BAHASA INDONESIA
BAHASA INDONESIA SEBAGAI PENGGERAK IPTEK
DOSEN PENGAMPU : Vina Merina Sianipar, S.Pd., M.Pd.
Kelompok 1:
Septian Zefanya Siahaan (23720034)
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan kita Yesus Kristus karena berkat dan kasih-Nyalah
kami dapat menyelesaikan tugas makalah dan presentasi yang berjudul “ Bahasa Indonesia
Sebagai Penggerak IPTEK” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Peran Bahasa Indonesia dalam Perkembangan IPTEK bagi para pembaca dan juga
bagi penyusun.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Vina Merina Sianipar, S.Pd., M.Pd., selaku
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yag kami tekuni.
Kami menyadari, makalah dan presentasi kami ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah dan presentasi kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................
3.2 Saran............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam era globalisasi, bangsa Indonesia harus ikut berperan di dalam dunia
persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan
istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian,
semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, sekaligus
berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan
IPTEK itu.
PEMBAHASAN
Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang
dapat diperoleh dengan menggunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi dan bunyi itu sendiri
haruslah merupakan simbol atau pelambang.
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada
perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu,
bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik
di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak
langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya
akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus
2
berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan iptek itu.
Tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan
berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki
kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus
berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,
menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam
menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan
cermin dari daya nalar (pikiran).
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung disamping bendera
dan lambang Negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah
harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita
yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat
pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari
unsure - unsur bahasa lain.
Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga sebagai bahasa nasional adalah sebagai alat
perhubungan antar warga , antar daerah, dan antar suku bangsa. Berkat adanya bahasa
nasional kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalah
pahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang social budaya dan bahasa tidak perlu
dikhawatirkan.kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air
kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.
Fungsi bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,
adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai – bagai suku
bangsa yang memiliki latar belakang social budaya dan bahasa yang berbeda-beda kedalam
satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Didalam hubungan ini bahasa Indonesia
memungkinkan berbagai bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa
yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada
nilai – nilai social budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari
itu, dengan bahasa nasional itu kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh diatas
kepentingan daerah atau golongan.
Didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
bahasa resmi kenegaraan , (2) bahasa pengantar didalam dunia pendidikan, (3) alat
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan , bahasa Indonesia dipakai didalam segala upacara,
peristiwa dan kegiatan kenegaraanbaik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan.
Termasuk kedalam kegiatan – kegiatan itu adalah penulisan dokumen – dokumen dan
putusan –putusan serta surat – surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan – badan
kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.
Sebagai fungsinya yang ketiga didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa
Indonesia adalah alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah .
didalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat
komunikasi timbal – balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai
alat perhubungan antar daerah dan antar suku , melainkan juga sebagai alat perhubungan
didalam masyarakat yang sama latar belakang social budaya dan bahasanya.
Disamping itu, sekarang ini fungsi bahasa Indonesia telah pula bertambah besar.
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media massa . media massa cetak dan
elektronik, baik visual, audio, maupun audio visual harus memakai bahasa Indonesia. Media
massa menjadi tumpuan kita dalam menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik dan
benar.
Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra Indonesia dapat dipakai. Sastra
Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga
bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia internasional.
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang
keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan
komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan
komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama.
Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu
harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi
mengandung banyak segi yang lemah.
Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah
bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa,
terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari
bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia
tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti
berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis
atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi
kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan
berbahasa secara terbatabata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar
atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa
bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk
kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik
melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan
tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.
Pada saat ini, Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih tertinggal
jika dibandingkan dengan di negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa dan
Amerika. Karena bahasa Inggris berkembang secara seimbang dengan ilmu
pengetahuannya, maka penggunaan bahasa pengantar pada buku-buku yang dipakai dalam
memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi pun banyak yang menggunakan bahasa
Inggris. Hal ini berbanding terbalik dengan bahasa Indonesia yang perkembangannya tak
seimbang dengan perkembangan budaya masyarakatnya. Oleh sebab itu, walaupun bahasa
Indonesia sudah berperan sebagai alat persatuan tetapi belum dapat berperan sebagai
pengantar ilmu pengetahuan. Dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai pengantar
ilmu pengetahuan, salah tafsir atau makna ganda sedapat mungkin dihindari karena kata
yang dipakai umumnya lebih bersifat denotatif daripada konotatif, ungkapan yang dipakai
sederhana dan tanpa basa-basi. Di samping itu, kejelasan tuturan ditandai dengan urutan
keterangan yang saling berhubungan dan mudah dipahami oleh pembaca, yaitu :
1. Ringkas, bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan uraian yang padat, tetapi
tidak dengan memendekkan atau menggunakan akronim, lebih-lebih yang tidak dikenal
umum.
2. Lengkap, bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak membiarkan pembaca bertanya-
tanya
tentang maksud suatu pernyataan. Sebaliknya, yang sudah nyata atau tidak perlu
diulangulang
atau diberi tekanan khusus. Semua data yang perlu haruslah ada. Sedangkan yang
berlebih-lebihan haruslah ditinggalkan.
3. Sederhana, ditandai dengan kosakata yang tidak bermuluk-muluk dan sintaksis yang tidak
berbelit-belit.
4. Keutuhan dan Unity yang dapat dilihat dari hubungan yang baik dan logis antara
bagianbagian
karangan, sehingga keseluruhan hubungan yang baik dan logis tetap tampak.
5. Keruntutan atau Coherence, yang berarti adanya keterpautan makna di dalam suatu karya
tulis. Keterpautan makna ini dapat dicapai dengan menyusun kalimat-kalimat logis dan
kronologis serta berdasarkan urutan pentingnya kalimat. Kalimat yang satu dapat diperjelas
dengan makna kalimat yang lain, baik yang mendahului maupun yang mengikutinya.
1) Tidak menggunakan Implikatur, suatu hal baru diterangkan sejelas mngkin tanpa
menggunakan implikasi seperti yang banyak terdapat dalam bahasa lisan sehari-hari.
2) Inferensi, yang akan mungkin dibuat oleh pembaca diarahkan oleh penulis, sehingga
memungkinkan adanya interpretasi yang sama bagi para pembaca.
3) Disediakan ringkasan isi agar terdapat kesesuaian antara penulis dan pembaca.
4) Proposisi yang diciptakan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan pembaca.
5) Ketelitian, merupakan ciri khas ilmu pengetahuan dan teknologi. Ciri ini kita temukan
pula dalam pengungkapan profesional, artinya penuturan dengan kata. Ketelitian tidak
hanya menyangkut hal yang besar, tetapi hal yang kecil pun harus diperhatikan.
Ketelitian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut penggunaan data,
penerapan rumus, penerapan nama orang, nama tempat, dan nama alat, bahkan ejaan dan
tanda baca. Ketelitian dalam pemakaian lambang dan satuan.
Untuk itu, pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk bahan
pembahasan seyogyanya ditulis dengan gaya karya ilmiah, atau ilmiah populer. Penyajian
karya ilmiah populer tidak memerlukan skemata atau pengetahuan yang rumit tentang
segala sesuatu yang dibahas. Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat disajikan dengan bahasa
yang jelas, dengan mempergunakan istilah yang lazim digunakan dalam masyarakat umum.
Nadanya informatif, diselingin banyak humor agar menarik bagi pembaca.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) IPTEK tidak dapat tumbuh dan
berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki
kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus
berfungsi sebagai sarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,
menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam
menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir karena bahasa merupakan
cermin dari daya nalar (pikiran).
3.2. Saran
Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini,
peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan.
.
DAFTAR PUSTAKA
Makagiansar, M. 1990. Dimensi dan Tantangan Pendidikan dalam Era Globalisasi. dalam
Mimbar Pendidikan. Th. IX/4. Bandung: University Press IKIP Bandung.
Moeliono, Anton. 1985. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Ancangan Alternatif di
dalam
Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.
Pateda, Mansoer. 1990. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Seminar Politik Bahasa Nasional.
Jakarta:Pusat Bahasa.