, yang biasanya memberikan sejumlah catatan mengenai
cacatnya hadits. Lantas, Imam Muslim kemudian mengoreksi cacat
tersebut dengan membuangnya tanpa argumentasi. Karena Imam
Muslim tidak pernah mau membukukan hadits-hadits yang hanya
berdasarkan kriteria pribadi semata, dan hanya meriwayatkan hadits
yang diterima oleh kalangan ulama. Sehingga hadits-hadits Muslim
terasa sangat populis. Sebenarnya para ulama berbeda pendapat
mana yang lebih unggul antara Shahih Muslim dengan Shahih
Bukhari. Jumhur Muhadditsun berpendapat, Shahihul Bukhari lebih
unggul, sedangkan sejumlah ulama Marokko dan yang lain lebih
mengunggulkan Shahih Muslim. Perbedaan ini terjadi bila dilihat
dari sisi pada sistematika penulisannya serta perbandingan antara
tema dan isinya. Al-Hafizh Ibnu Hajar mengulas kelebihan Shahih
Bukhari atas Shahih Muslim, antara lain, karena Al-Bukhari
mensyaratkan kepastian bertemunya dua perawi yang secara
struktural sebagai guru dan murid dalam hadits Mu’an’an agar dapat
dipastikan sanadnya bersambung. Sementara Imam Muslim
menganggap cukup dengan “kemungkinan” bertemunya kedua rawi
dengan tidak adanya tadlis.
Al-Bukhari mentakhrij hadits yang diterima para perawi
tsiqqat derajat utama dari segi hafalan dan keteguhannya. Walaupun
juga mengeluarkan hadits dari rawi derajat berikutnya dengan sangat
selektif. Sementara Muslim, lebih banyak pada rawi derajat kedua
dibanding Bukhari. Selain itu, kritik yang ditujukan kepada perawi
jalur Muslim lebih banyak dibanding al-Bukhari. Sementara
pendapat yang berpihak pada keunggulan Shahih Muslim beralasan,
seperti yang dijelaskan Ibnu Hajar, Muslim lebih berhati-hati dalam

11
menyusun kata-kata dan redaksinya. Muslim juga tidak membuat
kesimpulan dengan memberi judul bab seperti yang dilakukan
Bukhari lakukan. Imam Muslim wafat pada Ahad sore, pada tanggal
24 Rajab 261 H dengan mewariskan sejumlah karyanya yang sangat
berharga bagi kaum Muslim dan dunia Islam.
2. Akhir Hayat Imam Muslim
Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim
wafat pada hari Ahad sore, dan di makamkan di kampung Nasr Abad
daerah Naisabur pada hari Senin, 25 Rajab 261 H. dalam usia 55
tahun. Selama hidupnya, Muslim menulis beberapa kitab yang
sangat bermanfaat.
3. Para Guru Imam Muslim
Imam Muslim mempunyai guru hadits sangat banyak sekali,
diantaranya adalah: Usman bin Abi Syaibah, Abu Bakar bin
Syaibah, Syaiban bin Farukh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin
Harab, ’Amar an-Naqid, Muhammad bin Musanna, Muhammad bin
Yasar, Harun bin Sa’id al-Aili, Qutaibah bin sa’id dan lain
sebagainya.
4. Karya – Karya Imam Muslim
Imam muslim mempunyai kitab hasil tulisannya yang jumlahnya
cukup banyak. Di antaranya:
a. Al-Jamius Syahih
b. Al-Musnadul Kabir Alar Rijal
c. Kitab al-Asma’ wal Kuna
d. Kitab al-Ilal
e. Kitab al-Aqran
f. Kitab Sualatihi Ahmad bin Hanbal
g. Kitab al-Intifa’ bi Uhubis Siba’
h. Kitab al-Muhadramain
i. Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahidin
j. Kitab Auladus Sahabah
k. Kitab Auhamul Muhadisin.

12
BAB III
KESIMPULAN

Imam Bukhari memiliki nama asli Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
Al Mughirah bin Bardizbah. Kuniyahnya adalah Abu Abdillah. Ia berasal dari
Bukhara, sekarang masuk Uzbekistan, sehingga terkenal dengan sebutan Al
Bukhari. Ismail, ayah Al Bukhari, adalah seorang ulama hadits di daerah Bukhara.
Ia murid dari Imam Malik bin Anas, Hammad bin Zaid dan Abdullah bin Mubarak.
Imam Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj
bin Muslim bin Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi. Imam Muslim dilahirkan di
Naisabur tahun 202 H atau 817 M. Naisabur, saat ini termasuk wilayah Rusia.
Dalam sejarah Islam, Naisabur dikenal dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr,
daerah-daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://bio.or.id/biografi-imam-muslim/

https://bersamadakwah.net/imam-bukhari/andug

Anda mungkin juga menyukai