Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BIOGRAFI DAN KONTRIBUSI IMAM BUKHARI

PADA MASA DINASTI ABBASYIAH

DISUSUN OLEH:

INEZ TOVA KIRANI RAHMAN

XI IPS UNGGULAN

MA NEGERI 2 MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga saya bisa menyelesaikan tugas penyusunan makalah
mata pelajaran Sejarah Kebuduyaan Islam dengan judul “BIOGRAFI DAN KONTRIBUSI
IMAM BUKHARI PADA MASA DINASTI ABBASYIAH”.
Sejarah adalah suatu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya
seorang tokoh, masyarakat, dan peradaban. Oleh karena itu, ilmu sejarah berperan penting
dalam menjelaskan dinamika dalam suatu masyarakat. Dalam kaitannya dengan peran
tersebut, melalui pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini, generasi muda diajak
menyelami dan mengambil pelajaran dari setiap peristiwa masa lalu. Semoga dengan adanya
makalah ini kita bisa mengambil makna dan hal positif yang akan bermanfaat bagi kehidupan
kita.
Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan do’a serta
kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini. Saya
menyadari akan banyaknya kekurangan dalam makalah ini, untuk itu saya mengharapkan
kritik dan saran sebagai pedoman untuk masa mendatang.

Mataram, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL……………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………….....
BAB I PENDAHULUAN
a Latar Belakang……………………………………………………………….
b Rumusan Masalah…………………………………………………………...
c Tujuan………………………………………………………………..............
BAB II PEMBAHASAN
a Masa Kecil dan Remaja Imam Bukhari………………………………………
b Keluarga Imam Bukhari……………………………………………...............
c Perjalanan Imam Bukhari dalam Mengumpulkan Hadits……………............
d Peranan Imam Bukhari dalam Kemajuan Islam……………………………...
e Kontribusi Imam Bukhari pada Masa Pemerintahan Dinasti Abbasyiah…....
BAB III PENUTUP
a Kesimpulan……………………………………………………………….......
b Saran………………………………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Imam bukhari merupakan sosok yang jasanya tidak bisa dilupakan begitu saja terkait
dengan kemajuan Islam terutama dalam bidang ilmu hadits. Peranan besar yang telah
dilakukan oleh beliau akan terus terpatri sebagai jasa-jasa yang tidak akan tergerus oleh
zaman. Sebagai ahli hadits termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu hingga kini
bersama dengan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai’I dan Ibnu Majah, hadis-
hadisnya memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan Amirul Mukminin fil
Hadits. Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk padanya. Imam bukhari
memiliki peranan sebagai tokoh terdepan, terlihat dari kekuatan hafalan dan kecerdasan beliau
dalam menghimpun hadits.Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari (bahasa
Arab: ‫أب=و عب=د هللا محم=د بن إس=ماعيل البخ=اري‬, lahir di Bukhara, 13 Syawal 194 H (21 Juli 810) - wafat
di Khartank, 1 Syawal 256 H (1 September 870)), atau lebih dikenal Imam Bukhari, adalah
ahli hadis yang termasyhur di antara para ahli hadis sejak dulu hingga kini bersama
dengan Imam Muslim dll.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana masa kecil dan masa remaja Imam Bukhari ?
2. Bagaimana keluarga Imam Bukhari ?
3. Bagaimana perjalanan imam bukhari dalam mengumpulkan hadits?
4. Bagaimana peranan Imam Bukhari dalam Kemajuan Islam?
5. Bagaimana kontribusi Imam Bukhari pada masa pemerintahan dinasti Abbasyiah?
6. Bagaimana akhir kehidupan Imam Bukhari
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kehidupan masa kecil dan masa remaja Imam Bukhari
2. Untuk mengetahui bagaimana keluarga Imam Bukhari
3. Untuk mengetahui perjalanan imam bukhari dalam mengumpulkan hadits
4. Untuk mengetahui peranan Imam Bukhari dalam Kemajuan Islam
5. Kontribusi Imam Bukhari pada masa pemerintahan Dinasti Abbasyaih
6. Untuk mengetahui akhir kehidupan Imam Bukhari
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASA KECIL DAN REMAJA IMAM BUKHARI


Imam Bukhari lahir pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Dia diberi
nama Muhammad oleh ayahnya, Ismail bin Ibrahim. Yang sering menggunakan nama asli
dia ini adalah Imam Tirmidzi dalam komentarnya setelah meriwayatkan hadis dalam Sunan
Tirmidzi. Sedangkan kunyah-nya adalah Abu Abdullah. Karena lahir di Bukhara,
Uzbekistan, Asia Tengah; dia dikenal sebagai al-Bukhari. Dengan demikian nama lengkapnya
adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-
Ju'fi al-Bukhari. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil. Tak lama setelah lahir, dia
kehilangan penglihatannya. Ia tumbuh besar tanpa melihat dunia dan tak bisa bermain dengan
teman sebayanya. Karena kebutaannya itu pula, Muhammad Al Bukhari tak dapat membaca
buku. Bahkan tak hanya tuna netra, ia juga berstatus sebagai anak yatim. Ayahnya meninggal
sejak ia masih kecil. Sang ibunda begitu sedih melihat putranya tak dapat melihat dan tak
memiliki ayah.
Ibunda juga terus berdoa agar Allah menyembuhkan mata putranya. Ia yakin tak ada
yang mustahil bagi Allah. Seorang yang buta dari lahir pun dapat diberi penglihatan oleh-Nya.
Atas harapan itulah sang ibunda terus saja berdoa dan berdoa. Ia giat beribadah baik siang
ataupun malam. Tanpa lelah, ia terus mendoakan putranya, Muhammad Al Bukhari bertahun-
tahun lamanya, agar Allah memberikan penglihatan kepada sang putra tercinta. Hingga suatu
malam, sang ibunda mendapat mimpi menakjubkan. Di dalam mimpinya, ia bertemu sang
khalilullah Nabi Ibrahim alaihis salam. Beliau berkata pada ibunda Al Bukhari, “Wahai
wanita, Allah telah mengembalikan penglihatan kepada anakmu karena engkau banyak
menangis (yakni banyak berdoa)”.
Sang ibunda sangat gembira. Begitu bangun di pagi hari, segera dilihatnya sang putra.
Ternyata benar, Allah telah menyembuhkan kedua mata Muhammad Al Bukhari. Allah
mengijabah doa ibunda yang tak pernah henti dan tak pernah putus asa. Ia pun bersyukur
gembira. Saat itu usia Al Bukhari menginjak 10 tahun.
Muhammad pun mulai belajar menulis dan membaca. Meski matanya sudah bisa
melihat, ternyata kemampuan menghafalnya tak ada yang berubah. Karena itulah ia mulai
menghafal kitab-kitab yang ia baca. Hanya dengan sekali baca, ia langsung menghafal seluruh
isi buku dengan sempurna tanpa ada kata yang tertinggal.
Sejak itu pula, yakni ketika ia sudah bisa melihat, sang ibunda mengenalkan Muhammad
Al Bukhari pada ulama-ulama setempat. Ia pula kemudian memasukkannya ke madrasah. Saat
itulah Al Bukhari mulai tertarik pada hadits-hadits Rasulullah dan menghafalkannya. Al-
Bukhari sempat diejek teman-temannya karena ia baru menghafal 2 buah hadits, siapa sangka
ibeliau kemudian menjadi orang yang paling banyak menghafal dan mengumpulkan as-
sunnah. Meski Muhammad Al-Bukhari telah belajar di bawah bimbingan ulama, sang ibunda
tetap ambil peran dalam mendidiknya berakhlak mulia. Dengannya, Al- Bukhari tumbuh
menjadi remaja yang tak hanya faqih dalam agama, namun juga berakhlaqul karimah dan
sangat giat beribadah serta beramal sholeh. Walaupun bakat menghafalnya sangat luar biasa,
ia pula tidak pernah sombong. Di usia 17 tahun, salah satu gurunya yakni Muhammad bin
Salam Al-Bikandi mempercayakan Al-Bukhari untuk mengoreksi tulisan-tuisannya. Saat itu
Imam Bukhari memang sudah banyak sekali menghafal kitab-kitab ulama diluar kepala.
Bahkan sejak Al-Bukhari masih remaja, sudah Nampak benih-benih ulama dari dirinya. Lalu
di usia 18 tahun, Al-Bukhari menemani Ibunda dan saudaranya untuk menunaikan ibadah haji
ke Makkah, sang ibunda lalu merelakan putra tercintanya untuk tetap tinggal di Mekah untuk
mencari ilmu hadits.
B. KELUARGA IMAM BUKHARI
Ayah: Ismail Ibn Ibrahim
Saudara kandung: Rasyid bain Ismail
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama, ayahnya dikenal sebagai
orang yang wara' dalam arti berhati hati terhadap hal hal yang bersifat syubhat (ragu-ragu)
hukumnya terlebih lebih terhadap hal yang haram. Ayahnya adalah seorang ulama
bermadzhab Maliki dan merupakan murid dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli
fikihIsmail. Ayahnya cenderung kepada hadis nabawi. Ketika pergi haji pada tahun 179 H.
beliau menyempatkan diri menemui tokoh-tokoh ahli hadis seperti Imam Malik bin Anas,
Abdullah bin al-Mubarak, Abu Mu’awiyah bin Shalih, dan lain-lain. Semangat ini kemudian
diwariskan kepada putranya, Mohammad. Dan tidak berselang lama Ismail wafat ketika
Mohammad masih kanak-kanak. Sebuah perpustakaan pribadi ditinggalkannya untuk
Mohammad di samping semangat untuk mengaji hadis. Dalam keadaan yatim, ibunya adalah
wanita salihah yang rajin beribadah Mohammad lalau diasuh oleh ibundanya dengan kasih
sayang. Dibimbingnya untuk menyintai buku-buku peninggalan ayahnya. Dan bersama-sama
kawan sebayanya Mohammad belajar membaca, menulis, al-Quran dan hadis. Ibunda nya pun
mendidik Muhammad kecil dengan kesabaran yang luar biasa. Muhammad yang tak bisa
membaca kemudian diarahkan ibunda untuk menghafal. Hasilnya di luar dugaan. Sekali
mendengar suatu kalimat, ia dapat merekamnya dalam otak. Dengan cepat, Al Bukhari pun
menjadi hafidzul qur’an. Ia menghafal apa yang ibunda bacakan untuknya.
C. PERJALANAN IMAM BUKHARI DALAM MENGUMPULKAN HADITS
Sebelum menulis kitab Shahih al-Bukhari, Imam Bukhari menulis kitab “Qadhaya al-
Shabah wa al-Tabi’in”  dan kitab “Tarikh al-Kabir”. Untuk kitab Sahih al-Bukhari ini
diawali dengan mimpi Imam Bukhari suatu hari bahwa Imam Bukhari berdiri di hadapan Nabi
SAW melindunginya dari siksaan dan celaan. Kisah tersebut dinukilkan dari Imam Suyuti
dalam kitab Tadrib al-Rawi. Kemudian, Imam Bukhari meminta kepada gurunya untuk
mengetahui tafsir mimpi tersebut. “sesungguhnya, suatu saat nanti engkau akan menjadi
pembela dan pemberantas kebohongan yang disangkakan kepada Nabi SAW”. Begitulah
jawaban dari guru Imam Bukhari menimpali tafsir mimpinya.
Di kesempatan lain setelah mimpi itu, Imam Bukhari bertemu dengan Ishaq bin
Rahawayh, Muhadist dari Khurasan. Pada pertemuan tersebut, Ishaq bin Rahawayh
menyampaikan kepada Imam Bukhari yang sekaligus menjadi muridnya “Jikalau engkau
mau mengumpulkan Hadis-Hadis Sahih Nabi SAW secara ringkas dan padat”. Hati Imam
Bukhari terenyuh dan seketika teringat tafsir mimpi kala itu. Mungkin inilah saatnya beliau
mengumpulkan dan menuliskan Hadis-Hadis Sahih Nabi SAW.
Mulailah Imam Bukhari mengumpulkan Hadis-Hadis Sahih. Beliau memulai menulis di
Mekah, acapkali di Madinah, dekat dengan makam Nabi SAW. Dalam penulisan kitab Sahih
Bukhari  tersebut, Imam Bukhari jarang sekali keluar masjid untuk bertemu masyarakat
seperti biasanya. Sampai penulisan kitab tersebut selesai, kurang lebih 16 tahun kemudian.
Imam Bukari menyatakan bahwa “Saya tidak akan menuliskan satu Hadis pun dalam kitab
ini kecuali saya berwudhu sebelumnya, kemudian salat istikharah dua rakaat dan
memastikan kesahihan Hadis tersebut, baik dari segi sanad maupun matan”.
Dari 600.000 ribu Hadis, Imam Bukhari memilih sekitar 7000-an Hadis Sahih, atau di
beberapa riwayat sebanyak 7275 Hadis Sahih atau lagi sekitar 7397 Hadis Sahih. Imam
Bukhari mensyaratkan pada dirinya sendiri bahwa Imam Bukhari tidak akan memasukkan
sanad kecuali dengan rijal atau perawi Hadis yang Tsiqah. Dalam meneliti dan menyeleksi
hadis dan diskusi dengan para perawi, Imam Bukhari sangat sopan. Kritik-kritik yang ia
lontarkan kepada para perawi juga cukup halus namun tajam. Tentang perawi yang sudah
jelas kebohongannya ia berkata, “Perlu dipertimbangkan”, “Para ulama meninggalkannya”,
atau “Para ulama berdiam diri dari hal itu”, sementara perawi yang hadisnya tidak jelas ia
menyatakan, “Hadisnya diingkari”. Bahkan banyak meninggalkan perawi yang diragukan
kejujurannya. Dia berkata, “Saya meninggalkan sepuluh ribu hadis yang diriwayatkan oleh
perawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan hadis-hadis dengan jumlah yang sama
atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang dalam pandanganku perlu dipertimbangkan”.
Banyak para ulama atau perawi yang ditemui sehingga Bukhari banyak mencatat jati diri
dan sikap mereka secara teliti dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap
mengenai sebuah hadis, mencek keakuratan sebuah hadis ia berkali-kali mendatangi ulama
atau perawi meskipun berada di kota-kota atau negeri yang jauh
seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz seperti yang dikatakan dia “Saya telah
mengunjungi Syam, Mesir, dan Jazirah masing-masing dua kali; ke Basrah empat kali,
menetap di Hijaz selama enam tahun, dan tidak dapat dihitung berapa kali saya mengunjungi
Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadis”.
Di sela-sela kesibukannya sebagai ulama pakar hadis, ia juga dikenal sebagai ulama dan
ahli fiqih, bahkan tidak lupa dengan kegiatan kegiatan olahraga dan rekreatif seperti belajar
memanah sampai mahir. Bahkan menurut suatu riwayat, Imam Bukhari tidak pernah luput
memanah kecuali dua kali. Imam Bukhari juga tidak akan memasukkan sanad kecuali Imam
Bukhari pernah bertemu langsung sekaligus mengetahui perihal jarh wa ta’dil dari seorang
perawi tersebut. Apalagi, dalam ilmu Hadis, proses talaqi atau bertemu langsung menjadi
syarat utama ketersambungan sanad dalam syarat sahihnya suatu Hadis.
Proses penulisan kitab Sahih Bukhari juga membuat Imam Bukhari mencurahkan
hampir seluruh waktu di tiap harinya untuk kesempurnaan kitab tersebut, tidak lain juga
supaya dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya. Imam Bukhari harus menapaki beratus-
ratus mil perjalanan untuk memastikan kebenaran Hadis yang akan beliau kumpulkan dan
tulis. Imam Bukhari berkata “Saya sudah pergi ke negeri Syam, Mesir dan Jazirah sebanyak
dua kali, pergi ke negeri Basrah sebanyak empat kali dan bermukim di Hijaz selama enam
tahun, dan entah berapa banyak kali saya pulang pergi ke Kufah dan Baghdad. Waktu untuk
istirahat juga terkuras untuk sibuk menulis. Sampai pada pengakuan para guru Imam Bukhari
yang termasuk dalam ulama Mutasyaddid seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Hatim al-
Razi, Qutaybah bin Sa’id, ‘Ali bin al-Madini, Abu Bakar bin Abi Syaybah, Yahya bin Ma’in,
Ishaq bin Rahawayh bahwa kitab Sahih Bukhari adalah kitab yang dapat
dipertanggungjawabkan kredibilitasnya dan berada di level kedua setelah al-Qur’an sebagai
kitab rujukan.
Dari kitab Shahih Bukhari inilah mulai berdatangan murid-murid Imam Bukhari untuk
belajar langsung kepada beliau. Di antara murid-murid Imam Bukhari yang terkenal yaitu
Imam Muslim, al-Nasai dan al-Tirmidzi. Kemudian kitab Sahih Bukhari ini dituliskan
penjelasan lengkapnya dalam beberapa karya kitab. Di antaranya sekitar ada 8 kitab yaitu,
kitab A’lam al-Sunan, kitab Syarh pertama yang ditulis oleh al-Khattabi, kitab Fath al-
Bari  yang ditulis oleh Ibnu Hajar al-Asqalani, kitab Syarh Sahih al-Bukhari li Ibni
Batthal,  kitab Kawakib al-Durari karangan Imam Kirmani, kitab Umdah al-Qari karangan
Badr al-Din al-Aini, kitab al-Tawsiah ‘ala al-Jami’ al-Sahih yang ditulis oleh Imam
Suyuthi, Isryad al-Sari  karangan al-Qasthalani dan kitab Faidhu al-Bari karangan Anwar
Syah al-Kashmiri.
D. PERANAN IMAM BUKHARI DALAM KEMAJUAN ISLAM
Salah satu Ahli Hadits yang paling masyhur ialah Muhammad bin Ismail AlBukhari atau
yang sering kita kenal Imam Bukhari. Jasanya dalam meriwayatkan hadits begitu besar bagi
kemajuan islam, karya yang beliau tuliskan yaitu Al-Jami’ As-Shahih atau yang kita kenal
dengan Shahih Bukhari menjadi referensi banyak ulama di seluruh dunia dan menjadi rujukan
berbagai fatwa ulama. Imam Bukhari menuai banyak pujian dari para ulama. Yazid bin Abdul
Qadir Jawas pada tahun 2013, dia menuliskan, Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah (wafat
th. 241 H) berkata, “Belum pernah ada di Khurasan orang yang melahirkan anak seperti
Muhammad bin Ismâ’îl al-Bukhâri2. Juga pujian datang dari al-Hafizh Ibnu Hajar
al-‘Asqalâni t (wafat th. 852 H) berkata dalam awal muqaddimahnya di Fat-hul Bâri,
“Sungguh aku telah melihat bahwa Abu ‘Abdillah al-Bukhâri dalam Jâmi’ Shahîhnya telah
mengambil penetapan dan pengambilan hukum dari cahaya yang indah –yakni al-Qur-an dan
as-Sunnah-, mengambil dan menukil dari sumbernya, dan beliau dikaruniai niat yang baik
dalam mengumpulkan hadits-hadits, sehingga orang-orang yang menyelisihi dan menyetujui
mengakuinya, juga menerima pembicaraannya dalam Shahîhnya …”3 . Dan masih banyak
pujian dari ulama yang lainnya. Sungguh begitu besar jasanya dalam kemajuan ilmu agama
terutama dalam bidang hadits. Tidak bisa dimungkiri, Bukhari memberikan kontribusi pada
pemikiran dan pengetahuan Islam, melebihi sarjana-sarjana lain dalam generasinya. Antologi
karya Bukhari perihal hadis kini dianggap sebagai salah satu yang paling otentik dalam
bidang literatur hadis.
E. KONTRIBUSI IMAM BUKHARI PADA MASA PEMERINTAHAN DINASTI
ABBASYIAH
Pada masa pemerintahan dinasti Abbasyiah, Imam Bukhari merupakan seorang ulama
besar dalam bidang ilmu-ilmu Islam terutama ilmu hadits. Karena pada masa pemerintahan
Khalifah Harun ar-Rasyid, ilmu pengetahuan sangat dijunjung tinggi dan dalam
memajukannya beliau mendirikan lembaga ilmu pengetahuan yang bernama “BAITUL
HIKMAH” sebaga pusat penelitian, pengkajian, penerjemahan serta lembaga
pendidikan(perguruan tinggi). Buah dari perhatian tersebut kaum muslimin dapat mempelajari
berbagai ilmu dalam bahasa Arab. Hasilnya bermunculan sarjana-sarjana besar muslim dari
berbagai disiplin ilmu yang sangat ulama-ulama besar yang tersohor salah satunya Imam
Bukhari. Para ulama dibebaskan untuk berijtihad mengembangakan daya intelektualnya dan
bebas dari belenggu taklid. Sebagai salah satu ilmuwan Islam pada masa itu, tentu Imam
Bukhari sangat berkontribusi dalam kemajuan ilmu pengetahuan lebih tepatnya ilmu hadits,
dimana hasil karyanya antara lain, Al-Jami’ Ash-Shahih, Al-Adab Al- Mufrad, At- Tarikh As-
Shagir, At-Tariqh Al-Awsat, At- Tarikh Al- Kabir, At-Tafsir Al-Kabir, Al-Musnad Al- Kabir,
kitab Al-I’lal, Raf’u Yadain fis Shalah, Biruul Walidain, kitab Ad Du’afa, Ad-Sami’ As-
Shahabah dan Al- Hibah, namun karya yang paling terkenal yakni Al-Jami’ as-Shahih atau
dikenal Shahih Bukhari yang berisi 2. 602 hadits 99.802 dengan perulangan).
F. AKHIR KEHIDUPAN IMAM BUKHARI
Menjelang akhir hayatnya imam Bukhari pernah mendapat fitnah, yaitu tatkala datang
ke kota Naisabur. Saat itu penduduk Naisabur antusias dalam menyambut beliau, bahkan
sebelum imam Bukhari sampai pun mereka menunggu kedatangannya, para ulama pun
mewasiatkan murid-muridnya untuk menyambut imam Bukhari. Diantara ulama yang
memerintahkan muridnya adalah Muhammad bin Yahya Az-Zuhli yang merupakan guru dari
imam Bukhari. Muhammad bin Yahya Az-Zuhli berpesan kepada muridnya jangan sekali-kali
6 bertanya kepada imam Bukhari tentang ilmu kalam (filsafat), karena apabila beliau
memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan apa yang mereka yakini maka akan
menimbulkan masalah antara mereka dengan imam Bukhari, ketika perpecahan ini terjadi
maka para ahlul bida’ akan merasa senang. Kala itu dalam majelisnya imam Bukhari ada
orang yang bertanya tentang masalah yang pelik, yaitu masalah Al-Qur’an. Ketika imam
Bukhari menjawabnya maka mereka merasa tidak sesuai dengan apa yang diyakini, dari
sinilah muncul fitnah. Bahkan ada yang mengatakan bahwa imam Bukhari menyatakan Al-
Qur’an adalah makhluk, subhanallah!. Padahal yang dimaksud beliau adalah tidak demikian,
imam Bukhari menjawab pertanyaan tersebut dalam satu sudut pandang, sehingga mereka
yang belum begitu paham merasa tidak sesuai dengan apa yang telah diyakini. Mendengar
kabar tersebut, guru beliau Muhammad bin Yahya Az-Zuhli mentahdzir beliau dan
menyatakan yang hadir di majelis imam Bukhari tidak boleh hadir di majelisnya. Karena
pernyataan tersebut akhirnya tidak ada yang menghadiri majelisnya imam Bukhari kecuali 2
orang yaitu Muslim bin Hajjaj yang kita kenal sebagai imam Muslim, dan Ahmad bin
Salamah. Imam Bukhari pun ditanya mengenai perkataanya yang menyatakan AlQur’an itu
adalah makhluk maka beliau menjawab yang menuduhnya mengatakan perkara tersebut telah
berdusta dan membantah tuduhan tersebut dan meluruskannya . Menjelang wafatnya,Beliau
sakit parah. Ketika dibawa ke Samarqand, tubuhnya melemah dan berpesan kepada para
sahabatnya agar dibalut tiga kain kafan, bukan gamis dan bukan pula serban. Ahli hadis yang
memiliki postur tubuh sedang ini menghembuskan nafas terakhirnya pada hari sabtu, malam
Idul Fitri tahun 256 H dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Pada saat yang sama, 'Abdul
Wahid bin Adam bermimpi ketemu dengan Rasulullah SAW yang sedang bersama para
sahabatnya. Di dalam mimpinya itu, Rasulullah berhenti di suatu tempat. 'Abdul Wahid
bertanya kepada Rasulullah. "Mengapa berhenti di sini wahai Rasulullah SAW?" Beliau
menjawab, "Aku menunggu Muhammad bin Ismail al-Bukhari". Tak lama kemudian,
beredarlah kabar kematian sosok yang ditunggu Rasulullah tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ketika dilahirkan Imam Bukhari diberi nama Muhammad oleh ayahnya. Karena lahir
di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah; dia dikenal sebagai al-Bukhari. Dengan demikian nama
lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin
Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari. Beliau kehilangan penglihatan sejak masih kecil, akan tetapi
berkat do’a sang ibu dan atas izin Allah penyakit Imam bukhari pun sembuh.Dari sanalah
Imam bukhari belajar membaca dan menulis. Imam Bukhari berada dibawah bimbingan para
ulama dan beliau juga sangat cinta terhadap ilmu. Setelah berguru di banyak ulama’ tersohor
beliau pun memulai perjalanannya dalam menghimpun hadits. Imam Bukhari wafat dengan
meninggalkan banyak jasa dan karya bagi umat Islam,salah satu karyanya yang sangat
terkenal sampai sekarang adalah Shahih Bukhari.
B. SARAN
Saya sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa materi yang kami buat ini
masih banyak kekurangan. Jadi untuk itu saya meminta kepada saudara saudari semuanya
untuk memberikan saran, kritikan, dan hal-hal lainnya yang bisa membangun untuk menuju
kepada yang lebih baik.  agar manfaat dari makalah ini dapat diambil penyusun dan orang
yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Ismail_al-Bukhari

https://www.kompasiana.com/kang_mughist/551aab87a333118d20b65934/sejarah-
kehidupan-imam-bukhari

https://muslim.or.id/640-mengenal-imam-bukhari.html

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/19/06/13/pszsgf313-mengenal-
imam-bukhari

https://www.academia.edu/35609163/Peran_Imam_Bukhari_dalam_kemajuan_islam_di_bida
ng_Hadits?auto=download

https://muslim.or.id/640-mengenal-imam-bukhari.html

http://info-biografi.blogspot.com/2013/07/biografi-imam-bukhari.html

https://www.islampos.com/imam-bukhari-hadits-dan-sang-ibunda-98319/

Anda mungkin juga menyukai