Anda di halaman 1dari 28

PENERAPAN EKSISTENSI DAN LITERASI BAHASA INDONESIA DI ERA

DIGITALISASI 5.0

Metode Penilitian Kualitatif


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Urai Ferry Hariyanto,M.Pd.I

MAKALAH

Disusun

Aniskurlila Rizki Almazida

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ULUM
TANJUNGPINANG – KEPRI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat Nya berupa kesehatan, kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini dapat saya selesaikan dengan tepat waktu.

Tidak lupa pula, saya ucapkan terimakasih kepada dosen, teman-teman dan
orangtua yang telah ikut berkontribusi mendukung dan memberikan semangat serta
beberapa ide sehingga saya mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Saya sebagai penyusun berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman dam
membantu pembaca dalam menambah pengetahuan luas mengenai ilmu-ilmu yang akan
dibahas nanti. Terlepas dari itu juga, saya sadar akan banyaknya kekurangan yang ada
dari susunan maupun isi makalah ini sehingga saya berharap akan adanya kritik serta
saran yang bersifat membangun terciptanya makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

Tanjungpinang, 30 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

PENERAPAN EKSISTENSI DAN LITERASI BAHASA INDONESIA DI ERA


DIGITALISASI 5.0

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................................. 2
C. Pembatasan Masalah.............................................................................................. 2
D. Rumusan Masalah.................................................................................................. 3
E. Tujuan .................................................................................................................... 3
F. Manfaat .................................................................................................................. 4
BAB II .............................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 5
A. Pengertian Dan Perkembangan Era Digitalisasi Di Indonesia .............................. 5
B. Peran Bahasa Indonesia Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
7
C. Ketirisan Diglosia Didalam Situasi Kebahasaan Di Indonesia ........................... 11
D. Pengertian Eksistensi Dan Literasi Kebahasaan .................................................. 12
E. Pengaruh Dan Perkembangan Era Digitalisasi 4.0 Terhadap Eksistensi Dan
Literasi Bahasa Indonesia ........................................................................................... 13
F. Upaya Dalam Penerapan Dan Peningkatan Eksistensi Serta Literasi Bahasa
Indonesia Dalam Kemajuannya Di Era Digitalisasi 5.0 Mendatang. ......................... 15
BAB III .......................................................................................................................... 23
KESIMPULAN ............................................................................................................. 23
A. Simpulan .............................................................................................................. 23
B. Saran .................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Abad ini, perkembangan teknologi ke arah serba digital sudah semakin
pesat. Dengan beralihnya ke era digital seperti ini, manusia secara umum memiliki
perubahan gaya hidup baru yang tidak bisa dilepaskan dari perangkat yang serba
elektronik dan juga perubahan sosial yang memperkenalkan budaya-budaya asing
untuk masuk ke Negara lain. Teknologi sebagai alat menjadi sesuatu yang mampu
membantu sebagian besaraspek kebutuhan manusia. Peran penting teknologi inilah
yang menuntun peradaban manusia memasuki ke era digitalisasi.
Era digitalisasi sendiri telah membawa berbagai perubahan dari sisi baik dan
buruk yang dari itu juga menimbulkan dampak positif serta negative dalam waktu
yang bersamaan sehingga menjadikan era ini merupakan tantangan baru dalam
kehidupan manusia. Tantangan tersebut telah masuk ke dalam berbagai bidang
seperti dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, keamanan, dan
teknologi informasi itu sendiri. Era digitalisasi ini juga merupakan sebuah
perubahan dari proses Revolusi Industri yang mempunyai era tahap perkembangan
dari waktu ke waktu sesuai dengan penemuan-penemuan, mulai dari Revolusi
Industri 1.0, 2.0, 3.0, 4.0 hingga 5.0.
Untuk di Indonesia, kita baru saja memasuki ranah era Revolusi Industri 4.0.
Sebagai Negara yang berkembang dan juga Negara yang memiliki berbagai macam
budaya terbanyak didunia, Indonesia menerima dampak yang signifikan atas
perkembangan Era Digitalisasi ini yang mana salah satunya adalah eksistensi dan
literasi kebahasaan, karena digitalisasi juga memiliki peran penting terhadap bahasa
dan literasi. Jika kita melihat kondisi bahasa yang ada di Indonesia, kita memiliki
sekitar 700 bahasadaerah dengan 1 bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. Namun
sayangnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia saat ini kesadaran

1
2

mempelajari bahasa hanya tertuju pada bahasa asing hingga menghilangkan


minat kepada bahasa daerah maupun bahasa Indonesia.
Digitalisasi merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan, dan malah justru
kian penting dikehidupan mendunia. Penelusuran eksistensi sastra dan bahasa di era
digital menjadi landasan didalam makalah ini yang maka dari itu saya mengangkat
judul “Penerapan Eksistensi dan Literasi Bahasa Indonesia di Era Digitalisasi 5.0”
sebagai pokok pembahasan.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut saya mengidentifikasi permasalahan yang
mungkin akan menjadi pembahasan sebagai berikut:
1. Pengertian Era Digitalisasi.
2. Sejarah perkembangan Era Digitalisi di dunia.
3. Sejarah perkembangan Era Digitalisasi di Indonesia.
4. Pengaruh Era Digitalisasi di Indonesia.
5. Ketirisan diglosia didalam situasi kebahasaan di Indonesia.
6. Penelusuran mengenai eksistensi sastra dan bahasa pada Era Digitalisasi
termasuk di Indonesia.
7. Peranan Bahasa Indonesia dalam Teknologi dan Ilmu Pengetahuan.
8. Pengertian dari eksistensi dan literasi kebahasaan.
9. Pengaruh Era Digitalisasi terhadap eksistensi dan literasi Bahasa
Indonesia.
10. Perkembangan eksistensi dan literasi Bahasa Indonesia di Era
Digitalisasi 4.0 saat ini.
11. Upaya meningkatkan penerapan eksistensi serta literasi Bahasa
Indonesia di era digitalisai 5.0 mendatang.
C. Pembatasan Masalah

Dari pengidentifikasian masalah diatas, pembahasan makalah ini hanya


terbatas pada eksistensi dan literasi bahasa Indonesia di era digitalisasi. Dari itu
saya membatasi permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Pengertian tentang Era Digital dan perkembangannya di Indonesia.
2. Peranan bahasa Indonesia dalam teknologi dan ilmu pengetahuan.
3

3. Ketirisan diglosia didalam beberapa situasi kebahasaan di Indonesia.


4. Pengertian eksistensi dan literasi kebahasaan.
5. Pengaruh dan perkembangan Era Digitalisasi 4.0 terhadap eksistensi dan
literasi bahasa Indonesia.
6. Upaya dalam penerapan dan peningkatan eksistensi serta literasi Bahasa
Indonesia dalam kemajuannya di era digitalisasi 5.0 mendatang.
D. Rumusan Masalah
Dengan adanya pembatasan masalah diatas, saya merumuskan pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dan perkembangan era digitalisasi di Indonesia?
2. Bagaimana peranan bahasa Indonesia dalam teknologi dan ilmu
pengetahuan?
3. Bagaimana ketirisan diglosia di dalam situasi kebahasaan di Indonesia?
4. Bagaimana pengertian dari eksistensi dan literasi kebahasaan?
5. Bagaimana pengaruh dan perkembangan era digitalisasi 4.0 terhadap
eksistensi dan literasi bahasa Indonesia?
6. Bagaimana upaya dalam penerapan dan peningkatan eksistensi serta
literasi Bahasa Indonesia dalam kemajuannya di era digitalisasi 5.0
mendatang?
E. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan nya penelitian ilmiah berdasarkan judul besar diatas
dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dan perkembangan era digitalisasi di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui peran bahasa Indonesia dalam teknologi dan ilmu
pengetahuan.
3. Untuk mengetahui ketirisan diglosia di dalam situasi kebahasaan di
Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengertian eksisitensi dan literasi kebahasaan.
5. Untuk mengetahui pengaruh dan perkembangan era digitalisasi 4.0
terhadap eksistensi dan literasi bahasa Indonesia.
4

6. Untuk mengetahui upaya dalam penerapan dan peningkatan eksistensi


serta literasi Bahasa Indonesia dalam kemajuannya di era digitalisasi 5.0
mendatang.
F. Manfaat
Disusunnya makalah ini berdasarkan dengan penelitian mengenai bab
pembahasan yang dilakukan oleh penyusun sendiri dari buku dan internet, dengan
harap mampu memberikan gambaran mengenai peranan bahasa Indonesia di era
digitalisai 5.0 mendatang, sehingga para pembaca dapat mengetahui hal-hal yang
mungkin belum diketahui sebelumnya sebagai penambah wawasan ilmu dan tolok
ukur kemajuan dalam mengikuti perkembangan era digitalisasi tanpa
menghilangkan eksistensi dan literasi Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Perkembangan Era Digitalisasi Di Indonesia


Era digitalisasi merupakan era dimana proses perubahan teknologi dalam
industri yang terkonveksi dari analog menuju digital. Di era ini, semua manusia
berada dalam masa yang dapat saling berkomunikasi sedemikian dekat walaupun
berada dalam jarak yang berjauhan. Kita dapat dengan cepat mengetahui informasi
tertentu bahkan real time.
Menurut Wikipedia, era digital bisa juga disebut dengan globalisasi yang
merupakan proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan
dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya yang banyak
disebabkan oleh kemajuan infrastruktur telekomunikasi, transportasi dan
internet.Dikutip dari New York Times, Thomas L Friedman dalam The World is
Flat membagi globalisasi kedalam 3 tahapan yaitu globalisasi 1.0, globalisasi 2.0
dan globalisasi 3.0. Dalam digitalisasi pun juga memiliki tahapan perkembangan
dari 1.0 hingga 5.0.
Sekarang ini Indonesia telah memasuki era digitalisasi 4.0 atau lebih sering
disebut dengan Revolusi Industri 4.0 yang dapat diartikan bahwa revolusi industri
4.0 adalah proses kelanjutan perubahan tahap automatisasi pada revolusi industri
3.0 dalam kehidupan yang bertumpu kepada sistem jaringan internetdimana
kehidupan masyarakatnya dikelilingi oleh teknologi digital dan semua
masyarakatnya saling terhubung dengan adanya internet.
Mengenai teknologi digital menurut pendapat Jay David Bolter, Wesley Chair
of New Media, Georgia Institute of Technology, Author with Richard Grusin of
Remediation ketika mengomentari Lev Manovich, Teknologi digital merupakan
teknologi yang tidak lagi mengggunakan tenaga manusia atau manual. Sistem
digital adalah perkembangan dari sistem analog. Digitalisasi cenderung pada sistem
pengoperasian yang otomatis dengan format yang dapat dibaca oleh komputer.

5
6

Dalam peralihan dari system analog ke digital ini, telah mengubah banyak hal
diseluruh bagian Negara di dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri
penggunaan dalam teknologi digital di era ini sudah berkembang sangat pesat,
sehingga menimbulkan suatu budaya digital yang memungkinkan masyarakat
sangat cepat menerima perkembangan teknologi tersebut.
Di lihat secara global pun Indonesia siap dalam menerima budaya digital.
Budaya digital di butuhkan dalam mencapai pertumbuhan yang positif sesuai
dengan kemajuan jaman itu sendiri. Sebagai contoh dalam sebuah bisnis atau
perusahaan, di era sekarang ini kemampuan digital yang cukup mendorong
kemajuan sebuah perusahaan, memudahkan dalam sisi menegement. Namun jika di
lihat secara individu masyarakat Indonesia masih banyak yang tidak dapat
memanfaatkan kemunculan digital sebagai sesuatu yang positif, banyak orang yang
justru terjebak dalam penerimaan kemunculan digital yang menjadikan manusia
menjadi tidak manusiawi seperti menurun bahkan hilangnya etika, moral, dan
budaya.
Beberapa hal yang dirasakan di lapangan dari perkembangan Era Digitalisasi
4.0 di Indonesia, yakni:
1. Bergesernya layanan konvensional menjadi online. Seperti ojek online,
taxi online, pasar online, hiburan. Sebagai contoh Gojek, Grab, Buka
Lapak, Shopee, dll.Sehingga terjadi penurunan perusahaan ritel besar
karena banyak digantikan oleh sistem online.
2. Terbukanya kerjasama personal dengan sesama pengguna internet tanpa
ada batas negara. Seperti yang dirasakan AsikBelajar.Com sehingga
dapat bekerjasama dengan teman di Polandia dalam bidang publisher.
3. Adanya pergeseran etika sosial dalam pergaulan masyarakat yang disebut
Phubbing. Phubbing (Phone Snubbing) adalah sebuah istilah tindakan
acuh tak acuh seseorang di dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus
pada gadget dari pada membangun sebuah percakapan.
4. Kesempatan berkarya untuk kaum disabilitas karena terbantu sistem yang
serba online.
7

Sejalan dengan perubahan tersebut, penguasaan akan sains dan teknologi


memang menjadi sesuatu hal yang mutlak jika Indonesia ingin menjadi negara maju
dan makmur, terlebih di era digitalisasi dan industri 4.0 saat ini.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Era Digitalisasi membawa banyak
perubahan terhadap system yang ada di Indonesia. Namun perlu adanya
pembimbingan mendasar akan perkembangan digitalisasi ini pada masyarakat
Indonesia. Dampak positif dan negativepun hadir dalam waktu yang bersamaan,
sehingga diperlukan adanya upaya filterisasi disegala aspek yang dihasilkan dari
era ini. Dengan begitu, Indonesia dapat terbiasa dan mampu menerima segala
macam perubahan era digitalisasi selanjutnya tanpa melepaskan hal-hal yang
berkaitan dengan identitas bangsanya sendiri.
B. Peran Bahasa Indonesia Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Menurut Ferdinand De Saussure Bahasa adalah ciri pembeda yang paling
menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai
kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain. Sedangkan menurut KBBI (Hasan
Alwi, 2002: 88) bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan
oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik,
sopan santun yang baik.
Jadi, secara umum dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan alat atau
sistem komunikasi yang digunakan dalam kesatuan masyarakat sebagai jalan
penghubung berinteraksi antara satu manusia dengan yang lain untuk
menyampaikan sesuatu hal, gagasan (pendapat), ide kepada orang lain agar bisa
memahami apa yang kita inginkan, selain itu bahasa juga menjadi sebuah identitas
suatu kelompok yang menjadi kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.
Menurut Sunaryo, tanpa adanya bahasa termasuk juga bahasa Indonesia
IPTEK tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam
struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda yaitu
sebagai lambang identitas nasional yang dijunjung disamping bendera dan lambang
Negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi tersebut bahasa Indonesia harus
memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan
8

kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila
masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa
sehingga bersih dari unsure - unsur bahasa lain dan bahasa Indonesia juga sebagai
akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berpikir dan
sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tanpa peran bahasa seperti itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
akan dapat berkembang.
Artinya disini, bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai
bahasa nasional dan sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar
1945. Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat pengembangan kebudayaan
nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia merupakan alat yang
digunakan sebagai bahasa media massa untuk menunjang perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Implikasinya didalam pengembangan daya fikir, menjadikan bahasa sebagai
prasarana berpikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan
bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir karena bahasa merupakan cermin dari
daya nalar atau pikiran.
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan
konsisten. Sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa
yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannnya. Penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar akan menghasilkan 2 pemikiran yang baik dan benar pula.
Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia
menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia
bersikap terbuka sehingga mampu mengembangkan dan menjalankan fungsinya
sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.
Semakin berkembangnya teknologi di dalam kehidupan kita akan berdampak
juga pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di
dalam era digitalisai ini, bangsa Indonesia harus ikut berperan di dalam dunia
persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-
konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara tidak langsung memperkaya khasanah
9

bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan
berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, sekaligus berperan sebagai prasarana
berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan IPTEK.
Dapat dipahami bahwa, dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi bahasa
berfungsi sebagai wahana untuk menyampaikan imformasi dengan cepat dan
sekecil-kecilnya, sehingga kita dapat menguasai ilmu tersebut. Jika dilihat saat ini,
Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih tertinggal jika
dibandingkan dengan di negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa dan
Amerika karena bahasa negaranya (bahasa Inggris) berkembang secara seimbang
dengan ilmu pengetahuannya. Penggunaan bahasa pengantar pada buku-buku yang
dipakai dalam memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi mereka pun
banyak yang menggunakan bahasa Inggris. Hal ini berbanding terbalik dengan
bahasa Indonesia yang perkembangannya tak seimbang dengan perkembangan
budaya masyarakatnya. Oleh sebab itu, walaupun bahasa Indonesia sudah berperan
sebagai alat persatuan tetapi belum dapat berperan sebagai pengantar ilmu
pengetahuan secara menyeluruh.
Sebenarnya, dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai pengantar ilmu
pengetahuan, permasalahan mengenai salah tafsir atau makna ganda sedapat
mungkin dihindari karena kata yang dipakai umumnya lebih bersifat denotatif dari
pada konotatif, yaitu ungkapan yang dipakai sederhana dan tanpa basa-basi.
Disamping itu, kejelasan tuturan ditandai dengan urutan keterangan yang saling
berhubungan dan mudah dipahami oleh pembaca, yaitu :
1) Ringkas, bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan uraian
yang padat, tetapi tidak dengan memendekkan atau menggunakan
akronim, lebih-lebih yang tidak dikenal umum.
2) Lengkap, bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak membiarkan
pembaca bertanya-tanya tentang maksud suatu pernyataan. Sebaliknya,
yang sudah nyata atau tidak perlu diulangulang atau diberi tekanan khusus.
Semua data yang perlu haruslah ada. Sedangkan yang berlebih-lebihan
haruslah ditinggalkan.
10

3) Sederhana, ditandai dengan kosakata yang tidak bermuluk-muluk dan


sintaksis yang tidak berbelit-belit.
4) Keutuhan dan Unity yang dapat dilihat dari hubungan yang baik dan logis
antara bagianbagian karangan, sehingga keseluruhan hubungan yang baik
dan logis tetap tampak.
5) Keruntutan atau Koherensi, yang berarti adanya keterpautan makna
didalam suatu karya tulis. Keterpautan makna ini dapat dicapai dengan
menyusun kalimat-kalimat logis dan kronologis serta berdasarkan urutan
pentingnya kalimat. Kalimat yang satu dapat diperjelas dengan makna
kalimat yang lain, baik yang mendahului maupun yang mengikutinya.
6) Tidak menggunakan Implikatur, suatu hal baru diterangkan sejelas mngkin
tanpa menggunakan implikasi seperti yang banyak terdapat dalam bahasa
lisan sehari-hari.
7) Inferensi, yang akan mungkin dibuat oleh pembaca diarahkan oleh penulis,
sehingga memungkinkan adanya interpretasi yang sama bagi para
pembaca.
8) Disediakan ringkasan isi agar terdapat kesesuaian antara penulis dan
pembaca.
9) Proposisi yang diciptakan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan
pembaca.
10) Ketelitian, merupakan ciri khas ilmu pengetahuan dan teknologi. Ciri ini
kita temukan pula dalam pengungkapan profesional, artinya penuturan
dengan kata. Ketelitian tidak hanya menyangkut hal yang besar, tetapi hal
yang kecil pun harus diperhatikan. Ketelitian dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi menyangkut penggunaan data, penerapan rumus, penerapan
nama orang, nama tempat, dan nama alat, bahkan ejaan dan tanda baca.
Ketelitian dalam pemakaian lambang dan satuan.
Apabila seluruh ciri-ciri di atas dipergunakan dalam suatu karangan ilmiah,
ditambah dengan adanya metode penelitian yang cocok dengan materi yang diteliti,
maka karangan itu akan tampak canggih bagi pembaca. Oleh karena itu, pentingnya
peran bahasa Indonesia dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini
akan mengubah eksitensi besar bahasa Indonesia dalam era digitalisasi. Sehingga
11

bahasa Indonesia yang menjadi sebuah identitas bangsa kita tidak akan mati karna
perkembangan zaman. Kerjasama antar warga negara indonesia pun diperlukan
dalam peranan ini.
C. Ketirisan Diglosia Didalam Situasi Kebahasaan Di Indonesia
Selain dari pengertian bahasa dipembahasan point B. Secara sosiolinguistis,
bahasa dapat disebut bahasa primer, bahasa sekunder, dst. Bahas primer adalah
bahasa yang sering digunakan oleh orang sehari-hari walaupun bukan bahasa
pertamanya dan bahasa sekunder adalah bahasa yang kurang atau jarang digunakan
oleh seseorang dengan alasan. Bagi banyak warga Indonesia, bahasa Indonesia
merupakan bahasa primer dan bahasa daerah merupakan bahasa sekunder.
Dalam perkembangannya, ketika masyarakat berkembang maka bahasa
itupun ikut berkembang dalam arti kosakatanya dan memungkin juga dari
komponen-komponen yang lain sehingga dikembangkan untuk mengungkapkan
konsep-konsep baru.
Proses masuknya suatu bahasa kedalam suatu masyarakat bahasa tidak selalu
harus melalui penggabungan nasionalita menjadi nasion. Ada 3 cara lain yang
menyebabkan suatu bahasa masuk ke suatu masyarakat bahasa, yaitu:
1) Melalui kekuatan militer, yang Menurut Bronshonan (1963) yang dikutip
oleh Hermosa (1986), merambahnya suatu bahasa ke wilayah baru
dimasa lampau adalah karena bahasa itu dipaksakan kepada rakyat
tertentu melalui jalinan kekuatan sosial, politik dan militer.
2) Migrasi dan transmigrasi
3) Melalui jalur niaga dan penyebaran agama
Dengan adanya proses masuknya suatu bahasa keranah masyarakat bahasa
tersebutlah menyebabkan terjadinya persaingan bahasa secara tidak langsung
dengan pergeserannya suatu bahasa ke bahasa yang lain.
Menurut Edwards (1985) ada tanda-tanda bahwa suatu bahasa sedang
bergeser. Diantaranya adalah :
1) Bahasa itu kehilangan basis wilayahnya dan jumlah penuturannya
semakin kecil.
2) Bahasa yang masuk (mengancam) semakin mendesak bahasa itu.
12

3) Bahasa yang bergeser lebih banyak digunakan didaerah pedesaan dari


pada perkotaan.
Adanya bahasa yang lebih dari satu masuk dalam lingkup masyarakat bahasa
akan menimbulkan persaingan bahasa. Artinya, kedua atau lebih bahasa itu
digunakan dengan bebas yang dalam artian lain adanya pemilihan bahasa untuk
suatu peristiwa tutur bersifat manasuka. Namun, dalam situasi seperti itu tidak dapat
bertahan lama karena cepat atau lambat, bahasa yang satu akan menjadi bahasa
yang lebih disukai kebanding bahasa yang lain yang lebih banyak digunakan.
Di Indonesia, situasi ini masih sering terjadi sehingga adanya penurunan
dalam penggunaan bahasa daerah pada wilayah perkotaan. Bahasa Indonesia yang
baik pun tengah mengalami pergeseran karena adanya bahasa-bahasa gaul atau
bahasa singkatan bahkan bahasa asing (luar negeri) yang digunakan oleh kaum
milenial di era digitalisasi ini.
Oleh karena itu, dalam situasi ini dapat disebut dengan bilingualisme plus
diglosia yang mana sebenarnya hal ini menunjukkan bahwa bahasa daerah dan
bahasa Indonesia sendiri sedang kalah bersaing dan terdesak ke ranah rumah
(terkucil).
D. Pengertian Eksistensi Dan Literasi Kebahasaan
Menurut wikipedia eksistensi berasal dari kata bahasa latin existere yang
artinya muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan aktual. Existere disusun dari ex
yang artinya keluar dan sistere yang artinya tampil atau muncul. Terdapat beberapa
pengertian tentang keberadaan yang dijelaskan menjadi 4 pengertian:
1) keberadaan adalah apa yang ada.
2) Keberadaan adalah apa yang memiliki aktualitas.
3) Keberadaan adalah segala sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa
sesuatu itu ada.
4) Keberadaan adalah kesempurnaan.
Sedangkan untuk literasi, menurut National Institute for Literacy, literasi
sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung
dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan,
keluarga dan masyarakat.” Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih
13

kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung
pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.
Jadi secara garis besarnya, eksistensi merupakan keberadaan dan literasi
adalah keterampilan. Jika dikaitkan dengan bahasa, eksistensi dan literasi
kebahasaan merupakan keberadaan fungsi dan peran bahasa dalam keterampilan
setiap individu atau kelompok masyarakat dalam mengolah sebuah kalimat baik
secara tertulis maupun pengucapan.
Maju atau mundurnya eksistensi dan literasi bahasa bisa dilihat dari jumlah
minat belajar dan penggunaan masing-masing bahasa di eranya. Seperti yang telah
dijelaskan pada point B diatas, Bahasa adalah alat komunikasi paling penting
untuk mempersatukan seluruh elemen bangsa. Bahasa juga merupakan alat
pengungkapan diri baik secara lisan maupun tertulis, dari segi rasa, karsa, dan
cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis.
Maka dari itu, eksitensi dan literasi kebahasaan diperlukan bagi setiap
bangsa dan negara yang mana juga menjadi sebuah perhatian khusus dalam setiap
perkembangan zaman agar tidak terjadi kemusnahan yang diakibatkan dari
banyaknya pengaruh negatif dalam perubahan dan penggunaan bahasa yang baik
dan benar.
E. Pengaruh Dan Perkembangan Era Digitalisasi 4.0 Terhadap Eksistensi Dan
Literasi Bahasa Indonesia
Menurut Ainun (2017), Bahasa Indonesia dalam konteks komunikasi pada era
digitalisasi, khususnya dalam era revolusi industri 4,0 yang ketika dilihat dari
geopolitik bahasa memberikan peluang dan sekaligus ancaman bagi bahasa negara
dalam penggunaanya di ruang publik. Munculnya ancaman terhadap eksistensi
bahasa Indonesia di ruang publik merupakan fakta atas kehadiran bahasa inggris.
Revolusi Industri 4.0 ini merupakan sebuah kondisi pada abad ke-21 ketika
terjadi perubahan besar-besaran di berbagai bidang lewat perpaduan teknologi yang
mengurangi sekat-sekat antara dunia fisik, digital, dan biologi. Revolusi industri
terdiri dari dua (2) kata yaitu revolusi dan industri. Revolusi, dalam KBBI, berarti
perubahan yang bersifat sangat cepat, sedangkan pengertian industri adalah usaha
pelaksanaan proses produksi. Sehingga jika dua (2) kata tersebut dipadukan
bermakna suatu perubahan dalam proses produksi yang berlangsung cepat.
14

Perubahan cepat ini tidak hanya bertujuan memperbanyak barang yang diproduksi
(kuantitas), namun juga meningkatkan mutu hasil produksi (kualitas). Istilah
"Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis Auguste
Blanqui di pertengahan abad ke-19. Revolusi industri ini pun sedang berjalan dari
masa ke masa. Dekade terakhir ini sudah dapat disebut memasuki fase keempat 4.0.
Perubahan fase ke fase memberi perbedaan artikulatif pada sisi kegunaaannya.
Sebagaimana yang kita ketahui perkembangan teknologi informasi di era
digitalisasi yang sedemikian cepat ini memungkinkan terjadinya komunikasi lintas
benua dan lintas negara lalu menerobos berbagai pelosok perkampungan di
perkotaan maupun perdesaan. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab point A
diatas, Era digitalisasi telah menimbulkan banyak perubahan baik dari segi sosial,
politik, ekonomi dan budaya. Kenyataan menunjukkan persaingan yang
ditimbulkan dari kemajuan teknologi ini tidak hanya dalam ekonomi saja, tetapi
bahasa Indonesia juga turut bersaing dengan bahasa-bahasa lain, seperti bahasa
Inggris.
Keberadaan era ini terhadap bangsa Indonesia menimbulkan banyak
pengaruh serta tantangan. Dengan perkembangan teknologi ini banyak sekali
informasi yang dapat diperoleh dari pemanfaatan teknologi informasi. Era digital
yang menuntut penguasaan teknologi dan bahasa asing pada berbagai bidang
kehidupan saat ini makin meminggirkan posisi bahasa Indonesia. Posisi ini tidak
berarti bahwa bahasa Indonesia tidak mampu bersaing dengan bahasa lain di dunia,
tetapi lebih kepada sikap masyarakat Indonesia sebagai pengguna bahasa Indonesia
yang saat ini cenderung menunjukkan sikap negative sehingga perlahan-lahan
bahasa Indonesia tidak berkembang dengan baik.
Dalam perubahan sosial sendiri merupakaan perubahan penting dalam
memahami struktur sosial yang meliputi pola-pola perilaku dan interaksi sosial
yang menunjuk pada perubahan fenomena sosial di berbagai bentuk dan tingkat
kehidupan sosial yang meliputi tingkat individu, interaksi, organisasi, institusi,
komunitas , masyarakat, kebudayaan, peradaban dan global. Strauss dan Corbin
(1990) menyatakan analisis tingkat kehidupan manusia dalam menghadapi
perubahan meliputi tindakan, interaksi, kelompok masyarakat, organisasi/pranata,
komunitas, nasional, internasional. Terlepas dari itueksistensi dan literasi bahasa
15

juga memiliki acuan penting dalam membentengi kemungkinan buruk yang terjadi.
Minat maupun perkembangan mengenai pendidikan literasi bahasa Indonesia di Era
Digitalisasi semakin tertantang sehingga Indonesia juga harus terus menerus
melakukan pengembangan dalam sektor pendidikan.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh di era ini sangat besar dalam eksistensi
dan literasi bahasa Indonesia. Terukur dalam semakin padatnya persaingan bahasa
yang diluncurkan dalam teknologi digital sehingga sangat mendorong pergerakan
yang besar juga yang harus dilakukan pemerintah Indonesia dalam menangkis
tergesernya bahasa Indonesia di era ini baik dalam sektor pendidikan dengan
mengembangkan kurikulum serta pendekatan dan pembinaan literasi terhadap
masyarakat maupun meningkatkan sektor pariwasata dengan mengenalkan budaya
Indonesia kepada dunia.
F. Upaya Dalam Penerapan Dan Peningkatan Eksistensi Serta Literasi Bahasa
Indonesia Dalam Kemajuannya Di Era Digitalisasi 5.0 Mendatang.
Saat ini Indonesia sedang digebu-gebukan dengan mengejar era Revolusi
Industri 4.0, perkembangan digital sekali lagi memicu perubahan yang harus
dilakukan bagi pemerintah Indonesia untuk memajukan peradaban bangsa. Belum
lagi Indonesia selasai merampungkan perubahan dengan penerapan Industri 4.0,
Jepang sudah mulai berambisi mendigitalisasi seluruh aspek kehidupan mengingat
semakin memburuknya krisis buruh dan pesatnya penuaan penduduk di negara itu
dengan menerapkan Society 5.0.
Contoh implementasi Society 5.0 di Jepang ialah seperti pengiriman paket
menggunakan drone tanpa awak. Kehidupan sehari-hari juga akan berubah dengan
hadirnya aplikasi pintar berbasis AI yang dipasang di rumah seperti di pintu kulkas.
Melalui teknologi tersebut, warga Jepang dapat melihat saran makanan dan bumbu
sesuai musim atau resep memasak. Mereka juga dapat melihat data pasokan pangan
yang masih tersedia.
Society 5.0 dapat dikatakan sebagai super smart society. Sebuah visi Jepang
demi masa depan, Society 5.0 is a humancentered society that balances economic
advancement with the resolution of social problem,s by a system that highly
integrates cybershape and psysical space. Society 5.0 bukan hanya tentang
teknologi, tapi juga kebijakan dan regulasi. Pemerintah Jepang mendorong pebisnis
16

setempat untuk berbagi big data dan meningkatkan kerja sama untuk menciptakan
inovasi baru. Saat ini, kemampuan perusahaan masih terbatas karena data yang
diperlukan dimiliki entitas lain. Pada masa depan, sektor swasta dan umum dapat
bekerja sama untuk menciptakan sistem baru yang lebih aman dan efektif. Hal itu
dinilai akan mendorong lebih banyak perusahaan untuk berbagi informasi dan
mengizinkan perusahaan lain menggunakan data mereka guna mengembangkan
produk yang lebih baik dan bagus.
Dari kenyataan diatas, tidak dapat dipungkiri bahwa digitalisasi semakin
berkembang seiring dengan zaman. Penerapan teknologi digital semakin canggih
diperankan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Indonesia sendiri tidak dapat
mengelak akan perkembangan era digitalisasi ini, yang pasti dengan berjalannya
waktu Indonesia pun akan dituntut untuk juga masuk ke Era Society 5.0.
Kembali ketopik pembahasan makalah ini mengenai penerapan bahasa
Indonesia di era digitalisasi. Semakin melihat pada fakta-fakta yang ada, akan
semakin besar tantangan bahasa yang akan dihadapi di era 5.0. Mengingat dalam
era 4.0 yang mana bahasa Indonesia mulai mengarungi lembah panas persaingan
terhadap bahasa-bahasa Negara lain, perlu adanya persiapan dan upaya penerapan
bahasa Indonesia serta literasinya yang kuat dalam menghadapi era mendatang.
Menurut Rohmadi (2008), untuk mewujudkan pemakaian dan penerapan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat dilakukan berbagai upaya strategis
dalam pengajaran bahasa Indonesia. Salah satunya adalah dosen, guru, dan
mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia memiliki tupoksi pelestarian dan
pengembangan bahasa Indonesia diranah pendidikan hal ini selaras dengan yang
disampaikan oleh Aldi Firahman (Solopos, 22 Juli 2007) bahwa strategi bahasa
agar terbuka dan dinamis bagi perkembangan zaman, tak terkecuali bagi bahasa
Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang masih hidup tidak dapat
menghindarkan diri dari tutuntan perkembangan masyarakat pemakainya.
Perkembangan bahasa Indonesia telah terjadi sepanjang masa, dapat dibuktikan
dengan terdapatnya perbedaan antara bahasa Indonesia zaman dahulu (ejaan
lama) sampai dengan bahasa Indonesia dewasa ini (EYD). Perbedaan itu telah
menimbulkan pertentangan antara mereka yang ingin mempertahankan bahasa
17

Indonesia secara baik dan benar seperti semula, dan generasi muda yang ingin
agar bahasa Indonesia dapat berkembang sesuai perkembangan zaman (tidak
laku). Berdasarkan pembahasan mengenai fakta-fakta eksistensi dan literasi
bahasa yang tersebut pada upaya untuk mewujudkan bahasa Indonesia agar dapat
dimiliki olej semua komponen bangsa Indonesia, baik di dalam negeri maupun
luar negeri diperlukan upaya kebersamaan dalam pembinaan berbahasa Indonesia.
Upaya kebersamaan tersebut harus dilakukan dari ranah keluarga, sosial,
pendidikan, budaya, dan pemerintahan secara berkesinambungan.
Peluang pengembangan bahasa Indonesia semakin terbuka lebar di
perguruan tinggi karena dikeluarkan Surat Keputusan Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
43/DIKTI.kep./2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok Mata Kuliah
pengembangan Kepribadian (MPK) di perguruan tinggi, yakni Bahasa Indonesia,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Dilihat dari SK diatas, bisa diambil garis besar bahwa pendidikan memegang
peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya dalam tingkat
kehidupan sosial yang terus berkembang pada masyarakat dunia atau global.
Perubahan sosial merupakaan perubahan penting dalam memahami struktur sosial
yang meliputi pola-pola perilaku dan interaksi sosial yang menunjuk pada
perubahan fenomena sosial di berbagai bentuk dan tingkat kehidupan sosial yang
meliputi tingkat individu, interaksi, organisasi, institusi, komunitas , masyarakat,
kebudayaan, peradaban dan global.
Strauss dan Corbin (1990) menyatakan analisis tingkat kehidupan manusia
dalam menghadapi perubahan meliputi tindakan, interaksi, kelompok masyarakat,
organisasi/pranata, komunitas, nasional, internasional. Bentuk interaksi sosial
seperti kerjasama/kooperasi, hubungan harmonis dan serasi, penanganan
persaingan, konflik, dan penyesuaian. Aspek-aspek perubahan sosial dan perilaku
tingkat kehidupan sosial semacam ini perlu mendapatkan perhatian sebagai aspek
sosial humaniora dalam pendidikan, termasuk pendidikan vokasi. Secara singkat
bahasa dan sastra Indonesia dalam Literasi sosial humaniora memerlukan
pendekatam pengendalian sosial dalam menghadapi masyarakat yang berubah.
18

Peranan bahasa, pengetahuan dan keterampilan bahasa dan pemanfaatannya


dalam/sebagai literasi menjadi sangat penting.
Paradigma baru pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dalam kajian Literasi
Sosio Humaniora adalah paradigma fungsional. Sebuah sistem sosial dapat
berfungsi apabila memenuhi 4 persyarakatan fungsional yaitu
1) Adaptasi yang menunjuk pada keharusan sistem sosial menghadapi
lingkungannya,
2) Pencapaian tujuan yang merupakan persyaratan fungsional dalam
tindakan-tindakan yang diarahkan pada pencapaian bersama.
3) Integrasi yang merupakan persyaratan yang berhubungan dengan
interelasi antara para anggota sosial dalam sistem sosial.
4) Pemeliharaan pola-pola dan konsep latensi.
Dalam sosio budaya, antara sistem sosial dan sistem budaya mempunyai
kaitan yang erat. Fungsi sistem sosial budaya adalah mengatur dan mengendalikan
tindakan dan perilaku mencapai sebuah ketertiban dan adaptasi menghadapi
perubahan. Dengan demikian dalam pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
menghadapi literasi revolusi industry 4.0 dan society 5.0 adalah proses-proses
adaptasi yang merupakan bagian dari pembelajaran dalam pendidikan vokasi serta
upaya-upaya dedaktik/ metodik pelembagaan/ institusionalisasi.
Secara teoritik, pengembangan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dalam
perspektif literasi sosio-budaya memerlukan pemikiran dan kajian terhadap peran
sistem nilai sosial budaya sebagai sebuah pengendalian sosial terapan bahasa dan
sastra Indonesia dalam dunia kerja. Pengendalian sosial yang diperlukan dalam
kajian ini adalah pengendalian dalam klasifikasi kompensatori. Pengendalian sosial
jenis kompensatori adalah upaya menghadapi tipe masyarakat kompleks, berubah,
dinamis, dan kompetitif.
Literasi Bahasa dan sastra Indonesia untuk tujuan kewirausahaan profesi
diselenggarakan dengan asumsi bahwa kebutuhan manusia secara individual dan
masyarakat harus dapat dipertemukan untuk dapat memenuhi posisi yang
dipersyaratkan sistem sosial ekonomi yang berjalan secara efisien di era society 5.0
ini. Dari sisi kebutuhan individual, pekerjaan merupakan sumber penting identitas
sosial. Literasi Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai program pendidikan yang
19

terorganisasi yang secara langsung berkaitan dengan penyiapan individu memasuki


dunia kerja. Terkait dengan perubahan sosial menghadapi revolusi industry 4.0, dan
Society 5.0, aspek utama yang harus diperhatikan adalah perubahan teknologi yang
dapat mempengaruhi budaya dan cara hidup manusia, mobilitas yang cepat,
membantu mahasiswa dalam menaiki tangga sosial dan ekonomi, harapan hidup
yang tinggi (ekspektasi hidup) sebagai akibat tingginya ekspektasi hidup,
pengendalian kesehatan publik, kemajuan teknologi kedokteran dan biologi yang
memungkinkan seseorang mampu bekerja lebih panjang dan peran arus kesetaraan
gender.
Kewirausahaan profesi bahasa dan sastra Indonesia adalah proses
pendewasaan individu melalui penguatan keterampilan-keterampilan bahasa dan
sastra dalam terapan kecakapan hidup dan siap kerja. Dalam menghadapi perubahan
sosial, pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dalam literasi sosio-humaniora
sebagai sebuah bentuk baru akibat perkembangan dunia memerlukan penyiapan
dalam mengkonsolidasikan perubahan sumberdaya manusia, perubahan
organisasional dan perubahan budaya organisasi dalam kenyataan di masyarakat.
Perlunya kesiapan untuk berubah, mengubah visi pendidikan menjadi smart people,
bekerja untuk mencapai keunggulan, dan pemberdayaannya. Aspek sosio
humaniora diantaranya memahami budaya dalam konteks perubahan, budaya
organisasi, berprestasi, penciptaan budaya perubahan, mengubah pola pikir, dan
memelihara kepercayaan.
Posisi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dan gerakan literasi dalam
pembangunan bangsa sangat penting karena terkait dengan pemenuhan undang-
undang dasar tentang hak setiap warga negara mendapatkan kehidupan yang layak.
Perkembangan teknologi, mobilitas sosial masyarakat, masa mampu bekerja lebih
lama, peran public kesetaraan gender, menjadi faktor penting yang harus
diperhatikan. Substansi pendidikan literasi kewirausahaan profesi ini adalah
edukasi yang mengarah pada orientasi kinerja individu dalam dunia kerja,
kebutuhan masyarakat secara nyata, kurikulum psikomotorik, afektif, dan kognitif,
perkembangan dunia kerja, keterampilan teknologi dan dukungan masyarakat.
Secara sosio humaniora tetap memberikan orientasi pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan kebebasan berpikir (liberal arts education) sekaligus
20

vocational education yang menekankan pada penyiapan dan penyesuaian


masyakakat dan dunia kerja. Orientasi ranah psikomotorik, perkembangan tenologi
dan orientasi kerja. Aspek sosio-humanism dalam pendidikan vokasi adalah upaya
upaya pencarian keseimbangan antara proses industrialisasi mayarakat,
memasyarakatkan industry. Dalam hal ini yang memegang peranan penting adalah
faktor human (manusia). Oleh sebab itu perlu redefinisi pendidikan literasi dalam
perspektif sosio-humaniora, yaitu pendidikan bahasa dan sastra Indonesia sebagai
1) Institusi sosial
2) Keseimbangan ,keserasian dan kepedulian terhadap perubahan sosial
ekonomi
3) Kepekaan sosial dan penguatan sistem komunikasi
4) Isu-isu keberagaman, kesetaraan dan penghargaan atas perbedaan.
Pendidikan kewirausahaan profesi bidang sosio-humaniora termasuk bahasa
dan sastra Indonesia dapat dikembangkan melalui upaya pembaharuan sistem
persekolahan vokasi. Pembaharuan sistem persekolahan vokasi dan upaya
pemberian pengalaman kerja untuk tujuan longer employment merupakan suatu hal
yang harus dilakukan untuk mengubah bentuk sekolah yang konvensional ke arah
sekolah yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
informasi revolusi 4.0. maupun society 5.0. Perubahan yang dilakukan meliputi
sasaran, isi program pendidikan, media pendidikan , proses evaluasi luaran
produktif dan struktur. Dalam bidang sasaran revolusi industry 4.0 bagaimana
dalam proses proses pendidikan terdapat proses life long education dalam
kehidupan dan enhancement of educability, bahwa ada upaya menjadikan
seseorang menjadi manusia terdidik di seluruh kehidupannya dan menerima
pendidikan sebagai suatu dimensi yang penting dalam hidupnya. Hal ini
dirumuskan dalam visi misi pendidikanm vokasional dalam perspektif sosio
humaniora. Sasaran diarahkan pada
1) Kesadaran long life education
2) Educability
3) Keluasan pemilihan pengalaman belajar atau exposure to broad areas of
learning
4) Integrasi situasi pendidikan dan pengalaman belajar.
21

Sementara itu dalam isi program pendidikan menyesuaikan dengan


kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan era 4.0. dan society 5.0.
Sustainable of learning program dengan menghubungkan pengalaman belajar
dengan berbagai kemajuan global baik pengetahuan, keterampilan lokal, nasional
dan global. Media pendidikan yang diperlukan adalah reciprocal learning yaitu cara
belajar saling memberi, tukar menukar pengalaman, saling memotivasi. Every
learner should become his own teacher. Self evaluation menjadi tuntutan dalam
pendidikan era 4.0. dan society 5.0 Termasuk juga perubahan struktur menuju
Reccurrent Education yaitu sistem pendidikan sepanjang hayat yang manusiawi-
humanis, tempat yang layak dan pendidikan orang dewasa.
Adapun kemungkinan ciri khas masyarakat 4.0 maupun society 5.0 dengan
komunikasi sebagai kecakapan sesuai dengan
1) Kebebasan/ Freedom : kebebasan mengakses berita melalui internet atau
melalui internet dan aktivitas online dapat memilih apa yang akan
dilakukannya.
2) Customization merupakan ciri khas dari net generation bahwa mereka
adalah konsumer yang aktif, dapat memperoleh sesuatu, menyesuaikan,
serta menjadikannya miliknya.
3) Pengawasan/Scrutiny, sebuah karakteristik yang berkaitan dengan sikap
kritis untuk membedakan informasi yang reliable dan informasi yang
tidak reliable. Hal ini dikarenakan mereka dekat internet dan memiliki
pandangan alternatif tentang beragam informasi yang ada di internet.
4) Integrity sebuah sikap integritas yang kuat, sadar dan bertanggungjawab
atas apa yang dilakukan.
5) Entertainment sebagai fungsi hiburan untuk menyenangkan diri secara
online. Net generation mudah dalam memperoleh hiburan dan berita-
berita paling up to date dalam waktu yang singkat.
6) Speed, bahwa Net Generation fokus terhadap kecepatan dan respon
instans karena adanya kecanggihan teknologi informasi yang dapat
diakses tanpa batasan ruang dan waktu sehingga penyebaran informasi
dapat dilakukan secara singkat.
22

7) Innovation, kemunculan net generation pada dasarnya adalah adanya


inovasi yang bersifat dinamis, yaitu adanya ide-ide baru, temuantemuan
baru, dan bahkan masa depan baru.
Dengan adanya upaya pengembangan pendidikan literasi bahasa diatas,
eksistensi bahasa Indonesia pun berjalan selaras. Sehingga dari penjelasan
tersebut dapat kita ambil simpulan bahwa perlu adanya pendidikan bahasa
Indonesia yang berperan kuat dalam perubahan sosial dengan mengikuti
zamannya untuk penerapan eksistensi dan literasi bahasa Indonesia di era
digitalisasi. Peran pendidikan bahasa dalam pendidikan vokasi untuk masyarakat
4.0 milenial dan society 5.0 adalah internasionalisasi bahasa mainstream dan
bahasa-bahasa masyarakat industry lain. Dalam kajian ini juga fokus diarahkan
pada pengembangan pendidikan vokasional sosio-humaniora, terutama dalam
bidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia sebagai literasi humaniora dalam
era revolusi industry 4.0. dan society 5.0 , baik baik dalam bentuk, fungsi, maupun
makna.
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan
Era digitalisasi merupakan proses perkembangan dan perubahan peralihan
system analog ke digital. Dalam peralihan dari system ini, telah mengubah banyak
hal diseluruh bagian Negara di dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri
penggunaan dalam teknologi digital di era ini sudah berkembang sangat pesat,
sehingga menimbulkan suatu budaya digital yang memungkinkan masyarakat
sangat cepat menerima perkembangan teknologi tersebut.
Era yang mana Indonesia baru saja di kejar dengan perkembangan Revolusi
Industry 4.0 kembali berkembang menjadi era society 5.0. Yang mana, Society 5.0
bukan hanya tentang teknologi, tapi juga kebijakan dan regulasi. Jepang adalah
Negara pertama yang berambisi mendigitalisasi segala aspek kehidupan melalui era
society 5.0 ini.
Berkembangnya teknologi di dalam kehidupan ini berdampak juga pada
perkembangan sosial, budaya dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perubahan gaya hidup sosial dan budaya serta konsep-konsep dan istilah baru di
dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
secara tidak langsung memperkaya khasanah bangsa dan bahasa Indonesia. Namun,
tak dapat dipungkiri juga bahwa kehidupan sosial, budaya dan bahasa Indonesia
mengalami pergeseran akibat adalanya system teknologi digital ini. Adanya bahasa-
bahasa gaul akibat perkembangan zaman dan bahasa asing dalam teknologi digital
menimbulkan persaingan bahasa secara besar yang menjadi sebab dari pergeseran
bahasa Indonesia yang masuk keranah sosial dan budaya saat ini.
Dengan adanya permasalah tersebut, perkembangan dan kemajuan dalam
penerapan eksistensi dan literasi sastra dan bahasa Indonesia dengan system sosial
dan budaya dituntut untuk dapat sebisa mungkin menangkis pengaruh buruk akibat
perkembangan digitalisasi dengan tetap mengikuti alur kemajuan teknologinya.

23
24

Upaya dalam mengembangkan dan memajukan penerapan tersebut di Era


digitalisasi yang hendak beranjak dari revolusi Industri 4.0 ke society 5.0 adalah
memalui pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dalam perspektif literasi sosio-
budaya. Literasi Bahasa dan sastra Indonesia yang juga bertujuan untuk
kewirausahaan profesi diselenggarakan dengan asumsi bahwa kebutuhan manusia
secara individual dan masyarakat harus dapat dipertemukan untuk dapat memenuhi
posisi yang dipersyaratkan sistem sosial ekonomi yang berjalan secara efisien di era
society 5.0 ini.

B. Saran
Penulis menyarankann agar beberapa hal terkait pengembangan Perusahaan
dimasa mendatang yaitu:
1. Kepada pembaca agar dapat mengambil pandangan lebih luas mengenai
pentingnya peran bahasa Indonesia dalam Era Digitalisasi saat ini yang
sudah memasuki Era Society 5.0 sehingga dapat diimplementasikan
ketika masuk dalam dunia mengajar.
2. Kepada para institusi pemerintahan terutama dalam kepada Kementrian
Pendidikan, untuk dapat lebih jeli lagi mengawasi serta memajukan
system pendidikan di Indonesia dengan tidak melupakan perkembangan
zaman serta ketepatan dalam pemerataan system pendidikan diseluruh
Indonesia
3. Kepada bapak Urai Ferry Hariyanto,M.Pd.I agar dapat memberikan nilai
baik yang sesuai dengan usaha penyusun dalam menyusun makalah ini,
yang insyaallah sudah berusaha mengikuti aturan yang sesuai dengan
yang telah bapak ajarkan.
DAFTAR PUSTAKA

Kushartanti, Untung Yuwono dan Multamia RMT Lauder.2005.Pesona


Bahasa.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat, Ahmad Asep.2006.Filsafat Bahasa.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Sugono, Dendy.2003.Bahasa Dan Sastra.Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

https://ekbis.sindonews.com/read/1376985/34/ri-sibuk-kejar-industri-40-jepang-masuki-
era-society-50-1549586880

https://www.kompasiana.com/diaz.bonny/5c4f90f5677ffb5363300e24/urgesi-society-5-
0-di-era-revolusi-industi-4-0?page=all

research-report.umm.ac.id › article

http://ferdinan01.blogspot.com/2009/02/sosiolinguistik-diglosia.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Keberadaan

https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi

https://www.dkampus.com/2017/05/pengertian-literasi-menurut-para-ahli/

25

Anda mungkin juga menyukai