Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga makalah ini
bisa tersusun hingga selesai. Shalawat teriring salam tidak lupa kita kirimkan buat junjungan alam
yakni Nabi besar Muhammad SAW. Dan tidak lupa pula kami mengucapkan begitu bnyak
terimakasih atas kerjasama kelompok yang telah ikut berpartisipasi untuk membuat makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini mampu menambah wawasan,pengalaman serta ilmu bagi para
pembaca.Sehingga untuk kedepannya sanggup memperbaiki bentuk maupun tingkatkan isi makalah
sehingga menjadi makalah yang memiliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami,kami percaya tetap banyak kekurangan
dalam makalah ini,oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang membangun berasal
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjung Pinang,26 September 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar belakang................................................................................................................1
B. Rumusan makalah...........................................................................................................2
C. Manfaat makalah.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3

1. Pengertian al-Quran..........................................................................................................3
2. Peran dan Fungsi al-Quran................................................................................................4
3. Pengertian Tahsinul Quran...............................................................................................4
4. Manfaat Tahsinul Quran.....................................................................................................5
5. Sejarah Tahsinul Quran.....................................................................................................5
6. Hukum Tahsinul Quran......................................................................................................8

BAB III PENUTUP....................................................................................................................9

A. Kesimpulan.......................................................................................................................9
B. Saran.................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................10

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Mengenal al-Qur‟an sejak dini merupakan langkah yang utama dan pertama sebelum
pembelajaran yang lainnya.Bagi setiap muslim menanamkan nilai-nilai al-Qur‟an dalam kehidupan
sehari-hari sudah menjadi komitmen yang sangan universal,sehingga terdapat waktu khusus dimana
pengajaran tentang al-Qur‟an ditanamkan,baik untuk anak-anak,remaja,dewasa,bahkan saat usia
lanjut.

Al-Qur‟an dijadikan sebagai sumber utama ajaran Islam,sumber norma,sumber hukum


pertama,dan yang perlu dipahami lebih mendalam oleh umat Islam sebagai dasar petunjuk di dalam
berfikir,berbuat serta beramal bagi manusia sebagai kholifah di bumi.Memahami fungsi al-Qur‟an
wajib bagi setiap manusia yang beriman dan harus berusaha belajar mengenal,memahami,serta
membaca dengan fasih dan benar sesuai dengan aturan membacanya (ilmu tajwidnya).Mempelajari
makna tersurat maupun makna yang tersirat,menghayati serta mengamalkan isi kandungan al-Qur‟an
dalam kehidupan sehari-hari.

Sejak awal diturunkannya al-Qur‟an,Allah SWT telah memerintahkan untuk membaca (Iqra‟)
yang terdapat dalam (Q.S Al-Alaq ayat 1)Meskipun al-Qur‟an menggunakan bahasa Arab,namun al-
Qur‟an tidak hanya untuk orang-orang Arab ataupun untuk orang-orang pada zaman Nabi Muhammad
SAW al-Qur‟an diturunkan untuk seluruh umat manusia sepanjang zaman.Sebagai umat Islam
diwajibkan untuk mempelajari dan mengajarkan al-Qur‟an baik itu kepada anak-anak,remaja,orang
dewasa,dan bahkan orang tua sekalipun,karena mengajarkan dan mengamalkan al-Qur‟an merupakan
hal yang terpuji.Seperti dalam firman Allah:

“Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,Maka Adakah orang yang
mengambil pelajaran?”.(QS. Al-Qamar: 22)

Ayat tersebut di atas menerangkan bahwa wajib hukumnya bagi setiap muslim yang beriman
kepada Allah dan kitab-kitabNya untuk mempelajari isi kandungan al-Qur‟an yang dimulai dengan
membacanya.Hal ini dimaksudkan agar kita lebih mendalami dan menghayati isi kandungan al-
Qur‟an,sehingga harapan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dapat tercapai.Setiap
manusia itu memiliki hak untuk terus belajar,tidak perlu adanya pembatas baik itu muda atau tua,kaya
atau miskin,pintar atau bodoh,normal maupun tidak normal,semua berhak mendapatkan pendidikan.
2

B.RUMUS MASALAH

1.Pengertian dari Tahsinul Qur‟an?

2.Manfaat dari Tahsinul Qur‟an?

3.Sejarah dari Tahsinul Qur‟an?

C.MANFAAT MAKALAH

Berdasarkan rumusan masalah di atas,maka peneliti menuliskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu pengertian dari Tahsinul Qur‟an.

2. Untuk mengetahui manfaat dari Tahsinul Qur‟an.

3. Untuk mengetahui sejarah kemuculan Tahsinul Qur‟an.


3

BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN AL-QUR‟AN

Ditinjau dari bahasa,al-Qur‟an berasal dari bahasa arab,yaitu bentuk jamak dari kata benda
(MASDAR) dari kata kerja qara‟a yaqra‟u-quran yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca
berulang-ulang.

Secara istilah al-Qur‟an diartikan sebagai kalam ALLAH SWT,yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW sebagai mukjizat,disampaikan dengan jalan mutawatir dari ALLAH SWT sendiri
dengan perantara malaikat Jibril dan membaca al-Qur‟an dinilai ibadah kepada ALLAH SWT.

Berikut beberapa pengertian al-Qur‟an menurut para ahli:

a. Dr.Subhi as-Salih

Menurut Dr.Subhi as-Salih,al-Qur‟an adalah kalam Allah SWT yang merupakan sebuah
mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,di tulis dalam mushaf dan diriwayatkan
secara mutawatir,serta membacanya adalah termasuk ibadah.

b. Muhammad Ali ash-Shabumi

Menurut Muhammad Ali ash-Shabumi,al-Qur‟an ialah firman Allah SWT yang tidak ada
tandingannya,diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para nabi dan rasul dengan
perantara malaikat Jibril as,ditulis kepada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita
dengan cara mutawatir.Membaca dan mempelajari al-Qur‟an adalah ibadah dan al-Qur‟an dimulai
dari surat al-Fatihah serta ditutup dengan surat an-Nas.
4

c. Syekh Muhammad Khudari Beik

Menurut Syekh Muhammad Khudari Beik,al-Qur‟an merupakan firman Allah SWT yang
berbahasa Arab,diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk dipahami isinya,disampaikan kepada
kita dengan cara mutawatir,ditulis dalam mushaf yang dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat an-Nas.

B.PERAN dan FUNGSI AL-QUR‟AN

a) Al-Qur‟an sebagai kalamullah

Kalam (perkataan) ALLAH SWT yang diwahyukan kepada Nabi MuhammadSAW


melalui malaikat jibril dengan lafaz dan maknanya.

b) Al-Qur‟an sebagai sumber hukum islam


Sumber hukum islam ada tiga yakni :Al-Qur‟an,as-Sunnah,dan Ijtihad.
Al-Qur‟an adalah firman ALLAH SWT.Dan hadist merupakan sabda Rasulullah Muhammad
SAW.Sedangkan ijtihad didapat dari hasil pemikiran para ulama mujtahid dengan tetap
mengacu pada al-Qur‟an dan as-Sunnah.
c) Al-Qur‟an sebagai mukjizat nabi Muhammad SAW
Mukjizat adalah sesuatu yang melemahkan atau membuat yang lain menjadi lemah
tidak berdaya.
d) Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup

Al-Qur‟an banyak mengemukakan pokok-pokok beserta prinsip-prinsip umum


pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan ALLAH SWT dan ciptaannya.

C.PENGERTIAN TAHSINUL QUR‟AN

Tahsin secara umum adalah mengeluarkan setiap huruf-huruf Al-Qur‟an dari tempat
keluarnya,Dengan memberikan hak dan mustahaknya atau menyempurnakan pengucapan huruf-huruf
al-Qur‟an menyempurnakan pengucapan hukum hubungan antara satu huruf dengan huruf yang
lainnya.Seperti hukum bacaan idzhar,idgham,ikhfa.

Menurut bahasa tahsin berasal dari bahasa arab yang berarti memperbaiki,meningkatkan,atau
memperkaya.
5

Sedangkan menurut istilah tahsin berarti membaguskan atau memperbaiki.Tahsin juga disamakan
dengan pendefisinian tajwid.

D.MANFAAT MEMPELAJARI TAHSINUL QUR‟AN

1. Membaca al-Qur‟an dengan benar maka ALLAH SWT akan mengganjarkan satu huruf
dengan 10 kebajikan.
2. Terhindar dari kesalahan saat membaca al-Qur‟an.
3. Dimasukannya kita ke dalam golongan yang terhindar dari dosa.
4. Menjaga kemurniaan bacaan al-Qur‟an.
5. Mempermudah kita saat membaca al-Qur‟an.
6. Supaya kita tahu hukum-hukum bacaan al-Qur‟an.
7. Melatih lidah.

E.SEJARAH TAHSINUL QUR‟AN

Tahsin menurut istilah “Hassana-Yuhassinu” artinya membaguskan. Kata ini sering


didampingi dengan kata “Jawwadu-Yujawwidu” atau yang sering disebut dengan tajwid.Yakni
mengeluarkan huruf-huruf hijaiyah ditempat keluarnya makhrijul huruf serta diterbitkan hak dan
mustahaknya.

maka kenyataan menunjukkan bahwa ilmu ini telah bermula sejak dari al-Qur‟an itu
diturunkan kepada Rasulullah SAW.Ini kerena Rasulullah SAW sendiri diperintah untuk membaca al-
Qur‟an dengan tahsin atau tajwid dan tartil seperti yang disebut dalam surat al-Muzammil ayat 4.

"Bacalah al-Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan)."

Kemudian nabi Muhammad SAW mengajar ayat-ayat tersebut kepada para sahabat dengan bacaan
yang tartil.Di dalam beberapa buku tajwid disebutkan bahwa Istilah tajwid muncul ketika seseorang
bertanya kepada khalifah ke-empat,„Ali bin Abi Thalib tentang firman Allah yang terdapat dalam
surat al-Muzammil ayat 4 tersebut kemudian beliau menjawab bahwa yang dimaksud dengan kata
tartil adalah tajwiidul huruuf wa ma‟rifatil wuquuf yang berarti membaca huruf-hurufnya dengan
bagus (sesuai dengan makhraj dan shifat) dan tahu tempat-tempat waqaf.

Para sahabat r.a adalah orang-orang yang amanah dalam mewariskan bacaan ini kepada
generasi umat Islam selanjutnya.Mereka tidak akan menambah atau mengurangi apa yang telah
6

mereka pelajari itu,karena rasa takut mereka yang tinggi kepada Allah SWT dan begitulah juga
generasi setelah mereka.

Perlu diketahui bahwa pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin belum ada
mushaf al-Qur‟an seperti yang ada sekarang ini.Pada saat itu al-Qur‟an ditulis dalam bahasa Arab
yang belum ada tanda bacanya sebagaimana tulisan Arab saat ini.Jangankan harakat fathah (baris
atas),kasrah (baris bawah),dhommah (baris depan),dan sukun (tanda wakaf mati),bentuk serta tanda
titik-koma (tanda baca) saja tidak ada.Ilmu Tahsin pun belum ada dan bahkan Al-Qur‟an juga baru
dibukukan sepeninggal Rasulullah SAW.

Walau bagaimanapun,apa yang dikira sebagai penulisan ilmu Tahsin yang paling awal ialah
ketika bermulanya kesadaran perlunya Mushaf Utsmaniah yang ditulis oleh Sayyidina Utsman itu
diletakkan titik-titik kemudiannya,baris-baris bagi setiap huruf dan perkataannya.Gerakan ini telah
diketuai oleh Abu Aswad Ad-Duali dan Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi.Karena pada masa itu
Khalifah umat Islam memikul tugas untuk berbuat demikian ketika umat Islam mulai melakukan-
kesalahan dalam bacaan.

Ini karena semasa Sayyidina Utsman menyiapkan Mushaf al-Qur‟an dalam enam atau tujuh
buah.Beliau telah membiarkannya tanpa titik-titik huruf dan baris-barisnya karena memberi keluasan
kepada para sahabat dan tabi‟in pada masa itu untuk membacanya sebagaimana yang mereka telah
ambil dari Rasulullah SAW sesuai dengan Lahjah (dialek) bangsa Arab yang bermacam-
macam.Tetapi setelah berkembang luasnya agama Islam ke seluruh tanah Arab serta jatuhnya Roma
dan Parsi ke tangan umat Islam pada tahun 1 dan 2 Hijriah,bahasa Arab mulai bercampur dengan
bahasa penduduk-penduduk yang ditaklukkan umat Islam.Ini telah menyebabkan berlakunya
kesalahan yang banyak dalam penggunaan bahasa Arab dan begitu juga pembacaan al-Qur‟an.Maka
al-Qur‟an Mushaf Utsmaniah telah diusahakan untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam
membacanya dengan penambahan baris dan titik pada huruf-hurufnya bagi karangan ilmu qira‟at yang
paling awal sepakat,yang diketahui oleh para penyelidik ialah apa yang telah dihimpun oleh Abu
'Ubaid Al-Qasim Ibnu Salam dalam kitabnya "Al-Qira‟at" pada kurun ke-3 Hijriah.

Akan tetapi ada yang mengatakan,apa yang telah disusun oleh Abu 'Umar Hafs Ad-Duri
dalam ilmu Qira‟at adalah lebih awal.Pada kurun ke-4 Hijriah pula,lahir Ibnu Mujahid Al-Baghdadi
dengan karangannya "Kitabus Sab'ah",dimana beliau adalah orang yang mula-mula mengasingkan
qira‟at kepada tujuh imam bersesuaian dengan tujuh perbedaan dan Mushaf Utsmaniah yang
berjumlah tujuh naskah.Kesemuanya pada masa itu karangan ilmu tajwid yang paling awal,barangkali
7

tulisan Abu Mazahim Al-Haqani dalam bentuk qasidah (puisi) ilmu tajwid pada akhir kurun ke-3
Hijriah adalah yang terulung.Sejarah berbicara pemberian tanda baca (syakal) berupa titik dan harakat
(baris) baru mulai dilakukan ketika Dinasti Umayyah memegang tampuk kekuasaan kekhalifahan
Islam atau setelah 40 tahun umat Islam membaca al-Qur‟an tanpa ada syakal.

Pemberian titik dan baris pada mushaf al-Qur‟an ini dilakukan dalam tiga fase.Pertama,pada
zaman Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan.Saat itu,Muawiyah menugaskan Abdul Aswad Ad-Duali
untuk meletakkan tanda baca (i‟rab) pada tiap kalimat dalam bentuk titik untuk menghindari
kesalahan membaca.

Fase kedua,pada masa Abdul Malik bin Marwan (65 H),khalifah kelima Dinasti Umayyah itu
menugaskan salah seorang gubernur pada masa itu,Al Hajjaj bin Yusuf,untuk memberikan titik
sebagai pembeda antara satu huruf dengan lainnya.Misalnya,huruf baa‟ dengan satu titik di
bawah,huruf ta dengan dua titik di atas,dan tsa dengan tiga titik di atas.Pada masa itu,Al Hajjaj minta
bantuan kepada Nashr bin „Ashim dan Hay bin Ya‟mar.

Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan ini,wilayah kekuasaan Islam telah semakin luas
hingga sampai ke Eropa.Karena kekhawatiran adanya bacaan al-Qur‟an bagi umat Islam yang bukan
berbahasa Arab,diperintahkanlah untuk menuliskan al-Qur‟an dengan tambahan tanda baca
tersebut.Tujuannya agar adanya keseragaman bacaan al-Qur‟an baik bagi umat Islam yang keturunan
Arab ataupun non-Arab („ajami).

Perkembangan zaman masih banyak orang Islam yang masih kesulitan membacanya.Baru
kemudian pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah,diberikan tanda baris berupa
dhamah,fathah,kasrah,dan sukun untuk memperindah dan memudahkan umat Islam dalam membaca
al-Qur‟an.Pemberian tanda baris ini mengikuti cara pemberian baris yang telah dilakukan oleh Khalil
bin Ahmad Al Farahidy,seorang ensiklopedi bahasa Arab terkemuka kala itu.Menurut sebuah
riwayat,Khalil bin Ahmad juga yang memberikan tanda hamzah,tasydid,dan ismam pada kalimat-
kalimat yang ada.

Kemudian,pada masa Khalifah Al-Makmun,para ulama selanjutnya berijtihad untuk semakin


mempermudah orang untuk membaca dan menghafal al-Quran,khususnya bagi orang selain
Arab,dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid yang berupa isymam,rum,dan mad.Ilmu tajwid pun
lahir karena hasil ijtihad para ulama masa itu.Lalu mereka juga membuat tanda lingkaran bulat
sebagai pemisah ayat dan mencantumkan nomor ayat,tanda-tanda wakaf (berhenti membaca),ibtida
8

(memulai membaca),menerangkan identitas surah di awal setiap surah yang terdiri atas nama,tempat
turun,jumlah ayat,dan jumlah „ain.

Tanda-tanda lain yang dibubuhkan pada tulisan al-Quran adalah tajzi‟,yaitu tanda pemisah
antara satu Juz dan yang lainnya, berupa kata „juz‟ dan diikuti dengan penomorannya dan tanda untuk
menunjukkan isi yang berupa seperempat,seperlima,sepersepuluh,setengah juz,dan juz itu sendiri.

Dengan adanya tanda-tanda tersebut, kini umat Islam di seluruh dunia,apa pun ras dan warna
kulit serta bahasa yang dianutnya,mereka mudah membaca al-Quran.Ini semua berkat peran para
ulama di atas dalam membawa umat menjadi lebih baik,terutama dalam membaca al-Quran.Allah
berfirman:

”Sesungguhnya,Kami-lah yang menurunkan al-Qur‟an dan Kami pula yang menjaganya”.(Q.S al-Hijr
15:ayat 9)

Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Qur‟an selama-lamanya
hingga akhir zaman dari pemalsuan.Karena itu,banyak umat Islam,termasuk di zaman Rasulullah
SAW, yang hafal al-Qur‟an.Dengan adanya umat yang hafal al-Qur‟an maka al-Qur‟an pun akan
senantiasa terjaga hingga akhir zaman.

Selanjutnya,demi memudahkan umat membaca al-Qur‟an dengan baik,mushaf al-Qur‟an pun


dicetak sebanyak-banyaknya setelah melalui tashih (pengesahan dari ulama-ulama yang hafal al-
Qur‟an).Dan al-Qur‟an pertama kali dicetak pada tahun 1530 Masehi atau sekitar abad ke-10 H di
Bundukiyah (Vinece).Namun,kekuasaan gereja memerintahkan agar Al-Qur‟an yang telah dicetak itu
dibasmi.Kemudian,Hankelman mencetak al-Qur‟an di Kota Hamburg (Jerman) pada tahun 1694 M
atau sekitar abad ke-12 H.[1] Kini,al-Qur‟an telah dicetak di berbagai negara di dunia.
10

F.HUKUM TAHSINUL QUR‟AN

Ada Beberapa Pandangan Ulama Mengenai Hukum Mempelajari Ilmu Tahsin.

1. WAJIB SYAR‟I
Yaitu hukum yang berkaitan dengan perintah dan larangan ALLAH SWT.Apa bila
kita mengerjakannya mendapat pahala dan berdosa jika meninggalkannya,seperti yang harus
kita perbaiki ketepatan huruf dan perubahan selain merubah maknanya.
2. WAJIB SHINA‟I

Yaitu mengajak kita mengerjakannya telah dianggap berbuat kebaikan,dan jika


meninggalkannya kita telah berbuat kebuukan.Sama seperti kita menjaga kaedah-kaedah
idghom,ikhfa.
11

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Ilmu Tahsin merupakan ilmu yang membahas tata cara mengucapkan setiap huruf dari tempat
keluarnya serta memberikan haq dan mustahaq dari sifat-sifatnya.Oleh karena itu,secara umum tajwid
merupakan tata cara membaca al-Qur`an dengan baik dan benar.Istilah yang dikenal dalam membaca
al-Qur`an dengan baik dan benar dinamakan tartil.

Di era modern,mengkaji tajwid secara manual dapat ditemukan dalam mushaf-mushaf yang
dikreasikan dengan warna-warni.Di satu sisi,inovasi tersebut dapat menjadi sarana memotivasi umat
Islam dalam belajar tajwid.Tetapi,alangkah baik jika penggunaan al-Qur`an tajwid tersebut dibarengi
dengan pembelajaran secara langsung (musyafahah dan talaqqi) kepada guru yang mumpuni dalam
bidangnya.

B. SARAN

Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya banyak
sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini.Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
kemampuan kami.

Oleh karena itu,kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun.Kami juga mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat untuk kami khususnya
bagi pembaca.
12

DAFTAR PUSTAKA

RS Abdul Azis.1991:49 Tafsir Ilmu Tafsir.Jakarta:Balai Pustaka:Diakses pada tanggal 24 september


2019,pukul 17.53

Tarib Moh.Sejarah Ilmu Tajwid.Http//referensiku-ku.blogspot.com:Diakses pada tanggal 23


September 2019,pukul 22.30.

Zulfidar Akaha.Abduh.1996 Al-Qur’an dan Qiroat.Jakarta:Pustaka Al-Kautsara.Hal 44:Diakses pada


tanggal 24 september 2019,pukul 17.20

Sipencariilmu.wordpress.com,marefa.org,ar.wikipedia.org:Diakses pada tanggal 23 september


2019,pukul 22.30

Zarkasyi, I. 1995.Tajwid Qa’idah bagaimana mestinya membaca Al-Qur’an Untuk Pelajaran Pemula.
Gontor: Trimurti press:Diakses pada tanggal 24 september 2019,pukul 17.50

Paduan ilmu tajwid,unit tahfidh,madrasatul quran Tebuireng:Jombang,2008

Jazariah,syekh Abil Khoir Syamsuddin Muhammad bin Muhammad al jazary,sa‟adu ibn


Nahban:Surabaya,tt.
TAHSINUL QUR’AN

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS TAHSINUL QIRA’AH


Dosen Pengampu:
Zaimah M.Pd.I

MAKALAH

Oleh :

Ahmad Asrorudin

Ary Permadi

Nurjanah

Yuni

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULUM

TANJUNG PINANG

TAHUN AJARAN 2019-2020

Anda mungkin juga menyukai